Anda di halaman 1dari 57

TUTORIAL

KEDOKTERAN KERJA
ANDRI DWIPUTRA PASOPATI 2015730008
ARMITA SYARIFAH 2015730016
EFRILIA ADHA POHAN 2015730035
Pembimbing: ICHSAN AZIZ 2015730056
dr. Farsida, MPH KARIMAH 2015730068
KARINA NABILAH YURNADI 2015730069
NADIYAH BAYAH HAFIZAH 2015730098
TRY MARZELA PERDANA AYU 2014730092

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS II


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
SKENARIO
Seorang dokter laki-laki usia 28 tahun yang bertugas di puskesmas kelurahan menerima pasien dengan gejala
Covid19, setelah dilakukan dirujuk ke RS dan dilakukan test ternyata hasil swab pasien tersebut positif. Saat
melakukan pemeriksaan dokter tersebut ditemani 1 orang perawat perempuan senior berusia 49 tahun. Saat
pemeriksaan  mereka berdua tidak memakai Alat pelindung diri.
Dari awal pemeriksaan lab pasien sampai hasil lab keluar memakan waktu 5 hari , Dokter tersebut sampai hasil test
keluar tidak timbul keluhan dan gejala, sedangkan perawat yang mendampinginya 3 hari  setelah kedatangan
pasien tersebut memiliki geala demam tinggi dan batuk-batuk sehingga ijin untuk tidak masuk kerja.
Dokter sudah menikah dan memiliki 1 anak usia 3 tahun dan tinggal hanya ber tiga dengan istrinya yang berusia 25
tahun. Dokter ditempatkan di puskesmas tersebut baru 1 tahun yang lalu. Jarak rumah tinggal ke puskesmas kurang
lebih 4 KM dan sehari-hari menggunakan kendaraan roda 4. Dokter tersebut memiliki riwayat penyakit asma yang
dideritanya dari sejak kecil. Sang istri memiliki kecenderungan darah tinggi yang didapat dari orang tuanya.
Perawat yang mendampinginya tinggal 500 M dari puskesmas dan sehari-hari bejalan kaki atau menaiki kendaraan
roda 2. Dia tinggal bersama suami yang berusia 50 tahun, 2 orang anak usia 18 dan 12 tahun. Perawat tersebut
tidak memiliki riwayat penyakit berat
Puskesmas tersebut memiliki pegawai sebanyak 11  orang yang terdiri dari 2 orang dokter, 2 orang perawat, 1 orang
analis, 2 orang bidan, 2 orang tenaga administrasi dan keuangan, 1 orang farmasi dan 1 orang pramubakti. Saat ini
selain perawat senior tersebut pegawai yang lainnya tidak menunjukkan gejala
Puskesmas buka dari hari senin hingga jumat dari jam 08.00 – 14.00, sehari-hari mereka menerima pasien antara
50-60 orang. Saat menerima pasien terduga covid19 tersebut hari senin dan pengunjung sedang mencapai
puncaknya
KATA SULIT
■ Pramubakti : Orang yang membantu dalam pelaksanaan tugas sosial
KATA KUNCI
■ Dokter 28 tahun dan perawat berusia 49 tahun menerima pasien gejala COVID19
■ Pemeriksaan dilakukan tanpa menggunakan APD
■ Perawat memiliki gejala demam tinggi dan batuk 3 hari setelah menangani
pasien
■ Dokter tidak mengalami keluhan, terdapat riwayat asma(+)
■ Dokter tinggal bersama istri (25 thn), riwayat hipertensi dan anak (3thn)
■ Perawat tinggal bersama suami (50 thn) dan 2 anak (18 dan 12 thn)
■ Hasil swab pasien positif
■ Perawat berjalan kaki saat menuju Puskesmas
■ Terdapat 11 pegawai puskesmas, 10 orang tanpa gejala
■ Pada saat pasien datang, suasana puskesmas sedang ramai (50-60 orang)
MINDMAP
Suami (50 thn)
dan 2 anak (18
Istri (25 thn) dan 12 thn)
riwayat hipertensi
dan anak (3 thn) Dokter 28 thn,
Perawat 49 thn Jarak ke
Riwayat asma(+)
puskesmas 500m,
berjalan kaki atau
roda 2
Menangani pasien
Hasil swab Pasien datang
gejala covid19
pasien positif saat Puskesmas Tracing
tanpa APD sedang ramai

Dokter dan 9 pegawai Perawat


puskesmas tidak memiliki gejala
memiliki gejala

Diagnosis
Kedokteran
Kerja
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana penggunaan protokol APD pada tingkat puskesmas?
2. Bagaimana penggunaan APD pada masyarakat sekitar atau pengunjung puskesmas?
3. Jelaskan faktor risiko berdasarkan kasus pada skenario beserta pengendaliannya
4. Bagaimana pengaruh riwayat asma dan riwayat hipertensi dengan penyakit COVID19?
5. Bagaimana kategori COVID19 pada skenario beserta tatalaksananya?
6. Bagaimana untuk mengidentifikasi risiko penularan pada skenario?
7. Jelaskan cara identifikasi penyakit akibat kerja (PAK) dengan 7 langkah diagnosisnya
8. Bagaimana membedakan PAK dan PAHK?
9. Bagaimana melakukan pengendalian kontrol teknik dan kontrol administratif pada
pegawai puskesmas?
10. Bagaimana strategi pencegahan dan pengendalian untuk kasus pada skenario?
11. Jelaskan interpretasi hasil rapid test dan swab
Genogram Perawat
Genogram Perawat
Profil Keluarga
Dokter
Kedudukan dalam
NO Usia Riw. Penyakit Pekerjaan Ket Status Menikah
Keluarga
1 Kepala keluarga 28 Asma Dokter OTG Menikah
2 Istri 25 Darah Tinggi IRT OTG Menikah

Tidak
3 Anak 1 3 Tidak ada OTG Belum Menikah
diketahui
Perawat
Kedudukan dalam
NO Usia Riw. Penyakit Pekerjaan Ket Status Menikah
Keluarga
1 Kepala keluarga 50 Tidak ada Pekerja OTG Menikah
2 Istri 49 Tidak ada Perawat PDP Menikah
3 Anak 1 18 Tidak ada Pelajar OTG Belum Menikah

4 Anak 2 12 Tidak ada Pelajar OTG Belum menikah


Alat Pelindung Diri Tingkat Puskesmas
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
Standar Masker 2. Masker N95 (atau ekuivalen)

1. Masker bedah 3 apply / Surgical Mask

Masker bedah efektif untuk Melindungi pemakai dari


menyaring droplet yang keluar paparan cairan dengan
dari pemakai ketika batuk atau ukuran droplet, hingga
bersin dan untuk tenaga medis cairan berukuran aerosol.
di fasilitas layanan kesehatan.
3. Reusable Facepiece Protector

Memiliki kemampuan filter


lebih tinggi dibanding N95,
menyaring termaasuk gas.
Standar Pelindung Mata

Pelindung mata (eye protector) adalah


salah satu jenis alat perlindungan diri
(APD) yang diperlukan untuk melindungi
mata dari paparan bahan kimia berbahaya,
percikan darah dan cairan tubuh, uap
panas, sinar UV maupun pecahan kaca.
Standar Pelindung Kepala
1. Skull Cap 2. Bouffant Cap

•Tujuan dari penutup kepala adalah untuk melindungi kulit kepala dan leher
serta rambut dari kontaminasi virus.
•Tidak ada perbedaan signifikan dalam pencegahan resiko infeksi (SSI)
antara 2 jenis head cap.
Standar Pelindung Tubuh / Gown

Gaun adalah pelindung tubuh dari pajanan Jenis Gaun yang sering digunakan :
melalui kontak atau droplet dengan cairan
dan zat padat yang infeksius untuk a.Gaun sekali pakai
melindungi lengan dan area tubuh tenaga b.Gaun dipakai berulang (reuseable)
kesehatan selama prosedur dan kegiatan
perawatan pasien.
Standar Sepatu / Boots

Seluruh petugas kesehatan harus mengenakan


sepatu bot (boots) tahan air berbahan karet
(rubber / gum boots).

Catatan:
●Jika sepatu bot karet tidak tersedia, petugas kesehatan
harus mengenakan sepatu tertutup (slip-on tanpa tali
sepatu dan sepenuhnya menutupi dorsum kaki dan
pergelangan kaki).
●Penutup sepatu, nonslip dan lebih disukai kedap air,
idealnya harus digunakan di atas sepatu tertutup untuk
memfasilitasi dekontaminasi.
●Sepatu bot dapat digunakan sampai akhir kerja atau shift
Alat Pelindung Diri Untuk Masyarakat Umum

Masker Kain
Digunakan ketika berada di tempat umum dan
fasilitas lainnya dengan tetap menjaga jarak 1-2
meter. Namun, jika masyarakat memiliki kegiatan
yang tergolong berbahaya (misalnya, penanganan
jenazah COVID-19, atau sedang sakit) maka
disarankan untuk menggunakan masker bedah 3
apply.
Langkah Penyelesaian Masalah Penularan COVID:
1. Pengendalian Lingkungan dan Rekayasa 
meminimalisir pertemuan tatap muka bila tidak
diperlukan (jarak fisik)
2. Higienitas  menyediakan desinfektan untuk
tangan, tempat cuci tangan yang mudah di akses,
Penilaian Risiko Penularan di Tempat etika batuk/ bersin
Kerja 3. Adminitsratif  mempermudah akses lab,
1. Probabilitas terkena penularan penempatan pasien dan triase sebagai Tindakan PPI
2. Keparahan dampak Kesehatan yang
4. Kebersihan  memberihkan area puskesmas
dihasilkan
sebelum dan setelah kegiatan secara rutin
5. Pelatihan dan Komunikasi: pelatihan petugas
mengenai cara penggunaan dan pembuangan APD,
komunikasi yang teratur
6. APD  harus memadai dan disediakan tempat
pembuangan yang tertutup
• Mengganti tensi raksa ke tensi
digital
• Memisahkan bahan bahan
• mudah terbakar
Menggunakan sekat kaca
• antara petugas
Melakukan loket manuver
one hand dengan
pengunjung/ pasien alat-alat
dalam penggunaan
yang tajam
•• Atau langsung membuang alat
Menggunakan masker selama
tajam ke hazard box
bertugas
• Menggunakan handscoon
Ketika dibutuhkan
Kategori COVID-19 pada skenario
Orang Tanpa Gejala (OTG) 1. Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko
tertular dari orang positif COVID-19.
2. Orang tanpa gejala yang kontak erat dengan kasus
positif COVID-19.

Dokter, istri dan anaknya


Suami perawat dan kedua anaknya
11 Pegawai puskesmas
1. Orang yang mengalami demam (≥38˚C) atau riwayat demam; atau gejala
Orang Dalam 1. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38˚C) atau
Pasien Dalam
Pemantauan (ODP) gangguan sistem pernapasan seperti pilek atau sakit tenggorokan atau batuk
Pengawasan (PDP) riwayat demam; disertai salah satu gejala atau tanda penyakit pernapasan seperti:
dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan
Konfirmasi batukPasien yangnafas
atau sesak terinfeksi COVID-19
atau sakit dengan
tenggorokan hasil
atau pilek ataupemeriksaan tes
pneumonia ringan
ataupositif
tinggalmelalui
di negara atau wilayah yang
pemeriksaan PCR.melaporkan transmisi lokal.
hingga berat dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
2. Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek
perjalanan atau tinggal di negara atau wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
Pasien
atau sakit tenggorokan atau batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
2. Orang dengan demam (≥38˚C) atau riwayat demam atau ISPA dan pada 14 hari
gejala
terakhirmemiliki
sebelumriwayat kontakmemiliki
timbul gejala denganriwayat
kasuskontak
konfirmasi atau
dengan probabel
kasus COVID-
konfirmasi atau
19.
probabel COVID-19.
3. Orang dengan ISPA berat atau pneumonia berat yang membutuhkan perawatan
di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.

Perawat
Rencana tatalaksana untuk perawat dengan gejala
Suspek infeksi covid-19 gejala ringan.

Non-farmakologi • Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari untuk mencegah penularan virus.
• Pasien ditangani oleh petugas FKTP sebagai pasien rawat jalan
• kontrol ke FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis

Farmakologi • Konsumsi Vitamin C 3 x 1 tablet


• Pengobatan simtomatis, paracetamol untuk demam dan dextromethorphan untuk batuk.

Hal-hal yang harus dilakukan saat isolasi mandiriKELUAR


:PASIEN
GA
•• Pastikan bahwa
Jaga jarak ruangan
minimal bersama memiliki ventilasi yang baik (mis.
1 meter •• Lakukan
Upayakanhygiene
kamartangan
tidurdengan rutin
terpisah dari anggota keluarga
• Dapur,
Selalu kamar mandi) masker
menggunakan •• Bersihkan
Gunakan menggunakan sabunkhusus
peralatan makan terlebihsecara
dahuluterpisah
lalu disinfektan
dan harus
• Dianjurkan untuk memakai masker seluruh permukaan yang sering tersentuh oleh pasien.
• Rutin cuci tangan dengan air mengalir dan sabun dibersihkan dengan air dan sabun
• Jaga jarak minimal 1 meter • Bersihkan pakaian, sprei dan handuk mandi pasien menggunakan
• Pakaian yang telah dipakai sebaiknya dimasukkan kedalam
deterjen secara terpisah. Hindari kontak langsung dengan permukaan
wadah tertutup
kain yang yang terpisah dengan pakaian anggota
terkontaminasi
keluarga
Rencana tatalaksana untuk dokter tanpa gejala

Non-farmakologi • Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari untuk mencegah penularan virus.
• Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP (Puskesmas)
• Kontrol ke FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis.

Farmakologi • Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid dianjurkan untuk tetap melanjutkan


pengobatan yang rutin dikonsumsi.
• Konsumsi Vitamin C 3 x 1 tablet

Hal-hal yang harus dilakukan saat isolasi mandiri :PASIEN

• Sama seperti pada suspek infeksi covid-19 dengan gejala ringan


• Dianjurkan untuk mengukur dan mencatat suhu tubuh secara rutin 2 kali sehari (pagi dan malam)
• Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh >38 0.
Rencana tatalaksana untuk pegawai puskesmas lainnya

OTGTANPA
ORANG dilakukan pengambilan
GEJALA / OTG : spesimen pada hari ke-1 dan ke-14 untuk pemeriksaan RT PCR.
TANPA GEJALA :
Dilakukan pemeriksaan Rapid Test apabila tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, apabila hasil
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala
pemeriksaan
(OTG) pertama
merupakan
1. Nonfarmako
menunjukkan hasil:
: : kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19.
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
•a. Diberi
(-)  edukasi
karantina mandiri
(pakai dengan
masker menerapkan
jika keluar, jaga jarak PHBS
dengandan physical
keluarga, distancing
menerapkan etika pemeriksaan
batuk ulang
& bersin, alat
makan minum
pada 10 harisegera dicuci,Jika
berikutnya. berjemur
hasil10-15 mnt, memantau
(+) , maka suhu
dilanjutkan tubuh) pemeriksaan RT PCR sebanyak 2
dengan
kali selama 2 hari berturut-turut.
2. Farmako:
• Vitamin C 3x1 tablet
b. (+) --> karantina mandiri dengan menerapkan PHBS dan physical distancing ; dikonfirmasi dengan
pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut.
Belum terkonfirmasi COVID-19
Tanpa gejala Gejala ringan Sedang dan Berat

Non - • Isolasi mandiri di rumah • Isolasi mandiri di rumah selama • Rawat di RS/RS rujukan
Farmakologi selama 14 hari 14 hari • Melakukan pemeriksaan lanjutan
• Diberi edukasi • Melakukan pemeriksaan lebih • Istirahat total, intake kalori
lanjut adekuat, control elektrolit, status
• Pribadi: pakai masker jika hidrasi dan oksigen
keluar, jaga jarak dengan
keluarga, menerapkan etika
batuk & bersin, alat makan
minum segera dicuci, berjemur
10-15 mnt, memantau suhu
tubuh

Farmakologi • Konsumsi Vit.C 3x1 tab • Vit. C 3x1 tab, serta obat-obat • Bila ditemukan pneumonia, rawat
simtomatis dengan tatalaksana pneumonia
• Azitromisin 500mg/24 jam/oral • Kasus PDP dan memenuhi kriteria
atau Levofloxacin 750 mg/24 berat penyakit dalam kategori
jam (5 hari) sambal menunggu sedang/berat ditatalaksana seperti
hasil swab pasien terkonfirmasi Covid-19
sampai terbukti bukan
Terkonfirmasi COVID-19
OTG Gejala ringan Gejala sedang Berat

Non - • Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari • Rujuk ke RS ke ruang • Isolasi di RS rujukan
Farmakologi • Diberi edukasi perawatan Covid-19 • Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit,
• Melakukan pemeriksaan lanjutan • Isolasi di RS selama 14 hari status hidrasi, saturasi oksigen
• Pribadi: pakai masker jika keluar, jaga jarak • Istirahat total, intake kalori
dengan keluarga, menerapkan etika batuk & adekuat, control elektrolit,
bersin, alat makan minum segera dicuci, status hidrasi, saturasi
berjemur 10-15 mnt, memantau suhu tubuh oksigen

Farmakologi • Bila ada • Vit.C • Vit.C 200-400 mg/8 jam • Klorokuin fosfat, 500 mg/12 jam/oral (hari ke 1-3)
penyakit • Klorokuin fosfat dalam 100 cc NaCl 0,9% dilanjutkan 250 mg/12 jam/oral (hari ke 4-10)
penyerta tetap 500mg/12 jam/oral (5 dalam 1 jam (IV) • Azitromisin 500 mg/24 jam/oral atau IV (5 hari)
melanjutkan hari) • Klorokuin fosfat 500mg/12 • Jika sepsis, pemilihan antibiotik sesuai dg kondisi
obat tsb • Azitromisin 500 jam/oral (5-7 hari) klinis
• Vit.C mg/24 jam/oral (5 • Azitromisin 500 mg/24 • Antivirus (Oseltamivir 75 mg/12jam/oral
hari) jam/oral atau IV (5-7 hari) • Vit.C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%
• Pengobatan simtomatis • Pengobatan simtomatis dalam 1 jam (IV)
• Antivirus (Oseltamivir • Antivirus (Oseltamivir 75 • Vit. B1 1 amp/24 jam/IV
75 mg/12jam/oral (5 mg/12jam/oral (5 hari)) • Hydroxycortison 100 mg/24 jam/ intravena (3 hari
hari)) pertama)
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
• Obat suportif lainnya
Identifikasi penularan (Contact Tracing)
WHO:
■ COVID-19 menular dari manusia ke manusia
■ Melalui percikan batuk/bersin (droplet)

contact tracing
■ Mengidentifikasi
■ Memeriksa
■ Tatalaksana

Sumber: World Health Organization. Contact Tracing in the Context of COVID-19. World Health Organization; 2020. [Cited 2020 Jun 16];
(Available from: https://www.who.int/publications/i/item/contact-tracing-in-the-context-of-covid-19
Identifikasi penularan (Contact Tracing)
Kriteria kontak erat:
■ Kontak dengan pasien COVID-19 pada 2
hari sebelum timbul gejala dan hingga 14 SIAPA?
hari setelah timbul gejala ■ Petugas kesehatan tempat perawatan COVID-19
■ Kontak dengan seseorang yang terpajan tanpa menggunakan APD sesuai standar.
pasien COVID-19 ■ Orang yang berada dalam suatu ruangan dengan
pasien COVID-19

■ Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter)


dengan pasien COVID-19
Sumber: World Health Organization. Contact Tracing in the Context of COVID-19. World Health Organization; 2020. [Cited 2020 Jun 16];
(Available from: https://www.who.int/publications/i/item/contact-tracing-in-the-context-of-covid-19
Identifikasi penularan (Contact Tracing)
Skenario:

■ Pasien terkonfirmasi COVID-19 diperiksa oleh dokter dan perawat

■ Saat pasien COVID-19 datang ke puskesmas, terdapat 9 petugas Kesehatan lainnya

■ Saat pasien COVID-19 datang ke puskesmas terdapat sekitar 50-60 pasien lain yang datang ke
puskesmas

■ Dokter yang kontak erat dengan pasien COVID-19 tinggal dengan istri dan 1 orang anaknya

■ Perawat yang kontak erat dengan pasien COVID-19 tinggal dengan suami dan 2 orang anaknya

■ Perawat yang kontak erat dengan pasien Covid-19 berangkat dari rumah ke puskesmas yang
jaraknya 500 meter dengan berjalan kaki

Sumber: World Health Organization. Contact Tracing in the Context of COVID-19. World Health Organization; 2020. [Cited 2020 Jun 16];
(Available from: https://www.who.int/publications/i/item/contact-tracing-in-the-context-of-covid-19
Identifikasi penularan (Contact Tracing)
Langkah-Langkah contact tracing:

1. Identifikasi kontak erat 2. Menggali informasi lebih lanjut

3. Memberikan Informasi kepada kontak erat


4. Tatalaksana ■ Proses dari contact-tracing dan karantina

■ Karantina ■ Lokasi karantina


■ Gejala yang harus diperhatikan
■ Pengawasan harian
■ Apa yang harus dilakukan jika timbulnya gejala
■ Perlindungan data pribadi pasien

Sumber: World Health Organization. Contact Tracing in the Context of COVID-19. World Health Organization; 2020. [Cited 2020 Jun 16];
(Available from: https://www.who.int/publications/i/item/contact-tracing-in-the-context-of-covid-19
Jenis Informasi Data yang dibutuhkan
Identifikasi kontak  Nomor KTP
(1 kali pendataan)  Nama lengkap
 Alamat
 Nomor telepon yang dapat dihubungi
Informasi Demografi • Tanggal lahir (atau umur jika tidak tahu)
(1 kali pendataan) • Jenis kelamin
• Pekerjaan
• Hubungan dengan sumber COVID-19
• Bahasa yang digunakan
Jenis Kontak Erat  Jenis kontak erat
(1 kali pendataan)  Terakhir kali kontak dengan pasien COVID-19 atau kontak erat
lainnya
 Frekuensi dan durasi pajanan

Sumber: World Health Organization. Contact Tracing in the Context of COVID-19. World Health Organization; 2020. [Cited 2020 Jun 16];
(Available from: https://www.who.int/publications/i/item/contact-tracing-in-the-context-of-covid-19
Jenis Informasi Data yang dibutuhkan
Follow-up harian tanda dan gejala  Demam (diukur lalu laporkan)
(Pendataan harian)  Tanda dan gejala lainnya: Tenggorokkan kering, batuk,
hidung tersumbat atau meler, sesak napas, nyeri otot,
gangguan penciuman dan pengecapan atau diare)
 
Follow up yang terlewat  Alasan
 Alamat baru
Tatalaksana yang sudah dilakukan  Tanggal timbulnya gejala
(1 kali pendataan)  Kriteria rujukan
 Lokasi fasilitas isolasi
 Apakah sudah diambil sampel atau belum dan tanda
pengambilan sampel
 

Sumber: World Health Organization. Contact Tracing in the Context of COVID-19. World Health Organization; 2020. [Cited 2020 Jun 16];
(Available from: https://www.who.int/publications/i/item/contact-tracing-in-the-context-of-covid-19
Perbedaan PAK dan PAHK

Occupational Disease Work Related Disease


(PAK) (PAHK)

• Terjadi hanya di antara • Terjadi juga pada populasi


populasi pekerja penduduk
• Penyebab spesifik • Penyebab multi faktor
• Adanya paparan di tempat • Pemaparan di tempat kerja
kerja merupakan hal yang mungkin merupakan salah
penting satu faktor
• Tercatat dan mendapatkan • Mungkin tercatat dan
ganti rugi mungkin dapat ganti rugi.
7 Langkah Diagnosis PAK
Langkah Diagnosis Dokter, 28 tahun Perawat, 49 tahun
Langkah 1: Menetapkan OTG Covid-19 PDP Covid-19
Diagnosis Klinis
Langkah 2: Identifikasi •Pasien bekerja selama 6 jam sehari dari hari Senin – Jumat.
Paparan Risiko Bahaya •Biasanya dalam satu hari, terdapat 50 – 60 pasien (hari Senin adalah
puncaknya).
•Kedatangan pasien yang positif gejala covid-19.
•Pada saat dilakukan pemeriksaan, tidak memakai APD.
Jarak rumah dan puskesmas 4km, Jarak rumah dan puskesmas
pasien menggunakan kendaraan roda 500m, pasien berjalan kaki
empat. atau menggunakan kendaraan
roda dua.
Langkah 3: Hubungan •Pasien bekerja di puskesmas yang tiap harinya menerima 50 – 60
antara Faktor Paparan orang. (kontak dengan banyak orang)
Risiko dan Gangguan •Pasien juga tidak memakai APD pada saat pemeriksaan.
Kesehatan yang Timbul •Orang yang ditangani oleh pasien: Gejala Covid-19 dan swab (+)
•Penyakit Covid-19 ditularkan melalui droplets yang dapat ditahan
risiko penyebarannya menggunakan APD.
Langkah Diagnosis Dokter, 28 tahun Perawat, 49 tahun
Langkah 4: Menentukan Satu tahun bekerja di puskesmas. Sudah lama bekerja sebagai
Besar Pajanan perawat (perawat senior).
•Jam kerja: 08.00 – 14.00 (6 jam).
•Kedatangan pasien gejala Covid-19 dan swab (+)
•Tidak memakai APD.
Langkah 5: Menentukan •Riwayat asma (+) sejak kecil. •Riwayat alergi (-)
Faktor Individu •Riwayat penyakit lain (-) •Riwayat penyakit pernapasan
(-)
•Riwayat penyakit lain (-)
Langkah 6: Menentukan •Pekerjaan lain (-) •Pekerjaan lain (-)
Faktor Pajanan di Luar •Tinggal di rumah bersama istri •Tinggal di rumah bersama
Tempat Kerja (25) dan anaknya (3). suami (50) dan anaknya (18
•Berangkat kerja dengan dan 12 tahun).
kendaraan roda empat. •Berangkat kerja berjalan
kaki/ dengan kendaraan roda
dua.

Langkah 7: Menentukan OTG Covid-19, PAK PDP Covid-19, PAK


Diagnosis Akibat Kerja
KONTROL TEKNIK
Pendekatan secara teknis untuk mencegah seseorang terpapar risiko berbahaya

Eliminasi  memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang tidak
dapat diterima oleh ketentuan atau standar baku K3

Subtitusi  menggantikan bahan - bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan
peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman.

Minimasi  pengendalian rekayasa teknik, merubah struktur obyek kerja untuk mencegah seseorang terpapar
potensi bahaya.

Isolasi  memisahkan seseorang dari obyek kerja

Ventilasi  pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan
KONTROL ADMINISTRATIF
Pelatihan, prosedur, kebijakan atau desain shift yang mengurangi ancaman bahaya terhadap
seorang individu
Membatasi waktu kerja: Safe work practices:
• Adanya jam istirahat kerja • Dilarang merokok, makan-minum di area
• Shift/rotasi pembagian kerja bahan kimia
• Review MSDS terlebih dahulu
Training dan komunikasi: • Jaga kebersihan dan keteraturan ruang
• Pelatihan dan Pendidikan kerja (house keeping)
• Papan informasi
• Safety meetings Adanya tempat bilas mata dan mandi
• MSDS (Material Safety Data Sheet) darurat
Fasilitas kesehatan bagi pekerja
Kebersihan pribadi SOP
Pemberian vaksin / imunisasi
Kesehatan surveilans
Rencana tanggap Pemantauan tempat kerja
darurat
Inspeksi dan audit
Investigasi kecelakaan
melakukan kebersihan tangan menggunakan hand
sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor atau cuci tangan
dengan sabun jika tangan terlihat kotor;

menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;

Pencegahan terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung


dan mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu,
lalu buanglah tisu ke tempat sampah;

pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan


dan melakukan kebersihan tangan setelah membuang
masker;

menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang


mengalami gejala gangguan pernapasan.
STRATEGI
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
BERKAITAN DENGAN
PELAYANAN
KESEHATAN
1. Menjalankan langkah-langkah
pencegahan standar untuk semua pasien
Pencegahan luka
Kebersihan tangan dan Penggunaan APD
akibat benda tajam dan
pernapasan; sesuai risiko
jarum suntik

Pembersihan
lingkungan, dan
Pengelolaan limbah
sterilisasi linen dan
yang aman .
peralatan perawatan
pasien.
2. Memastikan identifikasi awal dan pengendalian sumber
3. Menerapkan pengendalian administratif
4. Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa
5. Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris
atas kasus pasien dalam pengawasan dan konfirmasi COVID-19

a. Kewaspadaan Kontak dan Droplet


b. Kewaspadaan Airborne pada Prosedur yang Menimbulkan
Aerosol
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
INFEKSI UNTUK
ISOLASI DI RUMAH
(PERAWATAN DI
RUMAH)
Masyarakat harus diberikan pedoman yang jelas, transparan,
konsisten, dan terkini serta diberikan informasi yang dapat
dipercaya tentang tindakan karantina;

Keterlibatan masyarakat sangat penting jika tindakan


Pencegahan
karantina harus dilakukan;
dan
Pengendalian
Orang yang di karantina perlu diberi perawatan kesehatan,
dukungan sosial dan psikososial, serta kebutuhan dasar
termasuk makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya.
Infeksi untuk
Kebutuhan populasi rentan harus diprioritaskan;
Karantina
Faktor budaya, geografis dan ekonomi mempengaruhi
efektivitas karantina. Penilaian cepat terhadap faktor lokal
harus dianalisis, baik berupa faktor pendorong keberhasilan
maupun penghambat proses karantina.
Tata cara dan perlengkapan selama
masa karantina

ruangan dengan ventilasi cukup ,kamar


single yang luas yang dilengkapi dengan pembatasan jarak
ventilasi udara yang
toilet. meminimalkan penggunaan ruang sosial (lebih dari 1 akomodasi dengan
memadai, sistem
bersama dan penggunaan peralatan makan meter) terhadap tingkat kenyamanan
penyaringan dan
bersama, serta memastikan bahwa ruang orang-orang yang di yang sesuai
pengelolaan limbah
bersama (dapur, kamar mandi) memiliki karantina;
ventilasi yang baik.

pertimbangan khusus
bantuan komunikasi jika memungkinkan, dukungan
bantuan bagi para untuk individu yang lebih
dengan anggota akses internet, berita psikososial;
pelaku perjalanan tua dan individu dengan
keluarga; dan hiburan; dan
kondisi komorbid
Deteksi dini dan
pengendalian
Tindakan
Pencegahan
Pengendalian administratif
dan
Pengendalian
Infeksi
Minimal
Pengendalian Lingkungan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasyankes Pra Rujukan
Bagi OTG maupun ODP yang berusia
diatas 60 tahun dengan penyakit
penyerta (seperti hipertensi, diabetes
Penyiapan melitus, dll) yang terkontrol dan
Transportasi ditemukan diluar fasyankes, dilakukan
Penanganan
Untuk rujukan ke RS Darurat dengan
Awal
Rujukan Ke menggunakan mobil sendiri, jika tidak
RS Rujukan tersedia dapat menghubungi petugas
kesehatan setempat. Jika menggunakan
mobil sendiri, buka jendela mobil dan
pasien menggunakan masker bedah.
■ Rapid test  tes antibodi dengan sampel darah untuk deteksi
dini suspek COVID 19
■ Mendeteksi antibody IgM dan IgG (IgM terdeteksi 3-6 hari
pasca infeksi, IgG 8 hari pasca infeksi)  hasil di keluarkan
setelah 15 menit
■ Dapat dilakukan untuk populasi yang terinfeksi namun belum
menunjukkan gejala
■ Sensitivitas 88,66% dan Spesifisitas 90,63% dalam melakukan
skrining terhadap Covid-19
■ Resiko false negative
– Konsentrasi antibodi yang rendah. Ketika kadar IgM dan
IgG di bawah batas deteksi (belum ditentukan), hasil tes
akan negatif
– Perbedaan dalam produksi antibodi respon imun individu
bisa menjadi salah satu alasan untuk hasil negatif palsu
pada COVID-19 pasien
– Antibodi IgM akan berkurang dan menghilang setelah 2
minggu. Dalam beberapa kasus, sulit untuk mengetahui
secara pasti kapan pasien terinfeksi atau berapa lama
pasien terinfeksi.
Pasien dengan hasil rapid test positif selanjutnya melakukan pemeriksaan swab test
• PCR digunakan untuk memperkuat sejumlah kecil materi genetik dari virus  teknik molekuler yang
digunakan untuk memperkuat asam nukleat (DNA / RNA)

• Amplifikasi  menemukan jumlah virus yang sangat kecil, dan jumlah materi genetik virus yang
cukup untuk memastikan secara akurat bahwa virus tersebut ada. Itu berarti (terjadi amplifikasi: covid
positif, tidak ada: covid negative)

• sensitivitas hingga 83% dengan spesifisitas yang belum di tentukan nilainya  merupakan gold
standard diagnostik pada pasien suspek Covid-19 hingga saat ini.

• False negative: pengambilan sampel selama tahap infeksi awal menggunakan usap tenggorokan atau
dahak mungkin tidak mendeteksi virus karena infeksi SARS ‐ CoV ‐ 2 dimulai di paru-paru, bukan di
saluran pernapasan atas
■ Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
■ Keluarkan swab dari lemasi asam
■ Posisikan tubuh terhadap pasien
■ Miringkan kepala sedikit kebelakang, buka mulut dengan lebar untuk memperlihatkan tonsil dan ujung
kerongkongan
■ Gunakan penahan lidah untuk menahan agar lidah jauh dari ujung kerongkongan
■ Posisikan tonsil
■ Gosokkan swab ke seluruh area, bagian belakang dan depan kurang lebih 10 kali
■ Selama melakukan swab, cabut penutup conical tube 15 ml untuk memasukkan hasil swab
■ Tempatkan swab di tube dan aduk/ kocok dengan kencang dan putar putar kurang lebih sebanyak 20 kali
■ Buang swab yang sudah digunakan ke tempat sampah pada cairan asam
■ Cuci kembali tangan dengan sabun dan air mengalir
■ Tinggalkan area pemeriksaan dan beritahu petugas anda telah selesai melakukan pemeriksaan
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia

PCR Rapid Test Antibody


Kelebihan • Sensitivitas dan Spesifisitas tinggi • Dapat dikerjakan oleh semua laboran
• Deteksi langsung dalam asam nukleat (selama APD tersedia)
• Dapat deteksi fase akut, sejak hari pertama • Hasil cepat
terinfeksi • Menggunakan sampel whole blood/
serum (lebih nyaman untuk pasien)
Kekurangan • Perlu pengambilan swab nasofaring/orofaring • Sensitivitasnya rendah
• Perlu tenaga terlatih • Tidak dapat deteksi fase akut
• Perlu keterampilan ekstraksi manual
• Perlu spesifikasi lab dan APD khusus
• Harga lebih mahal

Sebagai inisiasi untuk penghematan biaya yang dikeluarkan oleh pasien, maka skrining
menggunakan Rapid Test lebih dulu di lakukan sebelum PCR

Anda mungkin juga menyukai