Anda di halaman 1dari 2

Aplikasi Tricoderma sp.

Masalah utama yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman saat ini adalah serangan
penyakit yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan dapat menyebabkan
penurunan hasil panen. Pada umumnya petani masih banyak menggunakan pestisida sintetik
secara terus menerus. Hal ini dapat membahayakan keselamatan hewan, manusia, dan
lingkungan serta keseimbangan ekosistem. Upaya untuk masalah utama tersebut adalah
dengan mengajak petani dengan menggunakan agensia hayati pengendali patogen tanah yaitu
Trichoderma spp. untuk mengendalikan penyakit tanaman cabai yaitu Trichoderma sp.

Purwantisari (2009), mengatakan bahwa Trichoderma sp. merupakan jamur parasit


yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari jamur lain. Kemampuan dari Trichoderma
sp. ini yaitu mampu memarasit cendawan patogen tanaman dan bersifat antagonis, karena
memiliki kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan jamur lain. Mekanisme
yang dilakukan oleh agens antagonis Trichoderma sp. terhadap patogen adalah mikroparasit
dan antibiosis, selain itu cendawan Trichoderma sp. juga memiliki beberapa kelebihan seperti
mudah diisolasi, daya adaptasi luas, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat,
cendawan ini juga memiliki kisaran mikoparasitisme yang luas dan tidak bersifat patogen pada
tanaman (Arwiyanto, 2003).

Aplikasi Trichoderma sp. menghasilkan enzim dan senyawa antibiosis yaitu gliotoxin,
glyoviridin dan Trichodermin yang sangat berat menghambat pertumbuhan patogen. Banyak
juga dilaporkan Trichoderma sp. mampu memproduksi senyawa volatil dan non-volatil antibiotik
(Sharma dan Dohroo, 1991 dalam Arya dan Parello, 2010). Senyawa ini mempengaruhi dan
menghambat banyak sistem fungsional dan membuat patogen rentan. (Vey et al., 2001)
sehingga tanaman cabai yang di aplikasikan Trichoderma sp. tidak terkena penyakit layu.

Menurut penelitian Lehar (2012), perlakuan Trichoderma sp. dengan pupuk organik
berpengaruh terhadap jumlah cabang pada umur 6 dan 8 mst. Hal tersebut terjadi dikarenakan
Pemberian bahan organik yang didekomposisi oleh jamur saprofit Trichoderma sp mampu
memacu jumlah batang dan pertumbuhan tanaman.

Respon yang dimiliki oleh tanaman yang diberi aplikasi Trichoderma sp, ditandai dengan
lambatnya penampakan gejala awal sehingga. Selanjutnya Trichoderma sp. dari dalam tanah
akan membuat lingkungan dan ekologi sekitar tanah menjadi lebih tahan terhadap
perkembangbiakan patogen dan dapat melemahkan serangan patogen lainnya yang ditandai
dengan lambatnya penampakan gejala awal pada perlakuan Trichoderma sp. Baker (1980)
yang menyatakan bahwa cendawan yang bersifat antagonis khususnya Trichoderma sp. yang
diberikan dengan pupuk organik, dapat meningkatkan perkecambahan tanaman, pertunasan,
luas daun, dan berat kering tanaman. Selanjutnya, penggunakaan pupuk organik yang
dikombinasikan dengan Trichoderma sp. perlu dilakukan untuk memperoleh interaksi yang lebih
baik guna peningkatan ketahanan tanaman terhadap patogen.
Sumber :
Arwiyanto T. 2003. Pengendalian hayati penyakit layu bakteri tembakau. Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia 3(1): 54-60.

Baker, R. 1980. Pathogen in Suppresiv Soil, In : Biocontrol of Plant Diseases. Plant Protection.
Bull. 22 : 183-99.

Lehar L. 2012. Pengujian pupuk organik agen hayati (Trichoderma sp.) terhadap pertumbuhan
kentang. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 12 (2): 115-124.

Purwantisari S. 2009. Isolasi dan identifikasi cendawan indigenous rhizosfer tanaman kentang
dari lahan pertanian kentang organik di Desa Pakis. Magelang. Jurnal BIOMA 11 (2): 45

Vey, A., R. E. Hoagland dan T. M. Butt. 2001. Fungi as Biocontrol Agents: progress problems
and potential. In Butt, T. M., C. Jackson and N. Magan (Ed). Toxic metabolite of fungal
biocontrol agents. Publishing CAB International. London.

Anda mungkin juga menyukai