Anda di halaman 1dari 3

FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


_____________________________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Indra ayu Mugihariyani, SKed
NIM : 13711054
Stase : Ilmu Kesehatan Jiwa

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Nn. EC No RM : 218975
Umur : 15 Tahun Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : F23.1
Pengambilan kasus pada minggu ke:………………………
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ).
Pasien dibawa ke Rumah Sakit oleh pihak Puskesmas dan keluarganya karena meracau dan sering
berbicara melantur, serta sering mengganggu teman-temannya. Pasien merupakan seorang remaja putri
yang sedang duduk di bangku SMA kelas 1. Telah mengalami gangguan sejak SMP, stressor awal
penyebab timbulnya gangguan adalah pernah diperkosa (keterangan didapat dari penanggungjawab pihak
puskesmas).
Sebelum di rawat di RSUD Soeroto, pasien sudah pernah dirawat di RS Solo.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Alasan tertarik memilih kasus ini adalah dilatarbelakangi jenis kelamin pasien yaitu perempuan dan usia
yang sedang dilaluinya yaitu usia remaja. Anak perempuan saat usia remaja merupakan waktu yang
seharusnya mereka untuk ceria, memperluasan pengetahuan dan pergaulan, dan sedang semangat
belajar guna meraih cita-citanya. Diketahui pasien sebenarnya adalah pribadi yang ceria dan merupakan
siswa yang dikategorikan mampu secara akademik dan diatas rata-rata teman sebayanya. Oleh karena
stressor yang didapat dari orang yang tidak bertanggungjawab, membuat pasien terganggu kejiwaannya.
Gangguan tersebut menyebabkan pendidikan pasien terganggu, dan dampak jangka panjang dari hal
tersebut adalah masa depan pasien, serta stigma masyarakat yang harus diterima mulai dari masa
remajanya.
Page 1
3. Refleksi dari aspek etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan evidence / referensi yang
sesuai *
*pilihan minimal satu
Gangguan Jiwa masih memiliki stigma negatif di masyarakat Indonesia. Gangguan jiwa
adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna dan berkaitan dengan
stres (distress) dalam fungsi kehidupan. Gangguan jiwa bisa menyerang siapa saja,
tidak terkecuali diri kita dan orang-orang terdekat. Sayangnya, kesadaran dan
pengetahuan mengenai keadaan ini masih rendah, terutama di Indonesia. Jadi, jangan
heran bila banyak tidak menyadari bahwa mereka mengalami gejala dari gangguan
jiwa. Saat mengetahui terdapat keluarga maupun orang lain yang mengalami gangguan
jiwa sikap yang terbaik bukanlah menganggapnya sebagai aib, menyalahkan dan
menjauhi.
Beberapa hal yang seharusnya dilakukan untuk menghadapi sesorang dengan
gangguan jiwa adalah:
1. Melakukan pendekatan, deteksi gejala berbahaya, dan membantu orang terdekat
pada berbagai keadaan. Gejala berbahaya yang muncul seperti pikiran bunuh diri, ingin
melukai diri sendiri atau orang lain, atau menghindar dari keluarga, teman atau aktivitas
sosial.
2. Mendengarkan cerita mereka tanpa menghakimi.
3. Memberi dukungan dan informasi.
4. Mendorong penderita untuk mendapat bantuan profesional,
5. Membantu dalam hal lain seperti olahraga, terapi relaksasi, mengajak diskusi dalam
support group, dan mengajak mereka dalam aktivitas sosial dengan teman ataupun
keluarga.

4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai


Islam tidak memandang gangguan kejiwaan sebagai sebuah aib atau bencana,
melainkan sebagai sebuah ujian dan hikmah. Banyak dalil dalil di dalam Al Quran dan
hadist yang membahas tentang kesehatan. Salah satunya firman Allah SWT sebagai
berikut: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (QS Asy
Syu’araa:80). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa sakit itu adalah ujian dari Allah,
dan yang memberikan kesembuhan apabila kita sakit adalah Allah. Karena Allah Yang
Maha Menyembuhkan Segala Penyakit.
Orang yang mengalami gangguan kejiwaan pun tetap akan menjalani perhitungan amal
perbuatannya semasa ia hidup di dunia. Bahwa amal dan perbuatan orang yang
mengalami gangguan jiwa juga akan tetap dicatat dan ditimbang dalam hari
perhitungan kelak. Barang siapa yang amal kebaikannya lebih berat dibanding amal
keburukannya, maka ia termasuk dalam golongan orang yang beruntung dan akan
Page 2
mendapat kebaikan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa walupun
sesorang mengalami gangguan jiwa ibadah wajib tetaplah suatu keharusan selama
masih mampu untuk melakukannya, terlebih jika keadaan kesehatan rohani dan
jasmaninya dalam keadaan sehat.

Umpan balik dari pembimbing

…………………………….,…………………...
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

----------------------------------- --------------------------------

Page 3

Anda mungkin juga menyukai

  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen4 halaman
    Journal Reading
    Indra Ayu Mugihariyani
    Belum ada peringkat
  • PICO Dr. Wooley
    PICO Dr. Wooley
    Dokumen5 halaman
    PICO Dr. Wooley
    Indra Ayu Mugihariyani
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Ayu
    Lapsus Ayu
    Dokumen5 halaman
    Lapsus Ayu
    Indra Ayu Mugihariyani
    Belum ada peringkat
  • Benjolan Di Anus
    Benjolan Di Anus
    Dokumen7 halaman
    Benjolan Di Anus
    Indra Ayu Mugihariyani
    Belum ada peringkat
  • Tugas Gizi
    Tugas Gizi
    Dokumen28 halaman
    Tugas Gizi
    Indra Ayu Mugihariyani
    Belum ada peringkat
  • Benjolan Di Anus
    Benjolan Di Anus
    Dokumen13 halaman
    Benjolan Di Anus
    Indra Ayu Mugihariyani
    Belum ada peringkat