Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL DALAM

MPKP JIWA TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN


(The Effectiveness of Nursing Care: Social Isolation Implementation in Mental PMHNPM to
Patients Capability)

Retty Octi Syafrini*, Budi Anna Keliat*, Yossie Susanti Eka Putri*
*Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok
Email: rettyoctimakhfuz@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Asuhan keperawatan isolasi sosial adalah salah satu poin penting dalam MPKP (Metode Praktik
Keperawatan Profesional) Jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan implementasi asuhan keperawatan
isolasi sosial dalam MPKP Jiwa dengan kemampuan klien dan keluarga. Metode: Penelitian ini berdesain korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah PP yang telah mendapatkan pelatihan MPKP Jiwa 58 orang, klien
isolasi sosial yang dirawat di ruang rawat inap RSJD Prov. Jambi 32 orang, dan keluarga klien isolasi sosial yang sedang
berkunjung 12 orang. Variabel independen adalah pelaksanaan program MPKP Jiwa oleh perawat pelaksana dan variabel
dependennya adalah hasil asuhan keperawatan pada klien isolasi sosial dan keluarganya. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrumen kuisioner. Analisis data dilakukan dengan distribusi frekuensi untuk melihat data
kategorik, central tendency untuk melihat data numerik, dan korelasi pearson. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan kemampuan PP dengan kemampuan klien dan keluarga (p < 0,05). Kemampuan klien dalam
memberikan asuhan keperawatan isolasi sosial berhubungan dengan penurunan tanda dan gejala klien (p < 0,05). Diskusi:
Kemampuan PP dalam memberikan asuhan keperawatan dan implementasi MPKP Jiwa dapat menurunkan tanda dan
gejala, meningkatkan kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan isolasi sosial.

Kata kunci: MPKP Jiwa, asuhan keperawatan isolasi sosial, perawat pelaksana

ABSTRACT
Introduction: Nursing care: social isolation is one of the pillars in Professional Mental Health Nursing Practice Model
(PMHNPM). This study was aimed to determine the relationship between the implementation of nursing care in PMHNPM
with the ability of clients and families clients. Method: This study was used a correlational design with cross-sectional
approach. Samples were associate nurse who already follow PMHNPM training 58 respondents, client with social
isolation problem who hospitalized at RSJD Prov. Jambi 32 respondents, and clients family 12 respondents. Independent
variable was PMHNPM implementation by associate nurse, while dependent variables were the result of nursing care
to client with social isolation problem and family. Data were collected by using questionnaire. Data were then analyzed
by using frequency distribution for categoric data, central tendency for numeric data, and pearson correlation. Result:
The results showen that nursing management capabilities significantly associated (p < 0.05) with the clients ability and
the ability of the family. The ability of nurses in providing nursing care social isolation were significantly associated (p
< 0.05) with a decrease in signs and symptoms of client upgrades. Discussion: Associate nurses ability on nursing care
and PMHNPM implementation could reduce a signs and symptoms, improve an ability of the client and families clients
social isolation.

Keywords: PMHNPM, nursing care: social isolation, associate nurse

PENDAHULUAN menyebabkan terjadinya perubahan persepsi


Isolasi sosial adalah suatu pengalaman sensori dan berisiko untuk menciderai diri
menyendiri dari seseorang dan perasaan segan sendiri, orang lain, bahkan lingkungan (Fitria,
terhadap orang lain (NANDA, 2012). Perilaku 2009). Untuk itu, penting bagi perawat untuk
yang diperlihatkan oleh pasien dengan isolasi membantu mengatasi masalah isolasi sosial
sosial disebabkan karena seseorang menilai pada pasien dengan memberikan asuhan
dirinya rendah, sehingga muncul perasaan keperawatan yang profesional dan tepat yang
malu untuk berinteraksi dengan orang tersedia di pelayanan keperawatan.
lain, di mana jika tidak diberikan tindakan Model Praktik Keperawatan Profesional
keperawatan yang berkelanjutan akan dapat (MPKP) merupakan salah satu upaya yang

175
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 175182

dilakukan oleh bagian keperawatan untuk keperawatan yang diberikan kepada pasien
meningkatkan kualitas pelayanan ataupun isolasi sosial.
kualitas asuhan keperawatan. MPKP adalah
suatu sistem yang mendukung perawat
BAHAN DAN METODE
untuk memberikan asuhan keperawatan di
lingkungan di mana perawatan itu diberikan Desain dalam penelitian ini adalah
(Hoffart & Woods, 1996), yang bermanfaat korelasional dengan menggunakan pendekatan
untuk meningkatkan dan menstandarkan cross sectional. Sampel adalah perawat
kualitas asuhan keperawatan, meningkatkan pelaksana yang telah mendapatkan pelatihan
kepuasan baik secara internal maupun MPKP Jiwa 58 orang, klien isolasi sosial
eksternal, dan meningkatkan keefektifan yang dirawat di ruang rawat inap RSJD Prov.
kinerja, serta efisiensi keuangan (Davis, Jambi 32 orang, dan keluarga klien isolasi
Heath & Reddick, 2002). sosial yang sedang berkunjung 12 orang.
MPK P Jiwa yang diterapkan di Variabel independen dalam penelitian ini
rumah sakit jiwa (RSJ) merupakan suatu adalah pelaksanaan program MPKP Jiwa
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan oleh perawat pelaksana dan variabel dependen
kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan dalam penelitian ini adalah hasil asuhan
yang memiliki nilai-nilai profesional keperawatan pada klien isolasi sosial dan
yang terdiri dari 4 pilar yaitu pendekatan keluarganya. Pengumpulan data dilakukan
manajemen, kompensasi penghargaan, dengan menggunakan instrumen kuesioner
hubungan profesional, dan pemberian asuhan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan
keperawatan. Hasil penerapan MPKP Jiwa perawat pelaksana dalam melaksanakan
di RSJ menunjukkan hasil BOR meningkat, asuhan keperawatan isolasi sosial dan MPKP
ALOS menurun, dan angka lari pasien Jiwa, tanda gejala dan kemampuan klien isolasi
menurun, sehingga hasil penerapan ini sosial, serta kemampuan keluarga dalam
menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan merawat klien isolasi sosial. Analisis data
kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik dilakukan dengan distribusi frekuensi untuk
(Keliat & Akemat, 2012). melihat data kategori, central tendency untuk
Isolasi sosial merupakan salah satu melihat data numerik, dan korelasi pearson
diagnosa keperawatan yang termasuk dalam untuk melihat data hubungan pada variabel
pilar patient care delivery system di MPKP independen dan variabel dependen.
Jiwa. Dengan pemberian metode asuhan
keperawatan yang digunakan dalam MPKP,
HASIL
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
fungsi sosial klien. Karakteristik perawat pelaksana yang
RSJ D Prov. jambi member ikan bekerja di ruang rawat inap MPKP Jiwa rata-
pelayanan dan asuhan keperawatan dengan rata berusia 30,84 tahun; 82,8% perempuan;
pendekatan program MPKP Jiwa yang telah 62,1% berpendidikan DIII Keperawatan; dan
dilakukan dari tahun 2009 sampai dengan rata-rata telah bekerja selama 7,17 tahun.
sekarang di semua ruang rawat inap. Namun Pencapaian kemampuan PP dalam MA
belum pernah dilakukan evaluasi terkait dengan adalah 107,86 (81,71%); CR 9,76 (61%); PR
pemberian asuhan keperawatan pada pasien 18,28 (76,17%); dan PCD isolasi sosial 96,34
isolasi sosial. Berdasarkan data pada awal (77,69%).
Maret 2014, isolasi sosial merupakan diagnosa Karakteristik klien isolasi sosial yang
keperawatan yang ada di ruang rawat inap dirawat di Ruang MPKP Jiwa rata-rata
RSJD Provinsi Jambi adalah terbanyak nomor berusia 34,78 tahun; 81,3% laki-laki; 59,4%
dua setelah diagnosa keperawatan halusinasi berpendidikan SD; 56,3% tidak bekerja; 56,3%
yaitu 17,69%. Berdasarkan pemaparan di belum menikah; dan dengan lama rawat rata-
atas, maka diperlukan penilaian pelaksanaan rata 39,78 hari. Perkembangan tanda gejala
program MPKP Jiwa dengan hasil asuhan klien dilihat dari perbandingan antara sebelum

176
Efektivitas Implementasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial (Retty Octi Syafrini, dkk.)

Tabel 1. Kemampuan perawat pelaksana menerapkan MPKP Jiwa


Variabel (Standar skor) Mean Median SD
MA (33132) 107,86 110,00 15,463
CR (416) 9,76 10,00 2,892
PR (624) 18,28 19,00 3,116
PCD isolasi sosial (31124) 96,34 93,00 15,854

Tabel 2. Karakteristik tanda gejala sebelum diberikan asuhan keperawatan isolasi sosial dan tanda
gejala setelah diberikan asuhan keperawatan isolasi sosial
Mean Mean
Tanda dan Gejala Mean Dif. p value
Pre Tanda Gejala Post Tanda Gejala
Kognitif 6.06 3,59 2,469 0,000
Afektif 3,84 1,34 2,500 0,000
Fisiologis 3,41 1,16 2,250 0,000
Perilaku 5,31 2,66 2,656 0,000
Sosial 7,13 3,13 4,000 0,000
Komposit 25,75 11,88 13,87 0.000

Tabel 3. Karakteristik kemampuan klien isolasi sosial dan kemampuan keluarga klien

Variabel (standar skor) Mean Median SD


Kemampuan Klien (014) 6,94 7,00 4,016
kemampuan Keluarga (464) 42,75 35,06 12,107

Tabel 4. Hubungan kemampuan PP dalam Tabel 6. Hubungan kemampuan PP dalam


implementasi MPKP jiwa dengan implementasi MPKP jiwa dengan
tanda gejala klien (n = 32) kemampuan keluarga merawat klien
(n = 12)
Variabel R R p value
MA - 0,169 0,029 0,354 Variabel R R p value
CR - 0,071 0,005 0,698 MA 0,619 0,383 0,032**
PR 0,008 0,000 0,967 CR 0,013 0,000 0,967
PCD Isolasi Sosial -0,361 0,131 0,042** PR -0,117 0,014 0,717
PCD Isolasi Sosial 0,369 0,136 0,237

Tabel 5. Hubungan kemampuan PP dalam


implementasi MPKP jiwa dengan Karakteristik keluarga klien isolasi
kemampuan klien (n = 32) sosial yang berkunjung ke RSJ adalah rata-
rata berusia 42,08 tahun; 58,3% laki-laki;
Variabel R R p value
33,3% berpendidikan SMA; 66,7% bekerja;
MA 0,481 0,231 0,005**
dan 41,7% adalah saudara kandung klien.
CR 0,160 0,026 0,381
Kemampuan klien dan kemampuan keluarga
PR 0,277 0,077 0,125
setelah diberikan asuhan keperawatan adalah
PCD Isolasi Sosial 0,524 0,275 0,002**
6,94 (49,57%) dan 42,75 (66,79%).
Tabel 3, 4, dan 5 menunjukkan ada
dan setelah diberikan asuhan keperawatan hubungan yang bermakna antara kemampuan
dengan melihat sisa gejala yang terdapat pada perawat pelaksana dalam implementasi PCD
kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial isolasi sosial dengan tanda gejala klien. Ada
klien. hubungan yang bermakna antara kemampuan

177
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 175182

PP dalam implementasi MA dan PCD dengan kompensasi dan penghargaan, terjadi


isolasi sosial dengan kemampuan klien. Ada penurunan yang sangat signifikan dalam
hubungan kemampuan PP dalam implementasi kepindahan/berhentinya perawat dari unit atau
MA dengan kemampuan keluarga. bagiannya bekerja. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam kompensasi penghargaan
belum dilaksanakan secara terstruktur dan
PEMBAHASAN
rutin, sehingga perawat pelaksana belum
Hasil penelitian menunjukkan rata- merasakan terlibat dalam kegiatan ini.
rata perawat pelaksana memiliki kemampuan Pencapaian kemampuan perawat
pendekat a n ma najemen, kompensasi pelaksana untuk menjalin hubungan profesional
penghargaan, hubungan profesional, dan adalah sekitar 76,17%. Penerapan kegiatan
asuhan keperawatan isolasi sosial di atas rata- hubungan profesional yang dilakukan oleh
rata standar skor. Kemampuan yang dimiliki kepala ruang dan ketua tim di ruang MPKP
perawat pelaksana dalam kegiatan pendekatan Jiwa membuat PP terbiasa dengan kegiatan-
manajemen 81,71% termasuk tinggi mengingat kegiatan yang terdapat di dalam pilar ketiga
kemampuan perawat pelaksana hanya MPKP Jiwa. Hubungan profesional adalah
mengerjakan rencana harian. Rencana harian hubungan kerja sama yang dilakukan pihak
dan kegiatan pengarahan yang dilakukan tertentu, di mana kedua belah pihak saling
di ruangan membantu perawat pelaksana memiliki rasa kebersamaan, berbagi tugas,
dalam melaksanakan asuhan keperawatan kerja sama, kesetaraan, memiliki tanggung
kepada klien. Kegiatan pengarahan yang jawab dan tanggung gugat dalam bekerja.
diimplementasikan dalam MPKP Jiwa Penelitian yang dilakukan Harwood et al
terdiri dari kegiatan operan, preconference, (2007) menunjukkan bahwa penerapan MPKP
postconference, iklim motivasi, supervisi dan di ruangan dapat membuat perawat merasa
delegasi (Keliat & Akemat, 2012). Di ruang lebih saling memiliki dalam menjalankan
MPKP Jiwa, perawat pelaksana terlibat dalam perannya dan meningkatkan koordinasi
keseluruhan kegiatan yang ada di pendekatan sesama perawat dalam memberikan asuhan
manajemen kecuali kegiatan perencanaan keperawatan.
untuk membuat rencana bulanan dan rencana Pencapaian kemampuan perawat
tahunan, serta kegiatan pengendalian. Rutinitas pelaksana dalam memberikan asuhan
yang dilakukan perawat pelaksana untuk keperawatan isolasi sosial adalah 77,695.
mengerjakan rencana harian dan mengikuti Kemampuan dan kinerja yang telah diberikan
kegiatan pengarahan, membuat perawat perawat pelaksana dalam merawat klien telah
pelaksana terbiasa dan memiliki kemampuan cukup baik.
untuk melakukan kegiatan pendekatan Kemampuan yang dimiliki PP dalam
manajemen. menerapkan asuhan keperawatan isolasi
Pencapaian kemampuan yang dimiliki sosial dan MPKP Jiwa dapat dipengaruhi
perawat pelaksana dalam kegiatan kompensasi oleh lingkungan kerja yang ada di ruangan,
penghargaan adalah 61%. Hal ini menunjukkan seperti lingkungan fisik, ketersediaan
bahwa kemampuan atau keterlibatan perawat sarana, kejelasan kebijakan, dan supervisi.
dalam kegiatan kompensasi penghargaan Kemampuan dan keterampilan merupakan
masih rendah, yang dapat disebabkan karena salah satu variabel individu yang dapat
belum adanya sistem kompensasi penghargaan mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang
yang belum disusun dengan baik. Proses (Gibson, 1987). Karakteristik individu yang
seleksi dan rekruitmen, orientasi, penilaian dapat mempengaruhi kemampuan perawat
kinerja, dan pengembangan staf merupakan ialah umur, pendidikan, lama kerja, dan jenis
sistem kompensasi penghargaan yang terdapat kelamin.
dalam kegiatan MPKP Jiwa (Keliat & Akemat, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
2012). Penelitian yang dilakukan oleh Mark, tanda gejala klien isolasi sosial dapat berkurang
Salyer, dan Wan (2003) didapatkan bahwa setelah diberikan asuhan keperawatan isolasi

178
Efektivitas Implementasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial (Retty Octi Syafrini, dkk.)

sosial secara berkesinambungan, namun Harwood et al (2007), menyatakan


meskipun klien telah diberikan asuhan bahwa pemberian asuhan kepada klien dapat
keperawatan secara komprehensif dan meningkatkan hubungan perawat dan klien,
berkesinambungan, tetapi masih ditemukan hubungan yang terbina lebih alami, klien
tanda gejala sisa yang ada pada klien baik pada lebih nyaman dan percaya dalam menerima
kognitif, afektif, fisiologi, perilaku dan sosial. perawat. Dengan terciptanya hubungan saling
Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor percaya ini, perawat dapat mengkaji lebih
baik faktor internal maupun faktor eksternal. dalam masalah yang sedang dihadapi klien
Faktor internal yang dapat mempengaruhi dan dapat membantu mengurangi tanda dan
tanda dan gejala klien isolasi sosial adalah gejala pada klien.
bahwa klien dengan isolasi sosial memiliki Hasil penelitian ini menunjukkan
penilaian negatif terhadap diri sendiri, orang bahwa kemampuan perawat pelaksana
lain dan lingkungan yang menyebabkan dalam implementasi MPKP Jiwa di atas nilai
perilaku negatif yaitu menarik diri atau isolasi rata-rata standar skor. Namun, tidak ada
sosial. hubungan yang signifikan antara pendekatan
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada manajemen, kompensasi penghargaan, dan
tiga tipe utama penilaian terhadap stressor hubungan profesional dengan tanda gejala
yang bersifat kognitif, yaitu: 1) stressor klien isolasi sosial. Hal ini bisa dipengaruhi
dinilai sebagai bahaya yang akan terjadi; 2) oleh jumlah tenaga keperawatan yang ada di
stressor dinilai sebagai ancaman, sehingga ruang rawat inap. Wawancara yang dilakukan
perlu antisipasi; dan 3) stressor dinilai sebagai dalam penelitian ini juga menguatkan hasil
peluang/tantangan untuk tumbuh menjadi lebih penelitian ini, di mana satu orang partisipan
baik. Klien isolasi sosial biasanya akan menilai mengungkapkan bahwa masih dirasakan
bahwa proses pemberian asuhan keperawatan kurangnya jumlah tenaga perawat yang ada
dianggap sebagai suatu stressor yang akan di ruangan dengan jumlah klien yang ada,
menimbulkan bahaya bagi klien, sehingga sehingga perawat tidak dapat memberikan
klien akan menolak interaksi tersebut. asuhan keperawatan dengan optimal dan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan klien tidak terlihat secara
kemampuan klien isolasi sosial adalah usia, jelas.
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status Hal ini sesuai dengan teori yang
pernikahan, dan lama rawat. Hal ini sesuai menyatakan bahwa penghitungan standar
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh tenaga keperawatan dihitung berdasarkan
Jumaini (2010), di mana pendidikan dapat pada jumlah klien dan tingkat ketergantungan
mempengaruhi kognitif dan psikomotor klien klien terhadap perawatan (Douglas, 1984
isolasi sosial dalam menilai diri, orang lain, dalam Swansburg, 2000). Jumlah perawat
dan lingkungan. dalam satu ruangan yang tidak sesuai dengan
Hasil pada penelitian ini menunjukkan jumlah klien dapat menyebabkan pemberian
bahwa terdapat hubungan yang signifikan asuhan keperawatan kepada klien tidak
antara kemampuan perawat pelaksana dalam optimal, sehingga masalah yang dialami
implementasi asuhan keperawatan dengan klien tidak terselesaikan. Penelitian lain
tanda gejala klien isolasi sosial. perawat dilakukan dilakukan oleh Rohmiyati (2009)
pelaksana yang memiliki kemampuan dalam di RSUD Gondohutomo Semarang, di mana
implementasi asuhan keperawatan isolasi sosial diungkapkan bahwa salah satu hambatan-
yang tinggi dapat membantu menurunkan hambatan yang dirasakan perawat dalam
tanda gejala pada klien isolasi sosial. Tujuan menerapkan MPKP adalah karena adanya
asuhan keperawatan pada klien isolasi sosial jumlah tenaga yang kurang.
adalah untuk melatih keterampilan klien Untuk mendapatkan keberhasilan yang
isolasi sosial, sehingga merasa nyaman dalam dicapai dalam pemberian asuhan keperawatan,
situasi sosial dan melakukan interaksi sosial diperlukan kemampuan dan keterampilan
(Frisch & Frisch, 2006). khusus dalam menyelesaikan masalah

