DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : RS MAMAMI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“PALATOSKIZIS”.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….......................................1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………..1
BAB I PENDAHULUAN
1. Definisi……………………………………………………………………………………………….3
2. Etiologi……………………………………………………………………………………………….3
3. Patofisiologi……………………………………………………………………………………….3
4. Manifestasi Klinis……………………………………………………………………………….4
5. Komplikasi………………………………………………………………………………………….4
6. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………………………….5-6
7. Penatalaksana…………………………………………………………………………………..7-8
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………9
B. Saran………………………………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. san Masalah
C. Tujuan
A. Dasar Toeri
1. Definisi
Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005).
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi
karena kegagalan dua sisi untuk menyatu karena perkembangan
embriotik ( Wong, Donna L. 2003). Labio Palatoskisis merupakan
suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisi
(sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu
selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005)
2. Etiologi
a. Faktor herediter
b. Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui
c. Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis
d. Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
(agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
e. Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
f. Mutasi genetic atau teratogen.
3. Patofisiologi
Pasien dengan palatoskisis mengalami gangguan perkembangan wajah,
Inkompetensi velopharyngeal, pekembangan bicara yang abnormal, dan
gangguan fungsi tuba eustachi. Kesemuannya memberikan segala patologis
mencakup kesulitan dalam intake makanan dan nutrisi, infeksi telinga
tengah yang rekuren, ketulian, perkembangan bicara yang abnormal, dan
gangguan pada pertumbuhan wajah. Adannya hubungan antara
ronggamulut dan hidung menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
mengisap pada bayi. Insersi yang abnormal dari m.tensor veli palatine
menyebabkan tidak sempurnanya pengosongan pada telinga tengah. Infeksi
telinga yang rekuren telah dihubungkan dengan timbulnya ketulian yang
memperburuk cara bicara pada pasien dengan palatoskisis. Mekanisme
velopharyngeal yang utuh penting dan menghasilkan suara non nasal dan
sebagai modulator aliran udaraa dan pembentukanfonem lainnya yang
membutuhkan nasal coupling
Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak atau tulang
selama fase embrio ptrimester I. Terbelehnya bibir dan atau hidung
karena kegagalannosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi
selama 6-8 minggu. Palatoskisis adalahadanya celah pada garis tengah
palate yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada
masa kehamilan 7-12 minggu. Penggabungan komplit garis tengah atas
bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
4. Manifestasi Klinis
a. Memyebabkan gangguan pernafasan.
b. Gangguan komunikasi verbal
c. Regurgitasi makanan
d. Tampak ada celah pada tekak (unla), palate lunak, keras dan faramen
incisive.
e. Ada rongga pada hidung.
f. Distorsi hidung
g. Teraba ada celah atau terbukannya langit-langit saat diperiksa dengan jari
h. Kesukaran dalam menghisap/makan
5. Komplikasi
a. Gangguan bicara
b. Gangguan aspirasi
c. Resiko infeksi saluran nafas
d. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
e. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris
sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.
f. Masalah gigi
g. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang di pengaruhi derajat kecacatan
dan jaringan paruh.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan prabedan rutin (misalnya periksa darah lengkap)
c. Pemeriksaan Diagnosis
d. Foto Rontgen
e. Pemeriksaan Fisik
7. Penatalaksanaan
Penanganan kecacatan pada celah bibir dan celah langit-langit tidaklah
sederhana,melibatkan berbagai unsur antara lain, ahli bedah plastik, ahli
ortodonti, ahli THT untuk mencegah atau menangani timbulnya otitis media
dan kontrol pendengaran, dan anestesialogis. Speech therapist untuk fungsi
bicara. Setiap spesialisasi punya peran yang tidak tumpang-tindih tapi saling
melengkapi dan menemani penderita CLP secara paripurna.
1. Terapi Non-bedah
Palatoskisis merupan suatu masalah pembedahan,sehingga tidak ada
terapi medis khusus untuk keadaan ini. Akan tetapi, komplikasi dari
palatoskisis yakni permasalahan dari intake makanan, obstruksi jalan nafas,
dan otitis media membutuhkan penanganan medis terlebih dahulu
sebelum di perbaiki.
Beberapa hal yaang di tekankan dalam pengobatan pada bayi dengan cleft
palate yakni:
a. Intake makanan
intake makanan pada anak-anak dengan cleft palate biasanya
mengalami kesulitan karena ketidakmampuan untuk menghisap, meskipun
bayi tersebut dapat melakukan gerakan menghusap. Kemampuan menelan
seharusnya tidak berpengaruh, nutrisi yang adekuat mungkin bisa
diberikan bila susu dan makanan lunak jika lewat bagian posterior dari
cavumoris. Pada bayi yang masih di susui, sebaiknya susu diberikan melalui
alat lain / dot khusus yang tidak perlu dihisap oleh bayi, dimana ketika
dibalik susu dapat memancarkan keluar sendiri dengan jumlah yang iptimal
artinya tidak terlalu besar sehingga membuat pasien menjadi tersedak atau
terlalu kecil sehingga asupan nutrisi menjadi tidak cukup. Botol susu di
buatkan lubang yang besar sehingga susu dapat mengalir kedalam bagian
belakang mulut dan mencegah regurgitasi kehidung . Pada usia 1-2 minggu
dapat di pasangkan opturator untuk menutup celah pada palatum, agar
dapat menghisap susu, atau dengan sendok dengan posisi setengah duduk
untuk mencegah susu melewati langit-langit yang terbelah atau memakai
dot lubang kearah bawah ataupun dengan memakai dot yang memiliki
selang yang panjang untuk mencegah aspirasi
2. Terapi Bedah
Terapi pembedahan pada palotoskisis bukanlah merupakan suatu kasus
emergensi, dilakukan pada usia antara 12-18 bulan. Pada usia tersebut
akan memberikan hasil fungsi bicara yang optimal karena memberi
kesempatan jaringan pasca operasi sampai matang pada proses
penyembuhan luka sehingga sebelum penderita mulai bicara dengan
dengan demikian soft palate dapat berfungsi dengan baik. Ada beberapa
teknik dasar pembedahan yang bisa di gunakan untuk memperbaiki celah
palatum, yaitu:
1) Teknik Von Langenbeck
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Von Langenback yang
merupakaan teknik operasi tertua yang masih digunakan sampai saat
ini. Teknik ini menggunakan teknik flap bipedikel mukoperiosteal
pada palatum durum dan palatum molle. Untuk mrmperbaiki
kelainan yang ada, dasar flap ini disebelah anterior dan pesterior
diperluas ke medial untuk menutup celah palatum.
2) Teknik Schweckendiek
Teknik ini diperkenalkan oleh Schweckendiek pada tahun 1950,
pada teknik ini, palatum molle ditutup (pada umur 4 bulan) daan
diikuti dengan penutupan palatum durum ketika si anak mendekati
usia 18 bulan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena
kegagalan dua sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong,
Donna L. 2003). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
palatoskisis antara lain:
a. Fakto herediter
B. Saran