Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Kebebasan Berekspresi Seniman dan Sastrawan

Terhadap Keteguhan Bangsa

Masyarakat kita telanjur tenggelam ke dalam stereotip yang mengatakan


bahwa seorang seniman atau sastrawan tidak memiliki masa depan yang terjamin.
Ironisnya lagi, karya-karya dan keberadaan para seniman maupun sastrawan
kurang diperhatikan dan diapresiasi oleh pemerintah, juga masyarakat. Bahkan
kalimat ‘muda berjaya, tua sengsara’ seakan-akan mewakili kehidupan para
seniman dan sastrawan di Indonesia. Alhasil, banyak orang tua yang melarang
anaknya untuk mendalami minat dan bakat mereka dalam bidang seni ataupun
sastra. Dapat dikatakan bahwa keadaan ini benar-benar membunuh masa depan
bangsa. Mengapa demikian? Sebab pada praktiknya seni dan sastra adalah elemen
terkuat dalam menumbuhkan nasionalisme dan rasa bangga serta tanggung jawab
masyarakat terhadap kebudayaan bangsa.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini disebabkan karena


kurangnya informasi terhadap aktivitas para seniman dan sastrawan. Padahal,
merekalah yang mempelopori semangat nasionalisme di era penjajahan Hindia
Belanda. Salah satu tokohnya adalah Raden Mas Tirto Adhi Soerjo, seorang
jurnalis dan sastrawan pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat
propaganda dan pembentuk pendapat umum yang pada akhirnya melahirkan
paham nasionalisme di kalangan pribumi Hindia Belanda. Selain beliau, masih
banyak juga tokoh lain yang menyelamatkan bangsa ini dengan cara memperkuat
identitas bangsa melalui karya seni dan sastra.

Tidak dapat diragukan lagi bahwa para seniman dan sastrawan merupakan
ujung tombak dalam menghadapi berbagai ancaman yang mengincar keutuhan
bangsa. Karena kebudayaan bangsa adalah pondasi keutuhan negeri ini, maka
sudah sepatutnya bagi kita untuk memperjuangkan kelestariannya. Karena dewasa
ini modernitas sedikit demi sedikit mulai mengancam kelestarian budaya lokal,
maka para seniman dan sastrawan sedang gencar-gencarnya berkarya semaksimal
mungkin untuk membangkitkan jiwa nasionalisme serta rasa tanggung jawab
masyarakat terhadap bangsa dan budaya. Perjuangan mereka semata-mata tidak
mengharapkan imbalan, yang mereka harapkan dengan setulus hati adalah
kelestarian budaya lokal yang dapat memperkokoh intregasi bangsa Indonesia.
Tentunya untuk mencapai tujuan tersebut mereka harus mendapatkan kebebasan
berekspresi melalui bahasa, seni, dan budaya tanpa harus menerima diskriminasi
ataupun pandangan remeh dari masyarakat Indonesia sendiri. Oleh sebab itu,
sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menghargai dan mengapresiasi karya-
karya mereka. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan dapat menumbuhkan
kesadaran masyarakat akan perspektif yang kurang tepat terhadap para seniman
dan sastrawan Indonesia.

Kelompok 30

1. Cintya Dara Sakina/195110201111010/Sastra Jepang


2. Cattaleya Kahlilla Amarissa Kandhi/195110201111032/Sastra Jepang
3. Brigitta Angelina/195110201111024/Sastra Jepang

Anda mungkin juga menyukai