Anda di halaman 1dari 13

|17

Indonesian Journal of Science and Education


Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017, pp: 17~29
p-ISSN: 2598-5213, e-ISSN: 2598-5205
e-mail: ijose@untidar.ac.id, website: jurnal.untidar.ac.id/index.php/ijose

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERVISI SETS BERBANTUAN


KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN
MASALAH

Firdaus
Universitas Sains Al-Quran, Jl. Raya Kalibeber km. 3, Wonosobo, (0286) 3326054
e-mail: firdaus.1025@yahoo.com

Received:5 September 2017 Revised: 5 Oktober 2017 Accepted:23 Oktober 2017

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui apakah media pembelajaran bervisi SETS berbantuan
komputer layak digunakan dalam pembelajaran fisika dan (2) mengetahui apakah media pembelajaran
bervisi SETS berbantuan komputer dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Penelitian
ini adalah penelitian dan pengembangan yang menerapkan model pengembangan Borg &Gall. Media
pembelajaran yang dikembangkan divalidasi oleh ahli media dan materi kemudian dinilai oleh guru
fisika, teman sejawat, dan siswa. Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MAN
Yogyakarta III. Hasil penelitian dan pengembangan ini sebagai berikut. (1) Media pembelajaran
bervisi SETS berbantuan komputer pada materi fluida dinamis yang dikembangkan sudah sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Penilaian media pembelajaran dari aspek media, materi, dan metode
berada dalam kategori sangat baik. (2) Peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa yang
pembelajarannya menggunakan media pembelajaran bervisi SETS berbantuan komputer lebih tinggi
daripada siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan media pembelajaran bervisi SETS
berbantuan komputer.

Kata Kunci: media pembelajaran berbantuan komputer, SETS, keterampilan pemecahan masalah

ABSTRACT
This study aims to: (1) investigate whether computer-assisted learning media based on SETS is
feasible to be used in the physics learning and (2) investigate whether computer-assisted learning
media based on SETS can improve problem solving skills. This study was research and development
study by applying the development model by Borg & Gall. The learning media that was developed had
been validated by the media and material experts then it was evaluated by physics teachers, peer
reviewers, and students. The try out subjects of this research were the students of class XI IPA MAN
Yogyakarta III. The result of the research and development as follows: (1) computer-assisted learning
media based on SETS in fluid dynamics topic has been appropriate to the criteria. The learning media
assessment of media, matter, and method aspect are in the best category. (2) Gain of students’ problem
solving skills who learned trough computer-assisted learning media based on SETS are higher than
students who learned without computer-assisted learning media based on SETS.

Keywords: computer-assisted learning media, SETS, problem solving skill

PENDAHULUAN siswa. Peran siswa sebagai pelajar harus


aktif dan kreatif dalam mengembangkan
Pembelajaran fisika memerlukan peran kompetensi yang dimiliki. Sebaik-baiknya
aktif dari guru dan siswa. Peran guru adalah kompetensi yang harus dimiliki siswa
menyiapkan arah dan tujuan pembelajaran adalah keterampilan pemecahan masalah.
serta kompetensi yang akan dicapai oleh

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|18

Keterampilan tersebut diharapkan dapat fisika secara menyeluruh. Kemajuan


digunakan dan diaplikasikan oleh siswa teknologi yang tidak diimbangi dengan
dalam memecahkan masalah kehidupan kepedulian terhadap lingkungan dapat
sehari-hari yang sering mereka temui. menyebabkan kerusakan lingkungan.
Pada kenyataanya keterampilan Pembelajaran bervisi SETS mensyaratkan
pemecahan masalah yang dimiliki siswa pendidik dan siswa mengeksplorasi segala
masih sangat kurang sehingga siswa tidak dampak permasalahan yang mungkin dapat
kompeten dalam menyelesaikan masalah terjadi dalam kesalingterkaitan secara
yang sering mereka temukan dalam timbal balik antara unsur-unsur SETS
kehidupan sehari-hari. Rusilowati (2006) dikaitkan dengan konsep yang sedang
dalam penelitiannya di bidang fisika dibelajarkan. Untuk mengoptimalkan tujuan
menyatakan bahwa salah satu penyebab tersebut, pemanfaatan Teknologi Informasi
siswa mengalami kesulitan belajar yaitu dan Komunilasi (TIK) dapat digunakan oleh
karena rendahnya pengetahuan terstruktur guru agar pencapaian sebaik-baiknya
mereka yang meliputi penguasaan verbal, kompetensi dapat diperoleh.
menggunakan skema, membuat strategi Penggunaan media pembelajaran
pemecahan masalah, dan membuat berbantuan komputer merupakan salah satu
alogaritma. contoh pemanfaatan TIK dalam pendidikan.
Keterampilan pemecahan masalah tidak Media pembelajaran berbantuan komputer
hanya menuntut siswa untuk menghafal berguna untuk mengurangi batasan ruang
konsep dan menggunakan konsep tersebut dan waktu. Dalam pembelajaran fisika,
untuk menyelesaikan soal-soal ujian, namun terdapat beberapa konsep yang sulit
siswa dapat mengaplikasikan konsep diajarkan ke siswa karena keterbatasan
tersebut terhadap perkembangan IPTEKS ruang dan waktu. Contoh standar
dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian kompetensi yang mempunyai keterbatasan
yang dilakukan oleh Ogunleye (2009) ruang dan waktu adalah penerapan konsep
menyebutkan bahwa aspek kesulitan siswa dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu
dalam memecahkan masalah fisika karena dalam menyelesaikan masalah pada kelas
kurangnya pemahaman siswa terhadap XI dengan materi fluida dinamis. Banyak
masalah yang dihadapi dan kurangnya kejadian atau fenomena terkait materi fluida
keterampilan matematika. Keterampilan dinamis yang tidak bisa kita amati sekarang
pemecahan masalah dapat dilatihkan pada menjadi bisa kita amati sekarang dengan
siswa ketika mereka dihadapkan pada suatu bantuan media pembelajaran. Sebagai
permasalahan. Dengan adanya pemberian contoh: pesawat terbang yang sedang take
masalah kepada siswa dalam proses off, mobil aerodinamis yang sedang melaju,
pembelajaran, siswa diharapkan menjadi perahu layar yang sedang melaut, dan lain-
terbiasa dalam melakukan pemecahan lain. Kejadian tersebut sulit untuk diamati
masalah yang nantinya sangat berguna siswa pada waktu pembelajaran
sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari. berlangsung sehingga dengan adanya media
Hal tersebut dapat dilakukan bilamana pembelajaran berbantuan komputer dapat
dalam proses pembelajaran, siswa mengurangi batasan ruang dan waktu.
dihadapkan pada permasalahan dalam Tujuan utama dalam penelitian dan
kehidupan sehari-hari yang akan dicari pengembangan media pembelajaran ini
solusinya. adalah untuk: mengetahui apakah media
Pembelajaran dapat didesain oleh guru pembelajaran bervisi SETS berbantuan
dengan menggunakan visi SETS (Science, komputer layak digunakan dalam
Environment, Technology, dan Society). pembelajaran fisika dan mengetahui apakah
Pembelajaran fisika bervisi SETS secara media pembelajaran bervisi SETS
eksplisit mengandung makna pemuatan berbantuan komputer dapat meningkatkan
pembelajaran sains, lingkungan, teknologi, keterampilan pemecahan masalah. Sesuai
dan masyarakat dalam setiap pembahasan dengan tujuan yang ingin dicapai, maka

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|19

dipilih pustaka tentang visi SETS, media masing-masing siswa. Namun, untuk
pembelajaran berbantuan komputer, dan mengetahui kemungkinan lain yang belum
keterampilan pemecahan masalah. dimiliki siswa, penggunaan rujukan
SETS (Science, Environment, memadai akan sangat membantu
Technology, Society) merupakan suatu mewujudkan pemikiran yang lebih
pendekatan pembelajaran yang komprehensif. Untuk tujuan tersebut,
menghubungkan keterkaitan antara sains, pemanfaatan TIK khususnya media
lingkungan, teknologi, dan masyarakat. pembelajaran berbantuan komputer dapat
Komponen-komponen SETS tersebut yaitu digunakan oleh guru untuk menyajikan
Science, Environment, Technology, dan masalah yang sering muncul dalam
Society yang dalam bahasa Indonesia dapat kehidupan sehari-hari. Pembuatan media
disingkat SaLingTeMas (Sains, pembelajaran yang tepat dan sesuai akan
Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat). sangat membantu pencapaian sebaik-
Dalam konteks pendidikan bervisi SETS, baiknya kompetensi yang diharapkan.
urutan ringkasan SETS membawa pesan Salah satu jenis TIK dalam dunia
bahwa untuk menggunakan sains (S- pendidikan adalah media pembelajaran
pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam berbantuan komputer. Rusman, et al. (2012)
memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) yaitu Computer Based Instruction (CBI)
diperlukan pemikiran tentang berbagai dan Computer Assisted Instruction (CAI).
implikasinya pada lingkungan (E) secara Pembelajaran berbasis CBI, komputer
fisik maupun mental. Dengan adanya visi digunakan sebagai perangkat sistem
SETS dalam pembelajaran diharapkan akan pembelajaran, bahkan sistem pembelajaran
diperoleh pemikiran tentang bentuk dilaksanakan secara individual dan
teknologi dari transformasi sains yang menerapkan prinsip belajar tuntas.
dihasilkan, tanpa harus merusak atau Pembelajaran berbasis CAI, komputer yang
merugikan lingkungan dan masyarakat. didalamnya terdapat perangkat lunak
(Depdiknas, 2007). digunakan untuk membantu guru dalam
Secara umum visi SETS dalam proses pembelajaran, seperti sebagai
pembelajaran mempunyai dua ciri yaitu multimedia atau alat bantu dalam penyajian
pembelajaran berdasarkan masalah yang informasi materi pelajaran, latihan, atau
aktual dalam kehidupan sehari-hari dan kedua-duanya. Penerapan CAI lebih
pembelajaran dengan mengaitkan keempat memposisikan komputer sebagai alat bantu
unsur SETS yaitu sains, lingkungan, dalam belajar, materi pembelajaran dikemas
teknologi, dan masyarakat. Dalam dan diprogramkan untuk dipelajari secara
pembelajaran fisika, materi yang dapat mudah oleh siswa.
diajarkan dengan visi SETS yaitu materi Secara umum kriteria kualitas media
yang didalamnya dapat dikaitkan terhadap pembelajaran berbantuan komputer dapat
empat unsur tersebut. Salah satu contoh dilihat dari tiga aspek yaitu: aspek metode,
materi fisika yang dapat diajarkan dengan aspek materi, dan aspek media. Aspek
visi SETS yaitu fluida dinamis. Zat alir atau media yang akan dijadaikan dasar sebagai
fluida dinamis merupakan konsep fisika penilaian produk media pembelajaran ini
yang sering kita jumpai dalam kehidupan antara lain: portabilitas, kemudahan proses
sehari-hari. instalasi, kelancaran pengoperasian,
Pembelajaran bervisi SETS konsistensi navigasi, keterbacaan teks,
mensyaratkan guru dan siswa keselarasan teks dengan background,
mengeksplorasi segala kemungkinan yang kualitas ilustrasi, sound effect, dan
dapat terjadi dalam kesalingterkaitan secara interaktivitas. Aspek materi yang akan
timbal balik unsur-unsur SETS dikaitkan dijadikan dasar sebagai penilaian produk
dengan konsep yang sedang dibelajarkan. media pembelajaran antara lain: kebenaran
Eksplorasi itu dapat dimulai dari isi materi, kejelasan uraian materi,
pengetahuan yang telah dimiliki oleh kesesuaian dengan tingkat intelektual siswa,

