Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial: Menarik Diri
II. PROSES TERJADI NYA ISOLASI SOSIAL
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011). Jadi isolasi
sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena
merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu berinteraksi untuk
membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya.

B. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri
menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang atau singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Tidak mengikuti kegiatan
3. Banyak berdiam diri di kamar
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Kontak mata kurang
7. Kurang spontan
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Ekpresi wajah kurang berseri
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11. Mengisolasi diri
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13. Memasukan makanan dan minuman terganggu
14. Retensi urine dan feses
15. Aktifitas menurun
16. Kurang enenrgi (tenaga)
17. Rendah diri
18. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi
tidur)

C. Predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi
sosial yaitu:
1. Kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan
yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkem
bangan sosial yang nantinya dapat menimbulkan suatu masalah.
Sumber: (Stuart dan Sundeen, dalam Fitria,2009).
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidak jelasan
(double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia
yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang abnorm al
pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel
dalam limbic dan daerah kortikal.

D. Presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi
dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Faktor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang
terjadi akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.
Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu

E. Rentang Respon

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T.
(2013) respon ini meliputi:
a. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang
telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mampu menetapkan
untuk interdependen dan pengaturan diri.
c. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi,
dan menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut
Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive tersebut adalah:
a. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol
digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat
menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan
tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
ogosentris,harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
d. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

F. Pohon Masalah
Akibat : Gangguang Persepsi Sensori: Halusinasi

Core problem : Isolasi Sosial:MD

Penyebab : Harga Diri Rendah


(Budi Anna Keliat, 1999)

G. Diagnosis Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang bisa di gunakan adalah pertahanan koping dalam jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego, Stuart (2009) mengatakan
pertahanan jangka pendek yang bisa di lakukan klien isolasi sosial adalah lari
sementara dari krisis, misalnya dengan bekerja keras, nonton televisi secara terus
menerus, melakukan kegiatan untuk mengganti identitas sementara, misalnya ikut
kelompok sosisal, keagamaan dan politik, kegiatan yang member dukungan
sementara, seperti mengikuti sesuatu kompetensi atau kontes popularitas, kegiatan
mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalagunakan obat
obatan.
III. STRATEGI PELAKSANAAN
1. SP-1 Pasien: Isolasi Sosial Pertemuan Ke-1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif:
a. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
b. Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya
c. Klien merasa orang lain tidak selevel dengannya

Objektif:

a. Klien terlihat menyendiri


b. Klien terlihat mengurung diri
c. Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
2. Diagnosis Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab Isolasi Sosial
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
e. Klien dapat menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab Isolasi Sosial pasien
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkna kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain kedalam kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan saya perawat Sinta. Saya mahasiswa
Keperawatan UPH yang akan dinas diruangan kamboja ini selama 4 hari
dan hari ini saya dinas dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti. Nama
kamu siapa? Senang dipanggil apa? Oh di panggil S saja ya”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan S saat ini? Oh, Jadi S merasa bosan dan tidak
berguna. Apakah S masih suka menyendiri?”
c. Kontrak
Topik: “Baiklah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
perasaan S dan kemampuan yang S miliki? Apakah S bersedia? Tujuan
nya agar S dan saya dpat saling mengenal sekaligus dapat mengetahui
keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain”
Waktu: “Berapa lama S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit saja?
Tempat: “S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang
tamu saja?”

2. Kerja
“Dengan siapaS tinggal dirumah?”
“Siapa yang paling dekat dengan S?”
“Apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?”
“Siapa anggota keluarga dan teman S yang tidak dekat dengan S?”
“Apa yang membuat S tidak dekat dengan orang lain?”
“Apa saja kegiatan yang S lakukan saat sedang bersama keluarga?”
“Bagaimana dengan teman yang lain?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau berbincang-bincang dengan
orang lain?”
“Menurut S apa keuntungan jika kita mempunyai teman? Wah benar, kita
mempunyai teman untuk berbincang-bincang. Apa lagi S? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa). Nah, kalau kerugian kita tidak mempunyai
teman apa ya S? Apa lagi?(Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
jadi banyak juga ruginya tidak memiliki teman ya S?”
“Kalau begitu S mau belajar berteman dengan orang lain? Nah, untuk
memulainya sekarang S latihan dengan saya terlebih dahulu. Begini S, untuk
berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita”
“Contohnya: Nama saya Sinta”
“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
nama ibu siapa? Senang nya dipanggil apa?”
“Ayo S coba dipraktekkkan. Misalnya saya belum kenal dengan S, S coba
berkenalan dengan saya”
“Ya bagus sekali S. Coba sekali lagi S”
“Bagus sekali S”
“Setelah berkenalan dengan S, orang tersebut diajakn ngobrol hal-hal
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan
sebagainya”
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman
S(damping S berbincang-bincang)

