Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SAMBUNGAN PADA STRUKTUR BAJA


DENGAN POKOK BAHASAN SAMBUNGAN LAS DAN BAUT

DISUSUN OLEH:
TAR. ADAM RASYID FAJRI
PROGRAM STUDI D.III TEKNIK BANGUNAN DAN
LANDASAN
SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA
CURUG
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat,
rahmat dan anugerah yang selalu diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya saya tidak menyelesaikannya seorang diri.
Saya mendapat bantuan dari buku dan situs web yang telah memberikan bantuan.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak tersebut.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan serta karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah azza wa jalla. Saya mengharapkan kritik dan
saran yang sifat nya membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini
dimasa mendatang. Saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Jakarta, 14 Agustus 2019

Tar. Adam Rasyid Fajri


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam suatu proses perencanaan, kegiatan rekayasa merupakan kegiatan untuk


mendapatkan produk yang lebih baik. Dalam evaluasi biasanya hanya berdasarkan
beban statis dalam analisa kegagalan dan hal ini sudah kurang sesuai, minimal juga
harus sudah memperhitungkan beban dinamis ( fatigue ) dan pengaruh lingkungan jika
perlu.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian dari sambungan


2. Apa saja Macam-macam sambungan
3. Apa saja System sambungan baut pada baja
4. Apa saja System sambungan las dan macamnya

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian sambungan


2. Mengetahui Macam-macam sambungan
3. Mengetahui System sambungan baut pada baja
4. Mengetahui System sambungan las dan macamnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sambungan
Tiap mesin atau konstuksi terbentuk dari beberapa suku bagian,macam-macam
bagian. Sesamanya dihubungkan, salah satu cara menghubungkan suatu bagian ke suku
bagian yang lain diperlukan / memberikan sambungan.
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan
menggunakan suatu cara tertentu.
Penyambungan bagian satu dengan lainnya pada struktur pesawat terbang
diperlukan rivet, struktur akan mengalami pengurangan luasan akibat lubang rivet.
Pangaruh adanya lubang rivet menimbulkan konsentrasi tegangan yang menurunkan
kekuatan struktur. Hasil inspeksi retak pada pesawat terbang banyak terlihat justru
pada bagian sambungan keling ini, banyak ditemukan retak “Multiple Site Damage”
(MSD) yang dapat didefinisikan sebagai terjadinya retak-retak yang berasal dari
lubang paku keling akibat adanya beban dinamis.

B. Macam-Macam Sambungan:

1) Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara merusaknya,
contoh:sambungan keeling dan sambungan las.

2) Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita
bongkar tanpa merusaknya sesuatu,
contohnya:sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir.

C. System Sambungan pada Pada Baja

Jenis baut yang dapat digunakan untuk struktur bangunan sesuai SNI 03 - 1729 –
2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN
GEDUNG adalah baut yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-81, 0647-91 dan
0780-83, SII 0781-83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89-A, dan 0661-89-A) yang
sesuai, atau penggantinya.

Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut
A490 merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi
enam tebal yang diberi tanda standar dan simbol pabrik pada salah satu mukanya.
Bagian berulir baut dengan kepala segienam lebih pendek dari pada baut standar yang
lain; keadaan ini memperkecil kemungkinan adanya ulir pada tangkai baut yang
memerlukan kekuatan maksimumnya.

a) Beban Leleh dan Penarikan Baut

Syarat utama dalam pemasangan baut kekuatan tinggi ialah memberikan gaya
pratarik (pretension) yang memadai. Gaya pratarik harus sebesar mungkin dan tidak
menimbulkan deformasi permanen atau kehancuran baut. Bahan baut menunjukkan
kelakuan tegangan-regangan (beban-deformasi) yang tidak memiliki titik leleh yang
jelas. Sebagai pengganti tegangan leleh, istilah beban leleh (beban tarik awal/proof
load) akan digunakan untuk baut. Beban leleh adalah beban yang diperoleh dari
perkalian luas tegangan tarik dan tegangan leleh yang ditentukan berdasarkan
regangan tetap (offset strain) 0,2% atau perpanjangan 0,5% akibat beban. Tegangan
beban leleh untuk baut A325 dan A490 masing-masing minimal sekitar 70% dan 80%
dari kekuatan tarik maksimumnya.