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|20

konsistensi penyajian, penggunaan bahasa, Pemecahan masalah merupakan hal yang


kebenaran gambar, dan kebenaran animasi. perlu ditekankan dalam pembelajaran fisika.
Aspek metode yang akan dijadikan dasar Keterampilan tersebut harus dimiliki siswa
sebagai penilaian produk media karena menurut McGregor (2007),
pembelajaran antara lain: kesesuaian tujuan keterampilan pemecahan masalah dapat
pembelajaran dengan kompetensi dasar, dikatakan sebagai pendidikan sepanjang
kesesuaian materi dengan tujuan hidup terbaik, seorang guru membantu
pembelajaran, sistematika penyajian materi, siswa untuk belajar bagaimana berpikir dan
penekanan pembelajaran, pemberian umpan bertindak dengan cerdas.
balik, dan memotivasi siswa. Ketiga aspek Banyak beragam definisi tentang
tersebut merupakan aspek utama yang pemecahan masalah. Menurut Polya (1985),
menyusun media pembelajaran dan pemecahan masalah merupakan sebagai
merupakan satu kesatuan yang saling usaha sadar untuk mencari jalan keluar dari
mendukung serta tidak dapat dipisahkan suatu kesulitan, namun tujuan tersebut tidak
satu sama lain. segera dapat dicapai. Terdapat empat fase
Media pembelajaran bervisi SETS dalam proses pemecahan masalah. (1)
berbantuan komputer memiliki karakteristik Memahami masalah, siswa dapat
yaitu pembelajaran berdasarkan masalah mengidentifikasi kelengkapan data
yang disajikan pada awal setiap submateri termasuk mengungkap data yang masih
dan pembelajaran yang mengaitkan empat samar-samar yang berguna dalam
unsur SETS yaitu sains, lingkungan, penyelesaian. (2) Menyusun rencana, siswa
teknologi, dan masyarakat. Agar menjamin dapat membuat beberapa alternatif jalan
media pembelajaran benar-benar bervisikan penyelesaian untuk mencari jawaban. (3)
SETS dalam pengembangannya, maka akan Melakukan rencana, siswa dapat
ditambahkan kriteria penilaian kualitas melaksanakan langkah-langkah yang sudah
media pembelajaran pada aspek metode, disiapkan dan mencoba melakukan semua
yaitu kesesuaian media pembelajaran kemungkinan yang dapat dilakukan. (4)
dengan visi SETS, kelengkapan komponen Memeriksa kembali kebenaran jawaban,
SETS (Science Environment Technology siswa dapat melengkapi langkah-langkah
Society), dan kesesuaian masalah yang yang sudah dibuat ataupun membuat
ditampilkan dalam media pembelajaran. alternatif jawaban lain. Setiap langkah yang
Pembuatan media pembelajaran bervisi dilakukan selalu bersifat istimewa karena
SETS berbantuan komputer yang tepat dan semuanya dapat membawa ide berbeda
sesuai akan sangat membantu pencapaian sehingga siswa harus selalu meneliti setiap
sebaik-baiknya kompetensi yang tahap yang telah dilakukan.
diharapkan. Depdiknas (2007) Nitko (2011) menjelasakan tentang
menyebutkan bahwa kompetensi sebagai strategi untuk menilai keterampilan
elemen penting yang akan dikembangkan pemecahan masalah. Strategi tersebut
dalam pembelajaran bervisi SETS yaitu dijabarkan dalam beberapa indikator
pengembangan keterampilan pengambilan keterampilan pemecahan masalah yang
keputusan, kreativitas, nilai-nilai pribadi disajikan pada Tabel 1.
dan sosial, literasi sain dan teknologi, dan Tabel 1. Kisi-kisi Keterampilan Pemecahan
kemampuan siswa untuk memecahkan Masalah
No Kategori Indikator
masalah-masalah yang dihadapi dalam 1 Mengidentifi Mengidentifikasi masalah
kehidupan sehari-hari. kasi dan
Garofalo & Laster (1985) yang memahami
masalah
menyatakan bahwa pemecahan masalah 2 Merumuskan Mengusulkan argumen
adalah kegiatan berpikir kompleks yang dan terhadap masalah
melibatkan berbagai operasi kognitif. menggambar Menelaah pemahaman
kan masalah linguistik
Masing-masing dari operasi kognitif Mengidentifikasi
tersebut perlu dikelola dan dikoordinasikan. penyimpangan
Menggolongkan masalah

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|21
No Kategori Indikator
Mengidentifikasi asumsi
Membuat beberapa strategi
Prosedur Penelitian
Memodelkan masalah Prosedur pengembangan dan penelitian
3 Menyelidiki Membenarkan solusi ini dijelaskan secara terperinci sebagai
strategi Membenarkan strategi yang
solusi yang digunakan
berikut. (1) Pengumpulan informasi: Tahap
mungkin Menggabungkan data ini terdiri dari studi pustaka dan survei
Membuat strategi alternative lapangan. (2) Perencanaan: pada tahap
Menggunakan analogy
Menyelesaikan ulang
perencanaan dilakukan analisis tugas.
4 Melakukan Mengevaluasi kualitas sebuah Analisis tugas merupakan langkah-langkah
dan solusi yang dilakukan untuk menentukkan isi
mengevaluasi Mengevaluasi strategi secara
strategi
satuan pelajaran/materi yang meliputi
sistematis
pemacahan analisis struktur isi, analisis pemetaan
masalah materi, dan analisis tujuan pembelajaran.
(3) Pengembangan produk: tahap
Berdasarkan pendapat dari para ahli, pengembangan produk media pembelajaran
strategi penilaian keterampilan pemecahan fisika bervisi SETS dilakukan dengan
masalah mempunyai pola urutan yang sama urutan sebagai berikut: membuat flowchart
yaitu mengidentifikasi dan memahami view, membuat storyboard, mengumpulkan
masalah, menyusun rencana untuk bahan, memasukkan bahan ke dalam
merumuskan dan menggambarkan masalah, komputer, dan melakukan uji validasi
melakukan rencana penyelidikan untuk produk. (4) Uji coba terbatas: terdapat 2
membuat solusi, dan mengevaluasi tahapan yang dilakukan dalam uji coba
kebenaran jawaban. Dalam menyusun tes terbatas yaitu uji coba satu-satu (one to one
keterampilan pemecahan masalah, strategi evaluation) dan uji coba kelompok kecil
dari setiap masing-masing kategori akan (small group evaluation). (5) Revisi
dijabarkan menjadi beberapa indikator terhadap uji coba terbatas: revisi yang
seperti yang dijelaskan pada Tabel 1. dilakukan berdasarkan hasil uji coba
terbatas. (6) Uji coba lapangan: berbagai
METODE PENELITIAN data dan masukan yang diperoleh dalam uji
coba ini dijadikan sebagai bahan revisi dan
Jenis Penelitian perbaikan. Sebelum dilakukan
Penelitian ini adalah penelitian dan pembelajaran menggunakan produk media
pengembangan (research and pembelajaran, siswa diberi pretes terlebih
development). Borg & Gall (1983) dahulu dan diberi postes setelah akhir
memberikan sepuluh langkah prosedural pembelajaran. pretes dan postes dilakukan
dalam penelitian dan pengembangan, yaitu: untuk melihat peningkatan keterampilan
(1) melakukan pengumpulan informasi, (2) pemecahan masalah. (7) Revisi terhdap uji
melakukan perancangan, (3) coba lapangan: revisi yang dilakukan
mengembangkan bentuk produk awal, (4) berdasarkan hasil uji coba lapangan.
melakukan uji coba terbatas, (5) melakukan
revisi, (6) melakukan uji coba lapangan, (7) Disain Uji Coba
melakukan revisi, (8) melakukan uji Desain uji coba pada penelitian dan
lapangan operasional, (9) melakukan revisi pengembangan ini meliputi beberapa tahap,
terhadap produk akhir, dan (10) yaitu uji coba satu-satu, uji coba kelompok
mendesiminasikan dan kecil, dan uji coba lapangan. Pada uji coba
mengimplementasikan produk. Pada lapangan dilakukan pretes dan postes.
penelitian ini, peneliti hanya melaksanakan Desain uji coba lapangan menggunakan
langkah (1) sampai dengan (7) saja karena metode quasi eksperimen dengan
hasil penelitian ini tidak disebarluaskan menggunakan Control-Group Pre-test Post-
pada sekolah lain. Test Design. Rancangan uji coba lapangan
dapat dilihat pada Tabel 2.

