Dietary Assessment
Disusun Oleh
NIM : 13711054
Kelompok Tutorial : 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
PENDAHULUAN
Gizi atau bias juga disebut dengan nutrien merupakan substansi biokomia yang
digunakan oleh tubuh dengan jumlah yang harus adekuat sesuai kebutuhan, dipenuhi
melalui kebutuhan gizi seseorang melalui bebrapa tahapan, yaitu proses digesti, absorbs,
transportasi, penyimpanan, metabolism, dan pengeluaran. Hal tersebut ditujukan untuk
menjaga homeostasis tubuh.
Gizi yang adekuat diperoleh melalui konsumsi gizi seimbang, yaitu nutrisi
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, tidak berlebihan maupun kekurangan. Untuk dapat
memenuhi gizi seimbang, selain sesuai dengan kebutuhan tubuh, harus diperhatikan pula
berbagai prinsip lain, seperti ragam jenis makanan, aktifitas tubuh, berat badan ideal, serta
usia.
Dalam ilmu gizi dikenal Penilaian Status Gizi (PSG) yang berguna untuk
mengetahui status gizi seseorang agar tidak terjadi malnutrisi, PSG dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu metode antropometri, biokimia, penilaian klinis (Clinical
Assessment), dan penilaian pola makan (Dietary Assessment).
Dietary Assessment atau penilaian pola makan merupakan metode tidak langsung
yang digunakan dalam menentukan status gizi, baik perseorangan maupun kelompok
dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Secara umum, fungsi dari
metode ini adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan
bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, I D N,
2002).
B. Tujuan
Mengetahui status gizi mandiri menggunakan food record selama satu minggu.
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat memenuhi tugas yang disyaratkan pada blok 4.1 Gizi Medik
2. Mahasiswa mampu menilai status gizinya sendiri dan dapat mengevaluasi pola
makan yang diterpkan
IDENTITAS
Nama : Indra Ayu Mugihariyani
Tempat, tanggal lahir : Tanah Grogot, 19 September 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Suatang Baru, RT/RW: XV/IV, Pasar Belengkong, Paser, Kalimantan
Timur
Pekerjaan : Mahasiswi
ANTROPOMETRI
Berat Badan : 42 Kg
Tinggi Badan : 150 cm
RESUME FOOD RECORD PER HARI
Hari : Kamis
= 42 / (1.5)2
= 18,7 → NORMAL
= 1214,5
= 1214,5 x 1,55
= 1882,475 kkal
B. Perhitungan Total Kalori Hari Berdasar Asupan Makanan
Hari Pertama, Kamis 15 September 2016
Hari Kedua, Jumat 16 September 2016
Hari Ketiga, Sabtu 17 September 2016
Hari Keempat, Minggu 18 September 2016
Hari Kelima, Senin 19 September 2016
Hari Keenam, Selasa 20 September 2016
Hari Ketujuh, Rabu 21 September 2016
INTERPRETASI
Pola makan yang diterapkan tiap harinya berbeda.
Pemenuhan kalori tiap harinya berbeda, namun secara garis besar sudah terpenuhi untuk kebutuhan
basalnya.
Asupan yang tiap harinya masih kurang adalah serat dan beberapa mikronutrien lain.
PEMBAHASAN
Pola makan merupakan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang untuk memenuhi kebutuhan
zat gizinya. Kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
kesehatan individu. Gizi yang optimal memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Asupan gizi yang baik akan membentuk berat badan ideal, tubuh tidak gampang terkena
penyakit infeksi, meningkatkan produktivitas, serta terlindungi dari penyakit kronis dan kematian dini
(Kemenkes, 2014).
Prinsip gizi seimbang yang di anut Indonesia adalah 4 pilar, yaitu mengonsumsi makanan
beragam, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik, mempertahankan dan
memantau berat badan normal (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan analisi data yang dilakukan secara individu, makanan pokok yang dikonsumsi
adalah nasi, hal tersebut terkait kebiasaan. Namun, untuk bahan makanan pendamping sehari-harinya
bervariasi. Berdasarkan analisis pula diketahui, bahwa pola makan yang diterapkan responden tidak
konstan tiap harinya, baik waktu makan utama maupun selingan.