Jenis Sambungan Baja

Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah pengelasan serta


sambungan yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling (rivet) dan baut.
Baut kekuatan tinggi (high strength bolt) telah banyak menggantikan paku keling
sebagai alat utama dalam sambungan struktural yang tidak dilas.

a. Baut kekuatan tinggi

Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM sebagai
A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal dan digunakan dengan
mur segienam yang setengah halus (semifinished) dan tebal seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 6.10(b). Bagian berulirnya lebih pendek dari pada baut non-struktural,
dan dapat dipotong atau digiling (rolled).
Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas
dengan kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634 MPa) yang
tergantung pada diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari
baja paduan (alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896
MPa) yang tergantung pada diameter. Baut A449 kadang-kadang digunakan bila
diameter yang diperlukan berkisar dari II sampai 3 inci, dan juga untuk baut angkur
serta batang bulat berulir. Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara 1/2 dan 1
1/2 inci (3 inci untuk A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi
gedung adalah 3/4 inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling umum dalam
perencanaan jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci.
Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan tegangan
tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit (klem/clamping force)
pada sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada
sambungan terjadi akibat adanya gesekan (friksi) pada potongan yang disambung.
Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser
(friction type), bila daya tahan gelincir (slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai
tipe tumpu (bearing type), bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan.

b. Baut Hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM
A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu
menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang
dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur yang ringan,
batang sekunder atau pengaku, anjungan (platform), gording, rusuk dinding, rangka
batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil dan bersifat statis. Baut ini juga
dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan yang menggunakan baut
kekuatan tinggi, paku keling, atau las. Baut hitam (yang tidak dihaluskan) kadang-
kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta kepala dan murnya dapat
berbentuk bujur sangkar.

c. Baut Sekrup (Turned Bolt)


Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari
bahan berbentuk segienam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 5'0 inci.) bila
dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan
memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor, seperti pada bagian konstruksi
paku keling yang terletak sedemikian rupa hingga penembakan paku keling yang baik
sulit dilakukan. Kadang-kadang baut ini bermanfaat dalam mensejajarkan peralatan
mesin dan batang struktural yang posisinya harus akurat. Saat itu baut sekrup jarang
sekali digunakan pada sambungan struktural, karena baut kekuatan tinggi lebih baik
dan lebih murah.

d. Baut Bersirip (Ribbed Bolt)


Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa, dan berkepala bundar dengan
tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai sebagai
alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut bersirip dengan
ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut tersebut. Dalam
pemasangan baut bersirip, baut memotong tepi keliling lubang sehingga diperoleh
cengkraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama bermanfaat pada sambungan
tumpu (bearing) dan pada sambungan yang mengalami tegangan berganti (bolak-balik).
Variasi dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergerigi (interference-
body bolt.) yang terbuat dari baja baut A325. Sebagai pengganti sirip longitudinal,
baut ini memiliki gerigi keliling dan sirip sejajar tangkainya. Karena gerigi sekeliling
tangkai memotong sirip sejajar, baut ini kadang-kadang disebut baut bersirip
terputus (interrupted-rib). Baut bersirip sukar dipasang pada sambungan yang terdiri
dari beberapa lapis pelat. Baut kekuatan tinggi A325 dengan tangkai bergerigi yang
sekarang juga sukar dimasukkan ke lubang yang melalui sejumlah plat; namun, baut ini
digunakan bila hendak memperoleh baut yang harus mencengkram erat pada
lubangnya. Selain itu, pada saat pengencangan mur, kepala baut tidak perlu dipegang
seperti yang umumnya dilakukan pada baut A325 biasa yang polos

D. System Sambungan Pada Las Dan Macamnya

Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan energi


panas. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai
kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat
efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan
sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan
konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:
o Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang
disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan
sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi
listrik. Sambungan las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu
sambungan tumpang dan sambungan tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik
digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.
Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat tipis
yang biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :
Ø Las Titik (Spot Welding)
Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik.
Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni,
elektroda atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam
keadaan diam dan elektroda atas bergerak menekan pelat yang akan disambung. Agar
pelat yang akan disambung tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya pencairan
maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin.

Ø Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)


Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las resistansi titik,
tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda yang
dapat berputar sesuai dengan alur/garis pengelasanyang dikehendaki
o Las Busur Listrik
Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif
diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang
ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan
elektroda yang di las. Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses pengelasan
ini mencapai 2000-3000º C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan
melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk adalah
pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda diklasifikasikan
menjadi lima kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special alloy steel,
cast iron dan non ferrous. Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan
dengan elektroda dalam kelompok mild steel (baja lunak).
o Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen
Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas C2
H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencair logam
induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen,
propan atau hidrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan
adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.

o Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)


Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah satu
pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari pengelasan
secara manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium
kuningan dan lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi
lainnya. Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda
sekali habis (non consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses
pengelasan ini adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk
menghidari terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan logam yang dilas.
o Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh
dari busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung
kawat elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.
Jenis-jenis Sambungan Las
Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang
yang bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang
tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan las
terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang
banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan
(lap), tegak (T), sudut, dan sisi.
1) Sambungan Sebidang

Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar


dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan
ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal
seperti dalam Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi
sempurna (full penetration groove weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran
sambungan minimum dan biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun.
Kerugian utamanya ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara
khusus (diratakan atau dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas.
Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan potongan yang akan disambung harus
diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan sambungan sebidang dibuat
di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan dengan akurat.

2) Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan pada Gambar 6.17 merupakan jenis yang paling umum. Sambungan
ini mempunyai dua keuntungan utama:
− Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan
dalam pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut
dapat digeser untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk
penyesuaian panjang.
− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan
khusus dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan
menggunakan las sudut sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di
lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem)
tanpa menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potongan-potongan
diletakkan ke posisinya dengan beberapa baut pemasangan yang dapat ditinggalkan
atau dibuka kembali setelah dilas.
− Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk menyambung plat
yang tebalnya berlainan.

3) Sambungan Tegak

Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti
profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping
(bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang
disambung membentuk sudut tegak lurus seperti pada Gambar 6.16(c). Jenis
sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari
plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las tumpul.

4) Sambungan Sudut

Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi
empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul momen puntir yang
besar.

5) Sambungan Sisi

Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga
agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan
kesejajaran (alignment) awal.

Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi
kelima jenis sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya
terdapat lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural dengan
lainnya, perencana harus dapat memilih sambungan (atau kombinasi sambungan)
terbaik dalam setiap persoal.
Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :
 Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan
menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
 Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
 Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
 Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat
konstruksi, sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat
konstruksi.
 Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang
pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan
sebagainya ).
 Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga
kekuatannya utuh.

Kerugian Sambungan Las


Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika
pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya
jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak
baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal.
Salah satu
sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan
yang lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian
materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi
bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan
menggunakan sambungan las.

Pengertian

Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir


untuk mengikat dua atau lebih komponen permesinan. Sambungan Ulir
merupakan jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang).
Sambungan ulir terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Inggris=Bolt, yakni yang
memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni yang memiliki ulir di bagian
dalam).
Fungsi Sambungan Ulir

Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang) sambungan
ulir memiliki fungsi teknis utama, yaitu :
¾ Digunakanu untuk bagian mesin yang memerlukan sambungan dan
pelepasan tanpa merusak bagian mesin perawatan. ¾ Untuk memegang dan
penyesuaian dalam perakitan

Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir

Ditinjau dari sisi teknik sambungan ulir memiliki keuntungan dan kerugian
sebagai berikut :

1 . Mempunyai reliabilitas (kehandalan) tinggi dalam operasi.

2 . Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.

3. Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa kondisi
operasi.

4 . Lebih murah untuk diproduksi dan lebih efisien.

Kerugian Sambungan Ulir

1 Konsentrasi tegangan yang pada bagian ulir yg tidak mampu menahan berbagai
kondisi beban.
Nomenklatur Ulir
• Major diameter
Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari sebuah sekrup.
Sekrup dispesifikasikan oleh diameter ini, juga disebut diameter luar atau diameter
nominal.
• Minor diameter
Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut juga sebagai core
atau diameter root
• Pitch diameter
Disebut juga diameter efektif, merupakan bagian yang berhubungan antara baut dan
mur.
 Pitch
Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat diartikan jarak yang
ditempuh ulir dalam satu kali putaran.

Bentuk Ulir
 British standard whitworth (BSW) threat
 Mata Ulir berbentu segitiga. Aplikasi : untuk menahan vibrasi, aero dan
automobile
 British Association (BA) threat
 Mata Ulir berbentuk segitiga dengan puncak tumpul Aplikasi : Untuk
mengulir pekerjaan yang presisi.

 Square threat
 Mata Ulir berbentuk Segiempat. Aplikasi : power transmisi, machine
tools, valves, screw jacks.
 Acme threat
 Mata Ulir berbentuk Trapesium Aplikasi : cutting lathe, brass valves,
bench vices
 Knuckle threatMata Ulir berbentu Bulat.
 Aplikasi : digunakan untuk tugas berat, railway carriage couplings,
hydrant, dll,
 Buttress threat
 Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan daya pada satu
arah, bench vices.
 Metric threat
Aplikasi : general purpose
1. Tegangan internal akibat gaya pengencangan
2. Tegangan tarik disebabkan pelonggaran baut.
3. Tegangan geser puntir akibat tahan gesek selama pengencangan.
4. Tegangan geser pada ulir.
5. Tegangan tekan pada ulir.
6. Tegangan tekuk, jika permukaan dibawah kepala baut/screw tidak dalam
posisi sempurna thd sumbu baut.
Jenis Ulir

Ulir digolongkan menurut bentuk profil penampangnya sebagai berikut : ulir segi tiga,
persegi, trapezium, gigi gegaji, dan bulat, bentuk persegi,trapezium, dan gigi gergaji,
pada umumnya dipakai untuk pengerak atau penerus gaya , sedangkan ulir bulat dipakai
untuk menghindari kemacetan karena kotoran . tetapi bentuk yang paling banyak
dipakai adalah ulir segitiga.
Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan inch,
dan menurut ulir kasar dan lembut sebagai berikut :
1. seri ulir kasar metris
2. seri ulir kasar UNG
3. seri ulir lembut simetris
4. seri ulir lembut UNF

Kelas Ulir

Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif ( diameter dimana
tebal profil dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan diameter inti. Untuk
ulir dalam, ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas
yang diizinkan, dan toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sbb:
Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3. Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas 3A, 2A, dan
1A, untuk ulir luar. Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan
dalam standar amerika adalah 3A atau 3B . Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas
adalah sbb:
Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan, Misalnya ulir dalam
dari Lubang yang panjang.

Bahan Ulir

Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti


diperlihatkan dalam Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel
tersebut adalah sbb : angka sebelah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum
kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah kanan titik adalah 1/10 (σγ/σB ) Untuk mur
, bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban jaminan.
Jenis ulir Menurut Bentuk Bagian Dan Fungsinya.
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam , soket segi enam , dan
kepala persegi. Baut dan mur dapat dibagi sebagai berikut : baut penjepit , baut untuk
pemakaian khusus , sekrup mesin sekrup penetap , dan mur, seperti diuraikan dibawah
ini :
a. Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana jepitan
diketatkan dengan sebua mur
b. Baut tap , untuk menjepit dua bagian, dimanajepitan diketatkan dengan ulir yang
ditapkan pada salah satu bagian .
c. baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk
dapat menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai
lubang berulir, dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan
menggunakan suatu cara tertentu. Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat
dilepas dengan cara merusaknya. Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang
dapat kita lepas dan dapat kita bongkar tanpa merusaknya sesuatu,
Contohnya : sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir. ,
Contohnya : sambungan keeling dan sambungan las.

B. Saran

Dalam makalah saya tentunya banyak terdapat kekurangan maupun kesalahan baik
dalam penulisan, maupun pemaparannya. Dan juga materi yang saya sampaikan
mungkin banyak kekuranganya. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat saya harapkan untuk perbaikan makalah saya kedepannya.

Wassalamu’alaykum waarohmatullahi wa Barokatuh


DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi Baja I
Jilid I. Jakarta : Delta Teknik Group
2. Pasaribu, Patar M. (1996).Konstruksi Baja. Medan: Percetakan Bin Harun. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. Bandung Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan
3. STRUKTUR BAJA I / 3 SKS / MODUL 3/ Drs. Nathanael Sitanggang, S.T., M.Pd.
4. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
5. buku ajar diktat elemen mesin 1oleh: Drs. Lagiyono, MPd, MT
https://plus.google.com/103544668433675570498/posts/U2cso9txqHJ

Anda mungkin juga menyukai