Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian setelah
penyakit jantung dan kanker. Stroke sudah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan
sebelum zaman hippocrates, dimana penyakit ini merupakan penyakit saraf yang paling
banyak menarik perhatian (Harsono, 2009).

Stroke didefinisikan sebagai manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,


baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung secara cepat, berlangsung
lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain
daripada gangguan vaskular (WHO, 2003).

Menteri Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan, berdasarkan data dari


tahun 1991 hingga tahun 2007 (hasil Riset Kesehatan tahun 2007) menunjukkan bahwa
stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama hampir di seluruh Rumah
Sakit (RS) di Indonesia. Sementara data Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI)
tahun 2009 menunjukkan bahwa penyebab kematian utama di RS akibat stroke adalah
sebesar 15%, artinya 1 dari 7 kematian disebabkan oleh stroke dengan tingkat kecacatan
mencapai 65% (DepKes, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Stroke ?
2. Dimana lokasi gangguan dari Stroke ?
3. Apa tanda dan gejala Stroke ?
4. Bagaimana penatalaksanaan terapi Stroke ?
5. Bagaimana koding dari Stroke ?

1.3 Tujuan
1. Mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan Stroke.
2. Mampu mengetahui dimana lokasi gangguan dari Stroke.
3. Mampu mengetahui tanda dan gejala stroke.
4. Mampu mengetahui penatalaksaana terapi Stroke.
5. Mampu mengetahui koding dari Stroke.
II. ISI

2.1 Pengertian

Stroke adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang mengalami


kelumpuhan atau kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak yang
menyebabkan kematian jaringan otak. Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang
membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan
oksigen menyebabkan fungsi control gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak
berfungsi.

Stroke dibagi menjadi 2 bedasarkan penyebanya, yaitu stroke iskemik dan


stroke hemoragik. Stroke iskemik merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu
gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan
hipoksia pada otak dan tidak terjadi perdarahan. Sumbatan tersebut dapat disebabkan
oleh trombus (bekuan) yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ
selain otak. Stroke ini ditandai dengan kelemahan atau hemiparesis, nyeri kepala, mual
muntah, pendangan kabur, dan disfagia. Stroke hemoragik merupakan stroke yang
disebabkan oleh perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhniod karena
pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu sehingga darah memenuhi jaringan
otak. Perdarahan yang terjadi dapat menimbulkan gejala neurologik dengan cepat
karena tekanan pada saraf di dalam tengkorang yang ditandai dengan penurunan
kesadaran, nadi cepat, pernapasan cepat, pupil mengecil dan hemiplegia.

2.2 Lokasi Gangguan

Lokasi gangguan stroke terjadi di “otak” yang disebabkan oleh dua hal yang berbeda
yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
 Stroke Iskemik

Stroke iskemik terjadi apabila terjadi oklusi atau penyempitan aliran darah ke
otak dimana otak membutuhkan oksigen dan glukosa sebagai sumber energi agar
fungsinya tetap baik. Jika terjadi hipoksia seperti yang terjadi pada stroke, di otak
akan mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang
terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit. Pembuluh darah yang paling sering
terkena adalah arteri serebral dan arteri karotis interna yang ada di leher.

Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis


(terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan
bermacam-macam manifestasi klinik dengan cara:

1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi


aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau
perdarahan aterom.
3. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang
kemudian dapat robek.

Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di
bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan yang
menyebabkan terjadinya vasospasme lokal di segmen di mana embolus berada.
Gejala kliniknya bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat.

Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area
sistem saraf pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada
perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat
‘penumbra iskemik’ yang tetap viabel untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat
pulih jika aliran darah baik kembali. Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan
karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan
neuron yang rusak; Edema vasogenik yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat
perombakan sawar darah-otak.

Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari
setelah stroke mayor, akibat peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi
struktur-struktur di sekitarnya.

 Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke,
dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid
(PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme
lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-
zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau
subarakhnoid.
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering
terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari
banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya
perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang
dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan
tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna.

Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan ketergantungan dinding


aneurisma yang bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan di
luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan
menyebar ke seluruh otak dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis.
Darah ini selain dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat
melukai jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama
kali pecah, serta mengiritasi selaput otak.