Secara garis besar, asupan energi individu yang dinilai telah cukup memenuhi kebutuhan per
harinya. Jika asupan energi kurang, tubuh akan mengompensasi dengan membentuk energi dari
cadangan yang disimpan di dalam tubuh, hal tersebut jika berlanjut dengan waktu yang lama akan
menimbulkan efek yang merugikan bagi individu sendiri, yakni menurunkan produktivitas kerja,
imunitas turun, tumbuh kembang terhambat, tinggi badan tidak mencapai normal, dan bahkan hingga
masalah gizi buruk. Sebaliknya, jika konsumsi energi terlalu berlebihan juga dampaknya tidak baik,
yaitu dapat menyebabkan obesitas yang jika dibiarkan dalam waktu lama akan banyak menimbulkan
masalah degeneratif (Proverawati dan Wati, 2011). Kelemahan dari individu adalah dalam hal jadwal
makan keseharian yang tidak konsisten dan jumlah makanan yang dikonsumsi yang selalu berubah-
ubah, sehingga tiap harinya kalori yang dipenuhi tidak sama.
Selain energi, nutrisi lain yang penting adalah protein. Dari hasil analisis, asupan individu yang
dinilai per harinya secara garis besar telah mencukupi total yang diperlukan bahkan seringkali lebih dari
total yang diperlukan. Keseimbangan protein sangat dibutuhkan, karena jika terjadi kekurangan asupan
protein dapat berdampak pertumbuhan kurang baik, imunitas menurun, lebih rentan terkena penyakit,
serta daya kerja menurun. Keterpenuhan resonden akan kebutuhan protein ini dikarenakan responden
lebih menggemari mengkonsumsi lauk yang lebih banyak dibanding jenis makanan lain (Proverawati
dan Wati, 2011).
Zat gizi yang memiliki peranan penting lainnya adalah lemak dan serat. Dari analisis yang
dilakukan, diketahui bahwa konsumsi lemak dan serat responden dalam seminggu masih dibawah
kebutuhan yang seharusnya, terutama serat. Masih kurangnya konsumsi lemak dikarenakan responden
kurang menggemari makanan dengan kandungan lemak yang tinggi, begitu pula dengan serat
dikarenakan konsumsi sayur dan buah dari responden masih sangat kurang. Kekurangan tersebut jika
tidak ditangani atau tidak diubah pola makannya dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti
gangguan hormonal dan gastrointestinal (Proverawati dan Wati, 2011).
Berdasarkan analisis data pula didapatkan bahwa responden tidak memiliki kebiasaan makan
cemilan, terlihat dari frekuensi mengonsumsi cemilan dalam seminggu hanya berkisar 3-4 kali.
Makanan yang dikonsumsi responden juga dapat dilihat masih kurang beragam.
Dari hasil perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT), responden masuk kategori normal, dan dari
hasil perhitungan kebutuhan energi harian dibandingkan dengan asupan keseharian selama satu minggu,
dapat dinilai bahwa responden memiliki pola makan yang kurang teratur, sehingga tiap harinya jumlah
asupan yang masuk berbeda-beda. Hal tersebut harus diperhatikan oleh responden agar tidak
menimbulkan masalah dikemudian hari.
Secara fisiologis, status gizi seseorang ditentukan berdasar jumlah asupan yang konsumsi dan
kemampuan tubuh dalam menggunakan zat gizi tersebut. Status gizi yang normal dapat dijadikan
sebagai acuan bahwa kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan
tubuh. Oleh karena itu, diharapkan dapat lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi, tidak hanya
mengenyangkan, tapi juga sehat dan bergizi.
REFERENSI
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik
Proverawati, A., Wati E K. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Nuha Medika : Yogyakarta
Supariasa, I D N. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta