Anda di halaman 1dari 27

REFERAT BEDAH PLASTIK

TRAUMA JARINGAN LUNAK PADA WAJAH

Disusun oleh:

Fivi Kurniawati G99171017


Kurniawan Ade Novrianto G99181039

Pembimbing:

dr. Amru Sungkar, Sp.B, Sp.BP-RE(K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019

1
BAB I
Pendahuluan

Vesicovaginal fistula (VVF) adalah lubang abnormal antara kandung kemih dan vagina
yang menyebabkan inkontinensia urin yang terus menerus dan tak kunjung padam. VVF
adalah salah satu komplikasi prosedur ginekologi dan obstetri. VVF diyakini telah
diketahui oleh dokter-dokter Mesir kuno, dengan contoh-contoh yang ada pada mumi
sebelum 2.000 tahun sebelum masehi. Literatur tentang subjek ini luas, tetapi sebagian
besar didasarkan pada anekdot, seri kasus retrospektif kecil dan pendapat daripada fakta.1
VVF masih menjadi penyebab utama untuk perhatian di banyak negara berkembang
yang mewakili morbiditas signifikan dalam urologi wanita. Keadaan basah yang terus
menerus, bau, dan ketidaknyamanan menyebabkan masalah sosial yang serius. Diagnosis
secara tradisional didasarkan pada gejala klinis dan pengujian dengan pewarna. Terapi yang
baik membutuhkan evaluasi diagnostik yang akurat dan tepat waktu menggunakan
prosedur yang memanfaatkan prinsip bedah dasar dan flap interposisi. Metode penutupan
tergantung pada pelatihan dan pengalaman dokter bedah. Komplikasi utama dari operasi
VVF adalah pembentukan fistula berulang.1

2
BAB II
Tinjauan Pustaka

1. Etiologi
Etiologi VVF bervariasi dan dapat dikategorikan secara luas menjadi bawaan
atau diperoleh. Etiologi VVF dapat juga dibagi menjadi kebidanan, bedah, radiasi,
ganas, dan lain-lain. Penyebab paling umum dari VVF adalah persalinan macet. Fistula
yang disebabkan oleh persalinan macet adalah produk dari cedera masif yang
disebabkan oleh kepala janin yang tersangkut. Di sebagian besar negara dunia ketiga,
lebih dari 90% fistula disebabkan oleh persalinan. VVF bawaan sangat jarang dan
berhubungan dengan malformasi urogenital lainnya. Di dunia industri, penyebab paling
umum (> 75%) VVF adalah cedera pada kandung kemih pada saat operasi ginekologi,
urologis, atau operasi pelvis lainnya. Cedera operasi pada bagian bawah saluran kemih
paling sering terjadi dalam tindakan histerektomi, sedangkan sebagian terkait dengan
prosedur bedah umum di pelvis, kolporafi anterior atau perbaikan sistokel, operasi anti-
inkontinensia, atau prosedur urologis lainnya.1
Sekitar 3-5% VVF di negara industri dunia terjadi sebagai akibat dari keganasan
tingkat lanjut secara lokal dengan tiga yang paling umum adalah keganasan pada
serviks, karsinoma vagina, dan endometrium. Fistula yang disebabkan oleh radiasi
terjadi sering beberapa tahun setelah pengobatan. Meskipun berbagai faktor
predisposisi dalam pembentukan fistula pasca operasi telah diidentifikasi (infeksi,
iskemia, arteriosklerosis, operasi rahim sebelumnya, mioma uterus, pengobatan kanker,
dan diabetes), namun sebagian besar terjadi pada "keadaan operasi normal".
Penyebab lain VVF termasuk tindakan urologis atau ginekologis termasuk
prosedur perkutan, retroperitoneal, operasi pada pembuluh darah atau panggul,
penyakit menular dan inflamasi, benda asing, trauma seksual, prosedur laser vagina,
dan kekerasan.

3
A. Anatomi
1. Kulit Wajah
Wajah secara lapisan terdiri atas kulit mulai dari paling luar kemudian otot, saraf dan
pembuluh darah pada bagian dalamnya. Selain itu terdapat juga beberapa organ penting seperti
bibir, mata telinga dan hidung.
Kulit sendiri tersusun atas :
1) Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi.
Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan
oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum.
Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum
mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan
korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.
2) Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat,
dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang
dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan
pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat
ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik,
penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh. Pada suhu lingkungan
tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler di kulit melebar.
Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa
metabolisme.
3) Fungsi kulit
 Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat.
 Sebagai alat peraba.
 Sebagai pelindung organ dibawahnya.
 Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari.
 Pengatur suhu tubuh.
 Tempat menimbun lemak.

2. Otot

4
Gambar 1. Otot Wajah
Otot palpebra
a. M.orbicularis oculi
Terdiri atas pars orbitalis yang tebal, pars palpebralis yang tipiis dan pars lacrimalis. Pars
orbitalis berasal dari ligamentum palpebrale mediale. Serabut-serabutnya melingkar dan
kembali mengadakan insersi pada tempat origonya. Pars palpebralis berasal dari (origo)
ligamentum palpebrale mediale dan mengadakan insertio pada raphe palpebrale laterale. Pars
orbitalis dan pars palpebralis berkontraksi secara bersama-sama menutup mata dengan ketat,
keadaan ini dapat dipakai untuk membedakan kelumpuhan N.facialis yang upper motor neuron
dari pada yang lower motor neuron. Pars palpebralis yang berkontraksi sendiri menyebabkan
palpebra menutupi mata dengan lemah. Kontraksi pars orbitalis menyebabkan palpebra
superior turun, seperti pada waktu mengedipkan palpebra. Pars lacrimalis berasal dari tepi
posterior sulcus lacrimalis, berjalan di sebelah dorsal saccus lacrimalis dan berinsersi pada
raphe palpebrale laterale.

b. M. levator palpebrae superioris


5
Berfungsi mengangkat palpebra superior.

c. M. occipitofrontalis
Merupakan lapisan otot pada permukaan cranium yang terdiri atas venter occipitalis,
berasal dari sisi lateral linea nuchae suprema, dan venter frontalis, yang berasal dari kulit di
cranialis margo supra orbitalis. Di antara kedua venter ini terdapat suatu aponeurose
epicranialis (= galea aponeurotica) yang menghubungkan kedua venter itu satu sama lain. Ke
arah lateral aponeurose ini melekat pada linea temporalis superior dan melanjutkan diri pada
fascia temporalis, yang menutupi m.temporalis.
Pars frontalis melanjutkan diri menjadi m.procerus. Otot ini berperan untuk mengangkat
alis mata dan membentuk lipatan-lipatan dahi sebagai dari ekspresi wajah. Lapisan cutis,
m.occipitofrontalis dan jaringan ikat longgar membentuk suatu kesatuan yang dapat bergerak
bersama-sama, dan berada di sebelah luar pericranium; pada suatu kecelakaan (di pabrik
misalnya) rambut dan seluruh lapisan-lapisan tadi dapat tercabik. Pericranium adalah
periosteum (tabula externa) yang mempunyai hubungan dengan tabula interna dengan
perantaraan jaringan ikat pada sutura.

d. M.corrugator supercilii
Berasal dari ujung medial arcus superciliaris, berjalan ke arah craniolateral dan
mengadakan insersi pada kulit di atas alis mata. Kontraksi otot ini menimbulkan lipatan kulit
yang vertikal pada pangkal hidung (mengerutkan dahi).

Otot hidung
Ekspresi wajah dipengaruhi oleh m.procarus, yang memiliki origo pada os nasale dan
cartilago nasalis dan berinsersi pada m.occipitofrontalis. kontruksi otot ini menyebabkan
terbentuknya lipatan kulit yang transversal pada pangkal hidung.

Otot-otot bibir dan pipi


a. M.orbicularis oris
b. M.buccinator (Latin, bucina = terompet)
Berperan dalam mengisap, meniup, bersiul dan membersihkan makanan dari vestibulum
oris selama proses mastikasi berlangsung. Pada kelumpuhan n.facialis maka makanan akan
tertimbun pada vestibulum oris.
6
c. M.levator labii superioris alaeque nasi
d. M.levator labii superioris
e. M.zygomaticus minor
f. M.zygomaticus-major
g. M. levator anguli oris
Otot ini membentuk sulcus nasolabialis yang akan menghilang pada suatu kelumpuhan
nervus fasialis.
h. M.depressor anguli oris
i. M.depressor labii inferioris
j. M.risorius
Merupakan bagian dari platysma myoides (melekat pada fascia parotis) yang mengadakan
perlekatan pada kulit di sudut mulut. Otot ini dapat menarik sudut mulut ke arah cranio-lateral
sehingga memberi bentuk yang khas pada wajah, yaitu risus sardonicus pada penderita tetanus.
k. M.mentalis

Otot-otot mastikasi
Otot-otot mastikasi terletak pada regio temporalis dan pada regio infratemporalis, terdiri
atas m.temporalis, m.masseter, m.ptrygoideus lateralis et medialis. Otot-otot ini mempunyai
insersi pada mandibula dan mampu menggerakannya. Berasal dari arcus branchialis pertama
dan dipersarafi oleh n.mandibularis.

3. Pembuluh Darah

7
Gambar 2. Vaskularisasi Wajah

1) A.temporalis superficialis
Salah satu cabang terminal dari a.carotis externa, melayani sisi lateral “kepala” berjalan
ascendens menuju vertex dan ber anastomose dengan arteri dari pihak sebelah.
Mempercabangkan ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior mengadakan
komunikasi dengan a.supraorbitalis dan a.supratroclearis, yang merupakan cabang-cabang
dari a.ophthalmica (yang adalah cabang dari a.carotis interna). Ramus posterior
beranastomose dengan a.auricularis posterior.
2) A.occipitalis
Berjalan mengikuti tepi caudal venter posterior m.digastricus untuk mencapai bagian
medial processus mastoideus. Berjalan bersama-sama dengan n.occipitalis major.
Merupakan cabang dari a.carotis eksterna. Daerah “kepala” sangat kaya akan pembuluh
darah, oleh karena anastomose antara percabangan-percabangan dari a.carotis interna dan
a.carotis externa, sehingga pada setiap luka memberi banyak perdarahan, tetapi sebaliknya
cepat menjadi sembuh. Pada bagian tengah dari vertex peredaran darah sangat kurang dan
disini merupakan awak dari kerontokan rambut (botak).
3) A.facialis
Berjalan ke arah ventro-cranial pada dinding pharynx, melewati bagian dorsal glandula
submandibularis dan keluar dari tepi anteriornya di bagian caudal mandibula, selanjutnya

8
naik menuju ke wajah mengikuti tepi anterior m.masseter. mempercabangkan a.palatina
ascendens, ramus tonsillaris, ramus glandularis dan a.submentalis.

4. Biomekanika
Konsep relaxed skin tension lines (RSTL) di wajah sangat berkaitan dengan terapi dan
prognosis pada trauma jaringan lunak pada wajah. Dikatakan bahwa arah laserasi kulit pada
trauma tumpul terjadi sebagai mekanisme protektif untuk meminimalisasikan cedera terhadap
suplai darah di bawahnya karena pembuluh darah dan serat kolagen berjalan paralel terhadap
RSTL.

Gambar 3. Relaxed skin tension lines (RSTL)


Keluaran estetik dari suatu luka di kulit tergantung dari hubungan luka tersebut dengan
relaxed skin tension lines (RSTL), skar mempunyai prognosis yang lebih baik jika berjalan
parallel dengan RSTL atau berada pada lipatan kulit alami. Jika terdapat laserasi ireguler
namun paralel terhadap RSTL, luka tersebut dapat dieksisi dan ditutup sebagai garis lurus. Jika
luka berjalan tegak lurus atau oblik terhadap RSTL, luka harus ditutup sebagaimana aslinya
karena ireguleritas tersebut dapat memberi efek kamuflase yang lebih baik terhadap luka.

B. Trauma Jaringan Lunak pada Wajah


1. Etiologi
Di Amerika Serikat, kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab paling
sering dari cedera wajah sebelum 1970. Sejak itu, dengan lembaga hukum negara
mewajibkan memakai seat-belt dan jumlah kematian akibat kecelakaan kendaraan
bermotor telah menurun, begitu juga kejadian cedera wajah. Namun, prevalensi trauma
wajah tetap konstan. Prevalensi stabil ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi dan

9
faktor manusia lainnya, seperti kecelakaan di tempat kerja, cedera olahraga, kekerasan
antar pribadi di dalam rumah tangga, luka akibat perbuatan sendiri, dan gigitan hewan.
Mekanisme cedera untuk trauma wajah sangat bervariasi dari satu daerah ke
daerah lainnya, tergantung pada tingkat urbanisasi, status sosial ekonomi penduduk,
dan latar belakang budaya masing-masing daerah. Di daerah pedesaan, kecelakaan
bermotor terus menjadi kontributor utama untuk cedera wajah yang signifikan. Di
daerah metropolitan, kekerasan di dalam rumah tangga adalah penyebab utama dari
trauma wajah meskipun pada populasi yang padat. Salah satu penyebab perbedaan yang
mungkin adalah karena penegakan hukum lalu lintas yang lebih ketat.
2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, sekitar 3 juta orang datang ke unit gawat darurat (UGD)
untuk pengobatan luka wajah karena trauma setiap tahun. Sebagian besar cedera ini
adalah cedera jaringan lunak yang relatif kecil hanya memerlukan perawatan
pertolongan pertama atau jahitan primer.
Angka frekuensi yang tepat dari cedera jaringan lunak pada wajah yang terkait
dengan kegiatan olahraga masih tidak diketahui. Hal ini, disebabkan karena
kebanyakan luka adalah luka minor, sehingga tidak dilaporkan, tetapi juga mungkin
karena banyak variasi yang terlihat antara kelompok-kelompok secara demografis dan
antara olahraga tertentu.
Laporan sebelumnya memperkirakan cedera karena partisipasi dalam olahraga
kira-kira 3-29% dari semua cedera wajah. Jika dihubungkan dengan cedera
olahraga,sekitar 11-40% dari trauma wajah berhasil ditangani oleh profesional medis.
Sebagian besar cedera terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 10-29 tahun.
Olahraga yang wajib menggunakan helm dan masker wajah cenderung lebih sedikit
terjadi trauma jaringan lunak pada wajah daripada olahraga yang tidak mandat
penggunaan peralatan tersebut.
3. Klasifikasi
Trauma jaringan lunak pada wajah dapat diklasifikasikan sesuai tissue insult dan
dapat juga diklasifikasikan berdasarkan mekanisme trauma.

10
1) Kontusio

Gambar 4. Kontusio
Trauma tumpul pada wajah selalu mengakibatkan pembengkakan atau
memar, dengan derajat dan luas yang bervariasi tergantung area yang terlibat.
Di daerah kelopak mata atau bibir misalnya, akan terbentuk pembengkakan
yang lebih besar dibandingkan di daerah dahi atau pipi. Jika terjadi ruptur
pembuluh darah subkutan, dapat terjadi hematoma yang mungkin memerlukan
tatalaksana primer atau sekunder.
Pada prinsipnya, tidak ada tatalaksana khusus untuk kebanyakan
kontusio wajah kecuali hematoma septal dan telinga, yang perlu dievakuasi
segera. Banyak laserasi wajah yang juga terdapat kontusio di tepi-tepi kulitnya,
dan diperlukan debridement tajam untuk meminimalkan resiko jangka panjang
terbentuknya skar yang tidak diinginkan, perubahan pigmen ataupun atrofi
jaringan lunak di bawahnya. Perdarahan dari dermis adalah pertanda kulit yang
vital, sehingga kulit tersebut tidak boleh di-debridement.
2) Abrasi
Abrasi pada wajah kebanyakan superficial dan mencakup kehilangan
epitel dengan dermis papiler yang terekspos. Luka seperti ini cepat sembuh

11
dengan obat topikal saja. Tumbukan antara wajah dengan permukaan tertentu
(misalnya aspal) atau paparan terhadap materi eksplosif biasanya
menyebabkan tertanamnya benda asing pada kulit.
Gambar 5. Abrasi
Kontak friksional yang ditimbulkan benda asing tersebut
mengakibatkan dermis terpapar dan menyerupai cedera pada luka bakar derajat
dua atau tiga tergantung dalamnya. Jika dibiarkan menyembuh begitu saja,
pertumbuhan epitel baru diatas kontaminasi tersebut menghasilkan fenomena
“traumatic tattooing”, di mana terjadi perubahan warna yang permanen.
Pencegahannya adalah dengan debridement yang teliti.
3) Laserasi
Benda tajam biasanya menghasilkan luka dengan tepi yang tajam dan
bersih, yang memudahkan penanganan dan scar yang terbentuk biasanya
halus. Hanya diperlukan debridement minimal atau malah tidak sama sekali,
dan aposisi dari jaringan dilakukan dengan penutupan berlapis. Eksplorasi
teliti dari luka harus dilakukan pada area yang di bawahnya terdapat organ
vital, karena biasanya luka karena benda tajam lebih dalam dari tampaknya.
Gambar 6. Laserasi

Laserasi stellata dihasilkan oleh trauma tumpul, ledakan atau crushing


forces. Terbentuk “flap” kulit yang multipel, seringnya dengan kontusio di
tepi-tepinya, mengelilingi area tengah di mana biasanya terjadi kehilangan
jaringan yang lebih parah. Recoil elastic dari kulit sering memberi gambaran
palsu terhadap adanya kehilangan jaringan yang signifikan. Jenis laserasi ini
harus diperbaiki sebagaimana adanya dan hanya jaringan non-vital saja yang
di-debridement. Sekalipun mendapat tatalaksana awal yang baik, laserasi

12
jenis ini sering mempunyai penyembuhan yang jelek, dan sering memerlukan
revisi sekunder.
Laserasi tangensial di mana terjadi undermine kulit dan tepi kulit
terangkat, atau laserasi yang memiliki bentuk kurva linear atau semisirkular,
menghasilkan fenomena ‘trapdoor deformity’. Luka menyembuh dengan
jaringan yang ‘menumpuk’ pada sisi yang konkaf karena adanya kontraktur
dari fibrosis serta obstruksi vena dan limfatik, sehingga ketebalan scar
menjadi tidak sama. Deformitas tersebut dicegah dengan menciptakan tepi
yang tajam dan vertical pada sisi flap, melakukan undermining permukaan
bawah sisi yang berseberangan dari flap sehingga ketinggiannya sama,
meletakkan jahitan pertama di dermis yang dalam di antara flap dan jaringan
sekitarnya.
4) Avulsi
Avulsi relatif jarang ditemukan. Avulsi umumnya terjadi karena luka
tembak atau luka karena benda tajam yang luas. Untuk defek yang kecil, dapat
ditutup primer.

Gambar 7. Avulsi pada Kartilago Nasal


Untuk defek yang besar yang tidak memungkinkan ditutup primer, dapat
ditutup dengan wet-to-dry dressing dulu sampai saat yang tepat untuk
dilakukan rekonstruksi.
5) Luka Gigit
Meski terdapat di lokasi wajah yang kaya vaskularisasi, luka gigit tetap
memiliki resiko infeksi yang signifikan karena kontaminasi yang besar. Selain
menjadi jalan masuknya bakteri yang infeksius, biasanya luka gigit ini adalah
kombinasi cedera multipel yaitu cedera penetrasi, kontusio dan avulsi.

13
Gigitan binatang dan manusia memiliki jenis bakteri yang berbeda.
Gigitan hewan misalnya anjing, bakterinya bermacam-macam (polymicrobial)
meliputi S. aureus, streptokokus beta hemolitikus, bakteri anaerob dan
fusobakterium. Gigitan kucing mengandung Pasteurella multocida. Gigitan
manusia mengandung lebih banyak konsentrasi bakteri anaerob tapi sering pula
mengandung stafilokokus dan Streptokokus alfa-hemolitikus.

Gambar 8. Luka Gigit

Kebanyakan kasus yang datang dalam 24 jam pertama ditangani dengan


irigasi operatif, debridement terbatas dan penutupan primer. Dengan cara ini,
resiko infeksi rendah dan parut yang dihasilkan lebih baik. Kasus yang datang
lebih dari 24 jam, penanganannya masih kontroversial. Beberapa ahli lebih
suka menunda penutupan untuk mengurangi resiko infeksi.
Namun sumber lain tetap menyarankan penutupan primer meskipun ada
resiko infeksi, dengan harapan hasil parut akan lebih baik; hal ini tentunya
harusditunjang dengan antibiotika yang optimal, biasanya terdiri dari
antibiotika spektrum luas seperti amoksisilin dengan asam klavulanat, disertai
imunisasi tetanus dan profilaksis rabies

4. Manajemen Awal
Luka wajah sendiri jarang mengancam jiwa, tetapi indikator energi dari trauma.
Awal perawatan semua pasien trauma harus fokus pada protokol algoritmik dari ATLS
(Advanced Trauma Life Support). Luka pada wajah harus diwaspadai terhadap
kemungkinan sumbatan jalan nafas, cedera vertebrae cervical, atau cedera sistem saraf
pusat.

14
1) Airway
Gangguan airway biasanya merupakan hasil dari cedera laring, benda asing
(termasuk gigi yang jatuh atau fragmen tulang), atau perdarahan yang berlebihan dari
saluran napas atas. Pengobatan saluran udara menjadi rumit karena kemungkinan bahwa
10% pasien trauma wajah memiliki cedera vertebra cervical. Seringkali posisi tegak
dengan perlindungan vertebra cervical akan memperbaiki fungsi saluran napas yang
diisebabkan oleh perdarahan berlebihan atau benda asing. Benda asing dapat secara
mekanis diambil dengan teknik finger-sweep. Gangguan airway juga dapat terjadi ketika
dasar mulut dan lidah kehilangan penyokong karena fraktur mandibula kominutif, tetapi
dapat diatasi dengan traksi anterior sederhana pada simfisis mandibula.
Penggunaan dari intubasi nasal harus dilakukan dengan hati-hati. Intubasi nasal
dapat memperburuk perdarahaan hidung dan nasofaring. Selain itu, tube dapat secara
tidak sengaja ditempatkan pada posisi ultracranial pada pasien tidak sadar dengan fraktur
basis tengkorak. Intubasi oral atau endoskopi nasal meningkatkan keselamatan dengan
cara menghindari manipulasi tulang belakang leher, tetapi selanjutnya memberikan
konfirmasi segera untuk intubasi trakea.
Tracheostomy darurat dapat dilakukan pada fraktur laring tertentu atau bila
tidak mampu mengamankan rute intubasi saluran udara bagian atas. Tracheostomy yang
dilakukan di ruang operasi jauh lebih baik daripada tracheostomy darurat atau
cricothyrotomy. Seharusnya tindakan tracheotomy terkontrol berada pada ambang batas
rendah untuk pasien dengan trauma jaringan lunak signifikan pada lantai mulut dan
lidah, terutama pangkal lidah. Cedera ini biasanya dalam dan awalnya bisa menyesatkan
karena tidak ada tanda-tanda sesak yang jelas. Bengkak pada laring 24 sampai 48 jam
pertama yang signifikan untuk mengganggu jalan napas, mungkin perlu dilakukan
tracheotomy walaupun keadaan tidak sesuai.
2) Perdarahan
Vaskularisasi pada kepala dan leher dapat menyebabkan kehilangan darah yang
signifikan dari cedera jaringan lunak. Untungnya, sebagian besar cedera tersebut
memungkinkan akses yang cukup untuk tekanan langsung untuk mengendalikan
perdarahan.
Kontrol perdarahan pembuluh harus akurat dan terarah. Sejumlah struktur penting
bisa menjadi korban kolateral disebabkan klem sumber perdarahan dengan paparan dan
visualisasi yang kecil. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan tekanan langsung

15
membutuhkan packing. Packing di rongga hidung biasanya efektif dan jarang
memerlukan augmentasi dengan balon kateter transnasal di nasofaring.
Sumber perdarahan yang paling sering adalah cabang dari sistem arteri karotid
eksternal, cara paling tepat untuk mengendalikannya dengan embolisasi angiografik.
Ligasi arteri karotid eksternal tidak boleh dilakukan karena tidak akan mengendalikan
perdarahan dari cabang yang bocor karena ada arteri kolateral. Perdarahan dirawat
dengan embolisasi.
3) Sistem Saraf Pusat
Cedera neurologis umumnya terkait dengan trauma wajah yang parah. Dalam
serangkaian 1.068 pasien dengan patah tulang wajah, 79,4% dikaitkan dengan beberapa
bentuk cedera kepala . Sebagai bagian dari evaluasi trauma yang lengkap kebanyakan
pasien dengan trauma wajah menjalani computed tomography (CT) scanning untuk
menyingkirkan cedera kepala. Metode yang paling banyak diterima untuk
mengekspresikan tingkat cedera neurologis adalah Glasgow Coma Score (GCS).
Sebagai aturan umum, cedera kepala yang ikut terjadi bukan kontraindikasi untuk
perbaikan fraktur wajah dengan asumsi cedera neurologis stabil dan tidak dalam proses
evolusi. Dalam hal cedera otak akut, operasi perbaikan patah tulang wajah umumnya
ditunda untuk menghindari overload cairan yang terkait dengan operasi dan yang paling
penting, untuk menghindari penurunan fungsi neurologis yang tidak terdeteksi selama
periode anestesi umum ketika pemeriksaan neurologis klinis tidak dapat dilakukan.
Setelah cedera sistem saraf pusat dan pembengkakan telah stabil, perbaikan fraktur
wajah secara umum dapat dilakukan dengan aman.
5. Terapi
1) Persiapan dan Anestesi
Luka wajah sering melibatkan luka yang terkontaminasi. Ini adalah tanggung
jawab awal yang paling penting dari ahli bedah untuk mengkonversi luka yang
terkontaminasi ke yang bersih dan kemudian melakukan penutupan luka. Luka harus
ditutup secepat mungkin. Meskipun keterlambatan perbaikan luka di wajah biasanya
dapat ditolerir sampai 24-jam, semakin lama luka terbuka, semakin besar peluang
infeksi. Pembersihan luka yang terbaik adalah dilakukan dengan sabun bedah dengan
penggunaan scrub. Semua benda asing harus dikeluarkan dari luka sebelum ditutup.
Pembersihan yang memadai biasanya memerlukan anestesi total wilayah yang menjadi
perhatian dan pasien yang kooperatif. Ini merupakan faktor utama yang menentukan
metode anestesi yang diperlukan.
16
Meskipun anestesi umum mungkin diperlukan untuk beberapa luka, beberapa
luka wajah dapat diperbaiki dengan blok saraf regional. Jika blok regional tidak dapat
dilakukan, blok lapangan mungkin diperlukan untuk menghindari infiltrasi langsung
jumlah bius local yang berlebihan, mendistrosi landmark anatomi yang mungkin
berguna dalam memulihkan jaringan kembali ke posisi anatomis.
Hanya 1 sampai 2 mL anestesi di lokasi persarafan yang diperlukan untuk
memberikan anestesi yang lengkap untuk wilayah masing-masing. Seringkali beberapa
daerah sekaligus memerlukan blockade. Kami merekomendasikan solusi 1% lidocaine
dengan epinephrine 1:100.000 dicampur dengan larutan natrium bikarbonat 8,4%
dengan rasio 9:1 dengan (misalnya, 9 ml lidocaine dengan epinephrine dan 1 mL larutan
bikarbonat). Campuran bikarbonat menetralkan pH dari lidokain, yang memiliki dua
manfaat penting. Pertama, meminimalkan rasa sakit saat suntikan. Kedua, lidokain
lebih efektif melintasi membran saraf untuk mempengaruhi kanal ion natrium di
membrane neural dan, karenanya, memiliki onset lebih cepat. Kokain topikal (4%)
adalah pilihan yang sangat baik untuk anestesi dalam rongga hidung karena juga
merangsang vasokonstriksi dari hidung mukosa menyediakan daerah tanpa rasa sakit
dan perdarahan.

17
2) Penjahitan

Gambar 9. Metode Penjahitan Luka pada Wajah

Pembersihan luka dan pengangkatan benda asing sangat penting karena benda
asing adalah sumber dari respon inflamasi berkepanjangan dan mungkin infeksi. Lecet
dengan sisa benda asing akan membentuk tato traumatis bila tidak debridement. Ketika
kelemahan jaringan memungkinkan penghapusan tepi jaringan yang hancur, sebuah
debridemen tajam dari tepi luka bisa dilakukan. Jaringan yang sudah jelas tidak vital
harus dipotong. Menyegarkan tepi luka berkontribusi untuk penyembuhan luka yang
cepat dan hasil akhir yang lebih baik.
Mungkin langkah yang paling penting dalam perbaikan laserasi kulit adalah
pendekatan lapisan dermis yang sangat baik. Dengan menempatkan ketegangan
penutupan pada kulit yang dalam, bekas luka yang dihasilkan lebih samar. Sebuah
pilihan yang baik dari bahan jahitan untuk lapisan dalam ini adalah poliglecaprone 25
18
(Monocryl, Ethicon, Somerville, NJ). Karena sifat monofilamen dari jahitan ini,
memiliki kemungkinan lebih rendah dari kontaminasi jahitan dan ekstrusi. Selain itu
juga dapat mempertahankan kekuatan jahitan untuk jangka waktu yang cukup untuk
memungkinkan penyembuhan luka tanpa komplikasi.
Pemilihan jahitan untuk kulit sangat tergantung pada pasien. Dengan asumsi
lapisan dermal mendalam yang baik telah ditempatkan, jahitan kulit hanya untuk lebih
mendekatkan lagi dan eversi tepi kulit. Pada anak-anak, lebih baik menghindari jahitan
permanen agar tidak perlu dicabut. Pilihan yang sangat baik dalam hal ini adalah cat-
gut 5-0 atau 6-0 fast absorbing. Jenis jahitan ini larut begitu cepat sehingga tanda jahitan
tidak tertinggal di wajah, namun daya tarik sangat sedikit, sehingga membutuhkan pita
perekat. Jika perekat kulit digunakan pada anak, maka kita harus hati-hati untuk tidak
menempatkan apapun dalam luka itu sendiri, karena dapat menyebabkan respon radang
yang mendalam, sehingga luka terbuka lagi.

Gambar 10. Cara Menjahit Laserasi Stelata


Jahitan kulit subkutikular adalah pilihan jahitan di wajah. Jika ingin jahitan yang
diserap, Monocryl adalah bahan jahitan yang baik. Jika jahitan yang tidak dapat diserap
menjadi pilihan, maka polypropylene cenderung menjadi pilihan terbaik karena dapat
keluar dari kulit dengan mudah. Tepi kulit bagian bawah yang ketegangannya lebih
besar biasanya paling baik ditutup menggunakan interrupted nilon atau prolene. Pada
luka terkontaminasi penggunaan jahitan interrupted atau jahitan running di segmen
pendek dapat digunakan. Hal ini memungkinkan untuk mencabut jahitan bila terjadi
infeksi, menghindari dead space. Sebagai aturan umum, jahitan di wajah bisa dicabut
antara 5 sampai 7 hari bila kulit tersbut menjadi weight bearing. Bila jahitan subkutis

19
terpasang dengan benar, maka jahitan kutis dapat diangkat segera setelah 3 hari untuk
menghindari tanda bekas jahitan.
3. Cedera Khusus pada Wajah
1) Kelopak Mata
Aspek yang paling penting dari trauma mengevaluasi ke kelopak mata adalah
memastikan bahwa cedera pada bola mata belum terjadi. Pemeriksaan mata yang
menyeluruh merupakan elemen penting.
Seringkali anestesi umum diperlukan untuk untuk mengeksplorasi luka kelopak
mata dan memungkinkan untuk eksplorasi bola mata yang memadai. Anestesi umum
sangat direkomendasikan pada anak di mana kerusakan tambahan dapat disebabkan
oleh jarum tajam dan instrument operasi sekitar orbit pada anak yang tidak kooperatif.
Cedera langsung ke orbit harus langsung konsultasi ophthalmologis.

20
Gambar 11. Penjahitan Kelopak Mata
Mungkin langkah yang paling penting dalam menjahit kelopak mata adalah
untuk menempatkan jahitan eversi sepanjang tepi kelopak mata. Hal ini tidak hanya
memfasilitasi posisi anatomis, tetapi juga mencegah indentansi kelopak mata. Jahitan
di kelopak mata dapat dibiarkan panjang dan ditempel ke pipi untuk mencegah jahitan
akhir mengiritasi mata. Secara umum, seluruh lapisan kelopak mata (bagian dalam,
tengah, dan lamella luar) harus diperbaiki. Meskipun konjungtiva akan sembuh dengan
baik tanpa jahitan, cedera yang berhubungan dengan deformitas yang signifikan harus

21
dijahit dengan plain cat gut dengan perhatian khusus untuk mengubur simpul sehingga
menghindari iritasi bola mata.
Lamella tengah, termasuk tarsus, harus dijahit dengan jahitan resorbable.
Setelah itu, kulit kelopak mata harus dijahit. Jahitan harus diangkat dalam waktu 5 hari.
Tergantung pada besarnya cedera, mungkin akan membantu untuk menempatkan
jahitan Frost untuk mendukung posisi kelopak mata selama penyembuhan, terutama
pada luka pada kelopak mata bagian bawah.
2) Telinga
Laserasi telinga biasanya dapat dijahit dalam satu lapisan, yaitu kulit saja.
Biasanya tidak perlu untuk menempatkan jahitan terpisah di dalam tulang rawan. Karena
kulit dan kerangka tulang rawan sangat lengket, maka ketepatan posisi kulit memastikan
ketepatan tulang rawan.
Dua masalah yang paling menonjol dalam cedera telinga hematoma dan
chondritis. Kumpulan darah di tulang rawan dapat menyebabkan resorpsi tulang rawan
atau kondrogenesis reaktif, yang akhirnya mengarah ke deformitas kembang kol.
Hematoma harus dikeluarkan secepat mungkin untuk menghindari sequela merugikan
ini. Hematoma dapat dengan mudah dikeluarkan melalui insisi di kulit di atasnya, selain
itu juga harus dipertimbangkan insisi yang dibuat sebaiknya tidak terlalu tampak.
Karena perfusi pada kulit aurikularis sangat kuat, sebuah bolster sering diperlukan
untuk mencegah akumulasi hematoma kembali. Selain itu bisa dengan drain suction
kecil atau drain Penrose. Sebuah kompresi harus digunakan terlepas dari tipe teknik
drainase yang digunakan. Setelah pengobatan signifikan laserasi, garis lekuk telinga

22
harus ditutup dengan kasa antibiotik dan light head wrap, yang memberikan kompresi
lembut pada telinga.
Gambar 12. Penjahitan pada Telinga

Kita harus memperingatkan pasien tentang nyeri yang signifikan setelah cedera
ini. Sebagai aturan umum, trauma telinga tidak terlalu menyakitkan. Nyeri yang
berkembang setelah terapi biasanya menandakan adanya hematoma atau infeksi. Oleh
karena itu, terjadinya rasa nyeri yang terlambat membutuhkan pemeriksaan telinga
langsun. Chondritis merupakan komplikasi serius dari cedera ini. Tulang rawan
memiliki pasokan darah yang buruk, sangat sulit untuk mengobati infeksi tersebut
dengan antibiotik oral. Pasien biasanya membutuhkan rawat inap untuk antibiotik
intravena dan mungkin debridement. Sangat jarang chondritis muncul tanpa rasa sakit
yang bersamaan.
3) Hidung
Cedera jaringan lunak hidung agak berbeda dari trauma aurikularis. Ketika
laserasi melibatkan sistem tulang rawan hidung, semua lapisan harus diperbaiki setelah
reduksi anatomi. Penutupan luka sederhana di lapisan kulit tidak selalu menyelaraskan
tulang rawan yang mendasarinya. Dengan demikian, setiap luka atau transeksi dari
kartilago lateralis atas atau bawah harus ditangani terpisah. Karena kesulitan dalam
kadar anestesi yang cukup dan kontrol perdarahan menggunakan anastesia local saja,

23
maka anestesi umum diperbolehkan untuk memaksimalkan kenyamanan pasien dan
kontrol.
4) Bibir
Pertimbangan yang paling penting dalam memperbaiki bibir melibatkan
pendekatan-akurat dari struktur yang terluka, terutama vermilion. Diskrepansi pada garis

perbatasan vermilion sebesar 1 mm saja dapat terlihat pada jarak percakapan. Oleh
karena itu, sebelum infiltrasi anestesi lokal, lokasi perbatasan vermilion di kedua sisi
robekan harus ditandai menggunakan jarum dengan metilen biru. Vermillion harus
dijahit dengan akurat menggunakan nilon 6-0 atau jahitan serupa.Kita harus sangat
berhati-hati dalam menjahit otot orbicularis oris yang mendasatri. Kegagalan dalam
melakukannya akan menghasilkan gumpalan otot di salah satu sisi laserasi, dan biasanya
menghasilkan bekas luka yang kontraksi dengan penonjolan bibir.

Gambar 12. Penjahitan pada Bibir


Pemeriksaan yang seksama dilakukan untuk menyingkirkan masalah kerusakan
gigi. Setiap gigi lepas atau rusak harus didokumentasikan. Gigi yang tidak stabil dapat
digunakan birdle wire diikat dengan gigi stabil yang terdekat. Radiografi panoramic
atau foto periapikal dapat membantu untuk menjelaskan trauma yang mendasari.
5) Lidah
Trauma pada lidah bila berupa laserasi atau luka minor kebanyakan tidak perlu
diperbaiki. Pada luka laserasi yang lebar dilakukan jahitan satu lapis sudah cukup. Tetapi

24
kita harus waspada pada trauma yang menyebabkan lidah bercabang, bila terjadi hal
seperti ini lidah harus dijahit dua lapis yaitu pada bagian atas dan bawah.

6. Prognosis
Prognosis untuk sebagian cedera jaringan lunak pada wajah adalah baik, luka
biasanya sembuh dengan cepat, memungkinkan pasien untuk kembali ke kegiatan
biasa, termasuk olahraga. Mengetahui harapan pasien dan keluarga pasien adalah
penting untuk memastikan bahwa hasil terapi yang optimal.
7. Komplikasi
Komplikasi cedera termasuk infeksi, hematoma, flap atau luka-tepi nekrosis,
nekrosis septum hidung, laserasi pada duktus parotikus, benda asing yang tertinggal,
kosmetik yang buruk dan cacat permanen, dan hilangnya fungsi yang berkaitan dengan
cedera saraf atau jaringan parut.

25
KESIMPULAN

Trauma jaringan lunak pada wajah adalah trauma yang mengenai jaringan lunak pada
wajah tanpa menyebabkan fraktur pada tulang wajah. Trauma ini paling sering disebabkan
karena kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan jenis lukanya trauma dapat dibagi menjadi kontusi, laserasi, avulsi, luka
gigitan dan abrasi. Kontusi dan abrasi tidak memerlukan jahitan, namun jenis luka lainnya
memerlukan jahitan primer dan mungkin membutuhkan konsultasi ke bedah plastik.
Penanganan selalu diawali dengan primary survey yaitu airway, breathing, circulation dan
disability. Airway menjadi fokus dalam penganganan trauma wajah karena lokasinya yang
berdekatan, sehingga trauma pada wajah tidak jarang menyebabkan gangguan airway.
Selain kulit, pembuluh darah dan otot pada lapisan wajah, terdapat juga jaringan lain yang
penting secara fungsional dan estetika, antara lain hidung, bibir, kelopak mata, telinga dan lidah.
Kerusakan jaringan lunak tersebut memerlukan pendekatan khusus karena tingkat kesulitannya
yang tinggi.
Pada akhirnya trauma jaringan lunak pada wajah jarang yang mengancam nyawa,
namun bila tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan kerusakan fungsi dan kerusakan
estetika wajah pasien.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Stamakos, M., Sargedi, C., et al. (2014). Vesicovaginal Fistula: Diagnosis and
Management. Indian J Surg, 76(2):131–136.

27

Anda mungkin juga menyukai