DISUSUN OLEH :
YASHINTA (I21111018)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI APOTEK SAHABAT PONTIANAK
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
Disusun Oleh :
Agus Styawan (I21111017)
Yashinta (I21111018)
Juli Safriani (I21111023)
Qisti Rahmawati Husna (I21111028)
Menyetujui,
Apoteker Pengelola Apotek Dosen Pembimbing
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Sahabat
Pontianak.
Penyusun mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang tak
terhingga atas segala bimbingan dan arahan selama melakukan Praktek Kerja
Lapangan di Apotek Sahabat Pontianak. Penghargaan ini dipersembahkan
kepada:
ii
Akhir kata, penyusun berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas
budi baik Bapak dan Ibu, serta laporan ini dapat menjadi kontribusi yang
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ………………………………………………... 1
I.2 Tujuan…………………………………………………………. 3
I.3 Manfaat………………………………………………………... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Apotek ………………………………………...……. 6
II.2 Landasan Hukum Apotek ………………………………........ 7
II.3 Tugas Dan Fungsi Apotek ……………………………...….... 8
II.4 Tata Cara Perizinan Apotek ……………………………........ 8
II.5 Pengelolaan Apotek ……………………………………..…... 10
II.6 Pelayanan Apotek ………………...…………………………. 11
II.7 Pencabutan Surat Izin Apotek ……………………………….. 15
II.8 Pengelolaan Narkotika ………………………………………. 18
II.9 Pengelolaan Psikotropika …………………………………..... 24
II.10 Pelayanan Resep…………………………………………… 26
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK
III.1. Sejarah …………………………………………………….. 29
III.2 Lokasi ……………………………………………………..… 30
III.3. Bangunan Dan Tata Ruangan ……………………………….. 31
III.4. Struktur Organisasi ………………………………………….. 32
III.5. Bidang Kerja … …..…………………………………………. 32
III.5.1. Kesejahteraan Karyawan…………...………………….
38
III.6. Kegiatan Apotek Sahabat…………………………………….. 40
iv
BAB IV PEMBAHASAN
IV.1 Pelaksanaan PKL …………………………………………...… 42
IV.1.1. Jenis dan Bentuk Kegiatan……………………………. 42
IV.1.2. Kendala yang Dihadapi dan Upaya Pemecahanya……. 63
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tempat atau terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh
apoteker sesuai standar dan etika kefarmasian. Secara lengkap apotek merupakan
kelompok dan masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
6
II.2 Landasan Hukum Apotek
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian.
7. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1990 tentang masa bakti apoteker, yang
183/MenKes/Per/II/1995.
7
II.3 Tugas Dan Fungsi Apotek
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam Keputusan
Pasal 7
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
8
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotik untuk melakukan
kegiatan.
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (2) dan (3) tidak
5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
Kepala Balai POM di maksud poin (3) masih belum memenuhi syarat Kepala
Model APT-6.
9
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (6), Apoteker
Penundaan.
Pasal 9
persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi Apotek tidak sesuai
apotek dibagi menjadi 2 yaitu : pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non
personalia, kegiatan bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan
lainnya.
10
a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi diberikan baik
masyarakat.
apotek meliputi :
1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter
hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker
kepentingan masyarakat.
resep, obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria :
kelanjutan penyakit.
11
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
3. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang
Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara
5. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, Apoteker
wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang
lebih tepat.
12
8. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.
9. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka
waktu 3 tahun.
10. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
yang berlaku.
11. Apoteker diperbolehkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan
tentang Obat Wajib Apotek, Apoteker di Apotek dalam melayani pasien yang
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan
13
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam
masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis
kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota
masyarakat. Dalam Permenkes No.922 tahun 1993 ayat 2 sarana apotek dapat
didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya
dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
brosur/materi informasi.
4. Ruang racikan.
14
5. Tempat pencucian alat.
ditetapkan.
instrumen apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang tidak
15
1. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan sebagai berikut :
keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat
dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Apoteker mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten.
menerus.
16
7. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
a. Habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang oleh yang bersangkutan atau
surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan
17
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat
Kabupaten/Kota setempat.
obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di
apotek.
tentang Narkotika, ialah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
18
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan yaitu :
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
mengakibatkan ketergantungan.
ketat dan seksama. Dalam hal ini pengaturan narkotika harus benar-benar
19
2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika.
memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) untuk mengimpor bahan
1. Pemesanan Narkotika
nama jelas, stempel apotek, dan nomor STRA (Surat Tanda Registrasi
Apoteker). Surat Pesanan ini dibuat 4 rangkap untuk tiap jenis obat.Tiga
BPOM, pedagang atau penanggung jawab Kimia Farma dan satu lagi
20
2. Penyimpanan Narkotika
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
dikuasakan.
21
3. Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika
bahwa:
pengetahuan.
resep dokter.
2. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama
tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.
3. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh
22
4. Pelaporan Narkotika
dalam penguasaannya.
tembusan kepada Kepala Balai Besar POM, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
5. Pemusnahan Narkotika
yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan
sekurang-kurangnya memuat :
23
1. Nama, jenis, sifat dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
pemusnahan.
menyaksikan pemusnahan
4. Cara pemusnahan
saksi-saksi pemusnahan
berupa:
a. Teguran
b. Peringatan
c. Denda administrative
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
24
Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No.5 Tahun 1997
1. Pemesanan Psikotropika
dalam UU No.5 Tahun 1997 pasal 12 ayat (2).Dalam pasal 14 ayat (2)
pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan
dilakukan pemesanan.
2. Penyimpanan Psikotropika
dimintakan kepada sarana distribusi obat (PBF, Apotek, RS, dll) agar
25
3. Pelaporan Psikotropika
mencantumkan nama jelas, nomor SIK atau SP, nomor SIA dan stempel
apotek.
4. Pemusnahan Psikotropika
dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak
1. Skrining Resep
a. Persyaratan Administratif :
26
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
(dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep
2. Penyiapan obat.
a) Peracikan.
dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah
b) Etiket
27
d) Penyerahan Obat.
kepada pasien.
e) Informasi Obat.
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
f) Konseling.
berkelanjutan.
28
BAB III
Suhadi dan H. Widodo, atas dasar ide yang dicetuskan oleh Bapak Imam Asropi
melihat pasien yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan obat, sebab pada saat
itu jumlah apotek yang terdapat di sekitar Rumah Sakit Dr. Soedarso masih
terbatas, ditambah lagi ketersediaan obat – obatan dan alat kesehatan penunjang
bagi pasien juga kurang lengkap, sehingga pasien harus menempuh jarak yang
cukup jauh untuk memperoleh akses tersebut. Selain itu, dilihat dari segmen pasar
yang menjanjikan, seperti posisinya yang strategis (tepat didepan area Rumah
Sakit Dr. Soedarso), tingkat kebutuhan serta respon pasar yang tinggi terhadap
obat serta alat kesehatan, menjadikannya sentra bisnis yang mudah berkembang
dan maju. Kondisi inilah yang menginspirasi beliau untuk mendirikan sebuah
apotek yang mudah dijangkau oleh masyarakat, terutama bagi pasien Rumah Sakit
memenuhi kebutuhan obat yang diperlukan. Apotek ini didirikan dengan nama
“Apotek Sahabat”, yang diharapkan Apotek ini dapat menjadi “Sahabat” dalam
29
sekedar beriorientasi pada bisnis saja, namun tetap dapat mengutamakan misi
yang pernah menjabat posisi APA di Apotek Sahabat ini antara lain Siti
Mutamimah (2003-2004), Isnindar (2004-2009), dan sejak tahun 2009 hingga saat
ini posisi tersebut dijabat dan dikelola oleh Bambang Wijianto, M.Sc., Apt.
Visi dan misi dari Apotek Sahabat, meliputi : Menjadi apotek pilihan
kesehatan serta menjadi mitra dokter dan tenaga kesehatan lain dalam kegiatan
kebutuhan obat kepada pasien Rumah Sakit Umum Dr. Sudarso. Selain itu, lokasi
Apotek Sahabat ini cukup strategis karena selain berada di lingkungan Rumah
Sakit Umum Dr. Sudarso, Apotek Sahabat juga berada dekat dengan pemukiman
yang padat penduduk dan Rumah Sakit lain yang berada di wilayah sekitarnya,
dengan akses jalan yang mudah ditempuh dan dijangkau oleh masyarakat. Oleh
karena itu, hingga sekarang ini Apotek Sahabat tidak hanya memiliki customer
30
dari pasien Rumah Sakit Umum Dr. Sudarso saja tetapi juga customer dari pasien
rumah sakit lain serta masyarakat umum yang ada di Pontianak dan sekitarnya.
dengan fungsinya dan memenuhi standar persyaratan pendirian apotek. Pada awal
pendirian, luas bangunan yang dipergunakan untuk pendirian apotek ini hanya 1
lokal pintu ruko, namun seiring berjalannya waktu, luas bangunan bertambah luas
menjadi sekitar kurang lebih 6 x 12m, dimana Apotek ini terdiri dari 2 ruko yang
berdampingan menjadi satu bangunan utuh. Ruangan yang ada di Apotek Sahabat
terdiri dari ruang tunggu pasien dengan 4 buah kursi tunggu dilengkapi dengan
fasilitas kipas angin dan televisi untuk kenyamanan customer saat melakukan
transaksi, ruang penjualan obat bebas (etalase), ruang administrasi yang terdiri
dari meja administrasi dan meja apoteker, ruang pimpinan, gudang merangkap
ruang peracikan obat, sebuah ruangan dilantai atas yang berfungsi untuk
menyimpan berkas–berkas serta file Apotek Sahabat dan sebuah toilet. Pembagian
tugasnya. Selain itu, Apotek Sahabat juga memliki tempat parkir yang cukup luas
dan gratis sehingga memberi keleluasaan kepada pasien yang datang ke apotek
untuk membeli kebutuhannya akan obat ataupun alat kesehatan. Denah bangunan
31
III.4 Struktur Organisasi
organisasi yang mapan dalam rangka mengelola apotek, sehingga alur dalam
pelayanannya dapat berjalan dengan lancar dan efisien. Struktur Organisasi yang
mapan, terdiri dari tugas, wewenang, serta tanggungjawabnya yang tegas dan jelas
pada masing-masing bidang. Hal inilah yang dapat menuntun kegiatan pelayanan
di apotek menjadi lancar dengan saling memenuhi job description yang jelas
tanpa terjadi tumpang tindih. Struktur organisasi Apotek Sahabat dapat dilihat
pada lampiran 3.
bidang serta tugas dan tanggung jawab yang jelas pada masing-masing bidang.
32
3. Supervisor dan Koordinator Gudang : 1 Orang
Heny Krisriwayati, SE
Bambang Heriyanto, SE
Safuan
6. Kasir : 4 orang
d. Parno
a. Lia Anggraeni
b. Verdina
33
2. Asisten Apoteker ( AA )
narkotika
sebagai berikut :
serta pengamanannya
b. Menyimpan obat secara FIFO ( First in First Out) dan FEFO ( First
34
g. Menerima faktur dari PBF (Pedagang Besar Farmasi)
h. Menginput faktur dan barang/ obat yang keluar sesuai struk dari kasir
4. Koordinator Logistik
hari
tersedia dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan dan
35
instruksi dari pimpinan dan semua peraturan perundang-undangan yang
wewenang, yaitu :
c. Menginput pembelian
f. Menyiapkan faktur jatuh tempo apabila jatuh tempo (inkaso) tiba yang
hutang, dan konsinyasi, laporan cash flow dan fotocopy buku kas
hari
36
n. Mencetak print out hasil penjualan kasir dan pengeluaran barang/obat
dari gudang
date
6. Kasir
kewajiban, yaitu :
shiftnya
37
Diluar semua tugas dan wewenang dari masing-masing karyawan, setiap
c. Mengantar obat-obatan atau Alkes untuk pasien rawat inap di RSUD atau
Rumah sakit lain dan juga mengantarkan obat-obatan untuk pasien rawat
keuangan.
karyawan adalah :
a. Pakaian seragam.
b. Insentif seperti bonus Akhir tahun dan bonus pada resep apabila
38
c. Dalam 1 tahun setiap karyawan diberikan cuti biasa paling lama 14
lama 3 bulan.
kerjanya.
menghubungi pimpinan.
pimpinan.
39
h. Menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik, jelas dan terukur
apotek dilakukan pada pagi hari dengan dimulainya pembersihan apotek serta
mengecek stok obat sambil tetap melakukan pelayanan kepada customer, setelah
itu setiap karyawan melanjutkan kerja sesuai tugas dan wewenang masing-
40
shift pagi daripukul 07.30 – 15.00 WIB
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan wajib yang harus
37.Pontianak. Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah mahasiswa
dapat mengenali dan memahami manajemen apotek secara langsung serta praktek
kefarmasian di apotek yang dijalankan saat ini untuk kemudian dapat membuat
Praktek kerja Lapangan ini dilaksanakan dalam kurun waktu sebulan (180
jam) dari tanggal 16 Juli hingga 18 Agustus 2014. Proses pelaksanaan kegiatan ini
berlangsung setiap hari kecuali libur lebaran, dengan jumlah jam per hari 4,5 – 8
jam. Peserta PKL melaksanakan kegiatan ini secara bersamaan setiap harinya,
namun dengan waktu shift kerja yang berbeda. Shift kerja yang diikuti selama
42
seminggu tersebut adalah shift pagi mulai dari jam 07.30 – 15.00 WIB dan shift
Sahabat berlangsung, terbagi dalam 4 pos, yakni pos administrasi, pos gudang,
pos asisten apoteker dan pos pelayanan. Setiap pos dijalani oleh peserta PKL,
setiap 2 hari peserta PKL melakukan kegiatan dibidang yang berbeda secara
bergantian. Misalkan pada hari pertama dan kedua, peserta melakukan kegiatan
dibidang Administrasi, maka hari ketiga dan keempat akan melakukan kegiatan
pada bagian Pelayanan ini berupa pemberian informasi dan edukasi mengenai
obat-obatan yang akan digunakan oleh pasien atau customer pada saat penyerahan
obat, melakukan swamedikasi terhadap keluhan ringan yang dirasakan oleh pasien
atau customer. Kegiatan Pelayanan ini selalu didampingi oleh Asisten Apoteker
atau karyawan apotek yang lebih paham mengenai obat, sehingga meminimalkan
keluar pada kasir dan data obat yang keluar pada gudang. Apabila ditemukan
ketersediaan jumlah obat yang ada didalam gudang. Kegiatan ini dilakukan setiap
harinya dengan tujuan agar mengetahui sedini mungkin apabila terjadi kesalahan
saat pengambilan obat dan penginputan data faktur obat dari Pabrik Besar Farmasi
43
yang terjadi. Selain itu, peserta juga diarahkan untuk belajar mengenal tata cara
serta hal – hal lain yang berhubungan dengan proses administrasi perapotekan.
yang dilakukan pada area gudang, seperti pengambilan obat, penyiapan obat untuk
dosis untuk resep yang berupa racikan, penyusunan obat yang masuk, pengecekan
stok fisik obat, penginputan data obat keluar dari kasir, serta pengecekan
kegiatan yang berhubungan dengan peresepan obat, mulai dari skrining resep,
menghitung dosis racikan, menuliskan etiket dan copy resep serta pengecekan
atau customer. Pada bagian ini peserta diarahkan dan diberi kesempatan untuk
obat yang sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh pasien (Pharmaceutical
Care). Kegiatan ini juga tidak terlepas dari bimbingan Asisten Apoteker, agar
terapi yang diberikan efisien dan tidak terjadi kesalahan informasi yang nantinya
44
kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan
1. Kegiatan Manajerial
a. Perencanaan
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola
obat-obatan, bahan medis habis pakai, serta alat – alat kesehatan. Hal ini
dilakukan berdasarkan letak apotek yang tepat berada di area Rumah Sakit
pola konsumsi yaitu kelompok fast moving maupun slow moving. Hal ini
Perencanaan terhadap obat fast moving dilakukan saat obat masih tersedia
beberapa box, sedangkan obat slow moving saat stok benar benar sedikit
atau habis. Sedangkan untuk obat–obat yang jarang dipakai atau diresepkan
45
dan harganya mahal serta memiliki waktu kadaluarsa yang pendek,
b. Pengadaan
Pasal 3 Ayat 2, pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
pembayaran, pelayanan yang baik dan tepat waktu serta kualitas barang.
barang yang sudah habis dan barang yang sudah menipis persediannya.
46
Sedangkan untuk obat golongan narkotik, pengadaan dilakukan dengan
biasa, surat pemesanan untuk obat psikotropika dan surat pemesanan untuk
obat narkotika. Surat Pesanan obat bebas tersebuat dibuat 2 rangkap, satu
untuk PBF dan satu untuk arsip pembelian apotek. Khusus untuk surat
pemesanan obat narkotika tersebut diakukan kepada PT. Kimia Farma Tbk.
kepada PT. Kimia Farma Tbk yang selanjutnya diserahkan kepada BPOM
c. Penerimaan
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pemesanan dengan kondisi
47
lembar, dua lembar untuk PBF, satu lembar untuk penagihan dan satu
lembar untuk apotek. Faktur ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak
ditentukan.
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
48
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
4. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
b) Obat Bebas, Obat Paten, Obat non Narkotik dan Obat lain yang tidak
injeksi tertentu.
diperuntukan bagi obat yang pergerakannya cepat (fast moving) yaitu obat
dan bahan obat yang paling banyak dan cepat terjual serta sering digunakan
kekosongan.
49
Untuk sediaan Narkotika dan Psikotropika, disimpan secara terpisah
dari kayu dan selalu dalam keadaan terkunci, hal ini sudah sesuai dengan
obat juga didasarkan pada metode FIFO (First In First Out) dan FEFO
merupakan produk obat yang aman dan tidak melewati batas kadaluwarsa.
e. Pemusnahan
dan bentuk sediaan. Untuk obat yang memiliki masa kadaluarsanya sudah
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
50
acara pemusnahan. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
kesehatan kabupaten/kota.
tahun 2014 Bab II pasal 3 ayat (2) yaitu pemusnahan obat yang rusak atau
obat yang kadaluarsa dimusnahkan sesuai jenis dan bentuk sediaan seperti
bentuk cair, padat dan semi padat pemusnahan obatnya dipisahkan. Obat
dengan cara dibakar dan dibuktikan dengan Berita Acara. Pemusnahan obat
saksikan oleh Asisten Apoteker dengan cara obat dihancurkan dan dibuang
septi tank. Pemusnahan obat selain obat narkotik dan psikotropik juga
resep yang disimpan kurang lebih dalam waktu 3 tahun. Pemusnahan resep
lain di apotek dengan cara dibakar yang dibuktikan dengan berita acara.
51
Acara pemusnahan resep dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten
kota.
f. Pengendalian
persediaan.
dan diberi angka sesuai dengan urutan kedatangan pasien. Kode resep
ketentuan dan tata cara pengelolaan apotek pada pasal 7 ayat 3 dan 4
menyebutkan bahwa resep yang telah disimpan lebih dari 3 tahun tersebut
dapat dimusnahkan dengan cara di bakar atau dengan cara lain yang lebih
52
berdasar bulan dan tahunnya. Setelah melewati masa 3 tahun, resep baru
dimusnahkan.
Pasal 14 ayat (2) tentang pelaporan narkotika dan UU No. 5 Tahun 1997
53
sekali dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Laporan yang
A. Pengkajian Resep
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon
54
1. bentuk dan kekuatan sediaan;
2. stabilitas; dan
6. interaksi.
karena meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama
55
B. Dispensing
sebagai berikut:
obat.
emulsi.
memasukkan obat ke wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
56
salah. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
berikut :
57
sekali dilakukan, umumnya informasi yang biasa disampaikan
keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
pengobatan pasien.
yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik
58
Obat bebas dan herbal. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek
meliputi:
masyarakat (penyuluhan);
mereka mengenai obat yang bersangkutan dimana pada saat apoteker tidak
obat resep.
59
D. Konseling
Anda?
60
dengan menyediakan leaflet atau booklet yang isinya meliputi
kronis lainnya.
Apoteker, meliputi :
pengobatan
kefarmasian di rumah.
61
F. Pemantauan terapi obat (PTO)
seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
yang efektif
setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
Kegiatan berupa :
apoteker di apotek.
62
IV.1.2 Kendala yang dihadapi dan upaya untuk memecahkannya
Program PKL yang dilaksanakan kali ini juga memiliki kendala – kendala
yang sering dihadapi oleh peserta selama kegiatan berlangsung. Berikut kendala–
sehingga setiap orang dituntut untuk dapat bekerja secara cepat. Peserta PKL
pada awalnya mengalami kesulitan untuk bekerja secara cepat karena belum
terbiasa dengan nama dan jenis obat serta letak setiap jenis obat tersebut.
Namun, kesulitan ini dapat terpecahkan setelah peserta PKL fokus dalam
2. Adanya variasi karakter tulisan antara dokter yang satu dengan yang lain.
Hal yang paling sering terjadi adalah kesulitan peserta PKL dalam
membaca dan memahami resep dari dokter yaitu nama obat, jumlah obat atau
jenis alat kesehatan. Peserta PKL kesulitan untuk membaca resep dokter
menjalani PKL selama beberapa hari, peserta akhirnya mulai terbiasa dengan
tulisan pada resep dokter, namun ketika ada nama obat yang tidak bisa dibaca
63
3. Kurangnya pengetahuan untuk memberikan informasi yang cukup untuk
pasien.
Hal ini terjadi saat berada pada bagian pelayanan dibagian depan apotek.
penyakit atau gejala penyakit ringan yang sering dikonsultasikan oleh pasien.
berusaha untuk terus menambah ilmu kefarmasian yang dimiliki, dan jika
peserta masih ragu terhadap beberapa kasus yang dikeluhkan oleh pasien,
sehingga pasien dapat menerima terapi yang efisien dan sesuai dengan gejala
yang dikeluhkan.
64
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu langkah yang nyata dan
oriented) dan fungsi bisnis (profit oriented) secara seimbang sesuai dengan
apoteker di apotek.
dengan resep, pelayanan obat tanpa resep yang meliputi pelayanan obat
konsultasi kesehatan.
65
e. Sistem administrasi, sistem manajerial dan sistem pelayanan kefarmasian
di Apotek Sahabat telah tertata dengan baik dimana tiap bidang telah ada
yang mengatur, dengan kata lain job description telah berjalan dengan
baik.
V.2 Saran
Sahabat, maka terdapat saran-saran yang mungkin dapat dijadikan masukan untuk
poster.
obat.
c. Adanya tempat atau kotak saran yang ditempatkan di ruang tunggu agar
apotek.
melakukan konsultasi.
66
DAFTAR PUSTAKA
67
Anonim. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2014. peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Tentaang Standar Pelayanan Di Apotek. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
68