Penyakit ini jarang terjadi dan sebenarnya tidak berbahaya. Meskipun demikian, pemfigoid
bulosa tetap perlu diwaspadai apabila menyerang lansia yang kesehatannya sedang kurang baik.
Pemfigoid bulosa adalah penyakit autoimun. Penyakit ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh,
yang seharusnya berfungsi untuk melindungi tubuh, justru memproduksi antibodi untuk
menyerang jaringan yang sehat di dalam tubuh sendiri.
Jaringan yang diserang adalah jaringan kulit, sehingga timbul peradangan yang menyebabkan
lapisan terluar kulit (epidermis) terpisah dari lapisan kulit di bawahnya (dermis) dan muncul luka
lepuh.
Belum diketahui secara pasti mengapa sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan kulit sendiri,
namun ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya penyakit ini:
Gejala awal pemfigoid bulosa adalah berubahnya warna kulit menjadi kemerahan atau
kehitaman, dan terasa gatal. Kelainan kulit ini lebih sering terbentuk pada daerah lipatan, seperti
ketiak, selangkangan, atau perut.
Setelah beberapa minggu atau beberapa bulan, pada permukaan kulit tersebut, muncul luka lepuh
yang berisi cairan bening atau cairan yang bercampur darah. Lepuhan ini tidak mudah robek
hanya karena sentuhan. Bila luka lepuh robek atau pecah, akan terasa sakit, namun tidak akan
menimbulkan bekas luka.
Walaupun tidak berbahaya, pemfigoid bulosa tetap perlu ditangani. Anda bisa berkonsultasi
dengan dokter bila tiba-tiba muncul luka lepuh pada kulit. Terlebih lagi bila luka lepuh tersebut
disertai dengan:
Setelah menanyakan gejala dan memeriksa kondisi kulit yang melepuh, dokter akan melakukan
tes tambahan untuk memastikan penderita mengalami pemfigoid bulosa.
Dokter akan mengambil sebagian jaringan kulit pasien di bagian yang melepuh untuk diperiksa
di laboratorium (biopsi kulit). Selain biopsi, tes darah juga dapat dilakukan untuk mendeteksi
antibodi.
Pengobatan pemfigoid bulosa berfokus untuk menghilangkan lepuhan kulit, meredakan rasa
gatal, dan mencegah terbentuknya lepuh-lepuh baru. Di bawah ini adalah beberapa jenis obat-
obatan yang digunakan untuk mengobati pemfigoid bulosa:
Obat golongan kortikosteroid
Obat ini akan mengurangi peradangan dengan menghambat sistem kekebalan tubuh.
Obat kortikosteroid tersedia dalam bentuk salep dan tablet. Salep kortikosteroid memiliki efek
samping yang lebih sedikit dibandingkan kortikosteroid tablet, karena hanya dioleskan ke
permukaan kulit.
Penggunaan obat kortikosteroid tablet dalam jangka panjang, dapat meningkatkan risiko
terjadinya diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, tulang rapuh (osteoporosis), dan
infeksi.
Oleh karena itu, dokter akan segera menghentikan pengobatan secara bertahap bila lepuhan kulit
sudah hilang. Diskusikan dengan dokter kulit mengenai manfaat dan risiko obat kortikosteroid,
bila obat ini perlu dikonsumsi dalam waktu lebih dari 2 minggu. Contoh obat kortikosteroid
adalah methylprednisolone.
Obat imunosupresif
Sama dengan kortikosteroid, obat ini akan menekan sistem kekebalan tubuh. Obat
imunosupresif diberikan agar dosis obat kortikosteroid dapat dikurangi, untuk menghindari efek
samping dari kortikosteroid. Beberapa contoh obat imunosupresif adalah mycophenolate
mofetil, methotrexate, rituximab, dan azathioprine.
Salep antibiotik
Bila timbul infeksi pada lepuhan atau terdapat risiko infeksi pada lapisan kulit tersebut, misalnya
jika lepuhan sudah pecah dan lecet, dokter akan meresepkan salep antibiotik. Contoh salep
antibiotik yang diberikan adalah tetracycline hydrochloride.
Selain menggunakan obat-obatan di atas, penderita pemfigoid bulosa dapat melakukan beberapa
langkah di bawah ini untuk mencegah bertambah parahnya luka lepuh: