Anda di halaman 1dari 17

Kesultanan Samudra Pasai berdiri pada abad ke-13.

Letaknya di sekitar sungai pasai


lhokseumawe,provinsi Nagroe Aceh Darussalam. kesultanan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam
(kesultanan) pertama di Indonesia. Hal ini di ketahui dari sebuah batu nisan bertuliskan tahun 653 H
(1297 Masehi).Raja-raja yang memerintah di Samudera Pasai

1. Sultan Malik al Saleh

2. Sultan Muhammad Malikul Zahir

3. Sultan Malikul Mahmud

4. Sultan Malikul Mansyur

5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir

6. Sultanah Nahrisyah

Sultan pertama di kesultanan Samudra Pasai Marah Silu,ia bergelar Malik Al-Saleh.

Pada masa pemerintahan sultan Malik Al-Saleh,rakyat diSumatera utara banyak yang memeluk agama
Islam. Pada tahun 1297 Sultan Malik-Al-Saleh wafat,kemudian digantikan oleh putranya,yaitu Sultan
Muhammad yang bergelar Sultan Al-Tahir.Ia memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat merasa
aman da tenteram.Pada tahun 1326 Sultan Muhammad wafat lalu digantikan oleh Sultan
Ahmad,Kesultanan Samudra Pasai mencapai puncak kejayaanya. Samudra Pasai berkembang dengan
pesat menjadi pusat perdagangan da penyebaran agama Islam.Faktor-faktor pendukungnya,antara lain
letaknya disekitar Selat Malaka,dimana para pedagang melakukan bongkar muat barang daganganya.
Saat itu,Samudra Pasai menjadi Pelabuhan penting serta tempat bertemunya kapal dagang dari
India,China,dan negara lain.

Namun setelah wafat Sultan Ahmad yang digantikan oleh Sultan Zainal Abidin. Mengakibatkan
terjadinya perebutan kekuasaan di antara keluarga Raja maka ini yang memicu Kesultanan Samudra
Pasai mengalami kemunduran.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/13672565#readmore


SEJARAH SAMUDERA PASAI

1. Sejarah

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan
ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di
dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar
17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-
Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan
merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan
Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-
Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia
juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina.
Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk
menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke
Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas
dengan kerajaan luar

Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi
oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama
adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas
yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat
perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh Majapahit
sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh. Ada banyak sekali
peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang masih bisa kita temui di sekitar kota Lhokseumawe dan Aceh
Utara. Kerajaan yang didirikan oleh Marah Silu dengan gelar Sultan Malik as-Saleh, kesultanan ini
dibangun pada tahun 1267. Namun sayangnya kerajaan Pasai pada tahun 1521 akhirnya runtuh setelah
serangan dari Portugal.

Cakra Donya
Cakra Donya

Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada tahun 1409 M. Ukurannya tinggi
125cm sedangkan lebarnya 75cm. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat beberapa hiasan serta simbol-
simbol kombinasi aksara Cina dan Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo,
sedangkan aksara Arab sudah tidak terbaca lagi.

Makam Sultan Malik Al-Shaleh

Makam ini terletak di Desa Beuringin, Kec Samudera letaknya kurang lebih 17km sebelah timur kota
Lhokseumawe.

Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir

Malik Al-Zahir adalah putera dari Malik Al- Saleh yang memimpin Kesultanan Samudera Pasai pada
tahun 1287 sampai 1326M. letak makamnya bersebelahan dengan makam ayahnya Malik Al-Saleh.

Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah


Makam ini merupakan peninggalan dari Dinasti Abbasiyah dan beliau merupakan cicit dari khalifah Al-
Muntasir. Teungku Sidi mamangku jabatan Menteri Keuangan di samudra pasai. Makam terletak di
Gampong Kuta Krueng, batu nisannya terbuat dari marmer dihiasi kaligrafi.

Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

Di komplek terdapat makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samudera Pasai yang dibunuh karena
mengharamkan pernikahan raja dengan putri kandungnya. Makam ini terletak di Gampong Beuringen
Kec Samudera. Pada nisan tersebut juga bertuliskan kaligrafi surat Ali Imran ayat 18.

Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)

Adalah puteri Sultan Muhammad Malikul Dhahir, Makam ini terletak di Gampong Meunje Tujoh Keca
Matangkuli. Batu nisannya berhiasakan kaligrafi berbahasa Kawi dan Arab.

Stempel Kerajaan Samudra Pasai

Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan Islam. Di
temukan Desa Kuta Krueng, Kec Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Saat ditemukan stempel dalam
keadaan patah pada bagian gagangnya.

Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

Adalah surat tulisan Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518M, naskah atau surat ini ditujukan
kepada Kapitan Moran. Sejarah Dan Peninggalan Samudra Pasai

Peninggalan Samudra Pasai- Kesultanan Samudera Pasai dikenal dengan sebutan Pasai, Samudera
Darussalam adalah kerajaan Islam pertama terletak di utara pantai Aceh antara abad 13 hingga abad ke
15. Raja pertama mempunyai nama gelar Malikussalih, atau bisa dikenal juga dengan nama Merah Silu.

setelah resmi menjadi kerajaan yakni kerajaan islam. kemudian Samudera Pasai menglami banyak
perkembangan seperti perkembangan perdagangan serta pusat studi Islam yang ramai. Saudagar dari
India,Gujarat, Arab, Cina banyak berdatangan di kerajaan itu. setelah pertahanannya kuat samudra pasai
mulai melakukan perluasan wilayah ke daerah pedalaman.

Sultan Malik al Saleh meninggal tahun 1297. Jabatan kesultanan Pasai diteruskan oleh putranya yang
bernama Sultan Malik al Thahir. Sultan malik punya dua keturunan yakni, Malik al Mahmud dan Malik al
Mansur.
Sepeninggalan Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai diatur oleh Malik al-Zahir I (1297 – 1302). beliau
kerap mendapat sebutan Sultan Muhammad. Pada saat beliau memerintah tidak banyak yang
dikerjakannya. Kemudian tahta di teruskan oleh Ahmad yang mempunyai gelar Al Malik az-Zahir II. Saat
zahir memerintah Samudra Pasai pernah di datangi Ibnu Batutah. Ibnu batutah adalah seorang utusan
Delhi yang sedang melakukan perjalanan ke Cina.

setelah resmi menjadi kerajaan yakni kerajaan islam. kemudian Samudera Pasai menglami banyak
perkembangan seperti perkembangan perdagangan serta pusat studi Islam yang ramai. Saudagar dari
India,Gujarat, Arab, Cina banyak berdatangan di kerajaan itu. setelah pertahanannya kuat samudra pasai
mulai melakukan perluasan wilayah ke daerah pedalaman.

Sultan Malik al Saleh meninggal tahun 1297. Jabatan kesultanan Pasai diteruskan oleh putranya yang
bernama Sultan Malik al Thahir. Sultan malik punya dua keturunan yakni, Malik al Mahmud dan Malik al
Mansur.

Sepeninggalan Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai diatur oleh Malik al-Zahir I (1297 – 1302). beliau
kerap mendapat sebutan Sultan Muhammad

Portugis berhasil menguasai Samudera Pasai pada tahun 1521-1541. sesudah itu Samudera Pasai
menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Aceh dengan rajanya yang bernama sultan ALI Mughayat.

Berikut ini Raja – raja yang penah memimpin Kerajaan Samudera Pasai :

A. Nazimudin al Kamil

Merupakan Pendiri Kerajaan Samudera Pasai, dia merupakan seorang laksamana laut dari Mesir. Pada
tahun 1238 M, beliau mendapat mandat untuk mengambil kembali pelabuhan Kambayat di Gujarat.
Maksud membangun Kerajaan Samudera Pasai yakni, tidak lain hanya untuk memiliki rempah – rempah
dan lada. Di bawah kepemimpinannya Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat
meski secara politis masih di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

B. Sultan Malikul Saleh (1285 – 1297 M)


setelah menundukkan Dinasti Fatimah mesir kemudian Dinasti Mamaluk berkeinginan merampas
Samudera Pasai. Lalu, Dinasti Mamaluk mengutus Syekh Ismail untuk bersekutu dengan Marah Silu.
Dinasti mamaluk berhasil mengambil alih Kerajaan Samudera Pasai. serta Marah Silu dinobatkan sebagai
rajanya dengan gelar Sultan Malikul Saleh.

Sultan yang mulanya memeluk aliran Syi’ah akhirnya berbalik memeluk aliran Syafi’i, seperti Dinasti
Mamaluk. pernikahannya dengan Putri Ganggang Sari dapat memperkuat posisinya di daerah pantai
timur Aceh.

C. Sultan Malikul Thahir (1297 – 1326 M)

Setelah Sultan Malikul Saleh mangkat, kekuasaan kerajaan beralih pada putranya yang mempunyai gelar
Sultan Malikul Thahir (Malik Al-Thahir). Pada saat kepemimpinan malik al-thahir telah terjadi peristiwa
penting yakni,ketika Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru (Barumun). Saat kerajaan Malaka terlihat
berkembang kedudukan Samudera Pasai sebagai daerah perdagangan mulai menurun.

4. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan perekonomian masyarakat Pasai mayoritas perdagangan dan pelayaran. dikarenakan letak
Kerajaan Samudera Pasai dekat dengan Selat Malaka. Samudra Pasai menggunakan Selat Malaka untuk
dijadikan sebagai penghubung antara Samudra Pasai ,Arab, India dan Cina. Samudra Pasai juga telah
menyiapkan bandar-bandar dagang untuk menambah perbekalan saat berlayar.

5. Kehidupan Sosial Budaya

Para saudagar asing yang berkunjung di wajibkan untuk tinggal sementara untuk mengurusi
perdagangannya. Dengan hal itu, para saudagar dapat berbaur selama tinggal sementara dengan
masyarakat setempat. Kesempatan ini dipakai oleh pedagang Islam untuk menyebarkan agama Islam.
Dengan begitu kehidupan sosialnya bisa lebih maju terutama dalam bidang perdagangan serta
pelayaran.

Hal ini bisa dibuktikan dengan terjadinya perubahan aliran Syiah jadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai. Di
saat Mesir sedang terjadi peralihan kekuasaan dari Dinasti Fatimah dengan aliran Syiah dan Dinasti
Mameluk aliran Syafi’i.

Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai


Berikut ini bermacam-macam peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang masih bisa kita lihat sekitaran
kota Lhokseumawe serta Aceh Utara :

Cakra Donya

Makam Sultan Malik Al-Shaleh

Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir

Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)

Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah

Stempel Kerajaan Samudra Pasai

Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

4 Walisongo Yang Berasal Dari Kerajaan Samudra Pasai, Aceh

nursyidah (32) in life • 9 months ago

1.Sunan Drajat

Sunan Drajad atau Syarifuddin lahir pada tahun 1470 M. adalah seorang putera dari Sunan Ampel,
(Sunan Drajad adalah cucunya Maulana Malik Ibrahim dari Pasai). Nama Sunan Drajad ketika kecil yaitu
Raden Qosim, Sunan Drajat juga adalah ikut pula mendirikan kerajaan Islam di Demak dan menjadi
penyokongnya yang setia, daerah dakwahnya di Jawa Timur dan ia terkenal seorang waliullah yang
berjiwa sosial. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung
dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi
cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria.
2.Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, dan
Maulana Ishak sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang
ulama Persia. Pasai merupakan tempat kediaman Maulana Malik Ibrahim, sang toko utama dan pertama
dari gerakan Wali Songo yang berperan dalam pengembangan Islam dan melahirkan para Ulama di
tanah Jawa. Mayoritas ahli sejarah menyatakan Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand atau Persia,
sehingga di gelar Syekh Maghribi. Beliau sendiri dibesarkan di Aceh dan menikah dengan puteri Aceh
yang dikenal sebagai Puteri Raja Champa, yang melahirkan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Maulana
Malik Ibrahim meninggal di Gresik tahun 1419 M, dan Makamnya yang terletak dikampung Gapura di
Gresik.

3.Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul
Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar, dan Syekh Jamaluddin Akbar sendiri adalah yang berasal
dari Aceh. Dengan kata lain, Sunan Gunung Jati adalah cucunya dari Syekh Jamaluddin Akbar. Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, nama ini lambatlaun berubah pengucapannya menjadi
Fattahi’lah.[10] Fatahillah dikenal juga sebagai ulama yang pemberani dalam perperangan, ia mengusir
Portugis dari pelabuhan perdagangan Sunda Kelapa, dan kemudian memberi nama daerah tersebut
dengan nama “Jayakarta” yang berarti Kota Kemenangan. Kemudian berubah lagi namanya menjadi
Jakarta yang kita kenal salama ini.

4.Sunan Kudus

Sunan Kudus adalah cucu dari Usman Haji yang berasal dari Aceh. Ibu Sunan Kudus adalah adik kandung
Sunan Bonang. Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq dan Sunan Kudus diperkirakan wafat
pada tahun 1550. Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah Mesjid di desa Kerjasan, Kudus
Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di
alun-alun kota Kudus, Jawa Tengah...

Pasai Sebagai Pusat Islam

Islam hadir secara nyata di Sumatra paling utara pada akhir abad ke-13. Dari Pasai, Sumatera Utara,
Islam menyebar ke bandar lain di Indonesia, Semenanjung Malaya, dan Filipina selatan. Pada akhir abad
ke-14 Islam mengubah kepercayaan hingga jauh ke Trowulan, Jawa Timur.

Antara tahun 1290 sampai dengan 1520, Samudra Pasai bukan hanya menjadi kota dagang terpenting di
Selat Malaka, tetapi juga menjadi pusat perkembangan Islam dan kesusasteraan melayu. Selain
berdagang, para pedagang Arab, Gujarat, dan Persia itu menyebarkan agama Islam.

Pengaruh Pasai sebagai pusat Islam menyebar ke seluruh bagian utara Sumata, dan tidak hanya
merambah Aceh, tapi juga ke Semenanjung Malaka dan Jawa. Seorang Sheikh dari Pasai dicatat dalam
sejarah sebagai penasihat keagamaan. Makam-makam di Malaka dan Pahang sering menyalin tulisan
dari makam-makam Pasai.

Eratnya hubungan Samudra Pasai -Jawa juga dapat ditelusuri dari latar belakang para Wali Songo. Konon
Sunan Kalijaga memperistri putri Sultan Pasai. Sunan Gunung Jati alias Fatahillah pendiri kerajaan Islam
di Cirebon, Banten, dan Jakarta ini pun lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho tercatat juga
pernah berkunjung ke Pasai.
Raja-Raja Pasai

Sebagaimana disebutkan dalam beberapa tradisi lisan dan Hikayat Raja-Raja Pasai, Raja Pasai pertama
adalah Meurah Silu. “Meurah” bukan lah nama tetapi gelar bagi raja-raja di wilayah utara Sumatra
sebelum datangnya agama Islam.

Dalam bahasa Gayo Meurah kadang disebut Merah. Sultan Iskandar Muda konon digelari dengan
Meurah Pupok. Bangsawan Minangkabau juga ada yang menggunakan “Marah” sebagai gelar.

Meurah Silu atau Merah Silu setelah memeluk islam kemudian memperoleh gelar Islam Malikh as Shaleh
(Malikussaleh) beliau meninggal pada tahun 1297 Masehi. Satu Syair dalam bahasa Arab diukir pada
batu nisannya. Terjemahan bebas syair tersebut sebagai berikut:

Ketahuilah bahwa dunia mudah hancur.

Dunia tidak abadi.

Ketahuilah bahwa dunia seperti sarang laba-laba,

Dianyam oleh laba-laba.

Ketahuilah bahwa apa yang kau capai di dunia akan mencukupi kebutuhan.

Manusia yang mencari kekuatan

Hidup di dunia tidak lama

Semua makhluk akhirnya mati

Melalui pengaruh Pasai, syair yang sama diukir pada nisan Sultan Mansyur Syah dari Malaka, yang
meninggal tahun 1477 Masehi, dan juga terukir pada nisan Sultan Abdul Jamil dari Pahang, yang
meninggal tahun 1511 atau 1512 Masehi.

Meski pun secara umum peninggalan-peninggalan peradaban Samudra Pasai tidak dapat dilacak lagi
dengan mudah, namun tulisan-tulisan kaligrafi di artefak-artefak nisan-nisan kuburan peninggalan para
raja-raja, pemuka agama, pemuka-pemuka kerajaan, dan orang-orang penting kerajaan menjadi bukti
yang nyata sebagai sumber informasi akurat tentang peradaban Samudra Pasai pada masanya.
Raja-raja Samudra Pasai yang termuat pada makam Nahrisyah adalah sebagai berikut:

1. Meurah Silu, Malikh as Shaleh, Malikussaleh (1275-1297 Masehi)

2. Sultan Muhammad Malikh al Dhahir (1297-1326 Masehi)

3. Sulatn Ahmad Malikh ad Dhahir (1326 -1371 Masehi)

4. Sultan Zainal Abidin Malikh ad Dhahir (1371-1405 Masehi)

5. Sultan Hidayah Malikh al Adil (1405-)

6. Sultanah Nahrisyah memerintah tahun (-1428)

Dari sumber lain dapat diketahui urutan penguasa Pasai sebagai berikut:

Sultan Malikh as-Saleh, – 1297 Masehi

Muhammad Malikh Al-Zahir 1297-1326 Masehi

Mahmud Malikh Al-Zahir 1326-1345 Masehi

Manshur Malikh Al-Zahir 1345-1346 Masehi

Ahmad Malikh Al-Zahir 1346-1383 Masehi

Zain Al-Abidin Malikh AL-Zahir 1383-1405 Masehi

Abu Zaid Malikh Al-Zahir -1455 Masehi

Mahmud Malikh Al-Zahir 1455-1477 Masehi

Zain Al-Abidin 1477-1500 Masehi

Abdullah Malikh Al-Zahir 1501-1513 Masehi

Zain Al-Abidin 1513-1524 Masehi

Jalur Perdagangan

Selama abad ke-13 sampai awal abad ke-16 Masehi, Samudra Pasai menjadi bandar pelabuhan yang
sangat sibuk. Pedagang India dari Gujarat, Bengal, dan India Selatan serta para pedagang dari Pegu,
Siam, dan Birma berbaur di bandar Selat Malaka dengan para pedagang Cina, Arab, Persia, dan Jawa.
Pasai merupakan bandar yang berkuasa abad ke-14 Masehi, meski memperoleh tantangan serius dari
Pidie, sedang Malaka baru berkuasa pada abad ke-15 Masehi.

Hubungan dagang Pasai dan Jawa berkembang dengan pesat. Para pedagang Jawa itu membawa beras
ke Samudra Pasai, dan sebaliknya dari kota pelabuhan tersebut mereka mengangkut lada ke Jawa.
Konon pedagang dari Jawa bahkan mendapat hak istimewa dengan dibebaskan dari besa dan cukai.

Bahar: Satuan ukuran panjang yang diukur dari bagian ujung kaki ke bagian ujung tangan yang
diluruskan ke atas.Perwakilan Portugis, Tome Pires, menyebutkan bahwa Pasai mengekspor lebih kurang
8.000 sampai 10.000 bahar lada per tahun dan bisa mencapai 15.000 bahar bila terjadi panen besar.

Selain lada, Pasai juga mengekspor Sutera, Kamper, dan emas dari pedalaman. Cara pembuatan sutera
kemungkinan diajarkan oleh orang Cina kepada penduduk setempat.

Batu Nisan Islam di Pasai

Sejarah Pasai yang yang panjang masih bisa ditelusuri melalui sejumlah situs berupa makam para pendiri
kerajaan beserta keturunannya, para pemuka agama, dan juga tokoh-tokoh penyiar Islam di beberapa
wilayah di ujung utara Pulau Sumatera. Makam Sultan Malikh as Saleh dan Makan Ratu Nahrisyah,
merupakan dua kompleks situs yang masih terawat dengan baik.

Makam terindah di Samudra Pasai, dibuat dari pualam, yakni makan Ratu Nahraisyah yang meninggal
tahun 1428, mirip makam umar ibn Ahmad al-Kazaruni di Cambay, Gujarat–meninggal tahun 1333, juga
mirip dengan makan Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim, Jawa Timur.

Ada dua makam Pasai yang tak kalah indahnya, dipenuhi dengan ukirak kaligrafi dan hiasan indahnya,
dipenuhi dengan ukiran kaligrafi dan hiasan indah; pertama makam Paengeran Abdullah dari dinasti
Abbasiyah, Baghdad, yang meninggal di Pasai tahun 1407, dan makam kedua milik seorang keturunan
Iran, Na’ina Husan al-Din, yang meninggal tahun 1420.

Makam Na’ina Husam al-Din mengandung sebuah syair yang ditulis penyair kenamaan Persia, Syaikh
Muslih al-din Sa’di (1193-1292), penulis Gullistan dan Bustan.
Ditulis dalam bahasa Parsi dengan tulisan Arab, merupakan satu-satunya syair berbahasa Parsi yang
ditemukan di Asia Tenggara. Selain ukiran sebuah pohon indah, ada kutipan Al-Quran II: 256, Ayat Kursi,
seperti yang ditemukan pad makan Ratu Nahrasiyah.

Syair Sa’di pada nisan Na’ini Hustam al-Din mengabaikan tiga bait-yaitu bait keenam, ketujuh, dan
kesembilan–yang merupakan bait terakhir.

Terjemahan teks syair Muslih al-Din Sa’di sebagai berikut:

Tahun-tahun tak terhingga telah melewati bumi, sedang air musim semi pun mengalir dan angin bertiup
sepoi-sepoi.

Hidup ini adalah sekelebat dari hari-hari yang dilalui manusia, mengapa banyak orang melewati bumi
dengan pongah?

Oh kawan! Bila engkau melewati pemakaman musuhmu, janganlah bersorak kegirangan, karena
peristiwa ini juga akan ka alami!

Debu akan menusuk tulang-tulangmu, dengan mata yang kurang peka, seperti kotak surma (kecantikan)
yang dapat ditusuk oleh tutinya (Balsem)

Barang siapa melewati bumi kini dengan sombong seraya mengangkat sarung, keesokan hari tubuhnya
akan hilang bagai debu

Dunia merupakan lawan kejam dan kekasih tak setia; saat duni berlalu, meski apa pun yang terjadi,
biarkan saja ia berlalu tanpa diganggu.

Ini keadaan tubuhmu di bawah tanah; siapa saja yang datang pada kehidupan yang begitu berarti,
kemanakah ia akan menuju?

Tiada percaya diri di bawah naungan naungan amal, Sa’di hanya di bawah bayang kebaikan tuhan

Ya Tuhan! Jangan menghukum manusia tanpa daya, karena hanya dari Engkaulah bertumbuh
kemurahan hati, dan dari manusia hanya kesalahan.

Situs makam keluarga istana Kerajaan Samudra Pasai dipercayai hanya terletak di kompleks tersebut, di
Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudra Geudong, sekitar 20 km dari Lhokseumawe, ibukota Aceh Utara.

Beberapa kuburan raja-raja dan ratu terletak di sana, tetapi kompleks makam Blangmeh masih banyak
yang perlu diteliti dan diungkapkan untuk menelusuri raja-raja Samudra Pasai, terutama sehubungan
dengan masa akhir keberadaan pemerintahan Kerajaan Samudra Pasai.
Uang Logam Emas

Samudra Pasai sebagai pelabuhan dagang yang maju mengeluarkan mata uang dirham berupa uang
logam emas. Saat hubungan dagang antara Samudra Pasai dan Malaka berkembang setelah tahun 1400
Masehi, pedagang dari Samudra Pasai menggunakan kesempatan mengenalkan dirham ke Malaka.

Raja pertama Malaka, Parameswara, menjalin persekutuan dengan Pasai tahun 1414 Masehi, memeluk
Islam dan menikah dengan putri Pasai. Uang emas dicetak di awal pemerintahan Sultan Muhammad
(1297-1326 Masehi) dan pengeluaran uang emas harus mengikuti aturan sebagai berikut.

Seluruh sultan Samudra Pasai perlu menuliskan frasa al-sultan al-adil pada dirham mereka. Adil berarti
keadilan yang selalu diharapkan manusia zaman dulu atau pun sekarang. Sultan Zainal Abidin dan Sultan
Abu Zaid Malikh ad Dhahir

Sekurang-kurangnya terdapat tiga jenis mata uang yang terdapat di Samudra Pasai yaitu mata uang
emas yang disebut Dirham/Deureuham, mata uang perak, dan mata uang timah (Tanil).

Akhir Samudra Pasai

Diberitakan telah terjadi beberapa pertikaian di Samudra Pasai yang salah satunya merupakan
mengakibatkan terjadinya perang saudara. Naskah Sulalatus Salatin menceritakan bahwa Sultan Pasai
kemudian meminta bantuan kepada Penguasa Malaka untuk meredam pemberontakan tersebut.

Pasai kehilangan kekuasaan perdagangan atas Selat Malaka pada pertengahah abad ke-15 Masehi, dan
dikacauakan Portugis pada tahun 1511-1520 Masehi. Akhirnya kerajaan ini dihisap kesultanan Aceh
pada tahun 1520an. Warisan peradaban Islam Samudra Pasai kemudian diteruskan dan dikembangakan
di Aceh.
Home » 3. Sejarah » Islam » Kerajaan » 6 Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai, Isi, dan Gambarnya

6 Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai, Isi, dan Gambarnya

Administrator Add Comment 3. Sejarah, Islam, Kerajaan Kamis, 23 Maret 2017

Samudra Pasai adalah salah satu kerajaan Islam pertama yang berdiri di Indonesia. Kerajaan yang
terletak di pesisir utara Aceh atau tepatnya yang kini berada di sekitar kota Lhoksumawe tersebut
didirikan oleh Marah Silu atau yang bergelar Sultan Malik As Saleh pada sekitar tahun 1267 Masehi.
Kabar adanya kerajaan ini dimasa silam diperoleh dari catatan pengembara Maroko, Abu Abdullah ibn
Batuthah dalam kitabnya Rihlah ila l-Masyriq. Selain dari itu, ada beberapa bukti sejarah dan
peninggalan kerajaan ini yang ditemukan para ahli sejarah. Nah, berikut ini beberapa peninggalan
kerajaan Samudra Pasai tersebut lengkap dengan gambarnya.

Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai

Sedikitnya terdapat 6 peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang dapat menjadi bukti keberadaan
kerajaan ini dimasa silam. keenam peninggalan tersebut antara lain lonceng Cakra Donya, hikayat raja
raja Pasai, Dirham Pasai, stempel kerajaan, surat yang dikirim Sultan Zainal Abidin serta makam-makam
kuno dari raja dan pembesar kerajaan.

1. Cakra Donya

Cakra Donya adalah sebuah lonceng unik peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang diberikan oleh
Kaisar China di pertengahan abad ke 15 Masehi. Lonceng yang dibuat pada tahun 1409 Masehi ini
dibawa oleh Laksamana Cheng Ho dalam pelayarannya ke Nusantara dan diberikan kepada Raja Pasai
saat itu sebagai lambang persahabatan Kerajaan China.

Advertisement

Cakra Donya dahulunya diletakan di kompleks istana Sultan Aceh, tepatnya di dekat Masjid Raya
Baiturrahman. Namun, untuk menjaga kelestariannya, ia kemudian dipindahkan ke halaman Museum
Aceh pada tahun 1915 Masehi. [Baca Juga : Teori Masuknya Islam ke Indonesia]

2. Peninggalan berupa makam

Peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang berupa makam adalah peninggalan tertua yang menjadi bukti
awal perkiraan masuknya Islam ke Indonesia. Ada banyak peninggalan makam yang dapat kita temukan
sebagai bukti eksistensi kerajaan Islam pertama ini di masa silam, di antaranya makam sultan
Muhammad Malik Al Zhir, Makam Tengku Sidi Abdullah Tajul Nillah, Makam Teuingku Peuet Ploh Peuet,
Makam Ratu AL Aqla, dan banyak makam khas Islam lainnya.

3. Hikayat raja-raja Pasai

Hikayat raja raja Pasai adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Melayu yang mengisahkan bagaimana
kondisi keadaan kerajaan Islam Pertama di Indonesia ini. menurut sejarahwan Belanda, Dr Russel Jones,
hikayat yang ditemukan saat diperkirakan berasal dari abad 14 Masehi.

Advertisement

4. Dirham Pasai

Dalam urusan ekonomi, kerajaan Samudera Pasai yang menjadi pusat perdagangan di masa silam juga
mengeluarkan mata uangnya sendiri. Mata uang dirham digunakan pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Malik Al Zahir sebagai alat pembayaran yang syah pada masa itu. Mata uang yang terbuat
dari 70% emas murni 18 karat dengan diameter 10 mm dan berat 0,6 gram ini diperkirakan sebagai salah
satu mata uang tertua yang digunakan di Asia Tenggara.

5. Stempel kerajaan Samudra Pasai

Pada beberapa tahun silam, ditemukan pula sebuah benda yang diperkirakan merupakan stempel
peninggalan Kerajaan Samudera Pasai. Benda berbentuk seperti stampel ini ditemukan di desa Kuta
Krueng, Kec. Samudera, Kab Aceh Utara. Setelah di teliti, benda tersebut memang asli dan diyakini
merupakan stempel milik Sultan Muhammad Malikul Zahir yang digunakan kesultanan dalam hal surat
menyurat.

6. Surat Sultan Zainal Abidin

Peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang terakhir adalah surat kuno yang dikirimkan Sultan Zainal
Abidin pada tahun 923 H kepada Kapitan Moran. Surat kuno yang berisi tulisan tangan Sang Sultan ini
sekarang dapat ditemukan di Museum Aceh dengan kondisi yang cukup baik.

Nah, demikianlah beberapa bukti sejarah dan peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang telah
ditemukan hingga saat ini. Peninggalan peninggalan tersebut telah menjadi bukti berkembangnya
kerajaan islam pertama di Indonesia ini serta sebagai bukti tahapan masuknya islam di Indonesia di awal
abad ke 12. Semoga bermanfaat!

Anda mungkin juga menyukai