Anda di halaman 1dari 4

SINERGI ENERGI & OTOMOTIF 2017

(SENO 2017)
PROSIDING

KARAKTERISTIK LAJU KOROSI MATERIAL PIPA


HOLLOW DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK
DAUN KELOR, TALAS, DAN WARU
(STUDI KASUS MATERIAL HANDLING
BELERANG KAWAH IJEN)

Andi Hermanto
Program Studi Mesin Otomotif - Jurusan Teknik, Politeknik Negeri Jember
Dusun Kebaman RT 3 RW 4 Desa Kebaman, Kec. Srono, Kab. Banyuwangi 68471
Telp. 087755520263. Email: andi_armania@yahoo.com

Abstrak

Abstract

PENDAHULUAN tradisional. Proses pengangkutan hasil


Indonesia adalah negara yang memiliki tambang tersebut menggunakan alat angkut
banyak potensi sumber daya alam, salah beroda dua. Alat angkut tersebut digunakan
satunya adalah hasil tambangnya. Negara ini penambang untuk mengangkut hasil tambang
memiliki banyak hasil tambang diantaranya dari puncak Kawah Ijen sampai ke pusat
emas, tembaga, belerang, dan sebagainya. penampungan belerang di Paltuding. Alat
Hasil tambang yang melimpah tersebut angkut beroda dua tersebut terbuat dari
dimanfaatkan manusia untuk berbagai material pipa hollow besi sebagai rangka, alat
kepentingan. Kawah Ijen yang terletak di ini juga dilengkapi dengan sistem
Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa pengereman sebagai kendali saat digunakan
Timur merupakan salah satu tambang pada jalur menurun. Akibat lingkungan
belerang di Indonesia. Kawah Ijen yang asam, alat angkut tersebut
Di kawasan Kawah Ijen terdapat menjadi cepat rusak akibat korosi.
aktivitas penambangan belerang secara
Korosi merupakan masalah besar bagi pengaruh adalah reaksi elektrokimia.Korosi
peralatan yang menggunakan material dasar elektrokimia biasanya terjadi pada
logam. Korosi atau pengkaratan dikenal lingkungan yang basah pada temperatur yang
sebagai peristiwa kerusakan logam karena relatif rendah, dengan berbagai bentuk korosi
faktor metalurgi (material itu sendiri) dan yang mengikuti mekanisme elektrokimia
reaksi kimia dengan lingkungannya yang yaitu terjadi reaksi oksidasi (anodik) dan
menyebabkan terjadi penurunan kualitas reduksi (katodik) (Gunaatmaja, 2011).
suatu bahan logam[4]. Korosi tidak dapat Faktor yang mempengaruhi terjadinya
dicegah tetapi lajunya dapat dikurangi. korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
Berbagai cara telah dilakukan untuk faktor bahan dan faktor lingkungan.
mengurangi laju korosi, salah satunya dengan Faktor bahan meliputi kemurnian bahan,
pemakaian inhibitor. Sejauh ini penggunaan struktur, perbedaan potensial, dan bentuk
inhibitor merupakan salah satu cara paling permukaan. Faktor lingkungan meliputi
efektif untuk mencegah korosi, karena keberadaan gas terlarut, suhu, kelembaban,
biayanya yang relative murah dan prosesnya keberadaan zat kimia yang bersifat korosif,
yang sederhana (Barilian, 2015). dan sebagainya. Bahan – bahan penyebab
Penelitian yang dilakukan Nugroho korosi adalah asam, basa, dan garam, baik
(2011) menyatakan, ekstrak ubi ungu cukup dalam bentuk senyawa anorganik maupun
efektif sebagai inhibitor dalam menghambat organik (Utomo, 2015).
laju korosi baja karbon rendah di lingkungan 1. Inhibitor Korosi
NaCl 3,5%. Ekstrak ubi ungu bekerja cukup Inhibitor korosi adalah zat kimia dimana
optimal dan mampu menghambat laju korosi ketika ditambahkan dalam konsentrasi yang
hingga 79,4%. Penelitan yang dilakukan kecil ke suatu lingkungan dapat memperkecil
oleh Khamaliyah, dkk (2016) menyatakan, atau mencegah terjadinya korosi (Roberge,
penambahan ekstrak daun kelor pada 2010). Inhibitor bekerja dengan penyerapan
Material Pipeline API 5L grade B di ion atau molekul ke dalam permukaan logam.
lingkungan air laut didapatkan penurunan Mereka mengurangi laju korosi dengan
laju korosi sebesar 12,618 mpy dari 41,295 menaikkan atau menurunkan reaksi anodic
mpy (efisiensi sebesar 69,46%) pada kondisi dan atau katodik. Menurut jenisnya inhibitor
air laut statis dan pada kondisi air laut korosi dibagi menjadi empat yaitu (Surya,
dinamis sebesar 24,853 mpy dari 76,664 mpy 2004):
(efisiensi sebesar 67,55%). 1. Inhibitor Anorganik
Pada penelitian ini untuk mengetahui 2. Inhibitor Organik
pengaruh penambahan variasi green inhibitor 3. Inhibitor Anodik
ekstrak daun kelor, talas, dan waru terhadap 4. Inhibitor Katodik
laju korosi pipa hollow dalam media air Penggunaan inhibitor korosi saat ini
Danau Kawah Ijen. umumnya menggunakan inhibitor anorganik,
dikarenakan memiliki inhibisi korosi yang
TINJAUAN PUSTAKA baik namun menimbulkan masalah bagi
1. Korosi lingkungan bila terakumulasi dan memiliki
Korosi didefinisikan sebagai degradasi harga yang cukup mahal. Pengembangan riset
tentang bahan inhibitor dilakukan untuk
dari material yang diakibatkan oleh reaksi
mendapatkan inhibitor yang ramah
kimia dengan material lain dan lingkungan dan lebih ekonomis.
lingkungannya. Akibat adanya reaksi korosi, Inhibitor organik bekerja dengan
suatu material akan mengalami perubahan membentuk senyawa kompleks yang
sifat ke arah yang lebih rendah atau dapat mengendap (adsorpsi) pada permukaan logam
dikatakan kemampuan dari material tersebut sebagai lapisan pelindung yang dapat
akan berkurang (Iandiano, 2011). menghambat reaksi logam tersebut dengan
lingkungannya (Putra, 2011)
Reaksi korosi menghasilkan oksida
2. Air Danau Kawah Ijen
logam, sulfide logam dan hasil reaksi lainnya. Kawah Ijen merupakan danau asam paling
Pada proses korosi reaksi yang ber- besar di dunia, terletak di Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur. Air Danau Kawah Larutan rendam kemudian ditambahkan
Ijen adalah air meteroit atau hujan yang ekstrak green inhibitor korosi dengan kadar
mengandung ion-ion terlarut terutama anion 0%, 5%, dan 10%.
4. Pengujian Korosi
dengan konsentrasi tinggi. Sehingga air
Spesimen yang telah siap dialkukan
tersebut mempunyai derajat keasaman yang penimbangan untuk mengetahui berat awal
sangat tinggi (pH < 0,5). Air asam sulfat dan specimen. Selanjutnya spesimen direndam
bikarbonat akibat pelarutan gas CO2 dan SO2 pada larutan yang telah ditambahkan green
maupun HCl di dalam air danau kawah inhibitor korosi. Variasi kadar green inhibitor
membuat korosif logam dengan cepat (Badan korosi yang digunakan adalah 0%, 5%, dan
Geologi, 2012) 10%. Waktu perendaman specimen dilakukan
selama 11 hari. Setelah dilakukan
perendaman, specimen dilakukan
METODOLOGI pembersihan dengan larutan acid pickling
1. Preparasi Pembuatan Ekstrak Daun yaitu 500 ml asam klorida yang dilarutkan
Kelor, Talas, Dan Waru Sebagai dengan 1000 ml aquades. Selanjutnya
Green Inhibitor Korosi specimen dilakukan penimbangan untuk
Bahan yang digunakan adalah daun kelor, mengetahui berat akhir.
talas, dan waru. Mula – mula daun Setelah diketahui kehilangan berat specimen,
dikeringkan selama 10 hari tanpa terkena maka dilakukan perhitungan laju korosi
cahaya matahari secara langsung. Hal ini menggunakan persamaan sesuai dengan
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan ASTM G1-03:
rusaknya senyawa antioksidan di dalam daun. 𝐾. 𝑊
Kemudian daun yang telah kering dihaluskan 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐾𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖 =
𝐷. 𝐴. 𝑇
menggunakan blender sampai menjadi halus.
Pada penelitian ini menggunakan metode Dimana :
meserasi, dimana bahan dilakukan ekstrasi K : konstanta
tanpa pemanasan. Serbuk daun direndam W : kehilangan berat (gr)
dalam pelarut etanol 97%, dengan komposisi D : densitas specimen (gr/cm3)
100 gram serbuk dilarutkan dalam 1 liter A : luas permukaan yang terendam (cm2)
etanol. Perendaman dilakukan selama 7 x 24 T : waktu perendaman (jam)
jam. Kemudian dilakukan penyaringan
ekstrak, dan dilakukan evaporasi selama 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
hari pada suhu ruang. Untuk mengetahui 1. Analisa Kandungan Fenolik
kandungan senyawa fenolik pada daun kelor,
talas, dan waru, dilakukan pengujian Tabel 1. Hasil Kandungan Fenolik
spetrofotometri Uv-Vis. No Kelor(%) Waru(%) Talas(%)
2. Preparasi Spesimen Uji 1 69,2 52 24,8
Pada penelitian ini menggunakan pipa
hollow yang dipotong dengan ukuran 18 mm Senyawa fenolik merupakan antikosidan
x 18 mm x 18 mm sebanyak 21 buah. Sampel alami yang berasal dari tumbuhan yang
yang telah dipotong, kemudian dilakukan berfungsi sebagai penghambat laju korosi.
pengamplasan agar oksida yang ada Sesuai dengan prinsip kerja inhibitor,
dipermukaan sampel dapat hilang. senyawa fenolik pada green inhibitor akan
Pengamplasan dimulai dari kertas amplas mengendap dan selanjutnya teradsorpsi pada
grade 800 dan dilanjutkan kertas amplas permukaan logam serta melindunginya
grade 1200. terhadap korosi (Surya, 2004).
3. Preparasi Larutan Rendam Pada pengujian Spektrofotometri UV-Vis
Larutan rendam yang digunakan adalah diketahui bahwa kandungan senyawa fenolik
air Danau Kawah Ijen. Berdasarkan terbesar pada daun kelor yaitu 69,2%, daun
Berdasarkan ASTM G31-12a, untuk waru 52%, dan daun talas 24,8%. Jumlah
pengujian celup skala laboratorium volume kandungan senyawa fenolik pada green
larutan minimal untuk pengujian yaitu: inhibitor akan berpengaruh terhadap laju
Volume = (0,2 s/d 0,4) x luas permukaan korosi yang terjadi pada logam.
spesimen 2. Pengaruh Kehilangan
Daftar Pustaka

[1] Barilian, K. U. 2015. Nikotin Sebagai Alternatif Inhibitor Korosi.


http://www.corrosioncop.com/. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016, pukul 22:56.
[2] Gunaatmaja, A. 2011. Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Laju Korosi Pada
Baja Karbon Rendah Dengan Penambahan Ekstrak Ubi Ungu Sebagai Inhibitor
Organik Di Lingkungan NaCl 3,5%. Skripsi. Universitas Indonesia.
[3] Iandiano, D. 2011. Studi Laju Korosi Karbon Untuk Pipa Penyalur Proses
Produksi Gas Alam Yang Mengandung Gas CO2 Pada Lingkungan NaCl 0.5, 1.5,
2.5 Dan 3.5 %. Skripsi. Universitas Indonesia
[4] Juni, P. S. 2015. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun Tembakau
Terhadap Laju Korosi Baja AISI E 2512 Media Air Laut. Skripsi. Universitas
Jember.
[5] Kamaliyah, D. I., Garuda, R. S. I. D. dan Rizqi, I. Y. 2016. Pemanfaatan Ekstrak
Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Green Corrosion Inhibitor Pada Material
Pipeline API 5L Grade B Di Lingkungan Air Laut. Jurnal Teknik Meterial dan
Metalurgi, Insitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
[6] Nugroho, A. 2011.Pengaruh Penambahan Inhibitor Organik Ekstrak Ubi Ungu
Terhadap Laju Korosi Pada Material Baja Low Carbon Di Lingkungan NaCl
3,5%. Skripsi. Universitas Indonesia
[7] Putra, R.A. 2011. Pengaruh Waktu Perendaman Dengan Penambahan Ekstrak Ubi
Ungu Sebagai Inhibitor Organik Pada Baja Karbon Rendah di Lingkungan HCl 1
M. Skripsi. Universitas Indonesia.
[8] Roberge, P.R. 2010. Handbook of Corrosion Engineering. New York : McGraw
Hill
[9] Surya, I. D. 2004. Kimia Dari Inhibitor Korosi. Jurnal. Program Studi Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
[10] Utomo, S. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor
Terhadap Laju Korosi Besi Dalam Media Air Laut. Jurnal Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai