Anda di halaman 1dari 27

STEP 7

1. Mengapa suami istri sudah menikah 4 tahun belum mempunyai


keturunan?

- Definisi
Infertilitas (ketidaksuburan) merupakan kondisi ketidakmampuan
pasangan untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan
seksual secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi selama 1 tahun
atau lebih, atau jika pada wanita berusia ≥ 35 tahun selama 6 bulan atau
lebih.

Sumber : Dr. Budi Wiweko SpOG ( Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi


Departemen obstetric dan Ginekologi FKUI/RSCM )

- Klasifikasi

Ada 2 jenis infertilitas :


• Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan
sama sekali.
• Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun
setelah itu tidak pernah hamil lagi

1. Infertilitas primer  pasangan tidak pernah mengalami konsepsi meskipun


mereka melakukan hubungan seks secara teratur (2-3 kali seminggu)
selama paling sedikit 12 bulan tanpa proteksi.

2. Infertilitas sekunder  pasangan sebelumnya mengalami konsepsi, akan


tetap kemudian tak mampu konsepsi lagi meskipun mereka melakukan
hubungan seks tanpa proteksi selama 12 bulan.

3. Kehamilan sia2  wanita mampu konsepsi tapi tak mampu mewujudkan


kelahiran hidup (tak mampu mempertahankan khamilan cukup lama hingga
melahirkan bayi hidup).

4. Subfertilitas  pasangan mengalami kesukaran dalam mewujudkan konsepsi


bersama-sama karena fertilitas keduanya berkurang. Tingkat fecundability
pasangan adalah sekitar 3-5%. Banyak penyebabnya adalah sama dengan
infertilitas. Penyebab tersebut bisa endometriosis, atau sindrom ovarium
polikistik
Sumber : http://www.news-medical.net/health/Infertility-What-is-Infertility-
%28Indonesian%29.aspx

Faktor Usia

- Kesuburan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utamanya tentu


usia. Semakin bertambah usia maka tingkat kesuburan akan semakin menurun.

Pada usia 20 – 24 tahun, kejadian infertilitas sangat rendah yakni hanya 6% -


9%.

Pada usia 25 – 29 tahun naik menjadi 15%,

pada usia 30 – 34 tahun berlipat menjadi 30%.

Angka ini akan meningkat tajam menjadi 64% pada usia 35 tahun

2. Faktor apa saja yang menyebabkan pasangan suami istri belum


mempunyai keturunan?

Pada Wanita
a. Gangguan organ reproduksi:
 Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina
 Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks,
perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi
pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks
sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
 Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang
 Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki
pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya
tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan
terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi
kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan
berakhir pada gengguan ovulasi.

c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus.

d. Endometriosis
Kondisi menebalnya lapisan endometrium di tuba falopii atau ovarium. Kondisi
ini sering menimbulkan kista. Kista dapat mengganggupematangan folikel dan
pelepasan sel telur.

e. Abrasi genetis
Translokasi Robertsonian menyebabkan aborsi spontan atau infertilitas
primer

f. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

g. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk
organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

h. Usia
Usia 35 tahun peluang seorang wanita akan hamil adalah 95% setelah rutin
melakukan hubungan seks selama 3 tahun, pada wanita 38 tahun peluangnya
akan turun menjadi 75%.
Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria
yaitu :
 Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
 Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
 Abnormalitas ereksi
 Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
 Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga
terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
 Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
 Abrasi genetik
3. Apa hubungan pasien dengan riwayat perokok berat, mengkonsumsi
alkohol, dan kebiasaan berendam di pemandian air panas bila lelah
banyak kerjaan?

 Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi


testis:
- memproduksi sperma (spermatozoa)
- memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.

Suhu testis adalah sekitar 4 – 5 ºC lebih rendah dari suhu tubuh. Sebaiknya
suhu testis ini antara 31 – 32 ºC. Di atas dan di bawah kisaran suhu tersebut
dapat dikatakan kurang baik.

Berendam lama-lama di dalam bathtub dengan air hangat atau mandi sauna dapat
menurunkan jumlah sperma disebabkan karena meningkatkan suhu panas pada testis
dan skrotum.
Sumber : http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/infertilitas

Kebiasaan merokok

wanita
dapat menurunkan kesuburan terutama pada wanita. Setidaknya 60% wanita perokok
mengalami infertilitas. Pengaruh rokok pada kesuburan wanita dipengaruhi oleh jumlah
rokok yang dihisap per hari.

Menghisap rokok kurang dari 20 batang per hari akan menurunkan kesuburan hingga 25
%. Bila lebih dari 20 batang per hari kesuburannya akan menurun hingga 50%.

Pada laki-laki,

rokok dapat menurunkan kuantitas dan kualitas sperma, serta meningkatkan jumlah
sperma abnormal. jumlah sperma yang dihasilkan sangat sedikit dan pergerakannya pun
sangat lambat.

Parahnya bahaya akibat rokok tidak hanya mengintai perokok itu sendiri (perokok aktif)
saja, tapi juga orang lain yang ada disekitarnya (perokok pasif). Hal ini disebabkan oleh
kandungan nikotin pada asap rokok yang dihisap baik oleh perokok aktif maupun
perokok pasif.

“Nikotin dapat meningkatkan amplitude gelombang uterotuba sehingga meningkatkan


angka kejadian kehamilan ektopik atau kehamilan diluar rahim,” Selain itu, nikotin
juga meningkatkan prosentase kasus keguguran dan kelainan genetik, seperti down
syndrome.

Konsumsi Alkohol

pada wanita  menghambat ovulasi sehingga siklus haid terganggu.

Pada pria kualitas sperma menurun

Sumber : http://www.news-medical.net/health/Infertility-What-is-Infertility-
%28Indonesian%29.aspx
MEROKOK
Merokok sejatinya memang menimbulkan efek negatif pada tingkat
kesehatan mulai dari jenis kanker sampai impotensi. Karena asap rokok yang
terhirup masuk kedalam tubuh akan mengikat oksigen sehingga aliran darah
menjadi terhambat pada paru-paru dan khususnya pada alat vital pria. Hal ini
dipicu karena adanya plak-plak yang menempel pada dinding paru-paru dan
menghalangi aliran darah ke penis sehingga mempengaruhi kualitas dan
kemampuan sperma.

Asap rokok yang merupakan hasil pembakaran dari rokok telah diketahui
mengandung banyak senyawa berbahaya seperti tar, nikotin, dan
nitrosamine. Beberapa bahan karsinogen dan mutagen lain yakni polonium,
benzo(a) pirene, dimetilnitrosamine, naphthalane, CO2,H20x, NOx, SOx dan
CO, merkuri, tembaga (Pb), dan kadmium.

Guven et al. (1999) melaporkan bahwa pemberian PAH dapat menyebabkan


atrofi testis, menghambat spermatogenesis, dan merusak morfologi
spermatozoa pada mencit. Francavilla et al. (2000) menyatakan bahwa NO
dapat menyebabkan terhambatnya motilitas spermatozoa dan bersifat toksis
pada sperma. Revel et al. (2001) melaporkan bahwa mencit yang terpapar
B(a)P mengalami kerusakan DNA dan meningkatnya apoptosis sel
spermatogonia.
A.A.Sg A. Sukmaningsih. Penurunan Jumlah Spermatosit Pakiten dan
Spermatid Tubulus Seminiferus Testis pada Mencit (Mus musculus) Yang
dipaparkan Asap Rokok.

Kelebihan produksi radikal bebas atau oksigen yang reaktif (ROS, reactive
oxygen species) dapat merusak sperma, dan ROS telah diketahui sebagai
salah satu penyebab infertilitas. Diketahui juga bahwa anion superoksida,
radikal hidroksil dan hidrogen peroksida merupakan beberapa ROS utama
yang terdapat pada plasma semen (Agarwal et all., 2003).

Radikal bebas terdapat secara fisiologis pada sperma manusia (Zavos et


all.,1998), dan timbulnya radikal bebas dalam tubuh diimbangi dengan
mekanisme pertahanan endogen, dengan memproduksi zat yang
mempunyai pengaruh sebagai anti radikal bebas yang disebut antioksidan
(Suryohudoyo, 2000). Akan tetapi, pada saat level ROS meningkat melebihi
dari sistem pertahanan antioksidan tubuh, terjadilah stress oksidatif. Stress
oksidatif merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan ROS yang akan
menyebabkan kerusakan sel, jaringan atau organ. Pada kondisi stres
oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid
membran sel dan merusak organisasi membran sel. Membran sel ini sangat
penting bagi fungsi reseptor dan fungsi enzim, sehingga terjadinya
peroksidasi lipid membran sel oleh radikal bebas dapat mengakibatkan
hilangnya fungsi seluler secara total (Evans, 2000; Singh, 1992).

Stress oksidatif menyebabkan infertilitas melalui efek negatifnya ke


spermatozoa seperti peningkatan hilangnya motilitas, peningkatan
kerusakan membran, penurunan morfologi, viabilitas, dan kemampuan
spermatozoa (Twig et all., 1998).

ALKOHOL

Diakui sudah, bahwa minuman alkohol pastinya memberikan dampak


negatif bagi kesehatan tubuh pada umumnya secara menyeluruh namun juga
dapat mempengaruhi pada penurunan produksi dari jumlah sperma dan
kualitas sperma itu sendiri. Meskipun minuman alkohol tidak se-berbahaya
dari rokok tembakau.
Pada alcohol ini megandung etanol yang bersifat menekan sistem saraf
pusat secara tidak teratur tergantung jumlah yang dikonsumsi. Suatu
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan hewan mencit dengan
perlakuan pemberian alkohol 5-6% menunjukkan adanya panurunan kadar
testosterone , selain itu juga dapat menyebabkan hambatan dalam biosintesis
asam nukleat dan nukleosida pada testis yang selanjutnya dapat
menyebabkan gangguan pada proses spermatogenesis.
Pada minuman yang berakohol ini kandungannya berbeda-beda. Bir
mengandung 3-5%, anggur 10-14%, sherry port mustakel berkadar 20%
sedangkan wiky, gin, rum, dan brendy berkadar 40-45%. Alkohol ini sangat
berpengaruh dan mempunyai efek negative terhadap sistem reproduksi. Pada
sistem reproduksi, alkohol dapat menyebabkan kerusakan jaringan testikuler
dan kegagalan sintesis testosterone dan produksi spermatozoa.
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa minuman ber alkohol
menimbulkan pengaruh buruk terhadap sel spermatogenik dan vesikula
seminalis (kantung mani yang mengahasilkan makanan bagi sperma).
Alkohol dapat menyebabakan penurunan jumlah sel spermatogenik
sebab terlalu banyak penumpukan alkohol di dalam tubuh sehingga
mengahambat sintesis dan sekresi GnRH hipotalamus. Dimana dalam hal ini
dalam hal ini memepengaruhi kegagalan hipofisis untuk melakukan sintesis
dan sekresi FSH dan LH. Selanjutnya akan mempengaruhi oleh kegagalan sel
ledyg untuk mensintesis testosterone sehingga dapat menyebabkan
penurunan jumlah sel spermatogenik.
Selain pada penurunan sel spermatogenik, alkohol juga berpengaruh
terhadap berat vesikula seminalis. Semakin tinggi kadar alkohol yang
diberikan maka semakin tinggi pula penurunan berat vesikula seminalis,
sebab kempuan tubuh untuk metabolism alkohol sangat terbatas sehingga
terjadi penumpukan alkohol di dalam tubuh. Diamana hal ini menyebabkan
kegagalan hipotalamus dan hipofisis untuk mensekresikan GnRH,FSH dan LH.
Kegagalan ini selanjutnya menyebabkan kegagalan sel ledyg untuk melkukan
sintesis testosterone. Dan secara biologis, hormone ini mempunyai efek
memacu pertumbuhan dan perkembangan fungsional organ asesoris kelamin
jantan , sperti vas diferen, penis, vesikula seminalis, skrotum serta berperan
untuk memelihara viabilitas spermatozoa dalam epidydimis. Dari keterangan
tersebut dapat diketahui bahawa jika terlalu banyak penumpukan alkohol di
dalam tubuh maka dapat menyebabkan gangguan pada proses pertubuhan
dan perkembangan vesikula seminalis.

Apa saja yang dinilai dari sperma laki2 dalam menilai kemampuan utk
fertilisasi??
1. Pemeriksaan Pria
Secara umum :

Pemeriksaan laboratorium bagi pria yang umumnya dilakukan:

 Analisa sperma yang harus dilakukan pertama kali


 Folicle-stimulating hormone (FSH)
 Luteinizing hormone (LH)
 Testosteron
 Prolaktin

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi pria yaitu transrectal and scrotal ultrasound.
Pemeriksaan ini dapat membantu dokter untuk melihat adanya retograde ejaculation dan
kerusakan pembuluh ejakulator.

Nilai normal Hasil Analisis Sperma

Volume
Normal:

minmal 2 mL - 6,5 mL per ejakulasi

Abnormal:

Volume yang rendah atau bahkan yang berlebih dapat menyebabkan masalah kesuburan

Waktu mencair (Likuifaksi)

Normal:

Kurang dari 30 menit

Abnormal:

Masa mencair yang lama bisa merupakan tanda infeksi.

Jumlah sperma
Normal:

20–150 juta per mL


Abnormal:

Jumlah yang rendah kadang masih bisa menghasilkan keturunan secara normal.

Bentuk sperma (Morfologi Sperma)


Normal:

Minimal 70% memiliki bentuk dan struktur normal.

Abnormal:

Sperma yang tidak normal bentuknya kurang daru 15 % disebut Teratozoopsermia. Ini
juga mempersulit kehamilan.

Gerakan sperma (Motilitas Sperma)

Normal:

Minimal 60% sperma bergerak cepat maju ke depan atau minimal 8 juta sperma per-mL
bergerak normal maju ke depan.

Abnormal:

Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan menyebabkan masalah fertilitas.

pH

Normal:

Semen pH of 7.1–8.0

Abnormal:

An abnormally high or low semen pH can kill sperm or affect their ability to move or to
penetrate an egg.
Sel darah putih (Leukosit)
Normal:

Tidak ada sel darah putih atau bakteri.

Abnormal:

Bakteri dan sel darah putih yg banyak menunjukkan adanya infeksi.

Kadar fruktosa
Normal:

300 mg per 100 mL ejakulat

Abnormal:

Tidak adanya fruktosa memperlihatkan tidak adanya vesikula seminalis atau blokade
pada organ ini.

Aglutinasi

Normal : Negatif (-)

Abnormal : Positif (+)

Jika ditemukan jumlah sperma yang rendah atau tingginya abnormalitas, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan seperti pengukuran kadar hormon: testosteron, luteinizing
hormone (LH), follicle-stimulating hormone (FSH), atau hormon prolaktin. Juga
dilakukan biopsi testis (zakar) dalam kondisi yang sangat ekstrim (steril misalnya)

 Normozoospermia: Karakteristik normal.


 Oligozoospermia: Konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml.
 Asthenozoospermia: Jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak
secara aktif, dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi, urang dari 50%.
 Teratozoospermia: Jumlah sperma dengan morfologi normal kurang
dari 30%.
 Oligoasthenoteratozoospermia: Kelainan campuran dari 3 variabel yang
telah disebutkan sebelumnya.
 Azoospermia: Tidak adanya spermatozoa dalam sperma
 Aspermia: Sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma
- pemeriksaan endokrin
 Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji
yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron,
FSH, dan LH.

- USG
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat,
vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.

- Biopsi testis
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis
memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan
patologi.

Sumber : Dr. Budi Wiweko SpOG ( Divisi Imunoendokrinologi Reprodiksi Departemen


obstetric dan Ginekologi FKUI/RSCM )

Beda stress oksidatif dan stress psikis pada kemampuan fertilisasinya,


apakah mekanismenya sama?

4. Apa hubungan BMI suami 30, dan BMI istri 29kg/m2 dg keluhan pasien
yg blm punya keturunan?

1. Hubungan BMI dengan infertilitas


Rumus untuk BMI adalah berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan
tinggi badan kuadrat (dalam meter), atau disingkat (BMI = BB/TB2).
Pada Pria

berat badan ekstra pada seorang pria dapat menghalangi saluran sperma, dan
penhambatan saluran sperma adalah salah satu alasan paling umum untuk
infertilitas pada pria.

Pada Wanita

Pada seorang wanita yang memiliki berat badan ekstra di sekitar perutnya juga
mungkin memiliki masalah dengan ovulasi, karena ini memberikan tekanan
berlebihan pada saluran tuba. Ini juga menempatkan tekanan ini pada rahim,
menyebabkan ia kontrak tidak wajar. Ketika rahim wanita terganggu, sel telur
yang dibuahi tidak dapat melampirkan sendiri, dan dia akan keguguran sebelum
dia bahkan tahu dia hamil.

Obesitas  memicu peningkatan dari leptin  peningkatan NO  penurunan


sekresi GnRH  pengeluarn hormone LH dan FSH terhambat

Leptin

Leptin adalah hormon yang berpengaruh atau protein dalam tubuh yang dihasilkan
oleh sel lemak manusia. Leptin manusia adalah sebuah protein 167 asam amino.
Yang diproduksi terutama di adipocytes jaringan adiposa putih, dan tingkat
beredar leptin secara langsung proposional dengan jumlah lemak dalam tubuh.

Sumber : http://www.news-medical.net/health/Infertility-What-is-Infertility-
%28Indonesian%29.aspx

5. Adakah hubungan toxoplasma + dengan keluhan belum mempunyai


keturunan?

Toxoplasma + : udah kena infeksi.


Infeksi toxoplasma dpt mempengaruhi saluran2 reproduksi wanita, ex :
tuba (pertemuan ovum dan sperma)  tidak terjadi pembuahan.

Pada janin bisa menyebabkan kelainan kongenital. Menyumbat ventrikel


aliran LCS  hidrosefalus.
Infeksinya pada trimester I

6. Apa hubungan riwayat uretritis gonorea dengan keluhan?

GO  penyumbatan vas deferens, komplikasi :


Infeksi clamidia  rusak sperma, fragmentasi DNA
Epididimitis prostatitis

- Sebabkan jaringan parut pada uretra  daya pancar sperma


berkurang  infertilitas
- Kemungkinan istri kena PID  kelainan dan sumbatan pada tuba
fallopii

7. Apa hubungan pekerjaan suami dengan keluhan?

8. Apakah KB pil dapat menyebabkan infertilitas?

Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari
indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk
masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Kartika%20Ratna%20Pert
iwi,%20MD,%20M.%20Biomed.%20Sc/KONTRASEPSI.pdf

9. Bagaimana interpretasi dr pemeriksaan penunjang pd skenario?

hasil laboratorium TORCH dapat dilihat dari kadar antibodi IgM dan IgG nya.
Antibodi IgM adalah antibodi yang dibentuk apabila tubuh terinfeksi oleh agen
infeksi, antibodi ini dibentuk pada minggu pertama dan kedua. Antibodi ini akan
turun perlahan dalam periode yang singkat. Sedangkan, antibodi IgG dibentuk
beberapa minggu setelah tubuh terinfeksi, antibodi IgG ini akan bertahan lama
pada tubuh untuk menjaga dari infeksi yang sama, bahkan beberapa orang,
kadar IgG nya tetap bertahan dalam seumur hidupnya. Jadi dapat dikatakan,
antibodi IgM yang tinggi menunjukkan infeksi yang sedang aktif, dan antibodi
IgG menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi sebelumnya
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37114/4/Chapter%20II.pdf

Cara untuk membaca hasilnya adalah sebagai berikut :

 Periksalah serum untuk mencari ada tidaknya IgG spesifik untuk parasit/virus
TORCH. Bila hasilnya Negatif, berarti Anda tidak pernah terinfeksi TORCH. Bila
Positif, berarti pernah terinfeksi. Note: [periksa Anti-Toxoplasma IgG, Anti-
Rubella IgG, Anti-CMV IgG, Anti-HSV2 IgG]. Tes IgG itu untuk meriksa apakah
pada masa lalu si pasien pernah kena infeksi.

 Bila IgG Positif, maka untuk menentukan kapan infeksi tersebut, Anda harus
melakukan pemeriksaan serum untuk mencari ada tidaknya IgM parasit/virus
TORCH. Tes IgM ini fungsinya untuk memeriksa apakah saat ini si pasien
terinfeksi TORCH.

 Bila IgG Positif dan IgM Negatif : Anda telah terinfeksi lebih dari setahun
yang lalu. Saat ini anda mungkin telah mengembangkan kekebalan terhadap
parasit itu. Anda tidak perlu khawatir untuk hamil.
 Bila IgG Positif dan IgM juga Positif: Anda tengah mengalami infeksi dalam 2
tahun terakhir, [mungkin pula ada false pada hasil IgM]. Anda harus catat berapa
angka IgM tersebut.

 Selanjutnya Anda harus melakukan lagi pemeriksaan IgM [kalau perlu sekalian
IgG] setelah 2 minggu dari pemeriksaan pertama.

 Bila IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti anda sedang terinfeksi
TORCH. Sebaiknya anda sembuhkan dulu infeksi ini baru kemudian mulai hamil.

10.Apa pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan?

Khusus :
Wanita :
1. Px.ovulasi :
- px.suhu basal. Kalau ovulasi biasanya suhu naik 0,2-0,5c
- px.vaginal smear
- px.lendir servix : nilai kekentalan, pH, enzim proteolitik
- px. Endometrium : periksa hormon estrogen, LH, pregnadiol

2. Px. Tuba
- Pertubasi
- Histerosalpingografi

Laki2
1. Px. Sperma : jumlah, bentuk, motilitas sperma

11.DD? Cara mendiagnosis?

Pemeriksaan Umum
 Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara
umum dan khusus.

Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,
tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu
mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
Anamnesa khusus
 Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama
terjadi perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan
darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah
terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi,
kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).
 Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami
penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis
epidemika) sewaktu kecil.
 Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
 Pemeriksaan Ginekologi
 Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar
secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal
serta gula darah.

Table 19-3 Infertility Testing

Etiology Evaluation

Ovulatory dysfunction Serum midluteal progesterone

Ovulation predictor kit

Early follicular FSH ± estradiol level (ovarian reserve)

± Serum measurements (TSH, prolactin, androgens)

± Ovarian sonography (antral follicle count)

± Basal body temperature chart

± Endometrial biopsy (luteal phase defect)

Tubal/pelvic disease Hysterosalpingography

Laparoscopy with chromotubation


Uterine factors Hysterosalpingography

Transvaginal sonography

Saline-infusion sonography

Magnetic resonance imaging

Hysteroscopy

Laparoscopy

Cervical factor ± Postcoital test

Male factor Semen analysis

2. Pemeriksaan Pria

Secara umum :

Pemeriksaan laboratorium bagi pria yang umumnya dilakukan:

 Analisa sperma yang harus dilakukan pertama kali


 Folicle-stimulating hormone (FSH)
 Luteinizing hormone (LH)
 Testosteron
 Prolaktin

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi pria yaitu transrectal and scrotal ultrasound.
Pemeriksaan ini dapat membantu dokter untuk melihat adanya retograde ejaculation dan
kerusakan pembuluh ejakulator.

Nilai normal Hasil Analisis Sperma

Volume
Normal:

minmal 2 mL - 6,5 mL per ejakulasi

Abnormal:

Volume yang rendah atau bahkan yang berlebih dapat menyebabkan masalah kesuburan
Waktu mencair (Likuifaksi)

Normal:

Kurang dari 30 menit

Abnormal:

Masa mencair yang lama bisa merupakan tanda infeksi.

Jumlah sperma
Normal:

20–150 juta per mL

Abnormal:

Jumlah yang rendah kadang masih bisa menghasilkan keturunan secara normal.

Bentuk sperma (Morfologi Sperma)


Normal:

Minimal 70% memiliki bentuk dan struktur normal.

Abnormal:

Sperma yang tidak normal bentuknya kurang daru 15 % disebut Teratozoopsermia. Ini
juga mempersulit kehamilan.

Gerakan sperma (Motilitas Sperma)

Normal:

Minimal 60% sperma bergerak cepat maju ke depan atau minimal 8 juta sperma per-mL
bergerak normal maju ke depan.
Abnormal:

Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan menyebabkan masalah fertilitas.

pH

Normal:

Semen pH of 7.1–8.0

Abnormal:

An abnormally high or low semen pH can kill sperm or affect their ability to move or to
penetrate an egg.

Sel darah putih (Leukosit)


Normal:

Tidak ada sel darah putih atau bakteri.

Abnormal:

Bakteri dan sel darah putih yg banyak menunjukkan adanya infeksi.

Kadar fruktosa
Normal:

300 mg per 100 mL ejakulat

Abnormal:

Tidak adanya fruktosa memperlihatkan tidak adanya vesikula seminalis atau blokade
pada organ ini.
Aglutinasi

Normal : Negatif (-)

Abnormal : Positif (+)

Jika ditemukan jumlah sperma yang rendah atau tingginya abnormalitas, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan seperti pengukuran kadar hormon: testosteron, luteinizing
hormone (LH), follicle-stimulating hormone (FSH), atau hormon prolaktin. Juga
dilakukan biopsi testis (zakar) dalam kondisi yang sangat ekstrim (steril misalnya)

 Normozoospermia: Karakteristik normal.


 Oligozoospermia: Konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml.
 Asthenozoospermia: Jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak
secara aktif, dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi, urang dari 50%.
 Teratozoospermia: Jumlah sperma dengan morfologi normal kurang
dari 30%.
 Oligoasthenoteratozoospermia: Kelainan campuran dari 3 variabel yang
telah disebutkan sebelumnya.
 Azoospermia: Tidak adanya spermatozoa dalam sperma
 Aspermia: Sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

- pemeriksaan endokrin
 Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji
yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron,
FSH, dan LH.

- USG
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat,
vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.

- Biopsi testis
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis
memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan
patologi.

3. Pemeriksaan Wanita

Pemeriksaan laboratorium bagi wanita yang umumnya dilakukan:

 Thyroid-stimulating hormone (TSH)


 Prolaktin
 Luteinizing hormone (LH)
 Folicle-stimulating hormone (FSH)
 Progesteron

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi wanita yaitu:

 Hysterosalpingography (HSG) untuk melihat kondisi uterus dan tuba falopi.


 Laparoscopy untuk memeriksa indung telur, tuba falopi dan uterus terkait
masalah penyakit seperti jaringan parut dan endometriosis.
Penjelasan dan yang lain :

- deteksi ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature ), suhu
badan sangat dipengaruhi oleh progesterone. Suhu paling
rendah saat terjadi lonjakan LH, kemudia meningkat setelah
ovulasi

2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara


pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus
ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal
getah serviks dalam menerima sperma
Pada fase proliferasi sampai ovulasi, di bawah pengaruh
hormone estrogen, konsentrasi protein berkurang, tetapi
konsentrasi air dan musin bertambah  viskositas berkurang
 sperma mudah menembus getah serviks.
Sesudah ovulasi, getah serviks menjadi lebih kental dan
keruh.
Tes yang dipakai ada 2 : Spinbarkeit dan Fern Test

- analisa hormon
 Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis –
hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah
pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
 FSH : bila rendah  kelainan di aksis hipofisis-hipotalamus
; bila tinggi  kelainan di ovarium
 LH : LH paling efektif jika diperiksa setiap hari untuk
mengetahui masa ovulasi. Masa ovulasi akan terjadi
peninggian kadar LH yang tajam
 Estrogen : dapat digunakan untuk penentuan saat ovulasi
dan aktivitas ovarium
 Kadar estrogen urin <10 mikrogram  tidak ada aktivitas
ovarium
 >15 mikro  aktivitas folikuler
 Progesteron : menunjukkan adanya ovulasi.

- sitologi vagina
 Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui
perubahan epitel vagina

- uji pasca senggama (sims-huhner) 2-4 jam pasca senggama


 Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati
serviks
 Abstinen 2 hari  sanggama 2 jam sebelum ke dokter 
ambil lender serviks  px mikroskop
 tepat 1 hr sebelum ovulasi beberapa klinikus melakukan
test ini 10-12 jam pasca senggama

yang dinilai:

1. lendir serviks
a. jumlah
b. viskositas
c. ferning
d. spinnbarkeit
e. selularitas
f. ph
2. spermatozoa
a. jumlah per LPB
b. kuantitas spermatozoa motil
c. kualitas pergerakan spermatozoa
d. arah gerakan spermatozoa

- biopsi endometrium terjadwal


 dilakukan dg paracervical block, dilakukan pada hari ke-26
siklus haid-28-hari atau hari ke-12 post ovulasi
mengetahui perubahan endometrium seraggam dg efek
sekretoris yg diharapkan
 Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium
dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.

- Histerosalfingografi
 Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi
kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga
uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat
proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
 dilakukan pada fase dini dari siklus haid- setelah
perdarahan per vaginam berhenti-tetapi sebelum terjadi
ovulasi

- Laparoskopi
 Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan
peritoneum.
 dapat dilakukan pada hari ke-26 dari siklus haid-28-hari
- pemeriksaan pelvis ultrasound
 Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk
identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler,
serta informasi kehamilan intra uterin.

Sumber : Dr. Budi Wiweko SpOG ( Divisi Imunoendokrinologi Reprodiksi Departemen


obstetric dan Ginekologi FKUI/RSCM )

12.Terapi :

Infeksi sampai tuba dan vas deferens. Terapi dan prognosa susah
Ovulasi terganggu : Klomiphene diminum hari ke5 haid selama 5hari.
Melancarkan proses ovulasi dg cara meniadakan efek supresi estrogen.

Terapi bedah : in vitro fertilization, intrauterine insemination

Ig M toxo  Sebaiknya obatin dulu infeksinya  baru dilakukan terapi

Anda mungkin juga menyukai