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan objektif:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali dan peragakan ulang cara
berkenalan dengan orang lain”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah S, dalam satu hari mau berapa kali S latihan berbincang-
bincang dengan orang lain? Dua kali ya S? Baiklah jam berapa S akan
latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi di jam 11.00 dan jam 15.00
kegiatan S adalah bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika S
melakukannya secara Mandiri maka S menuliskan nya M, Jika S
melakukannya dengan bantuan atau diingatkan oleh keluarga atau teman
maka S buat D, jika S tidak melakukannya maka S tulis T. apakah S
mengerti? Coba S ulangi? Iya bagus S.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baiklah S, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang pengalaman S, berbincang-bincang dengan teman baru dan
latihan berbincang-bincang dengan topic tertentu. Apkaha S bersedia?”
Waktu: “S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11 saja?”
Tempat: “S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
diruang tamu? Baiklah S besok saya akan kesini jam 11 ya. Saya permisi
dulu, sampai jumpa”
2. SP-2 Pasien: Isolasi Sosial Pertemuan Ke-2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif:
a. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
Objektif:
a. Klien menyendiri dikamar
b. Klien tidak mau melakukan aktivitas diluar kamar
c. Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya
2. Diagnosis Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain
b. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
c. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
B. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, APakah S masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi/VAlidasi:
“Bagaimana dengan perasaan S hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Bagaimana semangat nya untuk berbincang-bincang dengan
orang lain? Apakah S sudah mulai berkenalan dengan orang lain dan
bagaimana perasaan S setelah mulai berkenalan?”
c. Kontrak
Topik: “Baiklah, sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan
latihan bagaimana berkenalan dan berbincang-bincang dengan 2 orang
lain agar S semakin banyak teman. Apakah S bersedia?”
Waktu: “Berapa lama S mau berbincang-bincang” Bagaimana kalau 10
menit?”
Tempat: “S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang
tamu saja?”

2. Kerja
“Baiklah, hari ini saya datang bersama dua ornag ibu perawat yang juga
dinas diruangan ini, S bisa memulai berkenalan”
“Apakah S masih ingat dengan cara berkenalan?(Beri pujian jika pasien
masih ingat, jika pasienlupa bantu pasien mengingat kembali) Nah,
seilahkan ibu mulai(fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain)
Wah bagus sekali, selain nama, alamat, hobby, Apakah ada yang S ingin
ketahui lagi mengenai perawat C dan D? (Bantu pasien mengembangkan
percakapan)”
“Nah S, apa saja kegiatan yang biasa S lakukan pada jam segini? Bagaimana
kalau kita menemani teman S yang sedang menyiapkan makan siang
diruang makan sambil menolong teman S, S bisa sambil berbincang-bincang
dengan teman yang lain (damping pasien ke ruang makan)”
“Apa yang ingin S bincangkan dengan teman S? Oh oke, tentang cara
menyusun piring diatas meja makan. Silahkan S ( jika pasien diam dapat
dibantu oleh perawat) coba S tanyakan bagaimana cara menyusun piring
diatas meja kepada teman S? Apakah harus rapi atau tidak? Silahkan S,
apalagi yang ingin S perbincangkan. Silahkan”
“Oke sekarang piring nya sudah rapi, bagaimana kalau S dengan teman S
melakukan menyusun gelas diatas meja bersama sekalian S berbincang-
bincang ya S”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
“Bagaimana perasaan S setelah kita berkenalan dengan perawat C dan D
dan berbincang-bincang dengan teman S aaat menyiapkan makan siang
di ruang makan? Coba S sebutkan kembali bagaimana caranya
berkenalan?”
b. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan S yaitu jdwal kegiatan
berbincang-bincang ketika membantu teman sedang menyiapkan makan
siang. Mau jam berapa S latihan? Oh ketika makan pagi dan makan
siang”
c. Kontrak yang akan datang:
Topik: “Baiklah S kalau besok kita berbincang-bincang dengan orang
yang lebih banyak dari sebelumnya? S akan berbincang-bincang dengan
Juru masak yang jumlah nya ada lima orang dan S bisa bertanya apa saja
yang S ingin ketahui dari mereka. Apakah S bersedia?”
Waktu: “S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11mselama 15 menit
saja sambil mereka menyiapkan masak untuk makan siang?”
Tempat: “S maunya kita berbincang-bincang dimana? Bagaiman kalau
di dapur saja bu?’

3. SP-3 Pasien: Isolasi Sosial Pertemuan Ke-3


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Subjektif:
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
Objektif:
a. Klien menyendiri dikamar
b. Klien tidak mau melakukan aktivitas diluar kamar
c. Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya
2. Diagnosis Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain
b. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
c. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
B. Proses Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi S, amsih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana dengan perasaan S hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Bagaimana semangat nya untuk berbincang-bincang dengan
orang lain? Apakah S sudah mulai berkenalan dengan orang lain dan
bagaimana perasaan S setelah mulai berkenalan?”
d. Kontrak
Topik: “Baiklah, sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan
latihan bagaimana berkenalan dan berbincang-bincang dengan Juru
masak yang jumlahnya ada lima orang. Agar S semakin banyak teman.
Apakah S bersedia?”
Waktu: “Berapa lama S mau berbincang-bincang” Bagaimana kalau 15
menit?”
Tempat: “S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau didapur
saja?”
2. Kerja
“Baiklah S, bagaiman kalau kita menuju ruang dapur, disana para Juru
masak sedang memasak dan jumlah mereka disana ada lima orang.
Bagaimana kalau kita berangkat sekarang?”
“Apakah S sudah siap bergabung dengan banyak orang? Nah, sesampainya
S nanti disana S langsung bersalaman dan memperkenalkan diri seperti yang
sudah kita pelajari. S bersiap saja dan yakin bahwa orang-orang disana
senang bertemu dengan S. Baiklah S kita berangkat sekarang ya?
(Selanjutnya perawat mendampingi pasien dikegiatan kelompok sampai
selesai). Nah S, sekarang kita latihan berbincang-bincang dengan teman saat
melakukan kegiatan harian, kegiatan apa yang S ingin lakukan? Oh oke
merapikan tempat tidur, dengan siapa S ingin di damping? Dengan Ny. H?
baiklah S. Kegiatannya merapikan tempat tidur ya ( Perawat mengajak
pasien H untuk menemani pasien merapikan tempat tidur dan memotivasi
pasien dan teman sekamar berbincang-bincang”

3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan S setelah kita berkenalan dengan juru masak di
dapur? Kalau setelah merapikan kamar bagaimana S? apa pengalaman S
yang menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita
bergabung dengan orang banyak?”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah S selanjutnya S bisa menambah orang yang S kenal atau S bisa
ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-
teman S. Jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur
kita cantumkan dalam jadwal ya S. Setiap jam berapa S akan berlatih?
Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
“Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam
melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry.
apakah ibu bersedia?”
Waktu :
“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00”
Tempat :
“Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah B besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa
besok B. Saya permisi, selamat siang”

4. SP-4 Pasien: Isolasi Sosial Pertemuan Ke-4


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data Subjektif:
a. Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.
b. Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain.
Data Objektif:
a. Klien sudah mau keluar kamar.
b. Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.

3. Tujuan
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik.
“Selamat pagi S, Apakah S masih kenal dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi:
“Bagaimana dengan perasaan S hari ini? masih ada perasaan kesepia,
rasa enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan
hariannya sudah dilakukan? Dilakukan sambil bercakap-cakap kan S?
sudah berapa orang baru yang S kenal? Dengan teman kamar yang lain
bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan S
setelah melakukan semua kegiatan? Waah S memang luar biasa”
c. Kontrak:
Topik:
“Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan
mendampingi S dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan
berbicara saat melakukan kegiatan sosial. Apakah S bersedia?”
Waktu :
Berapa lama S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :
S mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Kerja
“Baiklak, apakah S sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil?
(sebaiknya sudah disipakan oleh perawat) baiklah S, mari kita berangkat ke
ruangan laundry (komunikasi saat di ruangan laundry)”
“Nah S, caranya yang pertama adalah S ucapkan salam untuk ibu V, setelah
itu S bertanya kepada ibu V apakah pakaian untuk ruangan Kamboja sudah
ada? Jika ada pertanyaan dari S ibu V jawab ya? Setelah selesai, minta ibu V
menghitung total pakaian dan kemudian S ucapkan terimakasih pada Ibu V.
Nah, sekarang coba S mulai (perawat mendampingi pasien)”
3. Terminasi
a. Subjektif dan objektif:
“Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian
ke ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan S?”
b. Rencana tindak lanjut:
“Baiklah S, selanjutnya S bisa terus menambah orang yang S kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry”
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
“Baiklah S, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
kebersihan diri. Apakah S bersedia?”
Waktu :
“S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00”
Tempat :
“S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah S besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
S. Saya permisi dulu ya, Selamat siang”
IV. DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

Townsend, M.C (2009) Psychiatrich Mental Health Nursing Concepts Of Care in


Evidence-Based Practice. 6 ed. Philadelphia: F.A Davis Company

Hermawan, Beny,.2015. Naskah Publikasi diakses dari


http://eprints.ums.ac.id/34432/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf pada 11 Juni 2018

Purnawan, Adi Sugito,.2018. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial diakses dari


https://www.academia.edu/8977519/LAPORAN_PENDAHULUAN_ISOLASI_SOSI
AL pada 11 Juni 2018

Pratama, Anggi,.2017. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial Lengkap diakses dari


http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/03/laporan-pendahuluan-isolasi-sosial.html
pada 11 Juni 2018

Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial diakses dari


https://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_ISOLASI_SO
SIAL_STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLASI_SOSIAL pada 11 Juni
2018

Anda mungkin juga menyukai