Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

Gagal Jantung pada Geriatri


Ervinaria Uly Imaligy
Dokter Umum Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha,
Bandung, Indonesia

ABSTRAK
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung; prevalensinya meningkat sesuai usia. Penyebab gagal jantung pada lanjut
usia lebih multifaktorial dan sering disertai dengan gejala yang tak khas. Tatalaksana meliputi cara non farmakologis berupa edukasi, diet, latihan
fisik dan dukungan keluarga ditambah dengan cara medikamentosa untuk mencegah remodeling dan mengurangi gejala.

Kata kunci: gagal jantung, remodeling, geriatri

ABSTRACT
Heart failure is an end-stage for all heart diseases, its prevalence increases as population gets older. The causes among elderly are multifactorial,
and often without typical signs and symptoms. The management consists of non pharmacological measures i.e education, diet and physical
exercise, and medication to prevent remodelling and to alleviate symptoms. Ervinaria Uly Imaligy. Heart Failure in Geriatrics.

Key words: heart failure, remodeling, geriatrics

PENDAHULUAN ketidakmampuan fisik secara kronik sehingga fungsional jantung saat istirahat: kardiomegali,
Di Asia, saat ini terjadi perkembangan menjadi beban ekonomi yang tinggi.4 bunyi jantung 3, murmur, kelainan pada
ekonomi secara cepat, kemajuan industri, ekokardiografi, peningkatan natriuretic
urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti GAGAL JANTUNG peptide. Pada gagal jantung, jantung tidak
peningkatan konsumsi kalori, lemak dan Definisi dapat menghantarkan curah jantung yang
garam; peningkatan konsumsi rokok; dan Gagal jantung merupakan sindrom kompleks cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
penurunan aktivitas. Keadaan ini disertai dengan tampilan gejala khas: sesak saat tubuh.5
dengan peningkatan insiden obesitas, istirahat atau saat aktivitas, kelelahan, serta
hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit tanda retensi cairan seperti kongesti paru Klasifikasi
vaskular yang berujung pada peningkatan atau edema pergelangan kaki, tanda khas: Klasifikasi berdasarkan abnormalitas struktural
insiden gagal jantung.1 takikardi, takipnea, ronki, efusi pleura, jantung (ACC/AHA) atau berdasarkan gejala
peningkatan JVP, edema perifer, hepatomegali berkaitan dengan kapasitas fungsional (NYHA)
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari serta bukti objektif kelainan struktural atau tertera pada tabel 1.5,6
seluruh penyakit jantung dan merupakan
masalah kesehatan dunia.1 Gagal jantung Tabel 1 Klasifikasi gagal jantung
merupakan salah satu penyakit kardiovaskul- Klasifikasi gagal jantung menurut ACC / AHA Tingkatan berdasarkan gejala dan aktivitas fisik
er yang menjadi masalah serius di Amerika. Stadium A Kelas I
American Heart Association (AHA) tahun 2004 Memiliki risiko tinggi berkembang menjadi gagal jantung. Tidak terdapat batasan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas
Tidak terdapat ganguan struktural atau fungsional jantung, fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau
melaporkan 5,2 juta penduduk Amerika Serikat
tidak terdapat tanda atau gejala sesak nafas
menderita gagal jantung. Asuransi kesehatan Stadium B Kelas II
Medicare USA paling banyak mengeluarkan Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan
biaya untuk diagnosis dan pengobatan gagal berhubungan dengan perkembangan gagal jantung. Tidak saat istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan
terdapat tanda atau gejala kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
jantung (ACC/AHA 2005).2 Di Indonesia, data
Stadium C Kelas III
Departemen Kesehatan tahun 2008 menun- Gagal jantung asimptomatis yang berhubungan dengan Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan
jukan pasien yang dirawat dengan diagnosis penyakit struktural jantung yang mendasari saat istirahat, tetapi aktivitas fisik ringan menyebabkan
gagal jantung mencapai 14.449.3 kelelahan, palpitasi atau sesak
Stadium D Kelas IV
Penyakit struktural jantung yang lanjut serta gejala gagal Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat
Gagal jantung erat kaitannya dengan jantung yang sangat bermakna saat istirahat walaupun gejala saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan
penurunan kualitas hidup dan mortalitas sudah mendapat terapi medis maksimal aktivitas
tinggi, serta dapat mengakibatkan ACC: American College of Cardiology, AHA: American Heart Association, NYHA: New York Heart Association

Alamat korespondensi email: send2rizal@gmail.com

CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014 19


TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa istilah dalam gagal jantung8: yang asimtomatik sebesar 4% dari seluruh adaptasi untuk mempertahankan homeostasis
1. Gagal jantung sistolik dan diastolik populasi. Angka ini cenderung mengikuti kardiovaskuler, mekanisme ini merupakan
Kedua jenis ini terjadi secara tumpang pola eksponensial seiring usia, sehingga adaptasi yang penting segera setelah terjadi
tindih, tidak dapat dibedakan berdasarkan pada orang tua (70-80 tahun) menjadi 10- penurunan curah jantung.
pemeriksaan jasmani, foto toraks atau EKG; 20%.3 Meskipun insidens relatif gagal jantung
hanya dapat dibedakan dengan eko-Doppler. lebih rendah pada perempuan, perempuan Aktivasi sistem saraf simpatik terjadi
berkontribusi pada setidaknya setengah kasus bersamaan dengan berkurangnya tonus
Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan gagal jantung karena angka harapan hidup parasimpatik. Pada keadaan ini, terjadi
kontraksi jantung memompa sehingga curah mereka lebih tinggi. Di Amerika, prevalensi penurunan inhibisi refleks baroreseptor
jantung turun dan menyebabkan kelemahan, gagal jantung pada usia 50 tahun ialah sebesar arterial atau kardiopulmoner. Reseptor ini
fatigue, kemampuan aktivitas fisik menurun 1%, pada usia 80 tahun mencapai 7,5%. Di berfungsi menurunkan tekanan darah. Di sisi
dan gejala hipoperfusi lainnya. Gagal jantung Inggris, prevalensi gagal jantung pada usia lain terjadi peningkatan eksitasi kemoreseptor
diastolik adalah gangguan relaksasi dan 60-70 tahun sebesar 5% dan mencapai 20% perifer nonbarorefleks dan metaboreseptor
gangguan pengisian ventrikel; didefinisikan pada usia 80 tahun, situasi yang sama terjadi otot., akibatnya meningkatkan tonus simpatis
sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi di Italia dan Portugal. Di Cina, prevalensi gagal dan pengurangan tonus parasimpatis
lebih dari 50%. Diagnosis dibuat dengan jantung pada usia 60 tahun ke atas sebesar dengan hasil akhir penurunan denyut
pemeriksaan Doppler-ekokardiografi. 0,9%.2 Diperkirakan lebih dari 15 juta kasus jantung dan peningkatan resistensi vaskuler
baru gagal jantung muncul setiap tahunnya perifer. Karena tonus simpatis meningkat,
2. Low Output dan High Output Heart Failure di seluruh dunia. Saat ini 50% penderita gagal akan terjadi peningkatan kadar norepinefrin,
Low output HF disebabkan oleh hipertensi, jantung akan meninggal dalam waktu 5 tahun neurotransmiter adrenergik yang poten,
kardiomiopati dilatasi, kelainan katup dan sejak diagnosis ditegakkan.4 di sirkulasi seiring berkurangnya ambilan-
perikard. High Output HF ditemukan pada kembali norepinefrin dari ujung saraf.
penurunan resistensi vascular sistemik seperti Etiologi Meskipun demikian, pada gagal jantung
hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula Penyebab umum gagal jantung adalah stadium lanjut akan terjadi penurunan
A-V, beri-beri dan penyakit Paget. rusaknya atau berkurangnya massa otot norepinefrin miokard karena mekanisme yang
jantung karena iskemi akut atau kronik, masih belum diketahui.
3. Gagal Jantung Akut dan Kronik peningkatan resistensi vaskuler karena
Contoh klasik gagal jantung akut adalah hipertensi, atau karena takiaritmia (misalnya Peningkatan aktivasi reseptor simpatis
robekan daun katup secara tiba-tiba akibat fibrilasi atrial). Pada dasarnya semua kondisi β-adrenergik meningkatkan denyut jantung
endokarditis, trauma atau infark miokard yang menyebabkan perubahan struktur dan kekuatan kontraksi miokard yang berakibat
luas. Curah jantung yang turun tiba-tiba ataupun fungsi ventrikel kiri merupakan peningkatan curah jantung. Peningkatan
menyebabkan penurunan tekanan darah predisposisi untuk gagal jantung. Penyakit aktivitas ini menyebabkan stimulasi reseptor
tanpa disertai edema perifer. jantung koroner merupakan penyebab α-adrenergik miokard yang menyebabkan
terbanyak (60-75%), diikuti penyakit katup inotropik positif dan vasokonstriksi arteri
Contoh gagal jantung kronis adalah (10%) dan kardiomiopati (10%). Dewasa ini perifer. Meskipun norepinefrin meningkatkan
pada kardiomiopati dilatasi atau kelainan studi epidemiologi menunjukkan bahwa kontraksi dan relaksasi serta mempertahankan
multivalvular yang terjadi perlahan-lahan. sekitar setengah pasien gagal jantung tekanan darah, hal ini justru menyebabkan
Kongesti perifer sangat menyolok, namun memiliki fraksi ejeksi (ejection fraction, EF) kebutuhan energi miokard akan bertambah
tekanan darah masih terpelihara dengan baik ventrikel kiri yang baik (EF 40-50%), sehingga sehingga memperburuk iskemi saat distribusi
tidak lagi dipikirkan bahwa gagal jantung oksigen terbatas. Penambahan arus adrenergik
4. Gagal Jantung Kanan dan Gagal Jantung secara primer terjadi akibat penurunan fraksi dari sistem saraf pusat akan menyebabkan
Kiri ejeksi ventikel kiri.4 ventricular tachycardia atau sudden cardiac
Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel, death.
meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan Patofisiologi
paru menyebabkan pasien sesak napas dan Beberapa mekanisme yang mempengaruhi Di sisi lain, peningkatan tonus simpatis renal
ortopnea. Gagal jantung kanan terjadi jika progresivitas gagal jantung, antara lain menyebabkan vasokonstriksi sehingga
kelainannya melemahkan ventrikel kanan mekanisme neurohomonal yang meliputi aliran darah ginjal berkurang, seiring dengan
seperti pada hipertensi pulmonal primer aktivasi sistem saraf simpatis, aktivasi sistem peningkatan reabsorpsi Natrium dan air di
/ sekunder, tromboemboli paru kronik renin-angiotensin dan perubahan vaskuler tubular ginjal. Selain itu, terjadi pula pelepasan
sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang perifer serta remodeling ventrikel kiri, yang arginin vasopressin (AVP) dari hipofisis
menyebabkan edema perifer, hepatomegali semuanya berperan mempertahankan posterior untuk mengurangi ekskresi air yang
dan distensi vena jugularis. homeostasis.7 akan memperburuk vasokonstriksi perifer.
Angiotensin II juga menstimulasi pusat haus
Epidemiologi Aktivasi sistem saraf simpatis di otak dan menyebabkan pelepasan AVP dan
Prevalensi gagal jantung pada seluruh Penurunan curah jantung pada gagal jantung aldosteron, yang keduanya menyebabkan
populasi berkisar antara 2 sampai 30% dan akan mengaktifkan serangkaian mekanisme disregulasi homeostasis garam dan air.7

20 CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014


TINJAUAN PUSTAKA

Pada pasien gagal jantung, terjadi pula Natrium pada tubulus distal ginjal. Meskipun miosit dan penambahan jumlah sarkomer
peningkatan PGE2 dan PGI2, serta pelepasan demikian, ekspresi aldosteron berlebihan serial (hipertrofi eksentrik).7,8
atrial natriuretic peptide (ANP) dan brain menyebabkan hipertrofi dan fibrosis
natriuretic peptide (BNP). Dalam kondisi vaskuler serta miokard yang menyebabkan Pada gagal jantung terjadi mekanisme
fisiologis, keduanya dilepaskan saat terjadi berkurangnya compliance vaskuler dan kompensasi Frank Starling. Gagal jantung
regangan miokard dan peningkatan asupan meningkatkan kekakuan ventrikel. Aldosteron yang disebabkan oleh penurunan fungsi
Natrium. Setelah dilepas, keduanya berperan berlebihan juga menyebabkan disfungsi sel ventrikel kiri menyebabkan isi sekuncup
meningkatkan ekskresi air dan garam serta endotel, disfungsi baroreseptor, serta inhibisi (stroke volume) menurun dibandingkan
menghambat pelepasan renin-aldosteron, ambilan norepinefrin, yang semuanya akan jantung normal. Penurunan isi sekuncup
atau dengan kata lain sebagai “counter- memperburuk gagal jantung.7 menyebabkan pengosongan ventrikel
regulatory”. Meskipun demikian, makin parah menjadi tidak adekuat; akhirnya volume
derajat gagal jantung, efek ANP dan BNP Perubahan neurohormonal vaskuler darah yang terakumulasi di ventrikel
terhadap ginjal makin berkurang.6,7 perifer selama fase diastolik menjadi lebih
Pada pasien gagal jantung, terjadi interaksi banyak dibandingkan keadaan normal.
Aktivasi sistem renin-angiotensin (renin- kompleks antara sistem saraf otonom dengan Mekanisme Frank-Starling menyebabkan
angiotensin system, RAS) mekanisme autoregulasi lokal yang bertujuan peningkatan peregangan miofiber
Berbeda dengan pengaktifan tonus simpatis, mempertahankan suplai darah ke otak dan sehingga dapat menginduksi isi sekuncup
aktivasi sistem renin-angiotensin terjadi jantung, sementara mengurangi suplai ke pada kontraksi berikutnya, sehingga
setelah selang waktu yang lebih lama. kulit, otot rangka, organ splanknik dan ginjal; dapat membantu pengosongan ventrikel
Mekanisme aktivasi RAS pada gagal jantung semua itu akibat pelepasan norepinefrin kiri dan meningkatkan curah jantung
meliputi hipoperfusi renal, penurunan filtrasi sebagai vasokonstriktor yang poten, natriuretic (cardiac output). Kompensasi ini memiliki
Natrium ketika mencapai makula densa, dan peptides, NO, bradikinin, PGI2 serta PGE2. keterbatasan. Pada kasus gagal jantung berat
peningkatan stimulasi simpatik di ginjal yang dengan depresi kontraktilitas, curah jantung
berakibat pelepasan renin dari apparatus Bagi jantung, peningkatan tonus simpatis akan menurun, lalu terjadi peningkatan end-
jukstaglomerular. Renin ini kemudian berikatan ini bertujuan mempertahankan tekanan diastolic volume dan end-diastolic pressure
dengan angiotensinogen yang disintesis di hati arteri, sementara stimulasi simpatik pada (yang akan ditransmisikan secara retrograd
untuk membentuk angiotensin I. Angiotensin vena menyebabkan peningkatan tonus vena ke atrium kiri, vena pulmoner dan kapiler)
converting enzyme (ACE) berikatan dengan untuk mempertahankan venous return dan sehingga dapat menyebabkan kongesti
angiotensin I membentuk angiotensin II. pengisian ventrikel untuk mempertahankan pulmoner dan edema.6
Sebanyak 90% aktivitas ACE terjadi di jaringan hukum Starling. Seharusnya pada keadaan
dan 10% sisanya pada interstitial jantung dan normal, pelepasan NO terus-menerus akan Penegakan Diagnosis5
pembuluh darah. menyebabkan “counter-response” yakni Pemeriksaan EKG 12 sadapan sangat
vasodilatasi, namun hal ini tidak terjadi pada dianjurkan. Kepentingan utama EKG adalah
Angiotensin II akan meningkatkan efeknya gagal jantung stadium lanjut.7 untuk menilai irama jantung, menentukan
setelah berikatan dengan reseptor AT1 keberadaan hipertrofi ventrikel kiri atau
dan AT2. AT1 banyak berlokasi pada saraf Remodeling ventrikel kiri riwayat infark miokard (ada atau tidak adanya
miokard sementara AT2 pada fibroblas dan Pada pasien gagal jantung, terjadi perubahan Q wave). EKG normal biasanya menyingkirkan
interstitial. Aktivasi reseptor AT1 menyebabkan miosit jantung, yakni berkurangnya kemungkinan disfungsi diastolik ventrikel
vasokonstriksi, pertumbuhan sel, sekresi kontraktilitas otot jantung, berkurangnya kiri.5,7
aldosteron, dan pelepasan katekolamin; miofilamen miosit jantung, perubahan
sementara aktivasi reseptor AT2 menyebabkan protein sitoskeleton, serta desensitisasi sinyal Pemeriksaan foto toraks memberikan informasi
vasodilatasi, inhibisi pertumbuhan sel, β-adrenergik. Selain itu, terjadi pula pelepasan ukuran dan bentuk jantung serta keadaan
natriuresis dan pelepasan bradikinin. mediator-mediator radang seperti TNF-α dan vaskularisasi paru, yang memungkinkan
IL-1 saat terjadi kerusakan pada jantung, yang penilaian kongesti. Foto toraks juga dapat
Angiotensin II berperan mempertahankan berperan dalam perburukan gagal jantung. mengidentifikasi penyebab nonkardiak
homeostasis sirkulasi dalam jangka pendek. sepeerti kelainan paru atau toraks.
Meskipun demikian, ekspresi berlebihan Hipertrofi miosit jantung karena peningkatan
angiotensin II menyebabkan fibrosis pada hati, tekanan sistolik dinding ventrikel Modalitas diagnostik lain yang dapat
ginjal, dan organ lainnya. Angiotensin II juga menyebabkan penambahan sarkomer paralel digunakan antara lain angiografi koroner, MRI,
dapat memperburuk aktivasi neurohormonal dan peningkatan ukuran miosit sehingga dan CT-scan.4
dengan meningkatkan pelepasan menyebabkan penebalan dinding ventrikel
norepinefrin dari ujung saraf simpatis. Selain kiri (pressure overload menyebabkan hipertrofi Penegakan diagnosis gagal jantung dalam
itu, terjadi pula stimulasi korteks adrenal untuk konsentrik). praktik dokter umum adalah dengan kriteria
memproduksi aldosteron yang juga berperan Framingham, membutuhkan keberadaan dua
dalam mempertahankan homeostasis jangka Pada volume overload, peningkatan tekanan kriteria mayor atau 1 kriteria mayor disertai
pendek dengan mempengaruhi reabsorpsi diastolik menyebabkan peningkatan panjang dua kriteria minor (Tabel 3).8

CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014 21


TINJAUAN PUSTAKA

Skema 1 memperlihatkan langkah diagnostik struktur jantung dan sistem kardiovaskular


gagal jantung. merendahkan ambang rangsang untuk gagal
jantung. Kolagen interstisial dalam miokardium
meningkat, miokardium menegang, dan
relaksasi miokard menjadi lebih panjang.
Perubahan ini menyebabkan penurunan
signifikan fungsi diastolik ventrikel kiri, bahkan
pada orang tua sehat. Penurunan fungsi
sistolik juga terjadi seiring bertambahnya usia.
Selain itu, terjadi penurunan pada miokard
dan respons vaskular terhadap stimulasi beta
adrenergik yang akan merusak kemampuan
respons sistem kardiovaskular terhadap
peningkatan kebutuhan kerja.9 Perubahan ini
menurunkan kapasitas kerja puncak secara
signifikan (sekitar 8% per dekade setelah umur
30) dan curah jantung pada puncak latihan
berkurang lebih bermakna. Dengan demikian,
pasien lanjut usia lebih rentan terkena gagal
jantung sebagai respons terhadap stres
atau kelainan sistemik. Stresor termasuk
infeksi (paling sering pneumonia), hipotiroid,
hipertiroidi, anemia, iskemia miokard, hipoxia,
hipotermia, hipertermia, gagal ginjal, obat-
Skema 1 Langkah diagnostik gagal jantung obatan, (termasuk NSAID [nonsteroidal
antiinflammatory drug], penyekat beta [beta
Manifestasi klinis gagal jantung (tabel 2)5: blocker], dan penyekat kanal kalsium [calcium
Tabel 2 Manifestasi klinis gagal jantung channel blocker]).9
Tampilan Klinis Gejala Tanda
Edema perifer / kongesti Sesak nafas, kelelahan, mudah Edema perifer, peningkatan JVP, edema paru, Etiologi dan Faktor Pencetus
penat, anoreksia hepatomegali, asites, bendungan cairan, kakeksia Pada umumnya, etiologi gagal jantung pada
Edema paru Sesak nafas yang sangat berat Ronki basah halus atau basah kasar di paru, efusi orang tua sama seperti yang terjadi pada
saat istirahat paru, takikardia, takipnea
dewasa muda, tetapi lebih multifaktorial
Syok kardiogenik Penurunan kesadaran, lemah, Perfusi perifer yang buruk, tekanan darah sistolik <
akral perifer dingin 90 mmHg, anuria atau oliguria (tabel 4).5
Tekanan darah yang sangat Sesak nafas Peningkatan tekanan darah, penebalan dinding
tinggi (gagal jantung hipertensi) ventrikel kiri, ejeksi fraksi masih baik Tabel 4 Gagal jantung pada pasien usia tua
Gagal Jantung kanan Sesak nafas, mudah lelah Tanda-tanda disfungsi ventrikel kanan, peningkatan
Penyakit Arteri Koroner
JVP, edema perifer, hepatomegali, asites
• Infark Miokard Akut
• Kardiomiopati Iskemik
Penyakit Jantung Hipertensi
Tabel 3 Kriteria mayor dan minor gagal jantung GAGAL JANTUNG PADA GERIATRI
• Kardiomiopati Hipertensi Hipertrofi
(Framingham) Patofisiologi Penyakit Jantung Katup
Kriteria mayor Kriteria minor Disfungsi diastolik yang relatif tidak umum • Kalsifikasi Stenosis Aorta
pada dewasa muda, didapat pada 50% • Regurgitasi Mitral
• Paroxysmal nocturnal • Edema pergelangan
• Stenosis Mitral
dyspnea kaki bilateral kasus gagal jantung pada orang tua dan • Insufisiensi Aorta
• Peningkatan tekanan • Batuk nokturnal
umum terjadi pada perempuan. Pada • Malfungsi Katup Prostesa
vena jugular • Dyspnea on ordinary
• Ronki exertion disfungsi diastolik, relaksasi miokard yang Kardiomiopati
• Kardiomegali pada • Hepatomegali berkepanjangan dan peningkatan kekakuan • Dilatasi ( Noniskemik )
pemeriksaan radiologi • Efusi pleural • Hipertrofi
(yang menurunkan tingkat pengisian dan • Restriktif
toraks • Penurunan kapasitas
• Edema pulmoner akut vital hingga sepertiga volume) meningkatkan tekanan diastolik Endokarditis Infeksi
• Gallop S3 dari maksimum (yang ventrikel kiri dan mengurangi isi sekuncup Miokarditis
• Peningkatan tekanan pernah tercatat)
saat istirahat dan selama bekerja. Akibatnya, Penyakit Perikardial
vena pusat (>16 cmH2O • Takikardia (detak
pada atrium kanan) jantung >120 kali/ terjadi gagal jantung, bahkan ketika fungsi High Output Heart Failure
• Hepatojugular reflux • Anemia Kronik
menit) sistolik (yang ditunjukkan oleh fraksi ejeksi)
• Penurunan berat • Defisiensi Tiamin
normal atau mendekati normal. • Hipertiroid
badan >4,5 kg dalam
5 hari sebagai respons • Arteriovenous Shunting
terhadap terapi Seiring dengan bertambahnya usia, perubahan Age-related Diastolic Dysfunction

22 CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014


TINJAUAN PUSTAKA

Pada orang tua, penyakit jantung iskemik kronik, pneumonia atau atelektasis. Edema Prinsip dasar terapi farmakologi
dengan infark miokard merupakan penyebab perifer dapat disebabkan oleh insufisiensi medikamentosa gagal jantung adalah
paling sering kardiomiopati dilatasi. vena, penyakit ginjal atau obat seperti mencegah remodelling progresif miokardium
Kardiomiopati hipertrofi hipertensi sering penghambat kanal kalsium. Pasien usia tua serta mengurangi gejala. Gejala dikurangi
bermanifestasi disfungsi diastolik berat dan dapat memiliki pemeriksaan fisik normal. dengan cara menurunkan preload (aliran
dapat menghambat outflow tract ventrikel Pernafasan Cheyne – Stokes dapat menjadi darah balik ke jantung), afterload (tahanan
kiri. High output heart failure tidak biasa satu-satunya tanda dugaan gagal jantung. yang dilawan oleh kontraksi jantung), dan
ditemukan pada orang tua; penyebab paling Tabel 5 berikut mencantumkan manifestasi memperbaiki kontraktilitas miokardium.
sering high output heart failure ialah anemia gagal jantung pada orang tua.15 Prinsip terapi di atas dicapai dengan pemberian
kronik, hipertiroid, defisiensi tiamin dan shunt golongan obat diuretik, ACE-inhibitor,
arteriovena. Walaupun fungsi sistolik masih Tabel 5 Manifestasi atipikal gagal jantung pada orang tua penyekat beta, digitalis, vasodilator, agen
normal pada orang tua, gagal jantung dapat Keluhan sistemik nonspesifik inotropik positif, penghambat kanal kalsium,
terjadi karena disfungsi diastolik yang terkait • Malaise antikoagulan, dan obat antiaritmia.11,12,15
• Letih
dengan bertambahnya usia. • Penurunan aktivitas fisik
Simptom Neurologi ACE inhibitor
Selain etiologi, penting untuk mengidentifikasi • Bingung Obat ini menghambat konversi angiotensin
• Iritabilitas
faktor yang dapat mencetuskan eksaserbasi I menjadi angiotensin II. Efek terhadap
• Gangguan tidur
akut atau subakut. Faktor pencetus paling Gangguan Gastrointestinal
gagal jantung mungkin multifaktorial, tetapi
sering pada dua per tiga kasus gagal jantung • Rasa tidak nyaman pada perut mekanisme penting ialah inhibisi parsial jalur
ialah noncompliance pengobatan dan atau • Anoreksia renin-angiotensin-aldosteron dan mengurangi
• Mual
diet. Iskemi miokard atau infark, aritmia seperti • Diare
aktivitas simpatetik menghasilkan vasodilatasi,
takikardi ventrikel, atrial fibrilasi atau flutter natriuresis dan penurunan tekanan darah. ACE
dan blok atrioventrikular umumnya menjadi inhibitor berguna mengurangi sesak nafas dan
faktor pencetus pada orang tua. Pada pasien TATA LAKSANA mengurangi frekuensi eksaserbasi akut gagal
hipertensi, kontrol tekanan darah inadekuat Tujuan utama penatalaksanaan gagal jantung. Obat ini sebaiknya dimulai dengan
merupakan penyebab umum perburukan jantung pada orang tua ialah untuk dosis kecil pada orang tua dan dinaikkan
keadaan gagal jantung.15 mengembalikan kualitas hidup, mengurangi bertahap sesuai dengan fungsi ginjal. Pada
frekuensi eksaserbasi gagal jantung dan umumnya pemberian dosis pada orang tua
Orang tua memiliki kompensasi kardiovaskular memperpanjang hidup. Tujuan sekunder ialah setengah dosis pasien muda.12,13
yang tidak baik sehingga gagal jantung dapat ialah memaksimalkan kemandirian serta
dicetuskan oleh keadaan nonkardiak misalnya kapasitas kerja dan mengurangi biaya Efek samping obat ini ialah batuk kering
gangguan respirasi akut seperti pneumonia, perawatan. Untuk mencapai tujuan ini terapi yang dimediasi bradikinin; terkait dosis
emboli pulmonEr atau eksaserbasi penyakit harus mencakup penanggulangan etiologi dan dapat responsif dengan penurunan
paru obstruksi kronik. dan faktor pencetus, terapi nonfarmakologi dosis. Dapat juga terjadi hipotensi berat
(nonmedikamentosa) dan farmakologi pada pasien yang mengalami penurunan
Manifestasi Klinis (medikamentosa). volume cairan akibat diuretik terutama pada
Sama seperti dewasa muda, manifestasi geriatri yang kontrol baroreseptornya sudah
klinis paling sering pada orang tua ialah sulit Terapi nonfarmakologi (nonmedikamentosa) mengalami kerusakan. Kadar natrium darah
bernafas, orthopnoe, edema, fatigue dan antara lain dapat berupa15: harus dipantau teratur saat memulai atau
intoleransi kerja. Akan tetapi, terutama pada a. Edukasi gejala, tanda, dan pengobatan menaikkan dosis ACE inhibitor dan juga jika
usia 80 tahun ke atas dapat ditemukan atypical gagal jantung memakai kombinasi dengan diuretik hemat
symptomatology yaitu simptom tidak khas, b. Manajemen diet, yaitu mengurangi kalium seperti spironolakton karena dapat
sehingga gagal jantung pada orang tua sering jumlah garam, menurunkan berat badan bila terjadi hiperkalemia.
over atau underdiagnosed. Gejala sulit bernafas dibutuhkan, rendah kolesterol, rendah lemak,
dan orthopnoe menjadi manifestasi gagal asupan kalori adekuat Obat golongan ini menjadi lini pertama
jantung dengan penyakit yang mendasari c. Latihan fisik. Penelitian menunjukkan pengobatan gagal jantung dan menentukan
berupa penyakit paru kronik, pneumonia atau bahwa pembatasan aktivitas fisik yang prognosis Hanya sedikit data penggunaan
emboli pulmoner. berlebihan akan menurunkan fungsi ACE inhibitor pada pasien di atas 75 tahun
kardiovaskular dan muskuloskeletal. Latihan akan tetapi berbagai studi telah membuktikan
Pemeriksaan fisik pada orang tua dapat fisik yang sesuai akan memperbaiki kapasitas ACE inhibitor mengurangi morbiditas dan
nonspesifik atau tidak khas. Tanda klasik fungsional dan kualitas hidup pasien gagal mortalitas pasien gagal jantung.12-14
gagal jantung antara lain ronkhi paru, jantung
peningkatan tekanan vena jugularis, refluks d. Dukungan keluarga untuk selalu Diuretik
abdominojugular, gallop S3 dan pitting edema memperhatikan dan merawat pasien gagal Diuretik merupakan obat utama mengatasi
ekstremitas bawah. Tetapi ronkhi paru pada jantung di usia tua sangat penting dan gagal jantung akut yang selalu disertai
orang tua dapat menjadi tanda penyakit paru berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. kelebihan cairan yang bermanifestasi

CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014 23


TINJAUAN PUSTAKA

sebagai edema perifer. Diuretik dengan ini juga memiliki efek mengurangi aktivasi demikian menghambat perburukan kondisi
cepat menghilangkan sesak napas dan saraf simpatis sehingga dapat mengurangi klinis.
meningkatkan kemampuan melakukan denyut jantung pada pasien fibrilasi atrium.
aktivitas fisik. Diuretik mengurangi retensi air Metoprolol, bisoprolol dan carvedilol
dan garam sehingga mengurangi volume Efek toksik digoksin jarang, tetapi dapat terjadi bermanfaat menurunkan progresi klinis,
cairan ekstraseluler, arus balik vena dan preload. pada pasien geriatri dengan penurunan hospitalisasi dan mortalitas pasien gagal
Untuk tujuan ini biasanya diberikan diuretik fungsi ginjal dan status gizi kurang. Digoksin jantung ringan dan sedang (NYHA kelas II-III)
kuat yaitu furosemid dengan dosis awal 40 tidak menurunkan mortalitas sehingga tidak stabil dengan fraksi ejeksi <35%-45%. Obat
mg, ditingkatkan sampai diperoleh diuresis lagi dipakai sebagai obat lini pertama, tetapi ini juga diindikasikan untuk gagal jantung
yang cukup. Elektrolit serum dan fungsi ginjal dapat memperbaiki gejala dan mengurangi dengan etiologi iskemik maupun noniskemik.
harus sering dipantau. Setelah euvolemia rawat inap akibat memburuknya gagal Pemberiannya dapat dikombinasi dengan
tercapai dosis harus segera diturunkan jantung.14 Pada pasien geriatri, dosis digoksin ACE inhibitor dan diuretik.14
sampai dosis minimal yang diperlukan untuk harus diturunkan dan harus dipantau kadarnya
mempertahankan euvolemia.14 dalam darah.14 PROGNOSIS
Angka harapan hidup pada penderita gagal
Pada pasien geriatri, deplesi volume dan Penyekat beta jantung di usia lanjut sebesar <35% dalam
hipotensi harus diperhatikan karena fungsi Pemberian penyekat beta pada gagal jantung lima tahun. Pada pasien yang dirawat dengan
baroreseptor yang tidak baik lagi; oleh sistolik akan mengurangi kejadian iskemi gagal jantung, angka harapan hidup satu
karena itu diuretik tidak boleh diberikan miokard, mengurangi stimulasi sel-sel jantung tahun dapat kurang dari 50%. Pada sebuah
pada gagal jantung asimptomatik maupun dan efek antiaritmi lain, sehingga mengurangi studi retrospektif laki-laki usia tua (rata-
tidak ada overload cairan.11,13 Diuretik kuat risiko aritmia jantung dan dengan demikian rata 89 tahun) yang dirawat di rumah sakit
tidak mengurangi mortalitas gagal jantung, mengurangi risiko kematian mendadak. dalam jangka lama, mortalitas satu tahun
penggunaan diuretik harus dikombinasi Obat ini juga menghambat pelepasan sebesar 87%. Prognosis akan memburuk
dengan ACE inhibitor.11 renin sehingga menghambat aktivasi dengan meningkatnya klas fungsional NYHA.
sistem RAA (renin-angiotensin-aldosteron) Berbagai keadaan medis (tekanan darah,
Digoksin akibatnya terjadi penurunan hipertrofi faktor komorbid, status fungsional), keadaan
Digoksin memiliki efek inotropik positif miokard, apoptosis dan fibrosis miokard sosial (penikahan, status sosial) dan psikososial
dengan menahan Ca2+ intrasel sehingga dan remodeling miokard, sehingga progresi (depresi dan kesehatan jiwa) memiliki efek
kontraktilitas sel otot jantung meningkat. Obat gagal jantung akan terhambat dan dengan signifikan terhadap harapan hidup.10

DAFTAR PUSTAKA
1. Dumitru, I. Heart Failure. eMedicine. [Online] Nov 24, 2009. [Cited: January 14, 2010.] http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview.
2. Wang S. Multifactor Heart Failure in Elderly: a proposal for cooperative research. Journal of Geriatric Cardiology. 2006: 3; 197– 8.
3. Statistik Rumah Sakit di Indonesia Seri 3: Morbiditas / Mortalitas. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. 2009.
4. Heart Failure and Cor Pulmonale. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2005,
pp.
5. Dickstein K, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. Europian Society of Cardiology.2008: 29;2388-442.
6. Shah RV, Fifer MA. Heart Failure. In: Lilly LS [edt.]. Pathophysiology of Heart Disease. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2007. P 225-51.
7. Mann DL. Pathophysiology of heart failure In: Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP [edt.]. Braunwald Heart Disease A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8thed. USA: Elsevier Saunders.
Philadelphia. 2007.
8. Panggabean MM. Gagal jantung. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S, [edt]. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2007. h. 1513-4.
9. Beers MH. Heart Failure. Merck Manual of Geriatric. USA: Whitehouse Station. 2006.p 900-11.
10. Arnold M, Miller F. Congestive Heart Failure in the Elderly. Division of Cardiology University of Western Ontario. 2005. Available at: http://www.ccs.ca/download/consensus_conference/
consensus_conference_archives/2002_05.pdf [ January, 14th 2010 ].
11. Stevenson LW. Design of therapy for advanced heart failure. The European Journal of Heart Failure 2005;7:323-31.
12. Jones EF. Drug Therapy of Heart Failure in Elderly. In: Woodward M et al [edt.]. Geriatric Therapeutics. Available at: http://jppr.shpa.org.au/lib/pdf/gt/harvey200109.pdf [January, 14th
2010].
13. Hanon O et al. Consensus of the French Society of Gerontology and Geriatrics and the French Society of Cardiology for the management of coronary artery disease in older adults.
Archives of Cardiovascular Disease 2009:102:829-45.
14. Setiawati A, Nafrialdi. Obat Gagal Jantung dalam Gunawan SG,dkk. Farmakologi dan Terapi. Ed.5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007. Hlm: 299–313.
15. Rich MW. Heart Failure. In: Halter JB et al [edt.]. Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology. 6thed. USA: McGraw Hill Companies. 2009. p. 931-49.

24 CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014

Anda mungkin juga menyukai