Retty Octi Syafrini*, Budi Anna Keliat*, Yossie Susanti Eka Putri*
*Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok
Email: rettyoctimakhfuz@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pendahuluan: Asuhan keperawatan isolasi sosial adalah salah satu poin penting dalam MPKP (Metode Praktik
Keperawatan Profesional) Jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan implementasi asuhan keperawatan
isolasi sosial dalam MPKP Jiwa dengan kemampuan klien dan keluarga. Metode: Penelitian ini berdesain korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah PP yang telah mendapatkan pelatihan MPKP Jiwa 58 orang, klien
isolasi sosial yang dirawat di ruang rawat inap RSJD Prov. Jambi 32 orang, dan keluarga klien isolasi sosial yang sedang
berkunjung 12 orang. Variabel independen adalah pelaksanaan program MPKP Jiwa oleh perawat pelaksana dan variabel
dependennya adalah hasil asuhan keperawatan pada klien isolasi sosial dan keluarganya. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrumen kuisioner. Analisis data dilakukan dengan distribusi frekuensi untuk melihat data
kategorik, central tendency untuk melihat data numerik, dan korelasi pearson. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan kemampuan PP dengan kemampuan klien dan keluarga (p < 0,05). Kemampuan klien dalam
memberikan asuhan keperawatan isolasi sosial berhubungan dengan penurunan tanda dan gejala klien (p < 0,05). Diskusi:
Kemampuan PP dalam memberikan asuhan keperawatan dan implementasi MPKP Jiwa dapat menurunkan tanda dan
gejala, meningkatkan kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan isolasi sosial.
Kata kunci: MPKP Jiwa, asuhan keperawatan isolasi sosial, perawat pelaksana
ABSTRACT
Introduction: Nursing care: social isolation is one of the pillars in Professional Mental Health Nursing Practice Model
(PMHNPM). This study was aimed to determine the relationship between the implementation of nursing care in PMHNPM
with the ability of clients and families clients. Method: This study was used a correlational design with cross-sectional
approach. Samples were associate nurse who already follow PMHNPM training 58 respondents, client with social
isolation problem who hospitalized at RSJD Prov. Jambi 32 respondents, and clients family 12 respondents. Independent
variable was PMHNPM implementation by associate nurse, while dependent variables were the result of nursing care
to client with social isolation problem and family. Data were collected by using questionnaire. Data were then analyzed
by using frequency distribution for categoric data, central tendency for numeric data, and pearson correlation. Result:
The results showen that nursing management capabilities significantly associated (p < 0.05) with the clients ability and
the ability of the family. The ability of nurses in providing nursing care social isolation were significantly associated (p
< 0.05) with a decrease in signs and symptoms of client upgrades. Discussion: Associate nurses ability on nursing care
and PMHNPM implementation could reduce a signs and symptoms, improve an ability of the client and families clients
social isolation.
175
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 175182
dilakukan oleh bagian keperawatan untuk keperawatan yang diberikan kepada pasien
meningkatkan kualitas pelayanan ataupun isolasi sosial.
kualitas asuhan keperawatan. MPKP adalah
suatu sistem yang mendukung perawat
BAHAN DAN METODE
untuk memberikan asuhan keperawatan di
lingkungan di mana perawatan itu diberikan Desain dalam penelitian ini adalah
(Hoffart & Woods, 1996), yang bermanfaat korelasional dengan menggunakan pendekatan
untuk meningkatkan dan menstandarkan cross sectional. Sampel adalah perawat
kualitas asuhan keperawatan, meningkatkan pelaksana yang telah mendapatkan pelatihan
kepuasan baik secara internal maupun MPKP Jiwa 58 orang, klien isolasi sosial
eksternal, dan meningkatkan keefektifan yang dirawat di ruang rawat inap RSJD Prov.
kinerja, serta efisiensi keuangan (Davis, Jambi 32 orang, dan keluarga klien isolasi
Heath & Reddick, 2002). sosial yang sedang berkunjung 12 orang.
MPK P Jiwa yang diterapkan di Variabel independen dalam penelitian ini
rumah sakit jiwa (RSJ) merupakan suatu adalah pelaksanaan program MPKP Jiwa
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan oleh perawat pelaksana dan variabel dependen
kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan dalam penelitian ini adalah hasil asuhan
yang memiliki nilai-nilai profesional keperawatan pada klien isolasi sosial dan
yang terdiri dari 4 pilar yaitu pendekatan keluarganya. Pengumpulan data dilakukan
manajemen, kompensasi penghargaan, dengan menggunakan instrumen kuesioner
hubungan profesional, dan pemberian asuhan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan
keperawatan. Hasil penerapan MPKP Jiwa perawat pelaksana dalam melaksanakan
di RSJ menunjukkan hasil BOR meningkat, asuhan keperawatan isolasi sosial dan MPKP
ALOS menurun, dan angka lari pasien Jiwa, tanda gejala dan kemampuan klien isolasi
menurun, sehingga hasil penerapan ini sosial, serta kemampuan keluarga dalam
menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan merawat klien isolasi sosial. Analisis data
kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik dilakukan dengan distribusi frekuensi untuk
(Keliat & Akemat, 2012). melihat data kategori, central tendency untuk
Isolasi sosial merupakan salah satu melihat data numerik, dan korelasi pearson
diagnosa keperawatan yang termasuk dalam untuk melihat data hubungan pada variabel
pilar patient care delivery system di MPKP independen dan variabel dependen.
Jiwa. Dengan pemberian metode asuhan
keperawatan yang digunakan dalam MPKP,
HASIL
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
fungsi sosial klien. Karakteristik perawat pelaksana yang
RSJ D Prov. jambi member ikan bekerja di ruang rawat inap MPKP Jiwa rata-
pelayanan dan asuhan keperawatan dengan rata berusia 30,84 tahun; 82,8% perempuan;
pendekatan program MPKP Jiwa yang telah 62,1% berpendidikan DIII Keperawatan; dan
dilakukan dari tahun 2009 sampai dengan rata-rata telah bekerja selama 7,17 tahun.
sekarang di semua ruang rawat inap. Namun Pencapaian kemampuan PP dalam MA
belum pernah dilakukan evaluasi terkait dengan adalah 107,86 (81,71%); CR 9,76 (61%); PR
pemberian asuhan keperawatan pada pasien 18,28 (76,17%); dan PCD isolasi sosial 96,34
isolasi sosial. Berdasarkan data pada awal (77,69%).
Maret 2014, isolasi sosial merupakan diagnosa Karakteristik klien isolasi sosial yang
keperawatan yang ada di ruang rawat inap dirawat di Ruang MPKP Jiwa rata-rata
RSJD Provinsi Jambi adalah terbanyak nomor berusia 34,78 tahun; 81,3% laki-laki; 59,4%
dua setelah diagnosa keperawatan halusinasi berpendidikan SD; 56,3% tidak bekerja; 56,3%
yaitu 17,69%. Berdasarkan pemaparan di belum menikah; dan dengan lama rawat rata-
atas, maka diperlukan penilaian pelaksanaan rata 39,78 hari. Perkembangan tanda gejala
program MPKP Jiwa dengan hasil asuhan klien dilihat dari perbandingan antara sebelum
176
Efektivitas Implementasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial (Retty Octi Syafrini, dkk.)
Tabel 2. Karakteristik tanda gejala sebelum diberikan asuhan keperawatan isolasi sosial dan tanda
gejala setelah diberikan asuhan keperawatan isolasi sosial
Mean Mean
Tanda dan Gejala Mean Dif. p value
Pre Tanda Gejala Post Tanda Gejala
Kognitif 6.06 3,59 2,469 0,000
Afektif 3,84 1,34 2,500 0,000
Fisiologis 3,41 1,16 2,250 0,000
Perilaku 5,31 2,66 2,656 0,000
Sosial 7,13 3,13 4,000 0,000
Komposit 25,75 11,88 13,87 0.000
Tabel 3. Karakteristik kemampuan klien isolasi sosial dan kemampuan keluarga klien
177
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 175182
178
Efektivitas Implementasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial (Retty Octi Syafrini, dkk.)
179
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 175182
keperawatan yang dihadapi klien. Standar berhubungan dengan kecepatan dan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan kepada respons pengobatan dan gejala negatif yang
klien isolasi sosial memerlukan intensitas muncul, semakin cepat klien mendapat
waktu yang sering dan rutin, sehingga perawat pengobatan setelah terdiagnosis maka semakin
memerlukan banyak waktu untuk pemberian cepat dan bermakna responnya.
asuhan keperawatan. Kurangnya tenaga yang Hasil pada penelitian ini menunjukkan
dibutuhkan, menyebabkan perawat tidak dapat bahwa terdapat hubungan yang signifikan
memberikan asuhan keperawatan kepada antara kemampuan perawat pelaksana dalam
klien dengan tidak optimal dan mengganggu implementasi pendekatan manajemen dengan
stabilitas kinerja di ruangan, sehingga perawat kemampuan klien isolasi sosial. Perawat
tidak memiliki waktu untuk melakukan pelaksana yang memiliki kemampuan
tindakan keperawatan yang seharusnya dalam implementasi pendekatan manajemen
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah yang tinggi dapat membantu meningkatkan
dibuat. kemampuan klien isolasi sosial. Harwood
Hal lain yang dapat menyebabkan et al (2007), menyatakan bahwa pendekatan
tidak ada hubungan yang signifi kan antara manajemen dapat memfasilit asi dan
pendekat a n ma najemen, kompensasi mendukung komunikasi yang pada akhirnya
penghargaan, dan hubungan profesional mempengaruhi konsistensi dan kesinambungan
dengan tanda gejala klien isolasi sosial adalah dalam melakukan perawatan, sehingga dapat
terapi psikofarmaka yang didapatkan klien memberikan manfaat kepada pasien.
isolasi sosial. Pada klien isolasi sosial, terdapat Pada penelitian ini juga didapatkan
gangguan pada fungsi transmisi sinyal bahwa ada hubungan yang signifikan antara
penghantar saraf (neurotransmitter) sel-sel implementasi asuhan keperawatan isolasi
susunan saraf pusat (otak) yaitu menurunnya sosial dengan kemampuan yang dimiliki
pelepasan zat dopamine dan serotonin oleh klien isolasi sosial. Manajemen asuhan
yang mengakibatkan gangguan pada alam keperawatan yang baik sangat dibutuhkan
pikir, alam perasaan, dan perilaku. Terapi dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
psikofarmaka terbagi dalam dua golongan klien secara sistematis dan terorganisasi.
yaitu golongan generasi pertama (typical) dan Hubungan antara implementasi MPKP dan
golongan generasi kedua (atypical). Dalam kemampuan klien isolasi sosial menunjukkan
penelitian ini sebagian besar responden bahwa perawat pelaksana yang memiliki
(klien isolasi sosial) mendapatkan terapi kemampuan dalam implementasi asuhan
psikofarmaka golongan generasi pertama keperawatan yang tinggi dapat membantu
sehingga tidak terlihat jelas penurunan tanda meningkatkan kemampuan klien isolasi sosial
dan gejala negatif yang ada pada klien. Hal ini untuk mengatasi masalah menarik dirinya.
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Langkah yang dapat dilakukan perawat
psikofarmaka golongan obat generasi pertama pelaksana dalam memberikan asuhan
sendiri kurang memberikan respons pada klien keperawatan kepada klien isolasi sosial
isolasi sosial dan tidak memberikan efek yang secara komprehensif meliputi terapi individu,
baik pada pemulihan fungsi kognitif klien terapi kelompok, dan terapi keluarga maupun
(Sadock & Sadock, 2007). komunitas. Pemberian asuhan keperawatan
Selain terapi psikofarmaka dan jumlah dengan menerapkan terapi aktivitas kelompok
tenaga keperawatan yang mempengaruhi belum sosialisasi juga perlu diterapkan pada klien
dapatnya penurunan tanda gejala klien, waktu isolasi sosial untuk meningkatkan kemampuan
awal terjadinya gejala gangguan jiwa sampai klien dalam melakukan interaksi sosial dalam
klien mendapatkan perawatan dan pengobatan kelompok karena dengan pendekatan secara
sangat mempengaruhi hasil perawatan berkelompok memungkinkan klien untuk
dan pengobatan itu sendiri. Brady (2004) saling mendukung, belajar menjalin hubungan
mengatakan bahwa jarak antara munculnya interpersonal, merasakan kebersamaan
gejala dengan perawatan/pengobatan pertama dan dapat memberikan masukan terhadap
180
Efektivitas Implementasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial (Retty Octi Syafrini, dkk.)
