Anda di halaman 1dari 4

KOMPETISI DAN ALELOPATI GULMA TERHADAP TANAMAN BUDIDAYA

I.PENDAHULUAN
Produksi tanaman merupakan suatu proses managemen faktor tanaman dan faktor
lingkungan tempat tumbuh tanaman agar mampu bekerja secara sinergi sehingga tanaman
mampu berproduksi secara optimal. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin
kompleksnya kebutuhan manusia membuat produksi tanaman menjadi hal yang penting untuk
dimaksimalkan dan diefisienkan guna memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini tidak terlepas dari
peran dan fungsi beraneka jenis tanaman terhadap pemenuhan beraneka kebutuhan manusia.
Pangan, sandang, tempat tinggal, obat-obatan, dan beberapa bahan penunjang kehidupan
manusia yang lainnya merupakan hasil dari tanaman.
Dalam proses managemen tanaman, akan ada ekosistem asli yang dimodifikasi guna
menjadikan eksosistem tersebut cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
akan dibudidayakan. Dalam proses modifikasi tersebut, lingkungan juga akan berproses secara
alami untuk menjadikan ekosistem yang baru yang dimodifikasi tersebut menjadi lingkungan
yang seimbang. Mekansime alami untuk menjadikan lingkungan termodifikasi menjadi
ekosistem seimbang adalah dengan hadirnya organisme lain yang juga mendiami lingkungan
yang baru diciptakan tersebut. Pada dasarnya, organism lain yang dimaksud adalah organisme
selain tanaman budidaya yang nantinya dapat bersifat menguntungkan ataupun juga bersifat
merugikan bagi produksi tanaman yang dibudidayakan. Hama, patogen, dan gulma merupakan
organisme-organisme yang muncul di pertanaman tanaman budidaya.
Gulma adalah tumbuhan yang memiliki nilai merugikan lebih dominan daripada nilai
menguntungkannya. Dalam banyak kasus, keberadaaan gulma di areal pertanaman seringkali
dibiarkan oleh petani karena belum begitu paham akan potensi merugikan yang ditimbulkan
gulma. Kerugian yang ditimbulkan gulma seringkali tidak dapat diamati secara visual langsung,
tidak seperti kerusakan akibat hama dan patogen yang meninbulkan kerusakan yang dapat
diamati secara langsung. Menurut Soekisman (1983), gulma juga menjadi penyebab hilangnya
produksi pertanian yang hampir setara dengan resiko serangan hama dan patogen. Masalah
serangan hama dan penyakit pada umumnya bersifat temporal. Sementara masalah yang
ditimbulkan oleh gulma bersifat tetap dan berulang. Menurut Anaya (1999), kehilangan hasil
tanaman yang disebabkan oleh gulma sendiri hampir mencapai 12% dari total kehilangan hasil
oleh organisme pengganggu tanaman. Menurut Sastroutomo (1990), kehilangan hasil panen
beberapa jenis tanaman pangan oleh gulma sangat bervariasi. Sebagai contoh penurunan hasil
padi sawah oleh gulma antara 15-40%, padi gogo 47-87%, jagung 16-82%, kedelai 18- 68%, dan
ubikayu 6-62%. Di perkebunan, penurunan potensi hasil oleh gulma juga bervariasi yaitu pada
karet sebesar 5%, kakao 10%, kopi 15%, teh 9%, dan tebu 20%.
Gulma dapat menurunkan hasil tanaman budidaya secara kualitatif ataupun kuantitatif
dan dapat secara langsung ataupun tidak langsung. Mekanisme pengurangan hasil tanaman oleh
gulma secara langsung adalah dengan kompetisi dan juga alelopati.
Persaingan atau kompetisi merupakan perjuangan dua organisme atau lebih untuk
merebut obyek yang sama, kemampuan tanaman bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies
gulma, kepadatan gulma, saat persaingan, lama persaingan, cara budidaya, varietas yang di
tanam dan tingkat kesuburan tanah (Seokisman, 1983). Persaingan antara gulma dengan tanaman
adalah untuk mendapatkan air, unsur hara, cahaya, dan tempat tumbuh.
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Definisi lain alelopati adalah pengaruh langsung ataupun
tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lainnya baik yang bersifat positif
maupun negative melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya (Junaedi et al., 2006).
Pengurangan hasil akibat alelopati terhadap tanaman karena sebagian alelopati menghambat
pembelahan sel akar, mempengaruhi pembesaran sel, menghambat respirasi akar, menghambat
sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran
pada sel tumbuhan.

(Junaedi, A., Chozin, M.A., Kwang Ho Kim. 2006. Pekembangan terkini kajian alelopati. Jurnal
Hayati 1:76-84)
(Soekisman, T. 1983. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
(Anaya, A.L., 1999. Allelopathy as a Tool in the Management of Biotic Resources. Critical
Reviews in Plant Science 18: 697-739)
(Sastroutomo, S.S., 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta)
KOMPETISI DAN ALELOPATI GULMA TERHADAP TANAMAN
Mekanisme kompetisi gulma terhadap tanaman
Pada dasarnya, gulma berkompetisi terhadap tanaman budidaya dalam hal
memperebutkan faktor-faktor pertumbuhan. Faktor-faktor yang diperebutkan dalam kompetisi
meliputi air, unsur hara, cahaya, dan juga ruang tumbuh. Untuk gulma-gulma semuasim dan
yang memiliki habitus yang pendek, kompetisi lebih kepada persaingan dalam memperebutkan
air, unsur hara, dan juga ruang tumbuh.
Dalam kaitannya dengan kompetisi untuk mendapatkan air, gulma akan memberikan
pengaruh lebih besar terhadap berkurangnya kualitas hasil tanaman budidaya ketika air yang
tersedia dalam jumlah yang relatif terbatas. Untuk daerah yang memiliki banyak lengas dan
kandungan air, gulma tidak berpengaruh terlalu signifikan terhadap berkurangnya hasil tanaman
budidaya.

Tabel 1. Pengaruh interkasi cekaman kekeringan dan gulma terhadap laju fotosintesis kedelai
Sumber: Purwanto dan T. Agustono. 2010. Kajian fisiologi tanaman kedelai pada berbagai
kepadata gulma teki dalam kondisi cekaman kekeringan. Jurnal Agroland 2:85-90.
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terjadi interaksi antara cekaman kekeringan
terhadap laju fotosintesis tanaman kedelai. Pada perlakuan tanpa cekaman kekeringan (K0),
gulma teki yang banyak (P4) tidak berpengaruh nyata terhadap laju fotosintesis tanaman. Pada
perlakuan cekaman kekeringan yang tinggi (K3), gulma yang sedikit (P0-P2) tidak berpengaruh
terhadap laju fotosintesis tanaman kedelai. Akan tetapi, laju fotosintesis mengalami kemunduran
yang signifkan begitu jumlah rumput teki per tanaman kedelai di tambah (P3 dan P4). Gulma
sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki di suatu tempat, merupakan komponen integral dalam
agroekosistem, membentuk komunitas bersama tanaman budidaya. Gulma memiliki sejumlah
sifat fisiologis, agronomis dan reproduktif yang khas, yang membuatnya lebih berhasil dibanding
tanaman budidaya (Cobb, 1992) sifat khas yang dimiliki gulma adalah memiliki daya adaptasi
yang tinggi, kemampuan reproduksi yang cepat, dan memiliki kemampuan untuk tumbuh pada
daerah-daerah yang minim syarat pertumbuhan
Cobb, A., 1992. Herbicides and Plant Physiology.Chapman and Hall, London.

Anda mungkin juga menyukai