Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH NUTRISI TERHADAP JARINGAN LUNAK MULUT

DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS

ORAL BIOLOGY 5

Disusun Oleh :

Septina Anggun Putri (04121004031)

Fadilla Ash SNS(04121004032)

Debby Aprilia (04121004033)

Aisyah Rahmania (04121004034)

Alviani Tiku Rante T.(04121004035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014
A. Pendahuluan

Nutrisi merupakan unsur dari makanan yang diperlukan untuk


mempertahankan fungsi normal tubuh. Senyawa ini memberikan energi yang
dibutuhkan dan molekul penting bagi pertumbuhan dan berfungsi dalam
pemeliharaan. Para ahli nutrisi menyelidiki respon metabolik dan fisiologis
terhadap diet. Urutan langkah-langkah biokimia melalui zat dalam makhluk
hidup yang dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Tubuh manusia
mengandung senyawa kimia, seperti air, karbohidrat (gula, pati, dan serat), asam
amino (protein), asam lemak (lipid), dan asam nukleat (DNA dan RNA). Senyawa
ini terdiri dari unsur-unsur seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor,
kalsium, besi, seng, magnesium, mangan, dan sebagainya. Semua senyawa kimia
ini dan unsur ada dalam berbagai bentuk dan kombinasi (misalnya hormon,
vitamin, fosfolipid, dan hidroksiapatit). 1
Asupan gizi mempengaruhi jaringan mulut di mana bakteri berikatan
(yaitu epitel, kolagen, tulang, gigi), begitu juga saliva. Protein sekretori (musin)
yang ditemukan dalam saliva memberikan penghalang yang efektif terhadap
pengeringan, penetrasi, iritasi fisik dan kimia, dan bakteria. 2
Diet dan nutrisi berperan dalam : 1
1. Perkembangan gigi
2. Mutu gingiva dan jaringan rongga mulut
3. Pencegahan dan perawatan penyakit rongga mulut
Mukosa oral sangat rentan terhadap perubahan anatomis dan fisiologis
yang dihasilkan dari defisit nutrisi atau toksisitas. Karena tingkat pergantian sel
mukosa mulut relatif cepat, nutrisi yang cukup harus tersedia pada waktu yang
tepat dan dalam konsentrasi yang tepat untuk replikasi DNA, sintesis protein, dan
maturasi sel dan jaringan yang terjadi. Epitel mulut berperan sebagai penghalang
yang efektif melawan invasi zat-zat toksik, khususnya antigen yang berasal dari
mikroba mulut, dalam jaringan ikat kolagen yang mendasarinya. Nutrisi yang
tidak memadai dapat menyebabkan epitel mulut rusak atau terganggu sehingga
meningkatkan kerentanan jaringan terhadap penyakit infeksius. 3
Untuk alasan ini, rongga mulut adalah daerah pertama dari tubuh yang
menunjukkan tanda klinis dari defisiensi nutrien dan malnutrisi. Sebenarnya setiap
defisiensi nutrisi klasik atau toksisitas termasuk scurvy, beriberi, pelagra,
memiliki tanda dan gejala dalam rongga mulut dan struktur di sekitarnya. Bibir,
lidah, mukosa mulut, dan gingiva, semuanya dapat mencerminkan penyimpangan
nutrisi jauh sebelum tanda-tanda tersebut tampak di tempat lain di tubuh. 3
Nutrisi menginduksi perubahan oral yang dapat berupa lesi anatomik,
perubahan warna, perubahan fungsional (seperti mulut terbakar dan lidah),
perubahan terkstur, dan inflamasi bibir, mukosa oral, sudut mulut, lidah, dan
gingiva. 3
Kekurangan gizi bisa sangat mempengaruhi fungsi rongga mulut.
Pengecapan, salivasi, mastikasi, dan penelanan bisa terganggu oleh kekurangan
gizi. Pengecapan bisa jadi berubah. Makanan mungkin terasa pahit, logam, atau
hambar. Produksi air liur dapat berkurang dan ini bisa membuat pengunyahan dan
menelan sangat sulit dan menyakitkan. Hal ini dapat membawa gizi buruk dari
ketidakmampuan atau kurangnya keinginan untuk makan. Kekurangan gizi
kemudian menyebabkan gejala baru dan masalah kesehatan mulut lebih lanjut. 2
Malnutrisi juga ditandai dengan peningkatan produksi dan sekresi hormon
stres (glukokortikoid) dan penurunan sekresi insulin. Peningkatan kadar kortisol
yang beredar di pasien malnutrisi menyiratkan perubahan serupa di isi hormon ini
dalam saliva dan cairan gingiva. Peningkatan kadar glukokortikoid yang
bersirkulasi, bahkan pada konsentrasi fisiologis, mendatangkan makrofag dan
mengurangi disfungsi produksi sitokin dalam respon terhadap rangsangan
inflamasi. Sitokin memainkan peran penting dalam pertumbuhan, diferensiasi,
pertahanan host, dan kerusakan jaringan. Sitokin juga menghambat kemokin dan
sel lain terlibat dalam menarik sel-sel inflamasi di lokasi peradangan, yang
akhirnya berdampak pada proses penyembuhan jaringan. 2
B. Fungsi Nutirisi terhadap Jaringan Lunak Rongga Mulut

1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat nutrisi yang paling utama sebagai sumber energi
bagi proses metabolisme tubuh. Karbohidrat memiliki fungsi dalam
glikosaminoglikans (GAGs) seperti kondroitin, keratin dermatan sulfat. Oleh
karena itu, kekurangan karbohidrat akan menyebabkan rentannya kolagen dan
matriks eksttra seluler dan memudahkan invasi dari mikroorganisme. Fungsi GAG
sebagai pengikat cairan pun tidak maksimal sehingga sel mudah mengalami
dehidrasi dan rentan terhadap trauma fisik maupun kimiawi.
Selain itu, minimnya ATP atau energi yang dihasilkan akan mengakibatkan
metabolisme sel pada epitel mukosa, syaraf dan sel imun) menurun dan
menyebabkan subtansi sel tidak terbentuk sempurna dan kerentanan sel untuk
rusak semakin meningkat.
Manifestasi penyakit:
Gambaran klinis dirongga mulut akibat difisiensi karbohidrat:
1) Angular seilitis
2) stomatitis
3) mudah teriritasi dan tidak respon terhadap rangsangan.

Gambar 1. Angular Cheilitis (Atlas of Oral Diseases)


2. Protein
Protein adalah komponen yang terdiri atas atom karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan sulfur, dan beberapa ada yang mengandung sulfur dan akan
membentuk asam amino.

Asam amino terdiri dari 2 macam:

1. Asam amino esensial yaitu asam amino yang tidak dapat disintesisi oleh tubuh
tapi terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh

2. Asam amino non esensial yaitu asam amino yang bisa disintesis oleh tubuh

Fungsi:
Protein sangat berperan terutama pada masa pertumbuhan jaringan
termasuk perkembangan gigi sejak awal pertumbuhannya. Selain itu protein
berperan dalam pembentukan antibodi yang melindungi seluruh jaringan termasuk
mukosa mulut. Protein banyak terdapat pada daging, telur, susu, ikan dan jagung.
Manifestasi defisiensi protein dalam rongga mulut adalah lidah tampak berwarna
merah karena hilangnya papila, terjadi angular cheilitis dan fissura bibir atau bibir
pecah-pecah. Hal ini dikarenakan fungsi protein dalam pertumbuhan sel menurun.
Resistensi terhadap infeksi pun mengalami penurunan sehingga mudah terjadi
infeksi pada jaringan periodontal akibat berkurangnya produksi enzim yang bahan
bakunya merupakan asam amino. Penelitian terbaru menyebutkan, ketika
defisiensi protein berlangsung pada tahap awal, ukuran kelenjar submandibular
ditemukan berkurang secara irreversible sehingga mengganggu produksi saliva.
Defisiensi parah dapat menyebabkan noma dengan gejala klinis berupa lesi yang
menembus mukosa bukal.
Gambar 2. Noma (Cancrum Oris) (Atlas of Oral Disease)

3. Lipid
Lemak adalah (Lipid) adalah zat organik hidrofobik yang bersifat
sukar larut dalam air.Namun lemak dapat larut dalam pelarut organik seperti
kloroform,eter dan benzen.
Fungsi:
Lemak mengangkut vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D,
E, K. Pengaruh secara langsung mungkin tidak terlalu signifikan tetapi karena
lemak mengangkut vitamin yang larut dalam lemak maka manifestasi dirongga
mulut adalah merupakan tanda defisiensi vitamin. Selain itu, lemak mengisi ruang
intraseluler pada lapisan stratum korneum epitel mukosa sehingga mnecegah
masuknya bakteri ke epitel.

4. Vitamin

 Vitamin A (Retinol)

Vitamin A adalah nutrien esensial yang dibutuhkan dalam jumlah yang


sedikit untuk fungsi pengelihatan yang normal, pertumbuhan dan perkembangan,
dan mempertahankan integritas sel epitel, fungsi imun, dan reproduksi. 4
Fungsi:
4
Pertumbuhan dan diferensiasi sel epitel dipengaruhi oleh vitamin A.
6
Vitamin ini berperan dalam stabilisasi membran sel dan organel sub-seluler.
Permukaan jaringan sel pembatas yang berfungsi sebagai pelindung gagal
berregenerasi dan berdiferensiasi, bahkan menipis dan terakumulasi oleh keratin.
Keratinisasi diatur oleh vitamin A pada level yang transcriptional.
Asam Retinoid berikatan dengan reseptornya yaitu (RARα, β, γ)
yang merupkan faktor transkripsi yang teraktivasi oleh asam retinoid. Selain itu
ada pula reseptor RXRα, β, γ sebagai agonist dan akan membentuk heterodimer
complex. Pada kondisi defisiensi vitamin A dan kekurangan retinoid maka terjadi
penurunan ekspresi marker dari epitel non-keratin yaitu k13 dan k19 pada sel
basal, sementara itu ekspresi marker dari epitel berkeratin yaitu profilaggrin dan
K1 meningkat pada sel suprabasal dan menunjukkan hiperkeratinisasi pada
mukosa oral

 Vitamin B
 Vitamin B1 (Tiamin)
Thiamin sebagai co-enzim thiamin pirofosfat (TPP) dalam metabolisme
karbohidrat dan rantai cabang asam amino. Khususnya Mg2+ berkoordinasi
dengan partisipasi TPP dalam pembentukan alfa-keto (misalnya, antara heksosa
dan pentosa fosfat) yang dikatalisis oleh transketolase dan dalam oksidasi asam α-
keto (misalnya piruvat, α-ketoglutarat, dan rantai cabang asam α-keto) oleh
kompleks dehidrogenase. Oleh karena itu, ketika thiamin tidak adekuat, terjadi
penurunan keseluruhan dalam metabolisme karbohidrat dan interkoneksinya
dengan metabolisme asam amino (melalui asam α-keto). Oleh karena itu,
manisfestasi klinisnya sama dengan defisiensi karbohidrat dan defisiensi protein.

 Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin membentuk dua koenzim: flavin mononucleotide (FMN) dan
flavin adenine dinucleotide (FAD). FMN dan FAD adalah koenzim untuk sebuah
enzim yang disebut flavin-linked dehydrogenase atau falvoprotein, yang
berpartisipasi pada reaksi redoks yang terfokus pada transfer hidrogen dan
elektron. Mereka berguna pada deaminasi oksidasi asam amino, oksidasi beta
asam lemak, dan katabolisme purin dan fosforilasi oksidasi. FMN dan FAD
berperan dalam reaksi transfer hidrogen karena riboflavin dapat menerima dan
memberi dua atom hidrogen pada posisi 1 dan 10. 6
Secara klinis, riboflavin mendorong pertumbuhan normal dan membantu
dalam sintesis steroid dan glikogen. FAD juga berperan dalam reaksi oksidasi-
reduksi, berinteraksi dengan kelompok enzim dikenal sebagai flavoproteins.

 Vitamin B3 (Niacin)
Niacin atau niacimide memiliki peran koenzim. Niasin ini berfungsi
sebagai dua koenzim: Nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) atau koenzim I
dan Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADP) atau koenzim II.
Keduanya berperan sebagai agen tranfer hidrogen pada reaksi redoks melalui
redoks reversibel nicotinamide moiety. Koenzim ini adalah bagian dari kelompok
beberapa enzim yang diketahui sebagai pyridine-linked atau nicotinamid
nucleotide linked dehydrogenasees. NAD-linked dehydrogenase biasanya
berhubungan dengan proses respirasi aerob (katabolisme) sedangkan NADP-
linked dehydrogenase berhubungan dengan reaksi biosintesis (anabolisme). 6
Bukti klinis kekurangan niacin meliputi kelelahan, kurang nafsu makan,
diare, lekas marah, sakit kepala, ketidakstabilan emosional dan kemungkinan
kehilangan memori. Cara kerjanya mirip seperti B2. Untuk lebih jelasnya, lihat
skema lampiran.

 Vitamin B6
Vitamin B6 atau Piridoksin adalah suatu vitamin yang larut air dan
termasuk dalam golongan vitamin B kompleks. Piridoksal fosfat (PLP) adalah
bentuk aktifnya dan merupakan kofaktor dalam berbagai reaksi metabolisme asam
amino, termasuk diantaranya proses transaminasi, deaminasi, dan dekarboksilasi.
PLP juga diperlukan dalam reaksi enzimatis yang mengatur proses pelepasan
glukosa dari glikogen.
Vitamin B6 penting untuk mempertahankan fungsi otak yang sehat,
pembentukan sel darah merah, pemecahan protein, sintesa antibodi sebagai bagian
dari system kekebalan tubuh. Dampak kekurangan vitamin B6 adalah terjadi
pecah-pecah disudut bibir, kerusakan kulit, mudah mual-mual, lidah tidak kasar,
mudah pening, anemi, mudah kena penyakit batu ginjal, terjadi sawan pada anak
kecil. Orang yang mempunyai kadar vitamin B6 rendah, menunjukkan gejala
seperti lemah, sifat lekas marah dan susah tidur. Selanjutnya gejala kegagalan
pertumbuhan, kerusakan fungsi motorik dan sawan. Selain itu Vitamin B6
(piridoksin) juga memegang peranan penting pada metabolisme asam amino, jadi
bila kekurangan vitamin B6 akan terjadi gangguan metabolisme protein sehingga
mengganggu kerja otak dan susunan saraf.
Pada rongga mulut,gangguan syaraf dapat berupa sensitivitas mulut
ataupun papilla mati rasa, mungkin juga ada yang mengeluhkan burning mouth
syndrome.

 Asam Folat
Asam folat adalah salah satu vitamin, termasuk dalam kelompok vitamin
B, merupakan salah satu unsur penting dalam sintesis DNA (deoxyribo nucleic
acid). Unsur ini diperlukan sebagai koenzim dalam sintesis pirimidin. Kebutuhan
meningkat pada saat terjadi peningkatan pembentukan sel seperti pada kehamilan,
keganasan dan bayi prematur. Anemia megaloblastik merupakan manifestasi
paling khas untuk defisiensi asam folat, walaupun ternyata defisiensi asam folat
dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang berat mengenai jaringan non
hemopoetik.
Anemia megaloblastik adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya
perubahan abnormal dalam pembentukan sel darah, sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian antara pematangan inti dan sitoplasma pada seluruh sel seri
myeloid dan eritorid.13 Anemia megaloblastik merupakan manifestasi yang
paling khas untuk defisiensi folat. Mekanisme biokimiawi yang mendasari
terjadinya perubahan megaloblastik adalah terganggunya konversi dump menjadi
dTMP. Dalam keadaan normal dump dikonversi menjadi dTMP dengan adanya
enzim timidilat sintetase yang membutuhkan koenzim folat. Pada defisiensi folat
dump diubah menjadi dUTP melebihi kapasitas kerja enzim dUTP dalam sel
melalui konversi kembali menjadi dump, akibatnya terjadi penumpukan dUTP di
dalam sel, sehingga terjadi kelambatan dalam sintesis DNA.
Tanda anemia megaloblastik berupa glositis (lidah pucat dan licin),
stomatitis angularis, diare/konstipasi, anoreksia, ikterus ringan, sterilitas,
neuropati perifer,bilateral, pigmentasi melalui pada kulit

 Vitamin B12 (Cobalamin)

Vitamin B12 merupakan vitamin B kompleks terbesar dengan berat


molekul di atas 1000. Di dalam sel mamalia, B12 adalah kofaktor dari 2 enzim:
methionin sintase dan metilmalonil-CoA mutase. B12 memiliki peran dalam
mengatur pembentukan sel darah dan fungsi dari saraf. Selain itu, B12 juga
berperan dalam pembentukan asam folat. 4
Makrositosis suatu keadaan dikarenakan vitaman B12 atau defisiensi folat
adalah akibat langsung dari eritropoiesis yang tidak efektif atau displastik.
Vitamin ini kofaktor paling penting yang diperlukan untuk pematangan normal
semua sel dan cobalamin diperlukan untuk sintesis DNA. Ketika salah satu dari
faktor ini tidak adekuat, sel darah merah (sel darah merah) menjadi besar
erythroblasts dengan asinkronisasi inti atau sitoplasma (poikilocytosis),
karakteristik dari semua anemia megaloblastik. 3
Berbagai tanda-tanda dan gejala oral dapat muncul pada pasien anemia
sebagai akibat dari perubahan mendasar dalam metabolisme sel epitel oral.
Perubahan ini menimbulkan kelainan pada struktur sel dan pola keratinisasi dari
epitel oral yang mengarah ke peradangan lidah dengan lesi eritematosa makula
pada permukaan dorsal dan perbatasan karena atrofi dari epitel penanda dan
mengurangi ketebalan lapisan epitel. Dalam kasus yang dijelaskan di atas,
misalnya, eritematosa makula terjadi pada permukaan mukosa pipi pasien dan
lidah. Selain itu, nyeri lidah dan ulserasi umum, serta mengurangi sensitivitas
rasa, sakit mulut yang meluas atau mulut terbakar biasanya dilaporkan dalam
literatur dan juga hadir di saat kasus. Kandidiasis dan angular cheilitis merupakan
keluhan oral pasien dengan anemia megaloblastik. 7
Gambar 2.Hubungan antara B6, asam folat, dan B12 saat pembentukkan DNA

3. Vitamin C (Ascorbic acid)

Vitamin C juga disebut sebagai hexuronic acid, dan cevitamic acid atau
anti-scorbutic acid. 6
Vitamin C (Ascorbic acid)

Vitamin C juga disebut sebagai hexuronic acid, dan cevitamic acid atau
anti-scorbutic acid. Vitamin C berperan sebagai donor elektron untuk 11 enzim.
Delapan dari enzim tersebut berada pada manusia : tiga terlibat pada hidroksilasi
kolagen dan dua pada biosintesis karnitin; dari ketiga enzim yang terlibat pada
hidroksilasi kolagen, satu penting untuk biosintesis katekolamin norepinefrin, satu
penting untuk amidasi hormon peptida, dan satu terlibat dalam metabolisme
tirosin.
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Salah satunya
adalah sebagai sintesis kolagen. Vitamin C mempunyai kaitan yang sangat
penting dalam pembentukan kolagen karena asam askorbat vitamin C diperlukan
untuk hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan
penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang
mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang
rawan, matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon. Tanpa asam
askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi
cacat dan lemah.
Tahap pertama sintesis berada pada intraseluler, untuk menghasilkan
prokolagen dimana dalam keadaan aktif berada diruang ekstraseluler. Sintesis di
intraseluler terjadi dinukleus dimana gen-gen diaktifkan dan terjadi perubahan
mRNA, khas untuk rantai polipeptida tunggal, mRNA masuk kedalam sitoplasma
dan diubah pada ribosom dari retikulum endoplasma dan secara simultan terjadi
sintesis rantai polipeptida triple (prokolagen). Prokolagen selanjutnya
meninggalkan sel, kemudian beberapa asam amino membelah secara enzimatik
membentuk tropokolagen. Tropokolagen inilah yang secara definitive disebut
molekul kolagen. Molekul-molekul ini secara spontan bersatu kedalam fibril-fibril
yang selanjutnya mengalami cross-linking yang berbentuk lebih tebal atau bundle.
Kekuatan regang pada kolagen fibril berasal dari pertautan silang ini, yaitu suatu
proses yang bergantung vitamin C. Dengan demikian maka vitamin C dalam
kehidupan seharI-hari berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang,
perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi.
Defisiensi vitamin C menyebabkan scurvy. Tiga manifestasi scurvy-
perubahan gingiva, nyeri ekstremitas, dan manifestasi hemorogi-menyebabkan
edema, ulserasi, dan pada akhirnya kematian. Lesi skeletal dan vaskular pada
scurvy dapat timbul dari kegagalan pembentukan osteoid. Defisiensi vitamin C
terlihat sebagai hiperkeratosis folikular, hemoragi petechial, gusi bengkak dan
berdarah, dan nyeri sendi, atau konsentrasi askorbat yang sangat rendah pada
plasma, darah, atau leukosit. Dapat juga menyebabkan dinding pembuluh darah
menjadi sangat rapuh karena terjadinya kegagalan sel endotel untuk saling
merekat satu sama lain dengan baik dan kegagalan untuk terbentuknya fibril
kolagen yang biasanya terdapat di dinding pembuluh darah.
Asupan vitamin C yang ditetapkan Recommended Daily Allowance
(RDA) untuk remaja usia 11-14 tahun adalah 50 mg/hari dan usia 15-18 tahun 60
mg/hari. Peningkatan kebutuhan vitamin C dalam keadaan stress psikologik atau
fisik, seperti pada luka, panas tinggi, atau suhu lingkungan tinggi.

4. Vitamin D (Calciferol)
Vitamin D adalah kelompok yang larut dalam lemak prohormones, dua
bentuk utama yang adalah vitamin D 2 (atau ergocalciferol) dan vitamin D 3 (atau
cholecalciferol). Vitamin D didapat dari paparan sinar matahari, makanan, dan
suplemen, secara biologis inert dan harus menjalani dua reaksi hidroksilasi harus
diaktifkan dalam tubuh. Calcitriol adalah bentuk aktif vitamin D ditemukan dalam
tubuh. Istilah vitamin D juga merujuk pada metabolit dan analog lainnya dari zat
tersebut. Vitamin D memodulasi transkripsi siklus protein sel, yang menurunkan
proliferasi sel dan meningkatkan diferensiasi sel khusus pada tubuh (misalnya,
osteoclastic precursors, enterocytes, keratinocytes). Kemampuan ini menjelaskan
aksi vitamin D pada resopsi tulang, transportasi kalsium pada intestinal, dan kulit,
vitamin D juga memiliki kemampuan memodulasi imun sebagai respon infeksi. 4
Metabolit vitamin D (calcitriol) terdapat dalam darah. Calcitriol memiliki
peran dalam sel target sama halnya dengan cara aksi hormon steroid. Calcitriol
berperan dalam menginduksi fusi dan diferensiasi makrofag. Calcitriol juga
meningkatkan produksi interleukin 8 dalam mengaktifkan limfosit T. 4
Sel epitel gingival memiliki aktivitas antimokribial bergantung pada
vitamin D karena sel tersebut memiliki reseptor vitamin D (VDR). Defisiensi
vitamin D dapat menekan imunitas innate dan menjadi faktor predisposisi infeksi
mikroba.
Skema 7. Hubungan Vitamin D dengan Jaringan Lunak Mulut

5. Vitamin E (Tocopherol)
Vitramin E adalah salah satu contoh antioksidan fenolik. Molekul yang
mendonorkan hidrogen dari kelompok hidroksil (-OH) pada struktur cincin ke
radikal bebas, yang kemudian menjadi tidak reaktif. Dalam mendonorkan
hidrogen, kandungan fenolik menjadi radikal bebas yang relatif tidak reaktif
karena elektron yang tidak berpasangan pada atom oksigen biasanya delocalised
ke dalam struktur cincin aromatik sehingga meningkatkan stabilitasnya. 4
Peran biologis vitamin E yang paling besar adalah melindungi
Polyunsaturated fatty acids (PUFA) pada fosfolipid dan komponen lain dari
membran sel dan low-density lipoprotein (LDL) dari oksidasi radikal bebas.
Vitamin E terletak dalam phospholipid bilayer membran sel sehingga efektif
dalam mencegah peroksidasi lipid, reaksi kimia yang melibatkan kemunduran
oksidasi PUFA. Level pelepasan produk peroksidasi lipid berhubungan dengan
sejumlah penyakit dan kondisi klinis. 4 Vitamin E juga berperan dalam stabilisasi
membran sel. Dalam hal ini, diduga berhubungan dengan selenium. 6
Vitamin E mencegah autooksidasi dengan dua langkah: 5
- Menangkap radikal peroksil, sehingga molekul lipid hydroperoxide
(LOOH) terbentuk dengan subproduk radikal vitamin E
- Radikal vitamin E ini masih dapat berikatan dengan radikal lipid
lainnya.
Meskipun vitamin E secara primer terletak dalam sel dan membran
organel dimana ia dapat memberikan efek proteksi yang efektif, konsentrasinya
bisa hanya satu untuk dua ribu molekul fosfolipid. Hal ini mengartikan bahwa
setelah reaksinya dengan radikal bebas, ia segera berregenerasi. Kemungkinan
oleh antioksidan lain. 4
Efektivitas antioksidan tokoferol berhubungan dengan sistem antioksidan
lainnya. Vitamin C mengurangi kebutuhan vitamin E dengan meregenerasi
vitamin E setelah oksidasi. Β karoten membantu vitamin E pada fungsi
antioksidan membrannya, di sisi lain, vitamin E meningkatkan pengambilan
limfatik β karoten dan perubahannya menjadi retinol. 5
Dalam rongga mulut, sensitivitas mulut yg tinggi (rentan) adalah tanda
biasanya dihasilkan dari defisiensi E.