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|22

Tabel 2. Uji Coba Lapangan Control-Group Pre- Teknik dan Instrumen Pengumpulan
test Post-test Data
Kelompok Pretes Perlakuan Postes Instrumen yang digunakan dalam
Kelas penelitian ini antara lain. Pertama adalah
T1 X T2
eksperimen
lembar validasi media pembelajaran untuk
Kelas
kontrol
T1 - T2 ahli media dan ahli materi: instrumen ini
digunakan untuk memperoleh data tentang
Keterangan:
penilaian produk media pembelajaran.
X = Pembelajaran fisika dengan
Lembar validasi disusun berdasarkan kisi-
menggunakan media pembelajaran
kisi terlebih dahulu. Adapun kisi-kisi
T1 = Tes keterampilan awal pemecahan
lembar validasi yang disusun peneliti
masalah
disajikan pada Tabel 3.
T2 = Tes keterampilan akhir pemecahan
masalah Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Validasi Media
Pembelajaran
Waktu dan Tempat Penelitian No. Aspek Jumlah butir
Penelitian dilaksanakan pada bulan 1. Aspek media 11
2. Aspek materi 7
Maret dan April 2014. Pelaksanaan Uji 3. Aspek metode 9
coba dilakukan di MAN Yogyakarta III.
Lembar validasi akan divalidasi secara
Subjek Uji Coba
rasional maupun empiris. Validasi rasional
Subjek uji coba dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengkonsultasikan
adalah siswa MAN Yogyakarta III dengan
dengan dosen agar lembar validasi dapat
rincian sebagai berikut: 6 orang siswa kelas
digunakan dengan baik, sedangkan validasi
XII IPA MAN Yogyakarta III yang
empiris dilakukan dengan cara
digunakan dalam uji coba satu-satu, 12
mengujicobakan lembar validasi tersebut.
orang siswa kelas XI IPA MAN Yogyakarta
Analisis validitas dan reliabilitas lembar
III yang digunakan dalam uji coba
validasi menggunakan model Rasch.
kelompok kecil, 31 orang siswa kelas XI
Menurut Sumintono & Widhiarso (2013,
IPA 4 MAN Yogyakarta III sebagai kelas
pp.109-111), lembar validasi dinyatakan
eksperimen yang digunakan dalam uji coba
valid apabila memenuhi salah satu dari
lapangan, dan 30 orang siswa kelas XI IPA
ketiga syarat berikut: (1) nilai Outfit MNSQ
3 MAN Yogyakarta III sebagai kelas
antara 0,5  1,5; (2) rentang nilai Outfit
kontrol yang digunakan dalam uji coba
ZSTD antara -2  +2; dan (3) Point
lapangan.
Measure Correlation antara 0,4  0,85.
Reliabilitas lembar validasi diukur dengan
Jenis Data
metode Alpha-Cronbach berdasarkan skala
Data yang diperoleh adalah data
alpha 0 sampai dengan 1. Tingkat
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
reliabilitas dikategorikan menjadi 5 bagian,
diperoleh dari skor pretes dan postes serta
yaitu: buruk (0 – 0,5); jelek (0,5 – 0,6);
skor lembar validasi dan penilaian produk
cukup (0,6 – 0,7); bagus (0,7 – 0,8); dan
oleh ahli media, ahli materi, guru fisika,
bagus sekali (0,8 – 1,0).
teman sejawat, dan siswa. Data kualitatif
Kedua adalah lembar penilaian media
diperoleh dari validasi dan penilaian produk
pembelajaran untuk guru fisika, teman
yang berupa komentar dan saran oleh ahli
sejawat, dan siswa: instrumen ini digunakan
media, ahli materi, guru fisika, teman
untuk memperoleh data tentang penilaian
sejawat, dan siswa. Data tersebut
produk media pembelajaran. Ketiga adalah
dibutuhkan sebagai dasar pengembangan
lembar observasi pembelajaran: Observasi
produk media pembelajaran yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi
digunakan untuk meningkatkan
berkenaan dengan aktivitas belajar dan
keterampilan pemecahan masalah siswa.

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|23

respon siswa selama mengikuti deskriptor yang terlaksana


% keterlaksanaan  x 100%
pembelajaran menggunakan media total deskriptor
pembelajaran. Adapun kisi-kisi lembar Ketiga adalah Analisis perbedaan
observasi pembelajaran yang disusun keterampilan pemecahan masalah kelas
peneliti disajikan pada Tabel 4. eksperimen dengan kelas kontrol: analisis
Tabel 4. Kisi-kisi Observasi Pembelajaran untuk mengetahui apakah pembelajaran
No Indikator Jumlah butir
1. Partisipasi aktif dalam
dengan menggunakan media pembelajaran
6 bervisi SETS berbantuan komputer lebih
pembelajaran
2. Mandiri dalam baik dalam hal meningkatkan keterampilan
4
pembelajaran
pemecahan masalah daripada pembelajaran
konvensional. Rumusan hipotesis yang
Keempat adalah tes keterampilan digunakan sebagai berikut.
pemecahan masalah fisika: Instrumen tes H0 : 1 = 2
berupa soal uraian yang digunakan untuk H1 : 1 > 2
memperoleh data keterampilan awal dan keterangan:
keterampilan akhir siswa dalam
1 : peningkatan nilai rata-rata populasi tes
memecahkan masalah fisika setelah
keterampilan pemecahan masalah
mengikuti pembelajaran. Instrumen tes
kelas eksperimen (menggunakan
keterampilan pemecahan masalah disusun
media pembelajaran)
berdasarkan kisi-kisi sesuai dengan Tabel 1.
2 : peningkatan nilai rata-rata populasi tes
keterampilan pemecahan masalah
Teknik Analisis Data kelas kontrol (tanpa menggunakan
Analisis data terdiri dari tiga bagian, media pembelajaran)
antara lain. Pertama adalah analisis hasil Uji yang digunakan adalah uji
validasi media pembelajaran yang independent sample t-test satu pihak (pihak
dikembangkan: analisis ini digunakan kanan) dengan menggunakan program
untuk melihat kevalidan media SPSS 17.0. Perbedaan tes keterampilan
pembelajaran. Skor yang diperoleh dari pemecahan masalah antara pembelajaran
skala likert dianalisis dan dikonversi menggunakan media pembelajaran dengan
menjadi empat kriteria dengan acuan yang tanpa menggunakan media pembelajaran
dikutip dari depdiknas, seperti disajikan dapat diselidiki dengan mengikuti tahapan-
pada Tabel 5. tahapan pengujian normalitas, homogenitas,
Tabel 5. Konversi Skala Likert Menjadi Empat dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan
Kriteria
terhadap nilai gain standar atau nilai
No Interval Skor Kategori
peningkatan keterampilan pemecahan
1 Mi  1, 5SDi  M  Mi  3, 0SDi Sangat Baik
masalah.
2 Mi  0SDi  M  Mi  1,5SDi Baik
Normalitas digunakan untuk
3 Mi  1,5SDi  M  Mi  0SDi Cukup Baik
mengetahui apakah data yang akan
4 Mi  3, 0 SDi  M  Mi  1,5SDi digunakan
Kurang dalam analisis berdistribusi
Keterangan: normal atau tidak. Jika data berdistribusi
1 normal maka analisis statistik yang
Mi = (skor maksimal + skor minimal) digunakan adalah parametrik, sedangkan
2
1 jika data tidak berdistribusi normal maka
SDi = (skor maksimal - skor minimal) analisis statistik yang digunakan adalah
6
nonparametrik. Dalam penelitian ini,
M = rerata skor yang diperoleh
normalitas dilakukan pada nilai gain standar
Kedua adalah analisis observasi siswa. Normalitas dilakukan dengan
keterlaksanaan pembelajaran: analisis untuk menggunakan bantuan program SPSS 17.0.
menentukan keterlaksanaan pembelajaran Persyaratan data dinyatakan berdistribusi
menggunakan skala persentase dengan normal jika probabilitas hitung (p) yang
persamaan sebagai berikut.

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|24

ditunjukkan oleh nilai Asymp. Sig. (2- Tabel 6. Konversi Skor Penilaian Menjadi Skala
tailed) > 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Empat
Aspek Interval Skor Kategori
Homogenitas varian dimaksudkan untuk Media 35,75 ≤ M ≤ 44 Sangat baik
mengetahui apakah homogen atau tidaknya 27,5 ≤ M < 35,75 Baik
varian yang dimiliki populasi. Dalam 19,25 ≤ M < 27,5 Cukup Baik
11 ≤ M < 19,25 kurang
penelitian ini, homogenitas dilakukan pada Materi 22,75 ≤ M ≤ 28 Sangat baik
nilai gain standar siswa. Persyaratan data 17,5 ≤ M < 22,75 Baik
dinyatakan memiliki varian homogen atau 12,25 ≤ M < 17,75 Cukup Baik
7 ≤ M < 12,25 Kurang
berasal dari populasi dengan varian sama, Metode 29,25 ≤ M ≤ 36 Sangat baik
apabila harga probabilitas perhitungan > 22,5 ≤ M < 29,25 Baik
0,05 pada taraf signifikansi 5%. 15,75 ≤ M < 25 Cukup Baik
9 ≤ M < 15,75 Kurang
Uji hipotesis menggunakan program
komputer SPSS 17.0 dengan uji
Analisis data hasil penilaian produk
independent sample t-test yang dilakukan
media pembelajaran dari aspek media
terhadap nilai gain standar siswa.
didasarkan penilaian oleh ahli media, guru
Perhitungan gain standar mengacu pada
fisika, teman sejawat, siswa saat uji coba
persamaan berikut:
satu-satu, siswa saat uji coba kelompok
kecil, dan siswa saat uji coba lapangan.
Penilaian dari ahli media diperoleh skor
Uji Independent sample t-test yang total 42, dari guru fisika diperoleh skor total
digunakan adalah uji satu pihak (pihak 40,33, dari teman sejawat diperoleh skor
kanan). Persamaan yang digunakan untuk total 41,33, dari siswa saat uji coba satu-
uji t adalah sebagai berikut. satu diperoleh skor total 39,33, dari siswa
X1  X 2 saat uji coba kelompok kecil diperoleh skor
t0 
( n1  1) s12  ( n2  1) s2 2  1 1  total 40,25, dan dari siswa saat uji coba
   lapangan diperoleh skor total 39,35.
n1  n2  2  n1 n2  Berdasarkan Tabel 6 tentang skala penilaian
Dasar pengambilan keputusan atau dapat dinyatakan bahwa media
kriteria pengujian sebagai berikut: (a) pembelajaran bervisi SETS dari aspek
daerah kritik penerimaan H0 atau penolakan media mendapatkan hasil penilaian dari ahli
H1 jika t0  ttabel (t0,05;( n1  n2  2) ) . (b) daerah media, guru fisika, teman sejawat, dan
kritik penolakan H0 atau penerimaan H1 siswa dengan kategori “sangat baik”.
t0  ttabel (t0,05;( n1  n2 2) ) . Penilaian tersebut disajikan dalam bentuk
diagram batang seperti Gambar 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dalam penelitian


ini terdiri dari data penilaian media
pembelajaran, data observasi
keterlaksanaan aktivitas siswa, dan data
pretes-postes. Data pertama yaitu penilaian
produk yang berupa penilaian
menggunakan skala likert dan komentar.
Hasil penilaian berupa skor yang dikonversi
menjadi empat kriteria. Cara untuk Gambar 1. Diagram Hasil Penilaian Media
Pembelajaran Aspek Media
melakukan konversi skor menjadi skala
empat dapat dilihat pada Tabel 5 dan hasil Analisis data hasil penilaian produk
konversi skor menjadi skala empat dapat media pembelajaran dari aspek materi
dilihat pada Tabel 6. berdasarkan penilaian oleh ahli materi, guru
fisika, dan teman sejawat. Penilaian dari

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|25

ahli materi diperoleh skor total 27,5, dari


guru fisika diperoleh skor total 25,33, dan
dari teman sejawat diperoleh skor total
25,67. Berdasarkan Tabel 6 tentang skala
penilaian dapat dinyatakan bahwa media
pembelajaran bervisi SETS dari aspek
materi mendapatkan hasil penilaian dari ahli
materi, guru fisika, dan teman sejawat
dengan kategori “sangat baik”. Penilaian
tersebut disajikan dalam bentuk diagram
batang seperti Gambar 2.

Gambar 3. Diagram Hasil Penilaian Media


Pembelajaran Aspek Metode
Data yang kedua yaitu data
keterlaksanaan aktivitas siswa dalam
pembelajaran menggunakan media yang
dikembangkan. Hasil observasi terhadap
keterlaksanaan aktivitas siswa
menghasilkan data sebagai berikut: pada
pertemuan pertama keterlaksanaan aktivitas
Gambar 2. Diagram Hasil Penilaian Media siswa sebesar 90%, pertemuan kedua
Pembelajaran Aspek Materi keterlaksanaan aktivitas siswa sebesar 90%,
Analisis data hasil penilaian produk pertemuan ketiga keterlaksanaan aktivitas
media pembelajaran dari aspek metode siswa sebesar 80%, dan pertemuan keempat
didasarkan penilaian oleh ahli materi, guru keterlaksanaan aktivitas siswa sebesar 90%.
fisika, teman sejawat, siswa saat uji coba Secara visual persentase hasil pengamatan
satu-satu, siswa saat uji coba kelompok pada tiap pertemuan disajikan pada Gambar
kecil, dan siswa saat uji coba lapangan. 4.
Penilaian dari ahli materi diperoleh skor
total 36, dari guru fisika diperoleh skor total
34, dari teman sejawat diperoleh skor total
34, dari siswa saat uji coba satu-satu
diperoleh skor total 31,67, dari siswa saat
uji coba kelompok kecil diperoleh skor total
32,33, dan dari siswa saat uji coba lapangan
diperoleh skor total 32,13. Berdasarkan
Tabel 6 tentang skala penilaian dapat
dinyatakan bahwa media pembelajaran
bervisi SETS dari aspek metode
mendapatkan hasil penilaian dari ahli Gambar 4. Diagram Hasil Observasi Keterlaksanaan
materi, guru fisika, teman sejawat, dan Aktivitas Siswa
siswa dengan kategori “sangat baik”. Data terakhir yaitu data pretes dan
Penilaian tersebut disajikan dalam bentuk postes siswa yang diperoleh pada saat uji
diagram batang seperti Gambar 3. coba kelompok. Data tersebut digunakan
untuk mengetahui keefektifan media
pembelajaran bervisi SETS berbantuan
komputer yang dikembangkan. Deskripsi
data pretes dan postes pada uji coba

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|26

lapangan untuk kelas eksperimen dapat dan homogenitas. Hasil dari normalitas nilai
dilihat pada Tabel 7 dan kelas kontrol dapat gain standar pada kelas eksperimen dan
dilihat pada Tabel 8. kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 7. Deskripsi Data Pretes, Postes, dan Tabel 10. Hasil Normalitas
Standar Gain Kelas Eksperimen Kolmogorov Smirnov
Kelas eksperimen No Kelas
No Deskripsi Df Sig. (p) Keterangan
Pretes Postes Gain 1. Eksperimen 31 0,081 Normal
1 Jumlah siswa 31 31 31 2. Kontrol 30 0,200 Normal
2 Mean 9,42 50,92 0,46
3 Standar deviasi 5,05 16,13 0,18
4 Nilai minimal 2,67 29,33 0,22 Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai
5 Nilai Maksimal 22,67 76,00 0,75 signifikansi hasil perhitungan p-value pada
masing-masing kelas lebih besar daripada
Tabel 8. Deskripsi Data Pretes, Postes, dan 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Dengan
Standar Gain Kelas Kontrol demikian data tersebut berdistribusi normal,
Kelas eksperimen
No Deskripsi sehingga memenuhi asumsi untuk
Pretes Postes Gain
1 Jumlah siswa 30 dilakukan
30 uji statistik parametrik.
30
2 Mean 10,22 34,58
Hasil analisis homogenitas 0,27 untuk nilai
3 Standar deviasi 5,19 13,30 0,15
4 Nilai minimal 4,00 gain14,67
standar pada kelas eksperimen
0,03 dan
5 Nilai Maksimal 20,00 kelas kontrol disajikan pada0,64
68,00 Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Homogenitas
Data Signifikansi Keterangan
Tingkat ketuntasan tes keterampilan Based on Mean 0,195 Homogen
pemecahan masalah baik untuk kelas Based on Median 0,184 Homogen
eksperimen maupun kelas kontrol dapat Based on Median and with 0,184 Homogen
dilihat pada Tabel 9. Batas ketuntasan adjusted df
mengikuti batas kriteria ketuntasan minimal Based on trimmed mean 0,184 Homogen
(KKM) sekolah yaitu 75. Hasil perhitungan homogenitas nilai
Tabel 9. Ketuntasan Tes Keterampilan Pemecahan gain standar pada Tabel 11 diperoleh nilai
Masalah pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol signifikansi lebih besar daripada 0,05 pada
Banyaknya siswa taraf signifikansi 5%. Dengan demikian
No Kriteria Kelas Kelas varians kedua kelas adalah homogen.
eksperimen kontrol
1 Tuntas 3 0 Uji hipotesis dilakukan dengan
2 Tidak 28 30 menggunakan nilai gain standar
tuntas keterampilan pemecahan masalah dari
Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat masing-masing kelas. Secara singkat hasil
dilihat bahwa jumlah siswa yang mencapai perhitungan uji independent sample t-test
ketuntasan belajar pada kelas eksperimen dengan menggunakan program SPSS dapat
sebanyak 3 orang dan pada kelas kontrol dilihat pada Tabel 12.
tidak ada. Rendahnya jumlah siswa yang Tabel 12. Uji Perbedaan Keterampilan Pemecahan
mencapai ketuntasan belajar dapat Masalah Siswa
dianalisis karena siswa tidak terbiasa Nilai gain standar Independent sample t-test
T Df Sig. (2-tailed)
dengan soal-soal pemecahan masalah yang
Equal variances 4,53 59 0,00003
memiliki karakteristik kalimat soal yang assumed
cukup panjang. Equal variances not 4,54 58,29 0,00003
Data keterampilan pemecahan masalah assumed
yang dihasilkan dari kelas eksperimen dan Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa
kelas kontrol dianalisis dengan melakukan nilai t pada uji independent sample t-test
uji hipotesis menggunakan program SPSS untuk gain standar antara kelas eksperimen
17.0. Data yang akan diuji statistik adalah dan kelas kontrol adalah 4,531 pada taraf
data gain standar. Sebelum pengujian signifikansi 5%. Pada penelitian ini H0
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji ditolak atau H1 diterima. Penolakan H0 atau
prasyarat analisis yang meliputi normalitas penerimaan H1 dapat dilihat dari

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|27

perbandingan antara nilai tdari perhitungan SPSS media, guru fisika, teman sejawat, dan
dengan nilai ttabel. Berdasarkan tabel siswa berada dalam kategori “sangat baik”.
distribusi T diperoleh nilai ttabel(t0,05; (31+30-2)) Pada aspek materi yang hanya dinilai oleh
sebesar 1,67. Nilai tdari perhitungan SPSS (4,531) ahli materi, guru fisika, dan teman sejawat
> ttabel (1,67) maka H0 ditolak dan H1 berada dalam kategori “sangat baik”. Pada
diterima. Berdasarkan hal tersebut dapat aspek metode yang dinilai oleh ahli materi,
disimpulkan bahwa peningkatan guru fisika, dan teman sejawat berada
keterampilan pemecahan masalah siswa dalam kategori “sangat baik”. Pada uji
yang pembelajarannya menggunakan media lapangan hasil pengamatan keterlaksanaan
pembelajaran bervisi SETS berbantuan aktivitas siswa pada pertemuan pertama
komputer lebih tinggi daripada siswa yang sebesar 90%, pertemuan kedua sebesar
tidak menggunakan media pembelajaran 90%, pertemuan ketiga sebesar 80%, dan
bervisi SETS berbantuan komputer. pertemuan keempat sebesar 90%. Hal ini
Pembahasan tentang pengembangan menunjukkan bahwa keempat pertemuan
produk sampai dengan pengujian produk tersebut dapat terlaksana dengan baik dan
sehingga produk ini dapat dimanfatkan aktivitas siswa menunjukkan aktivitas yang
untuk meningkatkan keterampilan positif. Selain itu, hasil pengamatan tentang
pemecahan masalah fisika siswa. Produk keterampilan pemecahana masalah siswa
media pembelajaran ini telah melalui tahap yang pembelajarannya menggunakan media
validasi oleh ahli media dan ahli materi pembelajaran bervisi SETS berbantuan
serta penilaian oleh guru fisika, teman komputer mengalami peningkatan lebih
sejawat, dan siswa saat uji coba. Pada tahap tinggi dibandingkan siswa yang
validasi, ahli media dan ahli materi pembelajarannya tanpa menggunakan
memvalidasi produk media pembelajaran media pembelajaran bervisi SETS
sampai diperoleh produk media berbantuan komputer.
pembelajaran yang diharapkan. Pada tahap Aktivitas positif yang terjadi dalam
berikutnya produk dinilai oleh tiga orang kegiatan pembelajaran dan adanya
guru fisika dan tiga teman sejawat. Pada peningkatan keterampilan pemecahan
tahap ini juga sama seperti tahap masalah siswa terjadi karena media
sebelumnya, guru fisika dan teman sejawat pembelajaran ini mempunyai beberapa
memberikan penilaian dan komentar untuk kelebihan. Kelebihan pertama yang dimiliki
pengembangan produk media pembelajaran media pembelajaran ini yaitu memuat
agar lebih baik. Tahap selanjutnya produk gambar, video, dan animasi yang menarik
media pembelajaran diujicobakan ke siswa sehingga siswa dapat dengan mudah
melalui tiga tahapan. Tahap pertama yaitu memahami materi yang disampaikan.
uji coba satu-satu sebanyak 6 siswa untuk Kedua yaitu media pembelajaran ini
mendapatkan penilaian terhadap produk bervisikan SETS sehingga siswa dapat
media pembelajaran yang dikembangkan. memahami bahwa ilmu fisika khususnya
Tahap kedua yaitu uji coba kelompok kecil fluida dinamis merupakan suatu hal yang
sebanyak 12 siswa untuk mendapatkan sering mereka jumpai dalam kehidupan
penilaian terhadap produk media sehari-hari yang disajikan dalam berbagi
pembelajaran yang dikembangkan. Tahap fenomena/kejadian di masyarakat. Isu-isu
ketiga yaitu uji coba lapangan yang atau masalah dalam kehidupan sehari-hari
bertujuan untuk mendapatkan penilaian yang disajikan dalam pembelajaran
produk media pembelajaran yang memberikan kesempatan yang lebih kepada
dikembangkan dan mengetahui keefektifan siswa untuk mengembangkan keterampilan
dalam meningkatkan keterampilan siswa pemecahan masalah. Di samping kelebihan,
memecahkan masalah. media pembelajaran ini juga memunyai
Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil kelemahan antara lain: hanya terbatas pada
penilaian terhadap produk media satu materi saja yaitu fluida dinamis,
pembelajaran dari aspek media menurut ahli keterbatasan dari peneliti dalam