179
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 175182

keperawatan yang dihadapi klien. Standar berhubungan dengan kecepatan dan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan kepada respons pengobatan dan gejala negatif yang
klien isolasi sosial memerlukan intensitas muncul, semakin cepat klien mendapat
waktu yang sering dan rutin, sehingga perawat pengobatan setelah terdiagnosis maka semakin
memerlukan banyak waktu untuk pemberian cepat dan bermakna responnya.
asuhan keperawatan. Kurangnya tenaga yang Hasil pada penelitian ini menunjukkan
dibutuhkan, menyebabkan perawat tidak dapat bahwa terdapat hubungan yang signifikan
memberikan asuhan keperawatan kepada antara kemampuan perawat pelaksana dalam
klien dengan tidak optimal dan mengganggu implementasi pendekatan manajemen dengan
stabilitas kinerja di ruangan, sehingga perawat kemampuan klien isolasi sosial. Perawat
tidak memiliki waktu untuk melakukan pelaksana yang memiliki kemampuan
tindakan keperawatan yang seharusnya dalam implementasi pendekatan manajemen
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah yang tinggi dapat membantu meningkatkan
dibuat. kemampuan klien isolasi sosial. Harwood
Hal lain yang dapat menyebabkan et al (2007), menyatakan bahwa pendekatan
tidak ada hubungan yang signifi kan antara manajemen dapat memfasilit asi dan
pendekat a n ma najemen, kompensasi mendukung komunikasi yang pada akhirnya
penghargaan, dan hubungan profesional mempengaruhi konsistensi dan kesinambungan
dengan tanda gejala klien isolasi sosial adalah dalam melakukan perawatan, sehingga dapat
terapi psikofarmaka yang didapatkan klien memberikan manfaat kepada pasien.
isolasi sosial. Pada klien isolasi sosial, terdapat Pada penelitian ini juga didapatkan
gangguan pada fungsi transmisi sinyal bahwa ada hubungan yang signifikan antara
penghantar saraf (neurotransmitter) sel-sel implementasi asuhan keperawatan isolasi
susunan saraf pusat (otak) yaitu menurunnya sosial dengan kemampuan yang dimiliki
pelepasan zat dopamine dan serotonin oleh klien isolasi sosial. Manajemen asuhan
yang mengakibatkan gangguan pada alam keperawatan yang baik sangat dibutuhkan
pikir, alam perasaan, dan perilaku. Terapi dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
psikofarmaka terbagi dalam dua golongan klien secara sistematis dan terorganisasi.
yaitu golongan generasi pertama (typical) dan Hubungan antara implementasi MPKP dan
golongan generasi kedua (atypical). Dalam kemampuan klien isolasi sosial menunjukkan
penelitian ini sebagian besar responden bahwa perawat pelaksana yang memiliki
(klien isolasi sosial) mendapatkan terapi kemampuan dalam implementasi asuhan
psikofarmaka golongan generasi pertama keperawatan yang tinggi dapat membantu
sehingga tidak terlihat jelas penurunan tanda meningkatkan kemampuan klien isolasi sosial
dan gejala negatif yang ada pada klien. Hal ini untuk mengatasi masalah menarik dirinya.
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Langkah yang dapat dilakukan perawat
psikofarmaka golongan obat generasi pertama pelaksana dalam memberikan asuhan
sendiri kurang memberikan respons pada klien keperawatan kepada klien isolasi sosial
isolasi sosial dan tidak memberikan efek yang secara komprehensif meliputi terapi individu,
baik pada pemulihan fungsi kognitif klien terapi kelompok, dan terapi keluarga maupun
(Sadock & Sadock, 2007). komunitas. Pemberian asuhan keperawatan
Selain terapi psikofarmaka dan jumlah dengan menerapkan terapi aktivitas kelompok
tenaga keperawatan yang mempengaruhi belum sosialisasi juga perlu diterapkan pada klien
dapatnya penurunan tanda gejala klien, waktu isolasi sosial untuk meningkatkan kemampuan
awal terjadinya gejala gangguan jiwa sampai klien dalam melakukan interaksi sosial dalam
klien mendapatkan perawatan dan pengobatan kelompok karena dengan pendekatan secara
sangat mempengaruhi hasil perawatan berkelompok memungkinkan klien untuk
dan pengobatan itu sendiri. Brady (2004) saling mendukung, belajar menjalin hubungan
mengatakan bahwa jarak antara munculnya interpersonal, merasakan kebersamaan
gejala dengan perawatan/pengobatan pertama dan dapat memberikan masukan terhadap

180
Efektivitas Implementasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial (Retty Octi Syafrini, dkk.)

pengalaman masing-masing klien, sehingga Perawat pelaksana yang memiliki kemampuan


dengan adanya latihan bersosialisasi dalam implementasi pendekatan manajemen
secara kelompok terjadi peningkatan pada yang tinggi dapat membantu meningkatkan
kemampuan klien dalam bersosialisasi dengan kemampuan keluarga untuk merawat klien
orang lain. isolasi sosial.
Kemampuan klien dalam mengatasi Keluarga merupakan faktor yang sangat
isolasi sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor penting dalam proses kesembuhan klien yang
baik eksternal maupun internal. Salah satu mengalami masalah isolasi sosial. Kondisi
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keluarga yang terapeutik dan mendukung
kemampuan klien adalah lama hari rawat. klien sangat membantu kesembuhan klien
Lama hari rawat merupakan salah satu unsur dan memperpanjang kekambuhan. Asuhan
atau aspek asuhan dan pelayanan di rumah keperawatan yang diberikan oleh perawat,
sakit yang dapat dinilai atau diukur. Lama hari tidak hanya terfokus kepada klien, tetapi
rawat dapat digunakan untuk melihat seberapa juga diberikan kepada keluarga klien isolasi
efektif dan efisiennya pelayanan kesehatan jiwa sosial untuk meningkatkan pengetahuan dan
yang telah diberikan. Pengukuran dilakukan keterampilan keluarga dalam merawat klien.
dengan mengukur berapa lama hari perawatan Keterlibatan keluarga dalam setiap
dan kemampuan pasien setelah mendapatkan perawatan klien isolasi sosial sangat penting.
terapi perawatan dan pengobatan di rumah Asuhan keperawatan yang diber ikan
sakit tersebut. kepada keluarga, termasuk dalam tugas
Pada penelitian ini didapatkan bahwa dan kemampuan yang harus dimiliki oleh
kemampuan keluarga dalam merawat klien perawat. Bekerja sama dengan anggota
masih di bawah nilai 75%. Hal ini dipengaruhi keluarga merupakan bagian penting dari
oleh frekuensi pemberian asuhan keperawatan proses keperawatan klien gangguan jiwa
kepada keluarga masih sangat jarang (Stuart & Laraia, 2005). Secara umum, asuhan
disebabkan karena keluarga jarang datang ke keperawatan yang diberikan kepada keluarga
pelayanan kesehatan, sehingga keluarga belum adalah untuk meningkatkan fungsi kesehatan
mengetahui bagaimana cara merawat klien keluarga yaitu dengan: 1) membantu keluarga
isolasi sosial. Kemampuan keluarga dalam untuk mengenali masalah yang terjadi pada
merawat klien isolasi sosial dipengaruhi oleh klien; 2) memutuskan untuk membawa klien
fungsi, peran, dan tugas keluarga. ke pelayanan kesehatan; 3) melatih keluarga
Stressor yang muncul akibat penyakit untuk merawat klien; 4) memodifikasi
klien, dapat mempengaruhi tugas keluarga lingkungan yang nyaman untuk klien; dan 5)
untuk mempertahankan status kesehatan melakukan follow up kepada keadaan klien
anggota keluarga yang lain. Keluarga belum isolasi sosial.
memahami keadaan dan kondisi klien, Tu j u a n d i b e r i k a n n y a a s u h a n
sehingga mempengaruhi kemampuan keluarga keperawatan kepada keluarga adalah agar
untuk memutuskan tindakan apa yang bisa keluarga dapat merawat klien di rumah dan
dilakukan kepada pasien. Hal ini dikuatkan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
dengan data wawancara yang didapatkan pasien. Pemberian asuhan keperawatan kepada
di mana empat orang perawat pelaksana keluarga dapat meningkatkan pengetahuan
mengungkapkan bahwa sebelumnya keluarga karena dalam asuhan tersebut mengandung
tidak mengetahui mengenai penyakit klien unsur untuk meningkatkan pengetahuan
dan bagaimana cara mengatasinya, sehingga keluarga mengenai penyakit yang di derita
mempengaruhi tugas-tugas yang lain. klien, mengajarkan atau melatih keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada mengenai cara merawat klien dengan isolasi
hubungan yang signifikan antara kemampuan sosial, dan membantu keluarga untuk
perawat pelaksana dalam implementasi mengetahui dan mengenali gejala-gejala
pendekatan manajemen dengan kemampuan penyimpangan perilaku menarik diri yang
keluarga dalam merawat klien isolasi sosial. harus segera di rujuk kembali oleh keluarga ke

181
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 175182

pelayanan kesehatan (Stuart & Laraia, 2005). Harwood, L, et al. 2007. Nurses Perceptions
Pemberian asuhan keperawatan kepada of The Impact of a Renal Nursing
keluarga klien berfokus pada memberikan Professional Practice Model on Nursng
informasi mengenai gangguan jiwa dan Outcomes, Characteristics of a Practice
sistem kesehatan jiwa untuk meningkatkan Environments and Empowerment-Part
pengetahuan anggota keluarga melalui metode 1. CANNT Journal, 17, 1, Proquest
pengajaran psikoedukasi (Marsh, 2000 dalam pg. 22.
Hoffart, N. & Woods, C.Q. 1996. Elements of a
Stuart & Laraia, 2005) yang dalam penelitian
Nursing Professional Practice Models.
ini berfokus pada klien isolasi sosial.
Journal of Professional Nursing, Vol.
12: 6, 354364.
SIMPULAN DAN SARAN Keliat, B.A., & Akemat. 2012. Model Praktik
Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Simpulan
EGC.
Kemampuan perawat pelaksana Gillies, D.A. 1994. Nursing Management a
dalam implementasi kegiatan pendekatan system aPProach. Philadelphia: W.B
manajemen berhubungan secara bermakna Saunders.
dengan peningkatan kemampuan klien dan Jumaini., Keliat, B.A., & Hastono, S.P. 2010.
kemampuan keluarga. Kemampuan perawat Pengaruh Cognitive Behavioral Social
pelaksana dalam implementasi pemberian Skills Training (CBSST) terhadap
asuhan keperawatan isolasi sosial berhubungan Kemampuan Bersosialisasi Klien isolasi
Sosial di BLU RS DR. H. Marzoeki
secara bermakna dengan penurunan tanda
Mahdi. Tesis. Depok: Universitas UI.
gejala dan peningkatan kemampuan klien.
Tidak Dipublikasikan.
Mark, B.A., Salyer, J., & Wan, T.T.H. 2003.
Saran
Professional Nursing Practice: Impact
Bidang keperawatan dapat melakukan on Organizational and Patient Outcomes.
pengembangan staf dengan memberikan Journal of Nursing Administration, Vol.
pelatihan MPKP Jiwa untuk penyegaran 33, No. 4, 224234.
pengetahuan dan pendidikan perawat NA N DA. 2012. Nursing Diag nosis:
pelaksana terkait dengan MPKP Jiwa dan Definitions & Classification 20122014.
asuhan keperawatan isolasi sosial. Kepala Philadelphia: NANDA international.
ruang maupun bidang keperawatan dapat Rohmiyati, Ana. 2009. Studi Fenomenologi:
memberikan supervisi secara rutin untuk Pe ngala m a n Pe ra wa t d ala m
Menerapkan MPKP di RSJD Dr. Amino
menciptakan rutinitas budaya kerja dalam
Gondhohutomo Semarang. http://eprints.
mengimplementasikan kegiatan-kegiatan
undip.ac.id/14822/4/artikel MPKP.
MPKP Jiwa di ruangan. Diunduh tanggal 14 Januari 2014.
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. 2007. Kaplan
KEPUSTAKAAN and Sadocks synopsis of Psychiatry
Be h a vioral S cie n ce s? Clinical
Davis, B., Heath, O., & Reddick, P. 2002. Psychiatry. 10th Ed. LiPPincott Williams
A Multi-Disciplinary Proffesional & Wilkins.
Practice Model: SuPPorting Autonomy Stuart, G.W., & Laraia, M.T. 2005. Principles
and Accountability in Program-Based and Practice of Psychiatric Nursing. 8th
Structure. Canadian Journal of Nursing ed. Missouri: Mosby Inc.
Leadership, 15(4), 2125. Swanburg RC & Swanburg RJ. 2000.
Fitria, Nita. 200). Buku Ajar Keperawatan Int rod uctor y M a n age me nt a n d
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Leadership for Nurse. 2 nd Edition.
Frisch, N.C., & Frisch, L.E. 2006. Psychiatric Toronto: Jonash and Burtlet Publisher.
Mental Health Nursing. 3th ed. Canada:
Thomson Delmar Learning.

182

Anda mungkin juga menyukai