5. Mineral
 Besi
Besi memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh. Besi berfungsi
sebagai pembawa oksigen ke jaringan dari paru-paru melalui oleh hemoglobin sel
darah merah, sebagai media transportasi untuk elektron dalam sel, dan sebagai
bagian terpadu dari sistem enzim penting dalam berbagai jaringan. 4
Sebagian besar zat besi dalam tubuh hadir dalam eritrosit sebagai
hemoglobin. Beberapa enzim yang mengandung besi, sitokrom, memiliki satu
kelompok heme dan satu globin rantai protein. Enzim ini bertindak sebagai
pembawa elektron dalam sel. Peran mereka dalam metabolisme oksidatif untuk
mentransfer energi dalam sel dan khususnya di mitokondria. Lain fungsi utama
enzim yang mengandung besi (misalnya, sitokrom P450) meliputi sintesis hormon
steroid dan asam empedu, detoksifikasi zat asing di dalam hati, dan pengendali
sinyal dalam beberapa neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin dalam
sistem otak. Besi disimpan dalam hati secara reversibel sebagai feritin dan
hemosiderin walaupun besi diangkut antara kompartemen yang berbeda dalam
tubuh dengan protein transferin. 4
Sitokrom oksidase adalah enzim yang bergantung pada besi yang
dibutuhkan untuk pematangan normal epitel. Dalam keadaan kekurangan zat besi,
kadar sitokrom oksidase rendah, akibatnya menyebabkan atrofi epitel. Sebuah
atrofi epitel membuat mukosa mulut rentan terhadap iritasi terlarut. Lebih jauh,
kekurangan besi di jaringan menyebabkan pembentukan saluran vaskuler yang
tidak sempurna yang menghasilkan penurunan vaskularisasi. Ini memicu
kekacauan pada respon inflamasi lamina propria yang menyebabkan defek
penyembuhan dan skarifikasi. 8
Manifestasi besi di rongga mulut berupa nyeri lidah yang sangat merah
dengan sensasi terbakar, disfagia, angular cheilosis. Aphthous stomatitis rekuren.
Inflamasi, sensasi terbakar, dan nyeri lidah atau palatum. Pertumbuhan lambat,
disfungsi kelenjar saliva. 5
 Zinc
Zinc merupakan komponen penting dari sejumlah besar (>300) enzim
yang berpartisipasi dalam sintesis dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan
asam nukleat serta metabolisme zat gizi mikro lainnya. Zinc menstabilkan struktur
molekul komponen seluler dan membran dan memberikan kontribusi dengan cara
ini untuk pemeliharaan sel dan integritas organ. Selain itu, zinc memiliki peran
penting dalam transkripsi polynucleotide dan dengan demikian dalam proses
ekspresi genetik. Keterlibatannya dalam kegiatan mendasar mungkin tanda untuk
esensialitas zinc untuk semua bentuk kehidupan. 4
Defisiensi zinc dapat mengakibatkan gustin menurun yang akan
berefek pada gustatory reseptor sel yang berlokasi pada indra pengecap, taste
buds yang dapat terlihat di papila lidah mengalami penurunan sensitivitas. Juga
terjadi degenerasi taste buds di palatum lunak. Sumber zinc bisa didapatkan pada
Garam difortifikasi, makanan laut, air dan sayur di daerah non gondok dan hewan
yang makan makanan tersebut. AKG orang dewasa: 150 µg9

 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,
yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Di dalam tubuh manusia terdapat
kurang lebih 1 kg kalsium (Granner, 2003). Dari jumlah ini, 99% berada di dalam
jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit
{(3Ca3(PO4)2. Ca(OH)2}. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang
dengan kalsium plasma pada konsenterasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4
mg/100ml).

 Selenium
Selenium (Se) merupakan elemen esensial bagi hewan dan manusia yang
diperoleh dari makanannya seperti bijibijian dan sayuran (Tapiero et al., 2003).
Efek biologis dari Se awalnya hanya dipertimbangkan dari segi toksisitasnya saja.
Sebagai mikroelemen, Se berperan dalam pertumbuhan, mengontrol metabolisme
hormon tiroid dan testosteron (Rayman, 2002). Sebagai antioksidan Se mereduksi
senyawa peroksida, sehingga menurunkan radikal bebas dalam tubuh dan
menghambat timbul dan berkembangnya kanker (Linder, 1992; Stolz et al., 2002).
Kebutuhan Se rata-rata orang dewasa 50-200 μg sehari, sementara yang
direkomendasikan 55 μg per hari (Anonim, 2003). Menurut penelitian LD50
konsumsi Se adalah 2,3-13 mg per kg (WHO, 1987).