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|28

pengembangan media pembelajaran yang dari aspek media, materi, dan metode
lebih interaktif, uji coba produk hanya berada dalam kategori sangat baik. (2)
terbatas sampai pada uji coba lapangan Peningkatan keterampilan pemecahan
utama, dan uji coba produk hanya dilakukan masalah siswa yang pembelajarannya
pada satu sekolah dengan subjek uji coba menggunakan media pembelajaran bervisi
yang terbatas. SETS berbantuan komputer lebih tinggi
Hasil penelitan ini sesuai dengan hasil daripada siswa yang pembelajarannya tidak
penelitian yang dilakukan oleh beberapa menggunakan media pembelajaran bervisi
peneliti. Penelitian Kim & Roth (2008) SETS berbantuan komputer.
menunjukkan bahwa penerapan pembelaja-
ran dengan mengaitkan ilmu pengetahuan, DAFTAR PUSTAKA
lingkungan, teknologi, dan masyarakat akan
membuat siswa lebih baik, yaitu sikap Borg, W. R. & Gall, M. D. (1983).
siswa lebih peduli terhadap lingkungan. Educational Research. New York:
Penelitian yang dilakukan Frank & Barzilai Longman.
(2006) menunjukkan bahwa sebanyak 95%
siswa berpendapat jika konsep SETS Depdiknas. (2007). Model Kurikulum
dimasukkan ke dalam proses pembelajaran, Pendidikan yang Menerapkan Visi
maka memberi kesempatan kepada mereka SETS (Science, Environment,
untuk memperoleh pengetahuan dan Technology, and Society). Jakarta:
mempertinggi pemahaman mereka terhadap Pusat Kurikulum Balitbang
antarcabang ilmu pengetahuan. Hasil Depdiknas.
penelitian yang dilakukan oleh Setiyono
(2011) menunjukkan adanya peningkatan Depdiknas. (2010). Juknis Penyusunan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa Perangkat Penilaian Afektif di SMA.
setelah mengikuti pembelajaran Jakarta: Direktorat Pembinaan
menggunakan perangkat pembelajaran Sekolah Menengah Atas.
dengan pendekatan SETS. Hasil Penelitian
dari Marini, et.al (2013) menunjukkan Frank, M. & Barzilai, A. (2006). Project-
bahwa pembelajaran dengan strategi PBL Based Technology: Instructional
berbasis ICT dapat meningkatkan Strategy for Developing
pemahaman konsep fisika dan keterampilan Technological Literacy. Journal of
pemecahan masalah fisika siswa. Dengan Technology Education, 18(1), 39-
demikian, secara umum media 53.
pembelajaran bervisi SETS berbantuan
komputer yang dikembangkan ini sudah Garofalo, J & Lester, JR. F. K. (1985).
layak untuk digunakan dan disebarluaskan Metacognition, Cognitive
kepada pengguna. Adanya media Monitoring, and Mathematical
pembelajaran ini diharapkan dapat Performance. Journal for Research
berkontribusi terhadap peningkatan in Mathematics Education, 16(3),
keterampilan pemecahan masalah siswa. 163-176.

SIMPULAN Kim, M. & Roth, W. M. (2008). Rethinking


the Ethics of Scientific Knowladge:
Berdasarkan hasil penelitian dan A Case Study of Teaching the
pengembangan dapat disimpulkan hal-hal Environment in Science
sebagai berikut. (1) Media pembelajaran Classrooms. Asia Pasific Education
bervisi SETS berbantuan komputer pada Review, 9(4), 516-528.
materi fluida dinamis yang dikembangkan
sudah sesuai dengan kriteria yang Marini, D. I., Hidayat, A., & Kuasairi, S.
ditetapkan. Penilaian media pembelajaran (2013). Pengaruh Strategi Problem

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017


|29

Based Learning Berbasis ICT Rusilowati, A. (2006). Profil Kesulitan


terhadap Pemahaman Konsep dan Belajar Fisika Pokok Bahasan
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelistrikan Siswa SMA di Kota
Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 9(2013), 8-17. Indonesia, 4(2), 100-106.

McGregor, D. (2007). Developing Rusman, Kurniawan, D., & Riyana, C.


Thinking; Developing Learning: A (2012). Pembelajaran Berbasis
Guide to Thinking Skills in Teknologi Informasi dan
Education. New York: Open Komunikasi: Mengembangkan
University Press. Profesionalitas Guru. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Nitko, A. J. & Brookhart, S. M. (2011).
Educational Assessment of Students Setiyono, F. P. (2011). Pengembangan
6th ed. USA: Pearson. Perangkat Pembelajaran Kimia
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Ogunleye, A. O. (2009). Teachers’ and (Ksp) dengan Pendekatan SETS
Students’ Perceptions of Students’ untuk Meningkatkan Kemampuan
Problem-Solving Difficulties in Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa.
Physics: Implications for Jurnal PP, 1(2), 149-158.
Remediations. Journal of Collage
Teaching & Learning, 6(7), 85-90. Sumintono, B. & Widhiarso, W. (2013).
Polya, G. (1985). How to Solve It. Aplikasi Model Rasch untuk Penelitian
Princeton: Princeton University Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Trim
Press. Komunikata Publishing House.

Indonesian Journal of Science and Education, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai