Anda di halaman 1dari 10

REFFRESHING

VAKSINASI PNEUMOKOKUS

Pembimbing :
dr. Johnwan, Sp.A

Disusun Oleh :
Nadiyah Bayan Hafizah
2015730098

KEPANITERAAN KLINIK PEDIATRI

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas referat “Imunisasi Pneumococcal Conjugate
Vaccine (PCV)” ini tepat pada waktunya. Terima kasih kepada dr. Johnwan, Sp.A
yang telah membimbing penulis dalam pembuatan referat ini sehingga referat ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan referat ini masih


jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak yang membaca referat ini, agar penulis dapat
mengkoreksi diri dan dapat membuat referat yang lebih baik di lain kesempatan.

Demikianlah referat ini dibuat sebagai pemenuhan tugas dari kegiatan klinis
stase pediatri/ilmu kesehatan anak di RSIJ Cempaka Putih, serta untuk menambah
pengetahuan bagi penulis dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 4

BAB II..................................................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5

A. Definisi Vaksinasi Pneumokokus ................................................... 5

B. Jenis Vaksinasi Pneumokokus ....................................................... 5

C. Indikasi pemberian vaksinasi Pneumococcus............................... 5

D. Kontraindikasi pemberian ............................................................. 6

E. Dosis dan Cara Pemberian ............................................................. 6

F. Jadwal Pemberian ........................................................................... 6

G. Reaksi vaksinasi PCV dan PPV .................................................... 7

H. Manfaat vaksinasi pneumokokus .................................................. 8

BAB III ................................................................................................................... 9

KESIMPULAN ...................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) dapat menyebabkan penyakit-
penyakit serius seperti pneumonia dan meningitis. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO), terdapat sekitar setengah juta anak di dunia berusia di bawah
5 tahun mengalami kematian setiap tahunnya akibat infeksi S.Pneumonia, dan
sebagian besar kematian ini terjadi di negara berkembang.1 Menurut Kemenkes RI,
diperkirakan sekitar 16% (944.000) dari seluruh kematian balita (5,9 juta) di dunia
diakibatkan penyakit pneumonia. Di Indonesia sendiri didapatkan yaitu sebesar
9,4% dari jumlah kematian balita disebabkan oleh pneumonia, yang mana sekitar
2-3 orang balita setiap jamnya meninggal karena Pneumonia. Menurut Profil
Kesehatan Indonesia, pneumonia menyebabkan 15% kematian balita yaitu sekitar
922.000 balita pada tahun 2015 di Indonesia.2 Sedangkan untuk kasus meningitis,
di seluruh dunia didapatkan sekitar 600.000 kasus meningitis setiap tahunnya,
dengan 180.000 kematian dan 75% meningitis di dunia terjadi pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun. Di samping itu, kasus meningitis bakteri di Indonesia
mencapai 158/100.000 kasus per tahun.3

Setelah dikenalkan dengan Pneumococcal Conjugation Vaccination (PCV)


7 tahun 2000 dan PCV 13 tahun 2010, jumlah kasus penyakit akibat pneumokokus
di Amerika Serikat mengalami penurunan, yang sebelummnya 100 kasus per
100.000 orang pada tahun 1998, menjadi 9 kasus per 100.000 orang pada tahun
2015.4 Sedangkan di Indonesia, meskipun imunisasi PCV sudah dimasukkan ke
dalam jadwal imunisasi sejak tahun 2007, namun program yang menegaskan
pentingnya pemberian PCV baru dirintis oleh Kementrian Kesehatan pada tahun
2017, sehingga belum didapatkan data mengenai keberhasilan pemberian imunisasi
PCV.2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Vaksinasi Pneumokokus


Vaksinasi pneumokokus adalah pemberian vaksin yang berisi serotipe
antigen pneumokokus untuk memicu timbulnya antibodi terhadap antigen
tersebut.4

B. Jenis Vaksinasi Pneumokokus


Terdapat dua macam vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumokokus
polisakarida (pneumococcal polysacharide vaccine/PPV) dan vaksin
pneumokokus polisakarida konyugasi (pneumococcal conjugate vaccine/PCV).
Kedua vaksin ini dibedakan berdasarkan isi dan serotipenya. PPV disebut juga
vaksin pneumokokus 23-valent yang mana pada vaksin ini terdiri dari 23
serotipe.5 Serotipe yang terdapat pada PPV 23-Valent antara lain: 1, 2, 3, 4, 5,
6B, 7F, 8, 9N, 9V, 10A, 11A, 12F, 14, 15B, 17F, 18C, 19A, 19F, 20, 22F, 23F
dan 33F.4 Pada PPV ini hanya berisi gula (polisakarida) yang diambil dari
kapsul bakteri. Sementara itu, vaksinasi konjugasi pneumokokus adalah vaksin
berisi gula (polisakarida) yang diambil dari kapsul bakteri Streptococcus
pneumoniae yang dikonjugasi dengan protein carrier. Pada PCV ini terdapat
PCV-7 valent, PCV-10 valent dan PCV -13 valent.4 Pada PCV-7 terdapat
serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 20, dan 23F, sedangkan pada PCV-10 terdapat
serotipe 1, 5, 6B, 7F, 9V, 14, 23F, 4, 18C dan 19F. Lain dengan PCV-13 yang
berisi serotipe 1, 3, 4, 5, 6A, 7F, 9V, 14, 18C, 19A, 19F, dan 23F.4

C. Indikasi pemberian vaksinasi Pneumococcus


 Pada PCV, anak minimal berusia 2 bulan 7
 Pada PPV, anak mulai usia 2 tahun terutama yang berisiko mengalami
IPD, selain itu PPV juga sapat diberikan pada individual yang berusia > 65
tahun5
 Sangat dianjurkan diberikan pada pasien dengan kondisi imunokomprimis
(Imunodefisiensi baik yang didapat maupun kongenital, HIV, leukemia,dll
dan imunosupresi akibat kortikosteroid atau kemoterapi)7

5
D. Kontraindikasi pemberian
1. PCV 6
- Usia < 2 bulan
- Adanya alergi terhadap PCV karena dikhawatirkan akan timbulnya
reaksi anafilaksis
- Sedang dalam kondisi sakit, karena dikhawatirkan akan merancu
penyebab dari penyakit yang diderita
2. PPV 5
- Usia < 2 tahun
- Adanya alergi terhadap PPV karena dikhawatirkan akan timbul reaksi
anafilaksis
- Sedang dalam kondisi sakit karena dikhawatirkan akan merancu
penyebab penyakit yang diderita

E. Dosis dan Cara Pemberian


Vaksin PCV atau PPV diberikan dalam suspensi 0.5 mL dosis tunggal
dengan cara injeksi intramuscular. Lokasi injeksi yang digunakan dalam
pemberian PCV atau PPV ialah di anterolateral dari daerah m.deltoideus dan
m.vastus lateral. Jika pemberian PCV atau PPV ini ingin diberikan bersamaan
dengan vaksin lain, maka pemberiannya harus di m.deltoideus dan m.vastus
lateral yang berbeda, atau jika ingin diberikan pada otot yang sama, maka harus
diberi jarak sejauh 2,5 cm7

F. Jadwal Pemberian
PCV ini dapat diberikan pada saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan,
kemudian PCV booster dapat diberikan pada anak usia antara 12 hingga 15
bulan. Jarak minimal dari pemberian dosis 1 ke dosis lainnya adalah selama 4-
8 minggu, dan untuk pemberian booster dapat dilakukan minimal 2 bulan
setelah pemberian dosis yang ketiga.
Berbeda dengan PCV, pada individual yang sehat, PPV dapat diberikan
kapan saja selama usia pasien mencukupi yaitu lebih dari 2 tahun. Namun pada
individual dengan kondisi tertentu, maka pemberian PPV juga hanya dapat

6
dilakukan pada waktu tertentu. Seperti pada pasien dengan positif HIV, maka
harus diberikan PPV sebelum terjadinya imunosupresi atau jika pasien sudah
mengalami imunosupresi, maka PPV dapat diberikan jika sudah mulai terlihat
adanya imunitas. Lalu pada pasien dengan pengobatan imunosupresan maka
dapat diberikan PPV minimal 2 minggu sebelum pelaksanaan pengobatan.
Namun, secara idealnya, PPV dapat diberikan sekitar 4 hingga 6 minggu
sebelum pelaksanaan splenektomi, kemoterapi dan radioterapi. Jika tidak
memungkinkan untuk diberikan pada waktu tersebut, maka PPV dapat
diberikan setidaknya 2 minggu sebelum penatalaksanaan tersebut. Jika masih
tidak memungkinan untuk diberikan 2 minggu sebelum operasi, maka PPV
dapat diberikan setidaknya 2 minggu setelah operasi. Jika PPV tidak dapat
diberikan 2 minggu sebelum terapi, maka PPV dapat diberikan minimal 3 bulan
setelah terapi7

G. Reaksi vaksinasi PCV dan PPV 4


 Kemerahan
Sebagian besar individual yang diberikan PCV atau PPV akan
mengalami kemerahan pada lokasi penyuntikkan.
 Bengkak
1 dari 3 individual yang diberikan vaksin penumokokus mengalami
pembengkakakan di lokasi penyuntikkan.
 Nyeri
Sebagian besar individual yang diberikan vaksin pneumokokus akan
mengalami nyeri di lokasi penyuntikkan.
 Demam
1 dari 3 individual yang diberi vaksin pneumokokus mengalami
peningkatan suhu yang ringan, dan hanya 1 dari 20 individual yang
mengalami peningkatan suhu hingga 39 derajat celcius.
 Reaksi anafilaksis

Reaksi anafilaksis ini sangat jarang terjadi, diperkirakan hanya 1


dari 1 juta pemberian vaksin penumokokus yang mengalami reaksi
anafilaksis dari vaksin pneumokokus.

7
H. Manfaat vaksinasi pneumokokus
Dengan pemberian vaksin pneumokokus, maka individual dapat terhindar dari
penyakit yang disebabkan oleh pneumokokus seperti pneumonia dan meningitis.
Selain itu, saat ini penatalaksanaan infeksi pneumokokus sudah tidak terlalu efektif,
mengingat beberapa bakteri sudah mulai resisten terhadap beberapa obat antibiotic.
Oleh sebab itu, mencegah terjadinya infeksi pneumokokus lebih baik dibandingkan
harus mengobatinya. 7,8

8
BAB III
KESIMPULAN

Pneumokokus adalah jenis bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit


yang dapat mengakibatkan kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun seperti
pneumonia dan meningitis. Maka dari itu, sangat penting pemberian vaksin
pneumokokus pada anak, agar timbulnya antibodi terhadap pneumokokus.

Vaksin pneumokokus dapat diberikan dalam 2 sediaan yang berbeda,


tergantung dengan usia individual yang akan menerima vaksin tersebut. Jika pasien
masih berusia di bawah 2 tahun, maka dapat diberikan PCV pada jadwal yang
optimal yaitu usia 2, 4 dan 6 bulan. Jika pasien berusia > 65 tahun, maka lebih baik
diberikan vaksin PPV. Namun, PPV juga bisa diberikan pada anak yang berusia di
atas 2 tahun. Selain usia, hal yang membedakan antara PCV dan PPV adalah isi
kandungannya, yang mana PCV mengandung serotipe pneumokokus yang biasa
menyerang anak-anak, sedangkan PPV mengandung serotipe yang biasa
menyerang orang dewasa.

PCV atau PPV bukan jenis imunisasi yang wajib, namun dapat menjadi
wajib pada individual dengan kondisi imunodefisiensi seperti HIV, karena
individual dengan kondisi tersebut rentan untuk mengalami infeksi pneumokokus.
Selain itu, PCV atau PPV tidak boleh diberikan pada anak-anak yang alergi
terhadap PCV atau PPV, serta tidak boleh diberikan pada anak yang tidak sesuai
dengan usia yang ditentukan atau pada anak yang sedang sakit, karena khawatir
akan merancu hasil laboratorium yang dilakukan.

PCV atau PPV dapat diberikan dalam suspensi 0,5 ml sebagai dosis tunggal,
lalu disuntikkan secara intramuscular. Pemberian vaksinasi ini dapat menimbulkan
reaksi seperti kemerahan, pembengkakan, nyeri, demam, rewel dan timbulnya
reaksi anafilaksis. Di samping itu, baik PCV maupun PPV, keduanya dapat
menghindari seseorang dari penyakit yang dapat mengakibatkan kematian seperti
meningitis dan pneumonia, karena mencegah lebih baik daripada mengobati,
terutama pada individual yang resisten terhadap antibiotic.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Centers for Disease Control and Prevention. 2018. Global Pneumococcal


Disease and Vaccine. https://www.cdc.gov/pneumococcal/global.html
(Accessed date: 9th August 2019).
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Sekilas Vaksin Pneumokokus.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus
(Accessed date: 9th August 2019).
3. Apryandy. 2014. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak dengan
Meningitis Bakteri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Periode Tahun
2010 – 2013. Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta.
4. World Health Organization. 2012. Information Sheet Observed Rate of
Vaccine Reactions Pneumococcal Vaccine.
https://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/Pneumococcal_Vaccine_r
ates_information_sheet.pdf (Accessed date: 10th August 2019)
5. Centers for Disease Control and Prevention. 2015. Pneumococcal
Polysaccharide VIS. https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/vis-
statements/ppv.html (Accessed date: 10th August 2019).
6. Kementrian Kesehatan. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
https://www.dpjpp.kemenkuham.go.id (Accessed date: 11th August 2019)
7. Food and Drug Administration. Pneumococcal Conjugate Vaccine. 2017.
8. National Health Service. Patient Group Direction for The Administration of
Pneumococcal Polysaccharides Vaccine (PPV).
https://foi.nhsgrampian.org/globalassets/foidocument/foi-public-documents1-
--all-documents/PGD_PPV.pdf (Accessed date: 11th August 2019)
9. American Academy of Pediatrics. Epinephrine For First Aid Management of
Anaphylaxis.2017.https://pediatrics.aappublications.org/content/139/3/e2016
4006 (Accessed date: 18th August 2019)

10

Anda mungkin juga menyukai