Anda di halaman 1dari 38

Askep Klien Gangguan

Sekretorik
Sistem Integumen
by
ARIF MUTTAQIN
Pendahuluan
Fungsi sekretorik yang utama dari kulit dilaksanakan oleh kelenjar keringat yang
membantu mengatur suhu tubuh. Kelenjar ini mengekskresikan cairan keringat
yang akan mengevaporasi sehingga mendinginkan tubuh. Kelenjar keringat
terletak dalam berbagai bagian tubuh dan bereaksi terhadap berbagai stimulus
yang berbeda. Kelenjar keringat pada batang tubuh umumnya responsif
terhadap stimulasi termal; kelenjar pada telapak tangan dan kaki responsif
terhadap stimulasi saraf; dan kelenjar pada daerah aksila serta dahi responsif
terhadap kedua jenis stimulasi tersebut.
Biasanya kulit yang basah terasa hangat dan kulit yang kering cenderung terasa
dingin. Namun demikian, kaidah ini bukan kaidah yang kaku dan selalu
demikian. Tidak jarang kita menemukan keringat dingin. Kulit yang hangat tetapi
kering terdapat pada pasien dehidrasi, dan kulit yang sangat pangs serta kering
khususnya dijumpai pada beberapa keadaan demam (febris).
Pada BAB ini akan di bahas beberapa kondisi klinik yang lazim terjadi akibat
gangguan skretorik pada kulit, meliputi:
Proses keperawatan klien Dermatitis seborea
Proses keperawatan klien Akne vulgaris
PROSES KEPERAWATAN KLIEN
DERMATITIS SEBOREA
Dermatitis seborea merupakan kelainan
inflamasi kronik kulit yang mengalami remisi
dan eksaserbasi dengan area seboroik
sebagai tempat predileksi
Patofisiologi
Seborea merupakan keadaan terjadinya produksi
sebum (sekret dari kelenjar sebasea) yang berlebihan
pada daerah-daerah tempat kelenjar tersebut
terdapat dalam jumlah yang besar (wajah, kulit
kepala, alis mata, kelopak mata, pada kedua sisi
hidung serta bibir atas, daerah malar [pipi], telinga,
aksila, di bawah payudara, lipat paha dan lipatan
gluteus di daerah pantat).
Dengan adanya kondisi anatomis dimana secara
predileksi di daerah tersebut banyak dipasok dengan
kelenjar sebasea atau yang terletak di antara lipatan
kulit tempat bakteri terdapat dalam jumlah yang besar
memungkinkan adanya respon inflamasi lebih tinggi
Pengkajian
Ada dua bentuk dermatosis seborea yang dapat terjadi: bentuk
berminyak dan bentuk kering. Kedua bentuk ini dapat berawal
pada usia kanak-kanak dengan pengelupasan halus kulit kepala
atau daerah lain dan dapat berlanjut sepanjang hidup kliennya.
Bentuk berminyak akan tampak basah dan mengkilap. Mungkin
terdapat bercak-bercak kulit yang berwarna pucat, kulit tampak
mengkilap (berminyak) dengan atau tanpa deskuamasi dan
eritema (kemerahan) ringan terutama di daerah dahi, lipatan
nasolabial, daerah janggut serta kulit kepala dan di antara
permukaan kulit yang paling berdekatan seperti di daerah aksila,
lipat paha dan payudara. Pustula atau papulopustula kecil-kecil
yang menyerupai jerawat dapat terlihat
Pengkajian
Pustula atau papulopustula kecil-kecil yang menyerupai jerawat
dapat terlihat pada batang tubuh. Bentuk kering yang terdiri atas
deskuamasi kulit kepala dengan sisik yang halus dan berbentuk
serbuk dalam jumlah yang besar umumnya disebut ketombe
(dandruff).
Bentuk ringan penyakit ini bersifat asimtomatik. Kalau terjadi
deskuamasi, keadaan ini biasanya disertai dengan gejala pruritus
yang membuat klien menggaruk dan menimbulkan komplikasi
sekunder seperti infeksi serta ekskoriasi.
Dermatitis seborea memiliki predisposisi genetik, dan hormon-
hormon, status nutrisi, infeksi serta sires emosional
mempengaruhi perjalanannya. Remisi dan eksaserbasi keadaan
ini harus dijelaskan kepada klien
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi serangan penyakit berulang b.d.
predisposisi genetik, perubahan hormon, status nutrisi,
infeksi serta stres emosional mempengaruhi periode
remisi dan eksaserbasi
2. Kebutuhan Pemenuhan informasi b.d. Tidak adekuat
sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan
dan pengobatan.
Rencana Intervensi
1. Manjemen penatalaksanaan
Karena tidak ada pengobatan seborea yang diketahui,
maka tujuan terapinya adalah untuk mengendalikan
kelainan tersebut dan memberikan kesempatan
kepada kulit untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Dermatitis seborea pada badan dan muka akan
bereaksi terhadap penggunaan preparat topikal krim
kortikosteroid yang mengurangi respons inflamasi
sekunder. Namun demikian, obat ini harus digunakan
dengan hati-hati jika akan dioleskan di dekat kelopak
mata karena dapat memicu glaukoma dan katarak
pada orang yang memiliki predisposisi.
Rencana Intervensi
Prinsip utama terapi ketombe adalah keramas yang
besar dan sering (setiap hari atau sedikitnya tiga kali
seminggu) dengan menggunakan sampo obat.
Dua atau tiga jenis sampo harus dipakai secara
bergantian agar keadaan seborea tidak resisten
terhadap jenis sampo tertentu.
Sampo atau obat keramas harus dibiarkan sedikitnya
selama 5 hingga 10 menit.
Setelah kondisi kulit kepala membaik, intensitas terapi
dapat dikurangi.
Sampo antiseborea adalah sampo yang mengandung
suspensi selenium sulfida, sampo zinc pyrithione, sampo
asam salisilat-sulfur dan sampo tar yang mengandung
sulfur serta asam salisilat
Rencana Intervensi
1. Istirahat
Seseorang dengan dermatitis seborea memerlukan nasihat untuk
menghilangkan iritan eksternal dan menghindari panas yang
berlebihan serta perspirasi; kebiasaan menggaruk dan menggosok
bagian yang gatal akan memperpanjang lamanya penyakit.
2. Penyuluhan/pemenuhan informasi
Untuk menghindari infeksi sekunder, klien harus menjaga kondisi kulit
dan mempertahankan lipatan kulit agar tetap bersih serta kering.
Instruksi untuk menggunakan sampo obat harus ditegaskan kembali
kepada penderita ketombe yang memerlukan terapi.
Kepada klien perlu diingatkan bahwa dermatitis seborea merupakan
masalah kronik yang cenderung hilang timbul. Tujuan terapinya adalah
untuk menjaga agar keadaan tersebut tetap terkendali. klien harus
didorong agar mematuhi program terapinya. klien yang putus asa dan
kecil hati dengan penampakan tubuhnya harus dihadapi dengan
kepekaan dan kesadaran akan kebutuhan klien untuk
mengekspresikan perasaannya
Akne Vulgaris

Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan


folikuler umum yang mengenai folikel
pilosebasea (folikel rambut) yang rentan dan
paling sering ditemukan di daerah muka, leher
serta badan bagian atas.
Akne ditandai dengan komedo tertutup
(whitehead), komedo terbuka (blackhead),
papula, pustula, nodul dan kista.
Patofisiologi
Jerawat merupakan suatu proses peradangan
kronik kelenjar-kelenjar pilosebasea.
Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang
berusia remaja dan dewasa muda, dan akan
menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-
30 tahun.
Walaupun demikian ada banyak juga orang
setengah baya yang mengalami serangan akne.
Akne biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi
sebum.
Patofisiologi
Androgen telah diketahui sebagai perangsang
sekresi sebum, dan estrogen mengurangi produksi
sebum.
Suatu awitan mendadak serangan akne yang
disertai hirsutisme dan/atau kelainan menstruasi
mungkin menunjukkan adanya gangguan endokrin
pada klien wanita.
Akne pada wanita berusia sekitar 20-an, 30-an dan
40-an seringkali disebabkan oleh kosmetik dan
pelembab yang bahan dasarnya dari minyak dan
menimbulkan komedo.
Patofisiologi
Faktor-faktor mekanik, seperti mengusap,
tekanan friksi, dapat juga mencetuskan akne.
Obat-obatan juga dapat mencetuskan akne.
Kortikosteroid oral kronik yang dipakai untuk
mengobati penyakit lain (seperti lupus
eritematosus sistemik atau transplan ginjal),
dapat menimbulkan pustula di permukaan
kulit wajah, dada dan punggung.
Patofisiologi
Kontrasepsi oral biasanya dapat membantu
pengobatan akne karena mengandung
estrogen. Tetapi, pada beberapa wanita,
kontrasepsi oral justru dapat memperburuk
keadaan.
Obat-obatan lain yang diketahui dapat
mempercepat atau memperberat akne
adalah bromida, yodida, difenitoin, litium, dan
hidrazid asam isonikotinat
Pengkajian
Pada pengkajian penting ditanyakan tentang
adanya program pengobatan akne atau
pasien berusaha sendiri mengobati dirinya
dengan berbagai produk komersial yang
terdapat di pasaran.
Buat Daftar lengkap yang memuat nama-
nama preparat kosmetik, krim, obat
pelembab kulit den preparat akne yang dibeli
di toko-toko obat serta baru saja digunakan
oleh pasien harus diperoleh.
Pengkajian
Di samping itu, penilaian terhadap persepsi
pasien mengenai faktor-faktor yang memicu
peningkatan intensitas akne atau yang
membuat lesi semakin parah, seperti
makanan dan minuman, gesekan atau
tekanan dari pakaian seperti kerah baju,
helm, tali helm atau pita kepala, atau trauma
akibat upaya untuk memijat keluar komedo
dengan tangan, semuanya ini merupakan
tindakan yang berguna.
Pengkajian
Pada pemeriksaan status lokalis kulit pasien
diregangkan dengan hati-hati dan kemudian lesinya
diinspeksi pada scat melakukan pemeriksaan
jasmani.
Komedo yang tertutup (yang merupakan prekursor
untuk terjadinya lesi inflamatori yang lebih besar)
tampak seperti papula kecil yang agak menonjol.
Komedo yang terbuka akan terlihat datar atau agak
menonjol dengan pemadatan bagian tengah folikel.
Ciri-ciri lesi inflamatori (papula, pustula, nodul, kista)
harus dicatat.
Pengkajian
Lesi utama akne apabila mengalami
peradangan akan disertai papula, pustul,
nodula dan kista.
Lesi nodulo-kistik beradang dapat terasa
gatal dan nyeri tekan, bila pecah dapat
mengeluarkan pus.
Lokasi terutama pada muka, dada dan
punggung.
Akne tipe Komedonal
Akne tipe papulopustular
Derajat akne vulgaris
Akne dibagi menjadi beberapa derajat.
klien dengan akne derajat I memiliki komedo, papula
atau pustula yang kurang dari 10 buah pada salah
satu sisi wajah;
klien dengan derajat II, 10 hingga 20 buah komedo,
papula atau pustula;
derajat III, 25 hingga 50; dan derajat IV, lebih dari 50
Diagnosa Keperawatan
1. Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif
yang berhubungan dengan pengetahuan yang tidak
memadai mengenai keadaan tersebut (penyebab,
perjalanan penyakit, pencegahan, pengobatan dan
perawatan kulitnya)
2. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan rasa
malu dan frustrasi terhadap tampilan dirinya.
Rencana Intervensi
1. Meningkatkan Kepatuhan dan Pemahaman terhadap Terapi.
Sebelum terapi dimulai, klien harus mendapatkan penyuluhan dahulu
dan diyakinkan bahwa masalahnya tidak berhubungan dengan
ketidakbersihan, kesalahan makan, masturbasi, aktivitas seksual
ataupun kesalahan konsep lainnya yang lazim dijumpai.
Kita harus menegaskan kembali konsep yang mengatakan bahwa
akne timbul karena gabungan berbagai faktor yang mencakup
hereditas, kelenjar sebasea yang besar dan jumlah bakteri P. acnes
yang besar, yang semuanya ini berada di luar kendali klien.
Kita juga harus menekankan bahwa pengobatan biasanya
memerlukan waktu 4 hingga 6 minggu atau lebih dan klien harus
mematuhi terapi yang diprogramkan itu sebelum basil-basil
pengobatannya terlihat.
Informasi mengenai dasar-dasar pemikiran bagi pemakaian obat-obat
oral serta topikal dan penjelasan tentang kerja obat serta efek
sampingnya yang potensial akan menambah pemahaman klien,
mendorong keterlibatan pribadi serta komitmennya dalam menjalani
perawatan, dan akan meningkatkan kepatuhan.
Rencana Intervensi
1. Meningkatkan Kepatuhan dan Pemahaman
terhadap Terapi.
Klien harus memperoleh informasi bahwa obat-obat
seperti tetrasiklin topikal dapat mengubah warna kulit,
bahwa benzoil peroksida akan memutihkan pakaian
yang terkena preparat tersebut, dan bahwa
pemeriksaan darah yang sering (untuk memantau
jumlah sel darah putih, sel darah merah, trombosit,
kadar alkali fosfatase, SGOT serta SGPT dan LDH)
diperlukan jika klien menggunakan isotretinoin (Clark,
1993).
Klien harus memperoleh penyuluhan bahwa akne
tidak mungkin hilang dalam waktu yang singkat dan
mereka harus teguh dengan pelaksanaan pengobatan
yang persisten setiap harinya.
Rencana Intervensi
1. Meningkatkan Kepatuhan dan Pemahaman terhadap
Terapi.
Bila obat topikal digunakan, klien harus memakainya pada
semua lesi dan bukan hanya pada lesi yang mengalami
inflamasi.
Kepada klien harus diberitahukan untuk menggunakan produk
pembersih kulit yang diresepkan dokter.
Kita harus meyakinkan mereka kembali bahwa sebagian besar
obat akne akan menimbulkan pengeringan dan pengelupasan
kulit kendati kemerahan difus serta vesikel yang muncul secara
tiba-tiba menunjukkan adanya alergi kontak.
Kesalahpahaman harus dikoreksi karena pemahaman klien
akan meningkatkan kepatuhan terhadap terapi dan
memperbesar kemungkinan keberhasilannya
Rencana Intervensi
1. Meningkatkan Penerimaan Diri.
Pasien harus diikutsertakan sebagai mitra dalam
pelaksanaan terapi.
Masalah pasien harus dilihat dengan serius dan
pemahaman, penenteraman kekhawatiran serta
dukungan sangat diperlukan.
Semua aspek dari faktor-faktor emosional yang
terlibat harus dipertimbangkan, termasuk
kemungkinan bahwa akne dapat menimbulkan suatu
konflik antara remaja dan orangtuanya ketika situasi
yang menimbulkan stres (misalnya, ujian akhir)
menyebabkan eksaserbasi.
Rencana Intervensi
1. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan
Perawatan di Rumah.
Di samping mendapatkan petunjuk untuk pemakaian
obat yang diresepkan dokter, kepada pasien harus
diberitahukan pula agar membasuh wajahnya dan
bagian bagian lainnya yang terkena dengan memakai
sabun yang lembut serta air dua kali sehari untuk
menghilangkan minyak dari permukaan kulit dan
mencegah obstruksi kelenjar lemak.
Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggosok
wajahnya secara terus-menerus karena akne bukan
disebabkan oleh kotoran yang bisa dicuci sampai
bersih.
Rencana Intervensi
1. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di
Rumah.
Sabun abrasif ringan dan obat-obat pengering kulit dapat
diresepkan untuk menghilangkan perasaan berminyak yang
mengganggu banyak pasien.
Pada saat yang sama, pasien harus diinggatkan untuk
menghindari abrasi yang berlebihan karena hal ini akan
memperburuk jerawatnya. Juga pasien perlu menyadari bahwa
sabun sendiri dapat mengiritasi kulit.
Penggunaan bantalan spons poliester (Buf-Puf) akan
mempermudah pelepasan sel-sel kulit superfisial secara
mekanis (epidermabrasi) dan membantu sebagian pasien.
Rambut harus dijaga agar tidak mengenai wajah dan dikeramas
setiap hari jika diperlukan.Semua bentuk friksi dan trauma harus
dihindari; kebiasaan mengutik-utik wajah dengan tangan,
menggosok-gosok muka dan mengenakan kerah serta helm
yang ketat harus dicegah.
Rencana Intervensi
1. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di
Rumah.
Kepada pasien harus diberitahukan agar menjauhkan
tangannya dari wajah dan tidak memijat jerawat atau pun
komedo yang ada pada wajahnya.
Memijat jerawat akan memperburuk masalah karena sebagian
dari isi komedo tertutup (blackhead) akan terdorong ke dalam
kulit yang dapat menyebabkan ruptura folikel.
Karena preparat kosmetik, krim untuk cukur dan losion dapat
memperburuk keadaan akne, semua bahan ini sebaiknya
dihindari kecuali bila dokter memberikan nasihat lain.
Tidak ada bukti bahwa makanan tertentu dapat menyebabkan
atau memperburuk akne. Umumnya, diet dengan makanan
yang bergizi perlu diikuti.
Rencana Intervensi
1. Pemantauan dan Penanganan Komplikasi
Potensial
Jaringan Parut.
Pencegahan sikatriks (jaringan parut) merupakan tujuan
akhir terapi.
Kemungkinan pembentukan sikatriks akan bertambah
besar dengan semakin tingginya derajat akne.
Akne derajat III-IV (dengan komedo, papula atau pustula
berjumlah 25 hingga lebih dari 50) biasanya memerlukan
terapi dalam waktu yang lebih lama dengan antibiotik
sistemik atau isotretinoin (Accutane).
Kepada pasien harus diingatkan bahwa penghentian
pengobatan dapat membuat akne kambuh kembali
sehingga intensitasnya meningkat dan kemungkinan
terjadinya sikatriks yang lebih dalam bertambah besar.
Rencana Intervensi
1. Pemantauan dan Penanganan Komplikasi Potensial
Jaringan Parut.
Lebih lanjut, manipulasi komedo, papula dan pustula akan
meningkatkan potensi peningkatan sikatriks.
Kalau tindakan bedah akne diperlukan untuk ekstraksi komedo
yang letaknya dalam atau lesi yang mengalami inflamasi, atau
untuk insisi dan drainase lesi yang kistik, maka intervensi itu
sendiri dapat mengakibatkan pembentukan sikatriks lebih lanjut.
Dermabrasi, yang taraf abrasinya melampaui jaringan parut,
juga berpotensi untuk meningkatkan pembentukan sikatriks. Di
samping itu, hiper- atau hipo-pigmentasi dapat mengenai
jaringan yang mengalami lesi.
Pasien harus mendapatkan informasi dahulu mengenai potensi
hasil-akhir intervensi bedah elektif akne sebelum tindakan
tersebut dilakukan.
Rencana Intervensi
1. Pemantauan dan Penanganan Komplikasi
Potensial
Infeksi.
Kepada pasien wanita yang mendapatkan terapi antibiotik
jangka-panjang dengan tetrasiklin harus disarankan untuk
terns mengamati dan melaporkan tandatanda serta gejala
kandidiasis oral atau vaginal, yaitu suatu infeksi jamur
mirip ragi (Clark, 1993).
Evaluasi
1. Mengembangkan peningkatan pemahaman
terhadap masalah kulit.
Meninjau gambaran lesi akne yang obstruktif dan
inflamatori
Membaca brosur pendidikan pasien
Membaca brosur informasi produk dan instruksitertulis
tentang obat yang diresepkan
2. Mematuhi terapi yang diresepkan.
Mengutarakan dengan kata-kata komitmen pasienpada
terapi yang diperlukan yang dapat berlangsung berbulan-
bulan atau bertahun-tahun
Mengekspresikan bahwa terapi harus terus berlanjut
ketika kulit sudah bersih
Mengikuti program pencucian muka
Evaluasi
1. Mengembangkan kemampuan untuk
menerima keadaan diri
Mengidentifikasi orang yang bisa diajak bicaramengenai
masalah pasien
Mengekspresikan optimisme tentang hasil-akhirterapi
2. Memperlihatkan tidak adanya komplikasi.
Melaporkan tidak adanya tanda-tanda infeksi
Mengutarakan dengan kata-kata bahwa
memegangdan memijit jerawat/lesi akan
memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan
sikatriks
Melaporkan tidak adanya sikatriks atau peningkatan
intensitas lesi
Mematuhi terapi

Anda mungkin juga menyukai