Anda di halaman 1dari 5

BAB III

METODE EVALUASI

A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data bersumber dari data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dengan koordinator pelaksana Program
Pengendalian Tuberkulosis di UPT Puskesmas I Sumpiuh. Selain itu, data
sekunder didapatkan dari Profil UPT Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017.
B. Cara penilaian dan evaluasi
Evaluasi dilakukan pada Program Pengendalian Tuberkulosis di UPT
Puskesmas I Sumpiuh. Sumber rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Profil UPT Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017.
2. Data angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB paru BTA positif
serta keberhasilan pengobatan menurut jenis kelamin, kecamatan, dan
puskesmas kabupaten Banyumas tahun 2018
3. Data jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA positif
menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas kabupaten Banyumas
tahun 2018
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 364 tahun 2009
5. Pusat data dan informasi penyakit tuberkulosis tahun 2018.
6. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2015-2019

Tabel…Penetapan Indikator dan tolok ukur penilaian


Variabel Definisi operasional atau rumus Target
Angka
penjaringan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
𝑥 100.000 180%
suspek (per 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
100.000)

Case Detection 90%


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑘𝑎𝑛
Rate (%) x 100%
𝑃𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓

Success Rate 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 (𝑠𝑒𝑚𝑏𝑢ℎ + 88%


𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝)
(%) 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝐵𝑇𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑎𝑡𝑖
C. Cara analisis
1. Menetapkan indikator dan tolok ukur dari unsur keluaran.
Mengetahui atau menetapkan indikator dan tolok ukur atau standar
yang ingin dicapai merupakan langkah pertama untuk menentukan
adanya suatu masalah dari pencapaian hasil output. Indikator
didapatkan dari berbagai rujukan, rujukan tersebut harus realistis dan
sesuai sehingga layak digunakan untuk mengukur. Tolok ukur juga
diperoleh dari rujukan.
2. Membandingkan pencapaian masing-masing indikator keluaran dengan
tolok ukurnya.
Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil pencapaian
program (output) dengan tolok ukurnya. Jika terdapat kesenjangan
antara tolok ukur dengan hasil pencapaian pada unsur keluaran maka
disebut sebagai masalah.
3. Menetapkan prioritas masalah.
Masalah bisa lebih dari satu, tergantung dari indikator yang
dipakai. Sehingga perlu dibuat prioritas masalah. Tujuan menetapkan
prioritas masalah adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan
masalahnya terlebih dahulu. Jika masalah lebih dari satu, maka
penetapan prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks.
Kriteria ini dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a) Pentingnya masalah (importancy / I), makin penting masalah
tersebut, makin diprioritaskan penyelesainnya. Ukuran pentingnya
masalah yaitu :
1) Besarnya masalah (prevalence / P)
2) Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity / S)
3) Kenaikan besarnya masalah (rate of increase / RI)
4) Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of
unmeet need / DU)
5) Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit /
SB)
6) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern /
PB)
7) Suasana politik (political climate / PC)
b) Kelayakan teknologi (technical feasibility / T), makin layak
teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan
teknologi yang dimaksud adalah menunjuk penguasaan ilmu dan
teknologi yang sesuai.
c) Sumber daya yang tersedia (resources availability / R), makin
tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah
makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya yang
dimaksud adalah yang menunjuk pada tenaga (man), dana (money)
dan sarana (material).
Beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat
penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Perhitungan prioritas
masalah dilakukan dengan rumus “I x T x R”. Masalah yang
dipilih sebagai prioritas adalah yang memiliki nilai tertinggi.
4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan.
Untuk menentukan penyebab masalah, gambarkan terlebih dahulu
proses terjadinya masalah atau kerangka konsep prioritas masalah,
sehingga diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui
dan diidentifikasi.
5. Identifikasi penyebab masalah.
Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan unsur masukan,
proses, umpan balik dan lingkungan sebagai faktor yang diperkirakan
berpengaruh terhadap prioritas masalah. Selanjutnya menentukan tolok
ukur dari masing-masing unsur tersebut. Setelah itu, bandingkan
pencapaian dari unsur-unsur tersebut dengan tolok ukurnya,
kesenjangan yang ada ditetapkan sebagai penyebab masalah.
6. Membuat alternatif jalan keluar.
Sesuai dengan penyebab masalah yang ditemukan, maka dibuat
alternatif jalan keluar. Alternatif jalan keluar dibuat dengan melihat
kerangka konsep prioritas masalah, sehingga tersusun daftar alternatif
jalan keluar, dengan melihat kondisi dan situasi fasilitas kesehatan di
puskesmas.
7. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah.
Setelah membuat alternatif jalan keluar yang dianggap paling baik
dan memungkinkan, laangkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
cara pemecahan masalah. Pemilihan cara pemecahan masalah ini
dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria yang lazim
digunakan adalah:
a) Efektifitas jalan keluar (effectifity/ E), menetapkan nilai efektifitas
untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan
angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling
efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya
paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan keluar,
dipergunakan kriteria tambahan sebagai berikut:
1) Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (magnitude/ M)
Makin besar masalah yang dapat di atasi, makin tinggi
prioritas jalan keluar tersebut.
2) Pentingnya jalan keluar (importancy/ I) Pentingnya jalan
keluar dikaitkan dengan kelanggengan masalah. Makin
langgeng selesai masalahnya, makin penting jalan keluar
tersebut.
3) Sensivitas jalan keluar (vuneberality/ V) Sensitivitas dikaitkan
dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah. Makin
cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.
b) Efisiensi Jalan Keluar (efficiency/C), menetapkan nilai efisiensi
untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan
angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling
efisien). Nilai efisien ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost)
yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar
biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebut.
Menghitung nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan
keluar yaitu dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V
dengan nilai C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalah
prioritas jalan keluar terpilih. Lebih jelas rumus untuk menghitung
prioritas jalan keluar dapat dilihat dibawah ini :
𝑀𝑥𝐼𝑥𝑉
𝑃=
𝐶
Keterangan = P: priority, M: Magnitude, I: Importancy , V:
Vulnerability, C : Cost

D. Cara evaluasi
1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan data tabel-tabel
yang tersedia
2. Waktu dan lokasi
Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 13-15 Februari 2019 di
Puskesmas I Sumpiuh.

Anda mungkin juga menyukai