181
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 175182
pelayanan kesehatan (Stuart & Laraia, 2005). Harwood, L, et al. 2007. Nurses Perceptions
Pemberian asuhan keperawatan kepada of The Impact of a Renal Nursing
keluarga klien berfokus pada memberikan Professional Practice Model on Nursng
informasi mengenai gangguan jiwa dan Outcomes, Characteristics of a Practice
sistem kesehatan jiwa untuk meningkatkan Environments and Empowerment-Part
pengetahuan anggota keluarga melalui metode 1. CANNT Journal, 17, 1, Proquest
pengajaran psikoedukasi (Marsh, 2000 dalam pg. 22.
Hoffart, N. & Woods, C.Q. 1996. Elements of a
Stuart & Laraia, 2005) yang dalam penelitian
Nursing Professional Practice Models.
ini berfokus pada klien isolasi sosial.
Journal of Professional Nursing, Vol.
12: 6, 354364.
SIMPULAN DAN SARAN Keliat, B.A., & Akemat. 2012. Model Praktik
Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Simpulan
EGC.
Kemampuan perawat pelaksana Gillies, D.A. 1994. Nursing Management a
dalam implementasi kegiatan pendekatan system aPProach. Philadelphia: W.B
manajemen berhubungan secara bermakna Saunders.
dengan peningkatan kemampuan klien dan Jumaini., Keliat, B.A., & Hastono, S.P. 2010.
kemampuan keluarga. Kemampuan perawat Pengaruh Cognitive Behavioral Social
pelaksana dalam implementasi pemberian Skills Training (CBSST) terhadap
asuhan keperawatan isolasi sosial berhubungan Kemampuan Bersosialisasi Klien isolasi
Sosial di BLU RS DR. H. Marzoeki
secara bermakna dengan penurunan tanda
Mahdi. Tesis. Depok: Universitas UI.
gejala dan peningkatan kemampuan klien.
Tidak Dipublikasikan.
Mark, B.A., Salyer, J., & Wan, T.T.H. 2003.
Saran
Professional Nursing Practice: Impact
Bidang keperawatan dapat melakukan on Organizational and Patient Outcomes.
pengembangan staf dengan memberikan Journal of Nursing Administration, Vol.
pelatihan MPKP Jiwa untuk penyegaran 33, No. 4, 224234.
pengetahuan dan pendidikan perawat NA N DA. 2012. Nursing Diag nosis:
pelaksana terkait dengan MPKP Jiwa dan Definitions & Classification 20122014.
asuhan keperawatan isolasi sosial. Kepala Philadelphia: NANDA international.
ruang maupun bidang keperawatan dapat Rohmiyati, Ana. 2009. Studi Fenomenologi:
memberikan supervisi secara rutin untuk Pe ngala m a n Pe ra wa t d ala m
Menerapkan MPKP di RSJD Dr. Amino
menciptakan rutinitas budaya kerja dalam
Gondhohutomo Semarang. http://eprints.
mengimplementasikan kegiatan-kegiatan
undip.ac.id/14822/4/artikel MPKP.
MPKP Jiwa di ruangan. Diunduh tanggal 14 Januari 2014.
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. 2007. Kaplan
KEPUSTAKAAN and Sadocks synopsis of Psychiatry
Be h a vioral S cie n ce s? Clinical
Davis, B., Heath, O., & Reddick, P. 2002. Psychiatry. 10th Ed. LiPPincott Williams
A Multi-Disciplinary Proffesional & Wilkins.
Practice Model: SuPPorting Autonomy Stuart, G.W., & Laraia, M.T. 2005. Principles
and Accountability in Program-Based and Practice of Psychiatric Nursing. 8th
Structure. Canadian Journal of Nursing ed. Missouri: Mosby Inc.
Leadership, 15(4), 2125. Swanburg RC & Swanburg RJ. 2000.
Fitria, Nita. 200). Buku Ajar Keperawatan Int rod uctor y M a n age me nt a n d
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Leadership for Nurse. 2 nd Edition.
Frisch, N.C., & Frisch, L.E. 2006. Psychiatric Toronto: Jonash and Burtlet Publisher.
Mental Health Nursing. 3th ed. Canada:
Thomson Delmar Learning.
182