Arleen Devita 2
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Alamat korespondensi: Jl. Tawakal VII no2b, Grogol, Petamburan, Jakarta Barat Telp:
2
Staff pengajar bagian Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Alamat korenspondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa no. 1, RT.5/RW.9
1
ABSTRAK
Hubungan Tingkat Indeks Massa Tubuh Dan Kejadian Keputihan Pada Wanita
Dewasa Muda
LATAR BELAKANG
Keputihan merupakan cairan atau sekret yang keluar dari vagina, dapat terjadi secara
fisiologis maupun patologis. Salah satu faktor yang berkaitan dengan kejadian keputihan
adalah indeks massa tubuh. Seseorang dengan IMT yang tinggi (Obesitas) akan menyebabkan
daerah kewanitaannya cenderung mengalami kelembaban yang lebih tinggi sehingga jamur
lebih mudah berkembang dan pada akhirnya terjadi keputihan. Indeks massa tubuh yang
rendah juga berkaitan dengan status gizi yang kurang sehingga dapat mengakibatkan
penurunan imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi jadi dapat muncul keputihan.
METODE
Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain Cross-sectional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling pada mahasiswi Fakultas
Hukum Universitas Trisakti, pada bulan November-Desember 2018. Jumlah responden
sebanyak 235 mahasiswi. Pengambilan data menggunakan kuesioner keputihan, timbangan
dan microtoice. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.
HASIL
Hasil penelitian ini didapatkan angka kejadian keputihan patologis sebesar 17,9% dan
kejadian keputihan fisiologis sebesar 82,1%. Tingkat Indeks Massa Tubuh pada wanita
dewasa muda rata-rata memiliki IMT normal yaitu sebesar 50,6%. Tidak terdapat hubungan
tingkat Indeks Massa Tubuh dan kejadian keputihan pada wanita dewasa muda (p = 0,37).
KESIMPULAN
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh dengan kejadian
keputihan. Keputihan fisiologis lebih banyak dialami oleh mahasiswi Fakultas Hukum
Universitas Trisakti dibandingkan keputihan patologis.
Kata kunci: Indeks Massa Tubuh, keputihan, wanita dewasa muda.
2
ABSTRACT
Relationship between Body Mass Index and Incidence of Leucorrhea in Young Adult
Women
BACKGROUND
Leucorrhea is liquor or secrete coming out of vagina that represents either physiological or
pathological conditions. One of the factors associated with leucorrhea is body mass index. A
person with a high BMI (Obesity) will cause the female area to tend experience higher
humidity so that the fungus is easier to develop and eventually occurs leucorrhoea. Low body
mass index is also related to poor nutritional status so that it can lead to a decrease in body
immunity against various infectious diseases and vaginal discharge may occur.
METHODS
This study is an analytical observational study that used cross-sectional design. Sample
collection was conducted consecutively on female students of Law Faculty, Trisakti
University and was conducted on November-December 2018. A total of 235 female students
were included in this study. The data were collected using questionnaire of vaginal discharge,
body scales and microtoice. The data were subsequently analyzed using SPSS program
version 20.
RESULTS
There was lesser incidence of pathological vaginal discharge as compared to physiological
condition among young adult women with the incidence of 17.9% and 82.1%, respectively.
The results showed that 50.6% subjects had normal BMI. There was no significant
relationship between Body Mass Index and the incidence of vaginal discharge among young
adult women (p = 0.37).
CONCLUSION
There was no significant relationship between body mass index and the incidence of vaginal
discharge.
Keywords: Body Mass Index, vaginal discharge, young adult women
TEKS
3
PENDAHULUAN
Keputihan atau dalam istilah medisnya dikenal dengan Fluor Albus, leukorea atau vaginal
discharge merupakan cairan atau sekret yang keluar dari vagina, dapat terjadi secara normal
(1)
(fisiologis) ataupun secara tidak normal (patologis). Keputihan fisiologis atau keputihan
normal merupakan keluarnya sekret selain darah dari vagina yang dalam keadaan normal
yang dipengarui oleh hormon, warna bening dan encer, tidak berbau, dan tidak menyebabkan
gatal.(16) Keputihan patologis atau keputihan abnormal memiliki ciri-ciri yaitu jumlah
cairannya yang banyak, timbulnya terus menerus, berwarna keabu- abuan seperti yogurt
kuning kekuningan, kuning kehijauan, disertai adanya keluhan lainnya yaitu seperi gatal,
nyeri, rasa terbakar, serta berbau amis.(4) Ada beberapa penyebab dari keputihan yaitu jamur,
bakteri, virus, dan parasit.(2) Di Indonesia menunjukan angka kejadian keputihan dapat
terbilang cukup tinggi, yaitu 75% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan paling tidak
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan keputihan antara lain yaitu hygiene yang
kurang, penggunaan sabun antiseptik, penggunaan celana ketat, frekuensi pergantian celana
dalam, penggantian pantyliner, dan obesitas juga termasuk faktor risiko yang menyebabkan
kejadian keputihan.(4) Obesitas dapat menjadi faktor risiko dari keputihan dikarenakan pada
umumnya seseorang dengan berat badan yang berlebih itu akan menyebabkan daerah
kewanitaannya cenderung mengalami kelembaban yang lebih tinggi dari pada seseorang yang
memiliki berat badan yang ideal atau lebih kurus. Obesitas juga dapat mengakibatkan
keputihan yang berulang dan biasanya penyebabnya keputihan yang paling umum di derita
(5)
oleh seseorang dengan berat badan yang berlebihan adalah akibat dari infeksi jamur.
Penilaian obesitas dapat dinilai menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI) merupakan suatu perbandingan (rasio) antara
berat badan dengan tinggi badan yang sering dimanfaatkan untuk menilai berat badan orang
4
dewasa, agar mengetahui apakah berat badannya tergolong kurang, normal, lebih atau
obesitas.(5)
Terdapat teori lain yang menyatakan bahwa IMT yang rendah dapat mengakibatkan
rendahnya imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi. IMT yang rendah mendahului
terjadinya infeksi pada seseorang dan masalah kesehatan lainnya yang berhubungan dengan
Terdapat teori menyatakan, bahwa seseorang yang obesitas atau tidak obesitas memiliki
kecenderungan yang sama untuk mengalami atau tidak mengalami keputihan patologis
dimana walaupun individu tersebut obesitas namun perilakunya masih baik dalam menjaga
patologis.(5)Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya Hubungan
METODE
5
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan
cross-sectional untuk mengetahui hubungan tingkat indeks massa tubuh dan kejadian
keputihan pada wanita dewsa muda. Lokasi Penelitian dilaksanakan di Fakultas Hukum
Universitas Trisakti, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Trisakti
berusia 18-24. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah terdapat riwayat
penyakit yang mendasari keputihan, contohnya keganasan. Besar sampel pada penelitian ini
adalah 235 sampel. Pemilihan sampel dengan menggunakan teknik consecutive sampling.
Sampel yang akan diteliti adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan menggunakan hasil dari pengukuran IMT dengan
cara menimbang berat badan dan tinggi badan serta pengisian kuesioner. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis
univariat digunakan untuk melihat penyajian distribusi frekuensi dari seluruh data yang
diteliti. Data yang diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Analisis data
dengan menggunakan program SPSS (Statistical product and service solution) 21 for
windows. Uji statistik yang dipilih adalah uji Chi-Square karena merupakan uji yang
HASIL
6
5.1 Analisis Univariat
Variabel N %
Tabel 5. menunjukkan bahwa dari total 235 responden, Indeks Massa Tubuh yang terbanyak
Variabel N %
Kejadian Keputihan
Patologis 42 17,9
Berdasarkan tabel 6. penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswi Fakultas Hukum
Universitas Trisakti, dari total 235 mahasiswi yang mengikuti penelitian, didapatkan lebih
banyak yang mengalami keputihan fisiologis daripada keputihan patologis yaitu sebesar 193
responden (82%).
7
5.2.1 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Keputihan
Tabel 7. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Keputihan pada mahasiswi
Kejadian Keputihan
N % N %
*Uji Chi-Square
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 7. diatas, uji yang digunakan adalah Chi-Square dan
dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh kurang dari normal,
normal dan lebih dari normal lebih banyak mengalami keputihan fisiologis. Dari hasil
pengujian, didapat nilai p = 0,37 (p > 0,05) sehingga secara statistik dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh dengan kejadian
keputihan.
PEMBAHASAN
8
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapatnya hubungan tingkat indeks massa
tubuh dengan kejadian keputihan pada wanita dewasa muda. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati I yang menyebutkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara status gizi dengan kejadian keputihan.(5) Hal tersebut dikarenakan jika
seseorang yang memiliki berat badan berlebih namun perilakunya masih baik dalam menjaga
(5)
organ kewanitaanya maka individu tersebut tidak mengalami kejadian keputihan. Hasil
serupa lainnya ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Abrori dkk. Studi tersebut
menyatakan indeks massa tubuh >25 tidak mempengaruhi kejadian keputihan patologis hal
tersebut dikarenakan jumlah responden yang overweight hanya 3 dari 59 subjek (5,1%),
sedangkan responden yang tidak overweight berjumlah 56 orang, sehingga untuk dilakukan
Dari hasil penelitian, seseorang yang memiliki indeks massa tubuh kurang dari normal juga
tidak memiliki hubungan dengan kejadian keputihan. Aktivitas fisik dapat meningkatkan
status kekebalan tubuh seseorang.(24) Responden penelitian ini adalah mahasiswi dengan usia
produktif yang melakukan aktivitas fisik seperti berjalan. Hasil penelitian ini bertentangan
dengan teori yang menyatakan status gizi yang rendah memiliki kekebalan tubuh yang
rendah, yang erat kaitannya dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. (25,26)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan mengenai penelitian
hubungan tingkat indeks massa tubuh dan kejadian keputihan pada wanita dewasa muda yang
bertempat di Fakultas Hukum Universitas Trisakti adalah tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara indeks massa tubuh dan kejadian keputihan. Peneliti menyarankan untuk
9
Puja dan puji saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahaNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan Tingkat Indeks Massa Tubuh Dan Kejadian Keputihan Pada
Wanita Dewasa Muda”. Dengan terselesaikanya penelitian ini, terbuka kesempatan untuk
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu tersusunya skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Aji dan Ibu dari penulis yang selalu
mendoakan dan memotivasi penulis demi kelancaran pengerjaan skripsi ini dr. Arleen Devita
sp.MK selaku dosen pembimbing yang telah bersedia merelakan waktu, tenaga serta pikiran
untuk memberikan arahan dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini, Teman-teman
yang membantu penulis : Jessica Tobing dan teman seperjuangan lainnya yang membantu
penulis dalam hal penyelesaian skripsi ini. Serta seluruh pihak yang telah membantu, baik
dalam penyusunan laporan penelitian maupun membimbing serta menyediakan fasilitas yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga penelitian ini berguna baik bagi penulis sendiri, dan bagi semua pihak
yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
10
1. Johar WE, Rejeki S, Khayati N. Persepsi dan Upaya Pencegahan Keputihan Pada
Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. JKMat. 2013 Nov 21;1(1):37-45.
2. Gampu HT, Onibala F, Kundre R. Hubungan Sikap dan Perilaku Remaja Putri dengan
Pencegahan Keputihan di SMA N 3 Tahuna Barat Kabupaten Kepulauan Sangihe.JK.
2018 Apr 27:6(1).
3. Kursani E, Marlina H, Olfa K. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Flour
Albus (Keputihan) Pada Remaja Putri di SMA PGRI Pekanbaru Tahun 2013. JMN.
2015 Nov 11;2(1):30-5.
4. Nur HA.Hubungan Persepsi, Sikap, dan Perilaku Remaja Putri Tentang Personal
Hygiene Genitalia Dengan Kejadian Fluor Albus(Keputihan). JKP. 2018;5(1):1–13.
5. Trisnawati I.Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keputihan Patologis pada Wanita
Usia Subur Yang Bekerja di PT UNILEVER Cikarang Bekasi. J Penelit Kesehat Suara
Forikes. 2018;9(1):45–50.
6. Kusuma BJ, Pinandita T. Rancang Bangun Aplikasi Mobile Perhitungan Indeks Massa
Tubuh dan Berat Badan Ideal. J Inform. 2011;1(4):157–68.
7. Sudikno S, Syarief H, Dwiriani CM, Riyadi H. Faktor Risiko Overweight Dan Obese
Pada Orang Dewasa Di Indonesia (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2013).JGI.
2015 Sep 30;38(2):91-104.
8. Simbolon D. Model prediksi indeks massa tubuh remaja berdasarkan riwayat lahir dan
status gizi anak. Kesmas. 2013 Aug 1;8(1):19-27.
9. Handayani S, Cahyo K, Indraswari R. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Personal Hygiene Remaja Putri dalam Penanganan dan Pencegahan
Keputihan pada Siswi Smk Negeri 11 Semarang. J Kesehat Masy. 2017 Aug
1;5(3):629-36.
10. Abrori, D Hernawan A, Ermulyadi. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Keputihan Patologis Siswi SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara.
Unnes.JPH 2017 Jan 31;6(1):24-34.
11. Astuti S, Hartinah H. Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Remaja Putri Dalam
Penanganan Keputihan Di Desa Cilayung. JSK. 2016 Sep 6;2(1):40–6.
12. Yulfitria F, Primasari N. Hubungan Faktor Predisposisi Perilaku Pencegahan
Keputihan Patologis Pada Mahasiswa Kebidanan Jakarta. JITek. 2015;3(1):1–3.
13. Cahyaningrum A.Leptin sebagai indikator obesitas.JKP.2015 Feb:9(1):1364-1371.
14. Donders G. Diagnosis and Management of Bacterial Vaginosis and Other Types of
Abnormal Vaginal Bacterial Flora. JOG.2010:65(7).
15. Pratiwi TM, Sabilu Y, Fachlevy AF. Hubungan Pengetahuan, Stres, Penggunaan
Antiseptik dan Penggunaan Pembalut dengan Kejadian Fluor Albus pada Remaja
Siswi SMA Negeri 8 Kendari Tahun 2017. Kesmas. 2017;2(6):1–8.
16. Setiani TI, Prabowo T, Paramita DP. Kebersihan Organ Kewanitaan dan Kejadian
Keputihan Patologi pada Santriwati di Pondok Pesantren Al Munawwir
Yogyakarta.JNKI. 2015 Mar 1;3(1):39-42.
17. Ilmiawati H, Kuntoro K. Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri pada Kasus
Keputihan.JBK. 2017 Sep 7;5(1):43-51.
18. Kurniawati C, Sulistyowati M. Aplikasi teori Health Belief Model dalam pencegahan
keputihan patologis. Jurnal Promkes. 2014 Dec;2(2):117-27.
19. Yunaefi I, Sutriningsih A, Ardiyani VM. Pengetahuan Dan Perilaku Vaginal Hygiene
Berkaitan Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Di SMP Arjuno Kota Batu.
JFKep2016 Nov 3;1(2.:223–33.
20. Sherrard J, Donders G, White D. European (IUSTI/WHO) guideline on the
management of vaginal discharge. International Journal of STD &
AIDS .2011:22,(8):421 - 429.
11
21. Spence D, Melville . Vaginal discharge.BMJ.2007:335(7630)1147-1151.
22. Karina D, Ervianti Evy. Kandidiasis Vulvovaginalis di Divisi Infeksi Menular Seksual
Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD. Departemen Medik Fungsional
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.2011:23(3).
23. Notopoero PB, Prihatini. Perbandingan sediaan basah dengan dengan sediaan gram
hapusan sekret vagina untuk diagnosis bacterial vaginosis.IJCPML.2006:13(1)9-12.
24. Mutiawati VK. Pemeriksaan Mikrobiologi pada Candida Albicans.JKS.2016:16(1)53-
63.
25. Dwi Oktaviani W. Hubungan kebiasaan konsumsi fast food, aktivitas fisik, pola
konsumsi, karakteristik remaja dan orang tua dengan indeks massa tubuh (IMT)(studi
kasus pada siswa SMA Negeri 9 Semarang tahun 2012). JKM. 2012;1(2):542–53.
26. Putra RN, Ermawati E, Amir A. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Usia
Menarche pada Siswi SMP Negeri 1 Padang.JKA. 2016 Sep 1;5(3):551–7.
27. Khairani R, Putri DE. Kematangan emosi pada pria dan wanita yang menikah muda.
JIP. 2011 Feb 26;1(2):136-9.
28. Kolle Reineke Praticilia, 2016, “Hubungan Pengetahuan dan Sikap mengenai
VulvaHygiene dengan KejadianKeputihan pada Siswi Kelas X di SMK Tarunatama
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang”, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
29. Dhuangga WP, Misrawati. efektifitas Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene
Kewanitaan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dalam Menangani
Keputihan.JNI.2012 Maret:2(2).
30. Purwoastuti E,Walyani ES. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana.Yogyakarta:Pustaka Baru Press,2015.
31. Marhaeni GA.Keputihan pada wanita. JSH.2016 April;13(1):30-38.
32. Iriati E, Ardinata D. Pengaruh Aktivitas Fisik Sedang terhadap Hitung Lekosit dan
Hitung Jenis Lekosit pada Orang Tidak Terlatih.JMS.2008 Des:41(4).
33. Saucillo DC, Gerriets VA, Sheng J, Rathmell JF, Maclver NJ. Leptin Metabolically
Licenses T Cells for Activation To Link Nutrition and Immunity.J Immunol.2013
Nov:192(1):136-144.
34. Trichet V. Nutrition and immunity.JAR.2010:41(3):356-372
12