Efek Defisiensi Nutrisi di Jaringan Lunak Rongga Mulut1,2,3,4

No Defisiensi Nutrisi Efek


1 Vitamin A Mengurangi produksi musin yang mengarah ke gangguan aliran
saliva. Penurunan perkembangan jaringan epitel.
2 Tiamin / Vitamin Bibir retak, tampilan satin pada gingiva dan lidah, angular cheilosis
B1
3 Riboflavin Niacin Inflamasi lidah, Inflamasi merah menyala pada lidah, angular
/ Vitamin B2 dan cheilosis, ulserative gingivitis
B3
4 Vitamin B6, B9 Angular cheilosis, halitosis, ulser yang menyakitkan di mulut,
(folic acid) dan Aphthous stomatitis rekuren, glossitis atrofi atau lidah terbakar.
B12 Atropi papila dan denudasi dorsum.
5 Vitamin C Perdarahan gingiva, tertundanya penyembuhan luka. Penyakit Scurvy
6 Vitamin E Kerusakan papila
7 Besi Nyeri lidah yang sangat merah dengan sensasi terbakar, disfagia,
angular cheilosis. Aphthous stomatitis rekuren. Inflamasi, sensasi
terbakar, dan nyeri lidah atau palatum. Pertumbuhan lambat,
disfungsi kelenjar saliva.
8 Zinc Hiperplasia mukosa oral
9. 9 Kalsium Sesansi Rasa berkurang
9 10. Selenium Lesi Ulseratif
1 11. Karbohidrat
12.
C. Kelebihan Nutrisi

Kelebihan nutrisi dapat juga mempengaruhi rongga mulut. Toksisitas


vitamin A dapat mengganggu perkembangan yang baik dari epitelium mukosa
oral dan dapat menghasilkan berbagai perubahan mulut diantaranya penundaan
penyembuhan luka. Efek klinis melaporkan pasien yang mengonsumsi vitamin A
200,000 IU/hari untuk lebih dari 6 bulan termasuk erosi gingiva dan ulserasi,
perdarahan, pembengkakan dan hilangnya keratinisasi, dan perubahan warna di
kavitas oral, bersama dengan deskuamasi bibir dan mulut kering. Dua bulan
setelah penghentian suplemen, semua manifestasi klinis menghilang. 3
Rekurensi scurvy adalah kondisi di mana scurvy berkembang sebagai hasil
adaptasi dari penghentian seketika setelah asupan tinggi vitamin C kronis pada
binatang. Keberadaannya di populasi manusia telah dipertanyakan, tetapi
beberapa bukti pendukung yang ada, yang telah dilaporkan secara klinis di pasien
yang tiba-tiba dihentikan kebiasaannya menkonsumsi megadosis vitamin C.
Hasilnya scurvy berulang, manifestasi awal dalam rongga mulut dan didiagnosisis
oleh dental professional. 3
Daftar Pustaka

1. Sana Abdul Razak Ibraheem. Nutrition And Oral Health. Collage of Dentistry
(Msc.).
2. A.O Ehizele, P.I Ojehanon, O. Akhionbare. Nutrition and Oral Health.
Journal of Postgraduate Medicine. Vol. 11 No. 1 December, 2009.
3. M. E. Shils, M. Shike, A. C. Ross, B. Caballero, R. J. Cousins. Modern
Nutrition in Health and Disease. 10 Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
2006.
4. WHO. Human Vitamin and Mineral Requirements. Report of a joint
FAO/WHO expert consultation Bangkok, Thailand. 1998.
5. Christopher Duggan, John B. Watkins, W. Allan Walker. Nutrition in
Pediatrics: Basic Science, Clinical Application. PMPH-USA, 2008.
6. Sharma & Riyat. Biochemistry for Dental Student. BI Publications Pvt Ltd,
2008.
7. Hélder Antônio Rebelo Pontes, Nicolau Conte Neto, Karen Bechara Ferreira,
Felipe Paiva Fonseca; Gizelle Monteiro Vallinoto; Flávia Sirotheau Corrêa
Pontes, Décio dos Santos Pinto Jr. Oral Manifestations of Vitamin B12
Deficiency: A Case Report. JCDA Vol. 75, No. 7. 2009.
8. KS Ganapathy, Shubha Gurudath, Bharati Balikai, Sushmini Ballal, D
Sujatha. Role of Iron Deficiency in Oral Submucous Fibrosis : An Initiating or
Accelerating Factor. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and
Radiology, 23(1):25-28. 2011.
9. Henian Yang. Inverstigation into Zinc Nutritional Status Biomarkers by
Proteomic Techniques. Thesis. University of Bedfordshire. 2013.

Anda mungkin juga menyukai