2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari stroke adalah hipertensi, gangguan motorik yang berupa
hemiparesis (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan salah satu sisi tubuh), gangguan
sensorik, gangguan visual, gangguan keseimbangan, nyeri kepala (migran atau vertigo),
mual muntah, disatria (kesulitan berbicara), perubahan mendadak status mental, dan
hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

2.4 Penatalaksanaan Terapi


2.5.1 Terapi Farmakologi
 Alteplase
Alteplase adalah tPA (tissue plasminogen activator). Obat ini berkerja dengan cara
membantu memecah gumpalan darah yang tidak diinginkan.
Indikasi : Memperbaiki fungsi alat saluran pembuluh darah utama yang
telah menggumpal karena gumpalan darah
Dosis : 0,9 mk/kg melalui oembuluh darah (intra venous) selama 60
menit dengan doisis 10 % diberikan sebagai bolus awal selama 1 menit
Efek Samping : Hematologik (pendarahan khususnya di tempat tusukan),
demam dan penginfusan bias dikaitkan dengan munculya hipotensi.

 Clopidogrel
Mencegah penggumpalan darah pada penderita serangan jantung, stroke iskemik
(akibat penyumbatan), penyakit arteri perifer, penyakit jantung koroner, dan
pemasangan ring, baik pada pembuluh darah arteri jantung atau pembuluh darah
arteri lainnya
Dosis : 75 mg per hari. Namun dosis bias saja disesuaikan dengan
kondisi kesehatan pasien.
Efek Samping : Lebam dan pendarahan bawah kulit, mimisan, nyeri perut,
konstipasi dan gangguan pencernaan.

2.5.2 Pemeriksaan Penunjang


a. CT Scan

Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke infark dan stroke
hemoragik. Pemeriksaan CT scan kepala merupakan gold standar untuk
menegakan diagnosis stroke.

b. Magnetic Resonance Imagina (MRI)

Secara umum pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih


sensitive dibandingkan CT scan. MRI mempunyai kelebihan mampu melihat
adanya iskemik pada jaringan otak dalam waktu 2-3 jam setelah onset stroke
non hemoragik. MRI juga digunakan pada kelainan medulla spinalis.
Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara
bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah tidak bisa
memeriksa pasien yang menggunakan protese logam dalam tubuhnya,
preosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, serta harga
pemeriksaan yang lebih mahal.

c. Laboratorium

Pada pasien yang diduga mengalami stroke perlu dilakukan


pemeriksaan laboratorium. Parameter yang diperiksa meliputi kadar glukosa
darah, elektrolit, analisa gas darah, hematologi lengkap, kadar ureum, kreatinin,
enzim jantung, prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time
(aPTT). Pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mendeteksi hipoglikemi
maupun hiperglikemi, karena pada kedua keadaan ini dapat dijumpai gejala
neurologis. Pemeriksaan elektrolit ditujukan untuk mendeteksi adanya
gangguan elektrolit baik untuk natrium, kalium, kalsium, fosfat maupun
magnesium.
Pemeriksaan analisa gas darah juga perlu dilakukan untuk mendeteksi
asidosis metabolik. Hipoksia dan hiperkapnia juga menyebabkan gangguan
neurologis. Prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time
(aPTT) digunakan untuk menilai aktivasi koagulasi serta monitoring terapi.
Dari pemeriksaan hematologi lengkap dapat diperoleh data tentang kadar
hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit serta
morfologi sel darah. Polisitemia vara, anemia sel sabit, dan trombositemia
esensial adalah kelainan sel darah yang dapat menyebabkan stroke.

2.5 Coding Of Stroke


III. PENUTUP

3.1 Stroke adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang mengalami kelumpuhan
atau kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak yang menyebabkan
kematian jaringan otak. Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah
dan oksigen ke otak mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen
menyebabkan fungsi control gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak
berfungsi.
3.2 Lokasi gangguan stroke terjadi di “otak” yang disebabkan oleh dua hal yang berbeda
yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
3.3 Tanda dan gejala dari stroke adalah hipertensi, gangguan motorik yang berupa
hemiparesis (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan salah satu sisi tubuh), gangguan
sensorik, gangguan visual, gangguan keseimbangan, nyeri kepala (migran atau vertigo),
mual muntah, disatria (kesulitan berbicara), perubahan mendadak status mental, dan
hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
3.4 Penatalaksanaan terapi farmakologi dapat di berikan obat alteplase dan clopidogrel.
Pemeriksaan penunjang bagi penderita stroke yaitu CT Scan, Magnetic Resonance
Imagina (MRI), dan pemeriksaan laboratorium.
3.5 Koding
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai