Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan atau bahan semi-solid


yang terdapat di ovarium (Ammer, 2009). Kista ovarium terbagi atas kista
fisiologis/fungsional dan kista patologi. Kista ovarium fisiologis disebabkan oleh
karena kegagalan folikel pecah atau regresi. Beberapa jenis kista fungsional
adalah kista folikuler, kista korpus luteum, kista teka lutein, dan luteoma
kehamilan (Hadibroto, 2005). Kista patologi dapat bermanifestasi jinak,
borderline, maupun ganas. Tumor ovarium yang bersifat ganas disebut
dengan kanker ovarium. Berdasarkan klasifikasi WHO, tumor ovarium berasal
dari salah satu antara tiga komponen ovarium yaitu: epitel permukaan, sel
germinativum, dan stroma ovarium (Rezkini, 2009).

WHO pada tahun 2010 melaporkan bahwa angka kejadian tertinggi


kista ovarium ditemukan pada negara maju dengan rata-rata 10 per 100.000,
kecuali di Jepang (6,4 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per
100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan
Afrika (Linawati, 2013).

Di Indonesia, sekitar 20-25% kematian wanita subur disebabkan oleh


masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem
reproduksi misalnya kista ovarium (Depkes, 2011 dalam Linawati, 2013). Insiden
kista ovarium adalah 7% dari populasi wanita dengan delapan puluh lima persen
(85%) kista ovarium bersifat jinak (Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, 2010). Insiden kanker
ovarium adalah 12.5 per 100.000 wanita dan penyakit kanker ovarium termasuk
dalam lima besar penyakit kanker pada wanita yang dapat menyebabkan
kematian. Insidens kanker ovarium dan angka kematian meningkat denngan
bertambahnya usia. Kebanyakan kasus kanker ovarium terjadi pada wanita dengan
usia diatas 50 tahun (Roett, Michelle, Evans, 2009).
2

Penelitian yang dilakukan pada salah satu Rumah Sakit di Nepal


menunjukkan bahwa kista ovarium umumnya dijumpai pada umur 21-30
tahun yang kemudian diikuti oleh grup 31-40 tahun dan diatas 40 tahun. Diantara
102 kasus, 87.3% tumor ovarium adalah jinak dan 12.7% dinyatakan ganas. Tipe
yang paling umum dijumpai adalah kista serosum adenoma (40.2%)
kemudian kista teratoma (15.7%) dan kista korpus luteum hemoragik (13.7%).
Berdasarkan letak kista, dijumpai pada ovarium kanan sebanyak 39 kasus
(38.2%), ovarium kiri 44 kasus (43.2%), dan pada ovarium bilateral 19 kasus
(18.6%) (Pudasini, et al.,

2011).

Menarche yang lebih awal menjadi salah satu faktor resiko kista
ovarium (Lee, 2011). Merokok, menarche yang lebih awal, dan jumlah paritas
yang lebih kecil menjadi faktor resiko terhadap kejadian ginekologi di Jepang
(Fujita, et al., 2008) Pada penelitian sebelumnya, karakteristik penderita kista
ovarium pada Rumah Sakit Elisabeth Medan tahun 2008-2012 dijumpai
bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan sosiodemografi tertinggi
pada kelompok umur 29-37 tahun, proporsi penderita kista ovarium
berdasarkan jenis kista tertinggi adalah kista ovarium jinak, proporsi penderita
kista ovarium berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi yaitu terapi
pembedahan (Siringo, et al., 2013)
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2011).
Kista adalah kantong berisi cairan yang dapat tumbuh dimana saja dengan
jenis yang bermacam-macam. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan
cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium (Laudermilk, 2009)
Kista ovarium memiliki permukaan rata dan halus. Biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam
kista jernih dan berwarna kuning (Wiknjosastro, 2011)
Beberapa penyebab kista ovarium antara lain perempuan dewasa tua
sampai usia menopause yang timbul karena gangguan perkembangan folikel
ovarium hingga timbul ovulasi.
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis dan ovarium.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Genitalia Wanita

Organ reproduksi wanita diklasifikasikan menjadi eksternal dan internal.

Organ reproduksi eksterna atau pudenda, yang sering disebut sebagai vulva

mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai dari mons

pubis, labia mayora dan labia minora, klitoris, himen, vestibulum, meatus uretra

dan berbagai kelenjar serta pembuluh darah3.

a. Mons Pubis

Mons pubis atau monsveneris adalah bagian yang menonjol berisi lemak

yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit


4

monsveneris tertutup oleh rambut ikal yang membentuk pola distribusi tertentu

yaitu pada wanita berbentuk segitiga. Mons veneris berfungsi sebagai bantal pada

waktu melakukan hubungan seks3.

b. Labia Mayora

Labia mayora berupa dua buah lipatan bulatan jaringan lemak lanjutan

mons pubis ke arah bawah yang ditutupi kulit dan belakang banyak mengandung

pleksus vena. Panjang labia mayora 7 – 8 cm dan agak meruncing pada ujung

bawah. Secara embriologis, labia mayora homolog dengan skrotum pada pria.

Labia mayora berfungsi sebagai pelindung karena kedua bibir ini menutupi lubang

vagina sementara bantalan lemaknya bekerja sebagai bantal3.

c. Labia Minora

Labia minora atau nimfe adalah lipatan jaringan tipis dan bila terbuka

terihat lembab dan kemerahan, menyerupai selaput mukosa. Pada labia minora

banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung saraf3.

d. Klitoris

Klitoris merupakan organ erektil yang homolog dengan penis dan terletak

dekat ujung superior vulva. Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm, bahkan dalam

keadaan ereksi sekalipun (Verkauf dkk.1992) dan posisinya sangat terlipat karena

tarikan labia minora2.

e. Vestibulum

Vestibulum adalah daerah berbentuk buah almond yang dibatasi labia

minora sebelah lateral dan memanjang dari klitoris sampai fouschettx, berasal dari

sinus urogenital. Terdapat 6 lubang yaitu Orificium uretra eksternum, introitus


5

vagina, ductus glandula Bartholini kanan dan kiri dan duktus skene kanan dan

kiri, antara fouschettx dan liang vagina disebut fosa navikularis2.

f. Ostium Uretra

g. Lubang atau meatus uretra

Terletak pada garis tengah vestibulum,1 sampai 1,5 cm di bawah arkus

pubis dan dekat bagian atas liang vagina. Meatus uretra terletak di dua pertiga

bagian bawah uretra terletak tepat di atas dinding anterior vagina2.

h. Ostium vagina dan Himen

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan

tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Himen atau

selaput dara adalah lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari liang

senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat keluar.

Lubang himen biasanya berbentuk bulan sabit atau sirkular, namun kadang kala

berupa banyak lubang kecil (kribiformis), bercelah (septata) atau berumbai tidak

beraturan (fimbriata). Bentuk serta konsistensi himen sangat bervariasi terutama

terdiri atas jaringan ikat elastin dan kolagen. Himen imperforata, suatu lesi yang

jarang, yang merupakan keadaan ketika liang vagina tertutup sama sekali dan

mengakibatkan retensi cairan menstruasi2.

i. Vagina

Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang dilapisi

membran dari jenis epitelium bergaris khusus, dialiri banyak pembuluh darah dan

serabut saraf. Panjang vagina dari vestibulum sampai uterus adalah 7, 5 cm.
6

Bagian ini merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Pada

puncak vagina menonjol leher rahim yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah

dalam berlipat – lipat disebut rugae. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu

sebagai saluran luar dari uterus yang dilalui sekret uterus dan aliran menstruasi,

sebagai organ kopulasi wanita dan sebagai jalan lahir2.

j. Perineum

Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum kurang lebih

4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan

urogenital.

Organ genitalia interna adalah suatu alat reproduksi yang berada di dalam

tidak dapat dilihat kecuali dengan jalan pembedahan. Organ genitalia interna

terdiri dari uterus, serviks uteri, korpus uteri, ovarium2.

Gambar 1. Genetalia eksterna


7

Gambar 2. Genetalia Interna

a. Uterus

Uterus atau rahim merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh

peritoneum atau serosa. Rongga uterus dilapisi endomentrium. Uterus wanita

yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara kandung kemih di anterior

dan rektum di posterior. Bentuk uterus menyerupai buah pir, uterus terapung di

dalam pelvis dengan jaringan dan ligamentum. Panjang uterus kurang lebih 7,5

cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm dan berat uterus 50 gram. Fungsi uterus adalah untuk

menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Uterus terdiri dari1 :

1) Fundus uteri

Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi berinserasi ke

uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh

karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan fundus uteri1.


8

2) Korpus uteri

Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada kehamilan. Dinding

korpus uteri terdiri lapisan serosa, muskular dan mukosa. Rongga yang terdapat

dalam korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim. Korpus uteri berfungsi

sebagai tempat janin berkembang1.

3) Serviks uteri

Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang terletak di bawah

ismus. Serviks terutama terdiri dari atas jaringan kolagen, ditambah jaringan

elastin serta pembuluh darah, namun masih memiliki serabut otot polos. Kelenjar

ini berfungsi mengeluarkan sekret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis.

Jika saluran kelenjar serviks tersumbat dapat berbentuk kista, retensi berdiameter

beberapa milimeter yang disebut sebagai folikel nabothian.

Secara histologik uterus terdiri dari :

1) Miometrium(lapisan otot polos)

Tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendorong isinya keluar pada waktu

persalinan. Sesudah plasenta lahir akan mengalami pengecilan sampai keukuran

normal sebelumnya.

2) Endometrium(epitel,kelenjar,jaringan dan pembuluh darah)

Endometrium merupakan lapisan dalam uterus yang mempunyai arti penting

dalam siklus haid. Pada masa kehamilan endometrium akan menebal, pembuluh

darah akan bertambah banyak, hal ini diperlukan untuk memberikan makan pada

janin.
9

3) Lapisan serosa(peritoneum viseral)

Lapisan serosa terdiri dari ligamentum yang menguatkan uterus, yaitu :

a. Ligamentum kardinale sinistra dan dekstra, mencegah supaya uterus tidak

turun.

b. Ligamentum sakrouterium sinistra dan dekstra, menahan uterus supaya tidak

banyak bergerak.

c. Ligamentum rotondum sinistra dan dekstra, menahan uterus agar dalam

keadaan antefleksi.

d. Ligamentum infundibulo pelvikum, ligamen yang menahan tuba falopii1.

b. Ovarium

Ovarium atau indung telur merupakan organ yang berbentukbuah almond,.

Ukuran ovarium cukup bervariasi, selama masa reproduksi panjang ovarium 2,5

cm sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm. Berat dari

ovarium adalah 5 sampai 6 gram, ovarium terletak di bagian atas rongga panggul

dan bersandar pada lekukan dangkal dinding lateral pelvis diantara pembuluh

darah iliaka eksterna dan interna yang divergen.

Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Ligamentum

utero-ovarika memanjang dari bagian lateral dan posterior uterus, tepat di bawah

insersi tuba, ke uterus atau kutub bawah ovarium. Ovarium ditutupi oleh

peritoneum dan terdiri dari otot serta jaringan ikat yang merupakan sambungan

dari uterus. Ligamentum infundibulopelvikum atau ligamentum suspensorium

ovarii memanjang dari bagian atas kutub tuba ke dinding pelvis yang dilewati

pembuluh ovarika dan saraf3.


10

Ovarium terdiri dari dua bagian, korteks dan medulla. Korteks, atau

lapisan luar, dalam lapisan ini terdapat ovum dan folikel de Graaf. Korteks

ovarium berbentuk kumparan yang diantaranya tersebar folikel primodial dan

folikel de Graaf dalam berbagai tahap perkembangan. Bagian paling terluar dari

korteks, yang kusam dan keputih-putihan, dikenal sebagai tunika albugenia, pada

permukaannya terdapat epitel kuboid yaitu epitel germinal Waldeyer. Medulla,

atau bagian tengah dari ovarium, terdiri dari jaringan ikat longgar yang

merupakan kelanjutan dari mesovarium. Terdapat sejumlah besar arteri dan vena

dalam medulla dan sejumlah kecil serat otot polos yang berkesinambungan

dengan yang berasal dari ligamentum suspensorium3.

Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi

hormon yaitu hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.

Hormon estrogen bertanggung jawab atas pertumbuhan pola rambut aksila serta

pubik dan berperan dalam mempertahankan kalsium dalam tulang. Progesteron

dipengaruhi oleh estrogen sehingga dapat menimbulkan retensi cairan dalam

jaringan, juga dapat menyebabkan penumpukkan lemak3.


11

c. Tuba fallopii

Tuba fallopii atau saluran ovum yang memiliki panjang yang bervariasi

dari 8 sampai 14 cm dengan diameter 3 sampai 8 mm, bagian terlebar dari ampula

antara 5 sampai 8 mm dan ditutupi oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh

membranmukosa. Saluran ovum berjalan dari lateral kiri dan kanan. Tuba fallopii

berfungsi untuk menghantarkan ovum dari ovarium ke uterus dan untuk

perjalanan ovum yang telah dibuahi. Tuba fallopii terdiri dari :

1) Pars Interstisiallis,bagian yang terdapat di dinding uterus.

2) Pars Ismika atau ismus merupakan bagian dari medial yang sempit seluruhnya.

3) Pars. Ampularis, bagian yang terbentuk saluran leher tempat konsepsi agak

lebar.

4) Infindibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan

mempunyai umbai yang disebut fimbria yang berfungsi untuk menangkap telur

dan menyalurkan telur kembali ke tuba3.


12

2.2.3 Faktor Resiko

Ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi, yaitu (Wiknjosastro,
2009) :
a. Faktor internal
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu
kanker yang disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut
dapat terjadi akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi,
dan paparan radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormone estrogen atau
progesterone akan memicu terjadinya penyakit kista.

b. Faktor eksternal
1) Sering stress
Stres salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena
apabila stress, kebanyakan mengalihkan ke hal-hal yang tidak
sehat, seperti : merokok, seks bebas, minum alcohol, dll.
2) Kurang olahraga
Jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam
tubuh dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga
peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak
dapat berfungsi dengan baik.
3) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alcohol merupakan gaya
hidup tidak sehat. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok
dan mengkonsumsi alcohol akan menyebabkan kesehatan tubuh
terganggu, terjadinya kanker, peredaran darah tersumbat,
kemandulan, cacat janin, dll.
4) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak
Hal ini menyebabkan terhambatnya saluran pencernaan di
dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat
13

mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik


sehingga menjadi obesitas.

2.2.4. Patofisiologi

Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan

endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat

rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan

ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal

hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat

sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating

Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan

hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).

Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang

normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan

pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium

tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan

hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat

menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam

ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel

telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam

ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam

ovarium.
14

Increased leutinizing hormone

Hyper stimulation of ovaries

Increased estrogen Hormonal imbalances Increased HCG

Abnormal proliferation of follicle

Menstrual Follicles fail to ovulate and fail to


undergo
irregularities
atresia and continue to grow

Cyst grow in size up to 15 cm in


Dull, unilateral lower Increase abdominal girth
diameter
quadrant pain

Increase pelvic pressure


Hemorrhage & acute Rupture of the cyst

pain

Infection

Fatigue & sense Urinary frequency,


of
Sepsis constipation &
heaviness in the painful
pelvis
defecation

DEATH
15

2.2.5. Manifestasi Klinis


Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki
gejala. Namun kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa
masalah seperti :
1. Nyeri selama hubungan seksual
2. Massa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh
lainnya sudah terkena.
3. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
4. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau
diare, obstruksi usus dan asietas (Wiknjosastro, 2009).

2.2.6. Klasifikasi

A. Kista Fungsional

1. Kista folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun

terus tumbuh menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah

bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang

lazim, melainkan membesar menjadi kista. Biasanya dapat didapati beberapa kista

dengan diameter kista 1-1,5 cm. Kista yang berdiri sendiri sebesar jeruk nipis.

Cairan di dalam kista jernih dan mengandung estrogen. Kista jenis ini

mengganggu siklus menstruasi. Kista folikel ini lambat laun mengecil dan

menghilang dengan sendirinya.

Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam waktu

< 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi

yang sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista < 4 cm adalah

pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8


16

minggu. Sedangkan pada kista > 4 cm atau kista menetap dapat diberikan

pemberian kontrasepsi oral selama 4-8 minggu yang akan menyebabkan kista

menghilang sendiri

2. Kista korpus luteum

Normalnya, korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus

albikans, kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (persisten).

Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi

cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Keluhan yang biasa

dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga panggul terjadi

selama 14-60 hari setelah periode menstruasi terakhir. Frekuensi kista luteum

lebih jarang daripada kista folikel. Kista luteum dibagi menjadi kista granulosa

dan kista teka.

Kista granulosa

Kista granulosa merupakan pembesaran non neoplastik ovarium. Setelah

ovulasi dinding sel granulosa tidak mengalami luteinisasi. Pada tahap

terbentuknya vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah rongga membentuk

korpus hemoragikum. Reabsorbsi darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya

kista korpus luteum. Kista lutein yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal,

tegang dinding perut yang juga disertai amenorea atau menstruasi terlambat yang

menyerupai gambaran kehamilan ektopik . kista lutein juga dapat menimbulkan

torsi ovarium sehingga membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk

menyelamatkan penderita.
17

Kista teka

Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Kista biasanya

bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Biasanya terjadi pada mola hidatidosa,

koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan tertentu, ovarium

dapat membesar menjadi kistik..

Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel

granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel

menghilang karena atresia. Timbulnya kista ini adalah pengaruh hormon

koriogonadotropin yang berlebihan dan dengan hilangnya mola atau

koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.

B. Teratoma (kista dermoid)

Kista dermoid merupakan tumor terbanyak yang berasal dari sel

germinativum (10% dari total tumor ovarium). Tumor ini tersusun dari beberapa

jaringan, tetapi ektodermal merupakan komponen utama, yang kemudian diikuti

degnan mesodermal dan ektodermal. Semakin lengkap unsur penyusun, akan

semakin solid konsistensi tumor ini.

Kista dermoid jarang mencapai ukuran besar, tetapi kadang-kadang

bercampur dengan kistadenoma ovarii musinosum sehingga diameternyaakan

semakin besar. Unsur penyusun terdiri dari sel-sel yang telah matur. Dalam

ukuran kecil kista demroid tidak menimbulkan keluhan apa pun dan penemuan

tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan ginekologik rutin. Rasa penuh
18

dan berat di dalam perut hanya dirasakan apabila ukuran tumor cukup besar.

Komplikasi berupa torsi, ruptur, perdarahan dan transformasi ganas.

C. Cystadenoma

1. Kistadenoma ovarii musinosum

Kemungkinan berasal dari suatu teratoma diamana di dalam

pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lain. Tumor ini biasanya

berukuran besar, unilateral, permukaan licin, multilocular atau unilocular dengan

isi materi yang cair atau kental berlendir. Kistadenoma ovarii musinosum

cenderung berada di tempat dan secara lokal menginvasi jaringan sekitarnya

seperti saluran cerna, dinding abdomen dan kandung kemih. Metastasis ke tempat

yang jauh jarang terjadi. Kadang-kadang disertai dengan deposit musin

intraabdomen yang disebut dengan pseudomyxoma peritonei. 1,2

2. Kistadenoma ovarii serosum

Berasal dari epitel permukaan ovarium, dinding luarnya dapat menyerupai

kista musinosum. Dinding dalam kista sangat licin, sehingga pada kista yang kecil

sukar dibedakan dengan kista folikel biasa, sebagian besar kasus ukuran kista

mencapai 10 cm atau bahkan lebih besar. Biasanya asimptomatik, gejala yang

timbul yaitu akibat efek masa pada adnexa, ataupun torsio pada kista. 15%

Kistadenoma ovarii serosum terjadi bilateral. 1,2,3


19

D. Endometrioma (Kista endometrium)

Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium, berwarna

coklat dan sering terjadi perlengketan dengan organ-organ lain. Kista

endometrium dapat berukuran > 3 cm dan multilokus.

2.2.7 Penegakan Diagnosis

Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil, sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas
endokrin atau komplikasi tumor-tumor tersebut (Prawiroharjo, 1999).
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberi gejala karena besarnya, terdapat
perubahan hormonal atau penyakit yang terjadi, tumor jinak ovarium yang
diameternya kecil sering di temukan secara kebetulan dan tidak memberikan
gejala klinik yang berarti (Manuaba, 1998).

Gejala akibat tumor ovarium dapat di jabarkan sebagai berikut :


1. Gejala akibat pertumbuhan.
Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah, sehingga
mengakibatkan penekanan kandung kemih yang dapat menimbulkan gejala
gangguan miksi, selain itu tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edeme
pada tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan dan rasa
sesak.
2. Gejala akibat pertumbuhan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi
tumor menimbulkan gangguan terhadap siklus menstruasi yang dapat berupa
amenore dan hipermenore.
3. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor.
a. Perdarahan intra tumor.
Perdarahan yang mendadak dalam jumlah yang banyak akan terjadi ditensi
cepat dari kista yang dapat menimbulkan nyeri perut mendadak.
b. Putaran tungkai.
20

Tumor yang bertungkai sering terjadi putaran tungkai, apabila putaran


terjadi secara perlahan tidak menimbulkan nyeri, tetapi jika putaran terjadi
secara mendadak dapat menimbulkan nyeri pada abdomen.
c. Terjadi infeksi pada tumor.
Interaksi dapat terjadi jika tumor dekat dengan sumber kuman patogen
seperti appendiksitis.
d. Robekan dinding kista.
Terjadi robekan di sebakan karena teori tungkai kista yang akan berkibat isi
kista tumpah ke dalam ruangan abdomen.
e. Perubahan keganasan.
Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea dan di atas usia 45
tahun (Manuaba, 1998).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien dengan


kista ovarium adalah :

a. Laparaskopi.
Pemeriksaan ini dapat berguna untuk mengetahui apakah sumber tumor berasal
dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

b. Ultrasonografi.
Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium atau kandung kemih, apakah tumor kistik atau solid
dan dapat di bedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.

2.2.8. Komplikasi

1. Perdarahan
Perdarahan dalam kista biasanya terjadi sedakit-sedikit, sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pebesaran kista dan menimbulkan gejala klinik
21

yang minimal. Akan tetapi bila perdarahan terjadi dalam jumlah banyak, akan
terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.

2. Torsio Tangkai
Putaran atau torsio tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi, adanya putaran
tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap
peritonium perietale dan ini menimbulkan rasa sakit. Karena vena lebih mudah
tertekan, teerjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat pembesaran
tumor dan terjadi perdarahan didalamnya. Jika putaran tangkai berjalan terus akan
terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor, jika tidak diambil akan terjadi robekan
dan perdarahan intraabdominal.
3. Infeksi
Infeksi terjadi jika di dekat kista ada kuman patogen, seperti appendisitis,
atau salpingitis.

4. Robek dinding kista


Terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti
jatuh, atau pukulan di perut. Bila terjadi robekan disertai hemoragi maka akan
terjadi perdarahan dan menimbulkan nyeri yang berlangsung terus-menerus.
Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan implantasi
sel-sel kista dimana sel tersebut mengeluarkan cairan musin yang mengisi rongga
perut yang menyebabkan perlengketan dalam rongga perut. Keadaan ini dikenal
dengan nama pseudomiksoma peritonei.
5. Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista seperti kistadenoma
ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, oleh sebab itu, setelah diangkat
perlu pemeriksaan yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.
Adanya asites dalam hal ini mencurigakan, adanya anak sebar (metastasis)
memperkuat diagnosis keganasan.

2.2.9 Penatalaksanaan

a. Tatalaksana Umum
22

- Pasien dengan kecurigaan tumor adneksa harus dirujuk ke rumah sakit.

b. Tatalaksana Khusus

- Dalam kehamilan, neoplasma ovarium yang berukuran lebih besar dari telur
angsa harus dikeluarkan.

- Bila tumor diketahui ganas atau disertai gejala akut, pasien harus dirujuk segera
untuk pengangkatan tumor (tanpa menghiraukan usia kehamilan).

- Bila tumor menghalangi jalan lahir, lakukan seksio sesarea sekaligus


pengangkatan tumor.

- Bila tumor yang tidak ganas diketahui pada usia kehamilan muda, pengangkatan
tumor sebaiknya ditunda sampai kehamilan usia 16 minggu. Pengangkatan
sebaiknya dilakukan di usia kehamilan antara 16-20 minggu. Bila pengangkatan
terpaksa dilakukan sebelum 16 minggu, setelah dilakukan pengangkatan, berikan
suntikan progestin sampai usia kehamilan melewati 16 minggu.

- Bila tumor diketahui pada usia kehamilan tua dan tidak menyebabkan penyulit
obstetri atau tidak mencurigakan akan mengganas, maka kehamilan dapat
dibiarkan sampai berlangsung partus spontan.

Kista ovarium dapat terpuntir:

Biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan

Berupa masa nyeri tekan pada abdomen bawah

Sering asimptomatik

Tatalaksana :

a. Tatalaksana Umum
- Segera rujuk ibu ke rumah sakit.

b. Tatalaksana Khusus
- Pada kista ovarium terpuntir disertai nyeri perut dilakukan laparotomi.

- Pada kista ovarium asimptomatik:

* Bila kista berukuran > 10 cm, dilakukan laparatomi pada trimester kedua
kehamilan.

* Bila kista berukuran < 5 cm, tidak perlu dioperasi.


23

* Bila kista berukuran 5 – 10 cm, lakukan observasi: jika menetap atau membesar,
lakukan laparotomi pada trimester kedua kehamilan.

* Jika dicurigai keganasan, pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih 23lengkap.

2.2.10 Prognosis

Prognosis kista ovarium jinak sangat baik. Pada umumnya kista ovarium
menghilang dengan sendirinya. Secara keseluruhan, 70%-80% kista folikuler
menghilang secara spontan. Angka kekambuhan kista sederhana pada perempuan
usia muda adalah 40%, sedangkan angka kekambuhan kista kompleks adalah
7.6% setelah laparoskopi dan 0% setelah laparotomi. Pada perempuan
pascamenopause, 69.4% kista sederhana dapat hilang dengan sendirinya.

23
24

BAB III

KESIMPULAN

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2011).Kista ovarium memiliki
permukaan rata dan halus. Biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat
menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista jernih dan berwarna
kuning (Wiknjosastro, 2011)Beberapa penyebab kista ovarium antara lain
perempuan dewasa tua sampai usia menopause yang timbul karena gangguan
perkembangan folikel ovarium hingga timbul ovulasi.Kista ovarium disebabkan
oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Kebanyakan kista ovarium tidak menimbulkan gejala namun terkadang muncul
manifestasi klinis berupa benjolan pada perut dan nyeri apabila terjadi torsio.
Tatalaksana pada kista dialkukan tindakan pembedahan apabila ukuran kista
melebihi telur angsa atau diameter diatas 5 cm dan curiga keganasan. Prognosis
kista ovarium jinak sangat baik.
25

Daftar Pustaka

ACOG, The american college of obstetrician and gynecologist, 2017, women's


health care physcians, ovarian cyst

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7.
2.
Ginting M. Klasifikasi kista ovarium. Semarang: Unimus; 2010.
Medscape Reference , Ovarium Anatomy, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3,
Last Update October 3, 2013. Accessed on April 23, 2014.
Rosai J. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology: Mucinous Tumors.
Mosby. Philadelphia. 2004. Volume 2. Page 1664-1667.

Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology


Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008
Smith Derek, Weerakkody Yuranga et al, availabel at:
https://radiopaedia.org/articles/ovarian-serous-cystadenoma

Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-14

Anda mungkin juga menyukai