Chalat ertag tuk mengikat Pacuraem dengan Rabb Penguasa jagad raya.
) Menghilangkan segala kepenatan dari pernak-pernik rimba dunia, Karena memang
= di antara hikmah dari menegakkan shalat adalah mendatangkan kesejukan hati.” —
Walhasil, shalat adalah sebuah interaksi yang kuat antara sang hamba dengan sang
Pencipta dan sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya. Pantaskah hubungan tersebut
terganggu karena lalu lalang orang yang lewat di hadapannya?
Pembaca rahimakumullah, bagaimana
sikap Anda, kalau Anda sedang asyik
berbincang-bincang dengan orang yang
Anda hormati semisal ibunda, tiba-tiba ada
yang nyelonong dan menerobos di antara
kalian berdua? Mungkin kebanyakan
dari kita tidak sabar dan bahkan marah.
Cukuplah kiasan ini bisa menjawab
pertanyaan tersebut.
Lalu bagaimana sikap yang benar saat
kita sedang shalat ada orang yang hendak
melewati di hadapan?
Tentunya tidak ada bimbingan yang
tepat melainkan bimbingan Rasulullah #.
Beliau 2 bersabda, “Apabila salah seorang
dari kalian shalat menghadap (sutrah/
pembatas) yang dapat menghalangi (lalu
lalang) manusia, lantas ada seseorang
ingin melintas di hadapannya, hendaklah
ja mencegahnya. Kalau orang itu enggan
(tetap memaksa lewat), maka perangilah
7 (tahantah dengan kuat) karena ia adalah
syaithan.” (HR. al-Bukhari no. 509 dan
Muslim no, 1129 dari shahabat Abu Sa'id
al-Khudri as)
Dalam riwayat yang lain dengan lafazh,
ASG ees us 5d
Area sy
olen 5 6
‘Jika salah seorang di antara kalian
shalat, jangan biarkan seseorang lewat di
depannya. Tahanlah ia sebisa mungkin.
Jika ia enggan ditahan maka perangilah ia,
karena sesungguhnya ia adalah syaithan.”
(HR. Muslim no. 505 dari shahabat Abu
Sa‘id al-Khudri a)
Dari hadits tersebut bisa diambil
_ beberapa hukum penting, yaitu:> Pertama, pentingnya menghadap 7
sutrah ketika shalat.
> Kedua, seorang yang __shalat
diperintahkan secara_syar'i__ untuk
mencegah orang yang hendak lewat di
depannya, perbuatan yang semacam ini
tidak membatalkan shalatnya.
> Ketiga, tahapan dalam mencegah.
Langkah awal cegahlah dengan cara yang
halus cukup dengan menggunakan isyarat
tangan. Namun bila tetap memaksa ingin
lewat, maka cegahlah dengan kuat.
Maksud Sabda Nabi "Perangilah”
Al-Imam Ibnul Arabi «4 menjelaskan
yang dimaksud dengan memerangi
tersebut adalah menolak/mendorong
(dengan kuat), bukan maknanya
membunuh. Semakna dengan penjelasan
ini pula dari al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr si.
(lihat Al-Qabas fi Syarhi Muwaththa’
Malik, [1/344] dan Al-Istidzkar, [6/163])
Jika Terlanjur Lewat
Apabila seseorang telah telanjur lewat
di depan orang yang shalat, apakah dia
ditarik kembali ke tempatnya semula?
Dalam hal ini ada dua pendapat di
kalangan para ulama.
1) Pendapat jumhur, di antaranya: Asy-
Sya’bi, Ats-Tsauri, Ishaq dan Ibnul Mundzir
rahimahumullah mengatakan, “Tidak
disukai menariknya kembali ke tempat
semula.”
2) Sebagian ulama yang lain memandang
untuk mengembalikannya ke tempat
semula.
Nampaknya yang lebih kuat dan
mendekati kebenaran adalah pendapat
jumhur, karena dengan menariknya
CMIPep CU ALe Le)
kembali ke tempat semula akan membuat
dia lewat di depan orang shalat dua kali.
(Fathul Bari, [1/754])
Maksud sabda Nabi ##, “Sesungguhnya
orang yang lewat di depan orang shalat
adalah syaithan”, maksudnya bahwa dia
ditemani oleh syaithan, sebagaimana telah
dijelaskan dalam riwayat Vain,
i Ber fat eu 3G da ests
Ge ites 58 cles A ob sKE
ag 6
3)
‘Jika salah seorang di antara kalian
shalat, jangan biarkan seseorang lewat
di depannya. Jika ia enggan ditahan
maka cegahlah ia (dengan keras), karena
sesungguhnya yang bersamanya adalah
syaithan.” (HR. Muslim no. 506 dari
shahabat Abdullah bin Umar 2)
Dosa Besar Lewat di Depan Orang
Shalat
Rasulullah % bersabda,
ol (te Jal ok bs i
9 pl
“Seandainya orang yang lewat di depan
orang shalat mengetahui akibat yang
ditanggungnya, niscaya ia memilih untuk
berdiri tegak selama 40 (tahun), itu lebih
baik baginya daripada lewat di depan orang
yang shalat.” (HR. al-Bukhari no. 510
dan Muslim no. 1132 dari shahabat Abu
Juhaim bin Harits #). Yang dimaksud(3/247)
Berdasarkan hadits di atas, al-Imam
Ibnu Rajab st menegaskan, “Ini adalah
dalil bahwa berdirinya seseorang selama
40 tahun untuk menunggu adanya jalan
agar bisa lewat, itu lebih baik daripada
lewat di depan orang yang shalat jika ia
tidak menemukan jalan lain.” (Fathul Bari
Li Ibni Rajab, [4/80])
Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani ws
menegaskan, “Hadits ini menunjukkan
haramnya lewat di depan orang shalat
dalam jarak yang dekat karena makna
hadits ini adalah larangan yang tegas
dan ancaman yang keras dari perbuatan
tersebut. Dengan demikian, lewat di depan
orang shalat termasuk dosa besar.” (Fathul
Bari, [1/757])
Dari penjelasanal-Imam Ibnu Hajar ss,
salah seorang pembesar ulama Syafi'iyah,
kita bisa mengambil dua kesimpulan
penting, yaitu:
> Pertama, hukum lewat di depan orang
shalat dalam jarak yang dekat adalah
haram.
> Kedua, perbuatan tersebut termasuk
dalam dosa besar.
Batas Jarak Yang Tidak Boleh
Dilewati
Para ulama berbeda pendapat tentang
berapa jarak yang dilarang untuk dilewati
di depan orang shalat bila di depan orang
yang shalat tidak ada sutrah.
Madzhab Hanafi. dan_— Maliki
mengatakan, "Haram untuk dilewatiantara
telapak kaki orang yang shalat sampai ke
tempat sujudnya.”
Adapun madzhab Syafi'i dan Hambali
40 adalah 40 tahun. (Syarhul Mumthi’, =
berpendapat bahwa yang diharamkan
untuk dilewati adalah sejauh tiga hasta
dari telapak kaki orang yang shalat. (Al-
Fatawal Hindiyah, [1/128], Bada‘i’ush
Shana‘i, (2/83-84], Taudhihul Ahkam,
[2/62])
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-
Utsaimin its berkata, “Pendapat yang lebih
mendekati kebenaran adalah antara kedua
kaki dan tempat sujudnya, karena seorang
yang shalat tidak berhak mendapatkan
tempat lebih dari apa yang ia butuhkan
dalam shalatnya sehingga ia tidak punya
hak menahan orang yang lewat di tempat
yang tidak dibutuhkannya. Adapun bila
ia meletakkan sutrah maka tidak boleh
dilewati antara dia dan sutrahnya. Namun
kami katakan, ‘Bila engkau meletakkan
sutrah maka jangan engkau_ berdiri
jauh darinya tapi mendekatlah di mana
nantinya sujudmu dekat dengan sutrah
tersebut'.” (Asy-Syarhul Mumti’, [1/709])
Apakah seorang ibu harus menahan
anaknya yang masih kecil lewat di
hadapannya saat ia sedang shalat, padahal
itu terjadi berulang-ulang di tengah
shalat?
Tentu berulang-ulangnya mencegah
si anak lewat dapat menghilangkan
kekhusyukan dalam shalat, Sementara jika
siibu shalat sendirian tanpa menempatkan
si anak di dekatnya, si ibu (tentu)
mengkhawatirkan anaknya (karena tidak
ada yang menjaganya).
Syaikh yang mulia, Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin wa kembali menjawab,
“Tidak ada dosa bagi si ibu membiarkan
anaknya lewat di hadapannya bila
memang si anak sering lalu lalang dan si
ibu sendiri khawatir shalatnya terganggubila terus-menerus mencegah si anak,
sebagaimana hal ini difatwakan para
ulama rahimahumullah.
Akan tetapi, sepantasnya ketika si
ibu hendak shalat, memberikan sesuatu
kepada anaknya yang bisa dijadikannya
sebagai mainan (sehingga si anak fokus
dengan benda/mainan tersebut, pent-)
sementara si anak berada di dekat ibunya.
Karena apabila seorang anak diberi
sesuatu yang bisa dijadikannya sebagai
mainan, biasanya mainan itu membuatnya
lupa terhadap yang lain.
Namun bila si anak terus menggelayuti
ibunya karena merasa lapar atau haus,
yang lebih utamasi ibu menunda shalatnya
hingga ia selesai menunaikan kebutuhan
anaknya (menyuapi makanan atau
memberi minum). Setelah itu ia bersiap
untuk menunaikan amalan shalatnya.”
(Majmu’ah As’ilah Tahummu al-Usrah
al-Muslimah, hal. 151-152).
Bolehkah Lewat di antara Shaf
Dalam Shalat Berjama’ah?
Para pembaca rahimakumullah, perlu
diketahui bahwa para makmum dalam
shalat berjama’ah tidak disyariatkan untuk
menghadap sutrah, berdasarkan ijma’
(Kesepakatan) para ulama. Sutrah imam
adalah sutrah bagi para makmum.
Shahabat Abdullah bin Abbas
berkata (artinya), “Aku datang dengan
menunggang keledai betina. Ketika itu aku
hampir menginjak usia baligh. Rasulullah
sedang shalat di Mina dengan tidak
menghadap ke dinding. Maka aku lewat
di depan sebagian shaf Kemudian aku
melepas keledai betina itu supaya mencari
makan sesukanya. Lalu aku masuk kembali
di tengah shaf dan tidak ada seorang pun
yang mengingkari perbuatanku itu.” (HR.
al-Bukhari no. 76, dan Muslim no. 504)
Perbuatan shahabat Nabi .& jika
diketahui oleh Nabi # dan _ banyak
shahabat namun tidak diingkari, maka hal
ini menjadi hujjah (dalil), yang diistilahkan
oleh para ulama dengan sunnah
taqririyyah, yaitu sunnah yang berasal dari
persetujuan Nabi 2.
Atas dasar ini, tidak mengapa lewat di
depan para makmum shalat berjama‘ah
dan orang yang melakukan hal ini tidak
berdosa karena sutrah makmum sudah
diwakili sutrah imam. Namun seandainya
bisa menghindari atau meminimalisir hal
ini, maka itu lebih disukai. Sebagaimana
jika kita shalat tentu kita tidak ingin
mendapatkan gangguan_ sedikit pun,
maka hendaknya kita pun berusaha tidak
memberikan gangguan pada orang lain
yang shalat. (lihat Syarhul Mumthi’,
[3/279])
Demikianlah pembahasan ini, semoga
bisa menambah tersebar luasnya ajaran
Nabi 3. Lebih dari itu, semoga kita menjadi
bagian dari umat Nabi Muhammad yang
selalu menghidupkan ajaran beliau 2.
Amin. Wabillahi at-taufiq.
Penulis: Ustadz Arif #:
INFO HUBUNGI: hae 330 724 419-
Pee ecm
ents ara
yah AL-ILMU
cre Ma carrs
Kritik da
oo
Pemesanan min. 50 lembar