Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MENGGUNAKAN

INFRARED DAN TERAPI LATIHAN UNTUK MENAMBAH LGS DAN


MENGURANGI KONTRAKTUR PADA KASUS ISCHEMIC STROKE
HEMIPHARESE DEXTRA DI SASANA KARYA RIA PEMBANGUNAN
CIBUBUR

Disusun Oleh:

Nabila Claudya

021411024

Fisioterapi 2014

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan

Jl. Raya Kalibata Raya no. 25-30 Jakarta Timur

Telp. 021.8088.1129.8088.0882 ; Fax.021.8088.0883


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, puji syukur
saya panjatkan atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus Ischemic Stroke Hemipharese Dextra” tepat
sesuai waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini telah disusun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada dosen Drs. Soeparman SSt. FT atas bimbingan yang telah diberikan selama
praktik klinis di Yayasan Werda Karya Bhakti Ria Pembangunan, Cibubur.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulian makalah ini baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun penyajian materi.
Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan manfaat untuk
pengembangan wawasan serta pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, 25 September 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penuaan merupakan proses perubahan yang menyeluruh dan spontan yang dimulai dari
smasa kanak-kanak, pubertas, dewasa muda dan kemudian menurun pada pertengahan sampai
lanjut usia (lansia). Menurut WHO, lansia adalah mereka yang telah berusia ≥60 tahun. Angka
rata-rata harapan hidup manusia di dunia telah meningkat secara dramatis mencapai 125 tahun
pada wanita dan lebih singkat pada pria. Kemajuan teknologi dan perbaikan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat mengakibatkan meningkatnya sejumlah besar pasien yang selamat dari
kondisi yang dapat menimbulkan kematian. Fenomena ini mengakibatkan perpanjangan usia
hidup dan peningkatan pupulasi lansia. Indonesia sendiri memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam percepatan penambahan lansia di dunia. Peningkatan populasi lansia tentunya
akan diikuti dengan peningkatan risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes
melitus, penyakit serebrovaskuler, penyakit jantung koroner, osteoartritis, penyakit
musculoskeletal, dan penyakit paru.
Pada tahun 2000, di Amerika Serikat diperkirakan 57 juta penduduk menderita berbagai
penyakit kronis dan akan meningkat menjadi 81 juta lansia pada tahun 2020. Sekitar 50-80%
lansia yang berusia ≥ 65 tahun akan menderita lebih dari satu penyakit kronis. Saat seseorang
telah memasuki usia lanjut (lansia), seluruh fungsi fisiologis tubuhnya berubah dan berbagai
penyesuaian harus dilakukan untuk menjaga kondisi tetap sehat. Hal ini dapat menjadi suatu
masalah apabila kaum lansia tidak mendapatkan perhatian khusus sedari awal. Mereka yang
menginjak usia lanjut tidak lagi berada pada usia produktif dalam hidupnya dan akan memiliki
tingkat kemandirian yang semakin rendah (ketergantungan akan orang lain) seiring dengan
bertambahnya masalah kesehatan yang mereka miliki.
Stroke adalah suatu gangguan neurologis yang berkembang secara cepat akibat gejala fokal
(atau global) dengan gejala gangguan fungsional kurang dari 24 jam yang dapat mengarah ke
kematian (National & Centre, n.d.). Stroke juga didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak akut
akibat gangguan suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak, berlangsung dalam
atau lebih dari 24 jam yang menyebabkan cacat atau kematian (Davenport & Dennis, 2000). Stroke
merupakan kasus kelima tertinggi diantara semua kasus yang menyebabkan kematian, seperti
penyakit yang berhubungan dengan jantung, kanker, gangguan pernapasan, dan kecelakaan.
Pada tahun 2013, terdapat 6.5 juta pasien dengan stroke mengalami kematian yang
menyebabkan kasus stroke menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia yang dapat menyebabkan
kematian. Di Amerika Serikat, terdapat kurang lebih 795.000 orang terserang stroke setiap
tahunnya dengan rata rata setiap 40 detik, 1 orang terserang stroke dan setiap 4 menit, 1 orang
meninggal dunia. Dengan prevalensi sekitar 70%, pasien stroke mengalami masalah dalam
melakukan aktifitas sehari hari serta partipasi sosial di lingkungannya. Sebesar 44% pasien
mengalami stroke ringan, 21% sedang, 16% parah serta 19% sangat parah (Peppen, n.d.). Sebesar
75% stroke terjadi pada pasien usia diatas 65 tahun, dengan insiden peningkatan yang progesif
pada periode 10 tahun dari usia 55 tahun keatas.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke
sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan
sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh.
Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan
konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa
darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena
terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan
otak (Rico dkk, 2008).
Stroke merupakan penyakit yang dapat menyebabkan disabilitas dalam jangka waktu yang
lama, demensia, serta kematian. Prevalensi stroke meningkat pesat di negara barat bersamaan
dengan bertambahnya usia yang menyebabkan penyakit ini sering terjadi pada lansia. Gejala yang
terjadi saat terserang stoke dapat berupa kelemahan ekstremitas, gangguang bicara, kehilangan
penglihatan serta gangguan keseimbangan. Saat terjadinya stroke, suplai darah yang menuju ke
otak terhenti dan menyebabkan matinya sel sehingga dapat mengalami gangguan seperti
kehilangan memori, kebingungan, dan lumpuh. Patofisiologis dari stroke terbagi menjadi 3 yaitu
iskemik (non hemoragik), hemoragik, dan TIA (trancient ischemic attack).
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau pembukuan
darah yang menyumbat pembuluh darah. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang
menuju ke otak. Sedangkan pada stroke hemoragik, terjadi pendarahan karena pecahnya pembuluh
darah. Terdapat dua jenis pendarahan utama pada stroke hemoragik yaitu: intracerebral
hemorrhage (terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum) dan
subarachnoid hemorrhage (perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer). Pada
serangan iskemik sesaat (Transient Ischemic Attacks) adanya gangguan fungsi otak yang
merupakan akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak untuk sementara waktu. Gejala TIA
terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berlangsung selama 2-30 menit, jarang sampai lebih dari 1-2
jam, tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekuranan darah.
Hampir semua pasien paska stroke mengalami gangguan dalam bergerak dan beraktivitas
sehari-hari. Mereka biasanya mengalami kesulitan saat berpindah posisi saat tidur, bangun dari
posisi duduk, mengerakkan kedua lengan, berdiri maupun berjalan. Masa periode emas (golden
period) penanganan pemulihan paska stroke adalah 3 bulan setelah terjadinya serangan. Jika
keterbatasan gerak dan fungsi tubuh insan paska stroke tidak segera ditangani saat 3 bulan setelah
serangan, akan terjadi kecacatan anggota gerak yang nantinya bersifat permanen.
Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat
meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi yang dapat
diberikan yaitu pemanfaatan modalitas alat, hidrotherapy, dan terapi latihan memberikan manfaat
yang besar dalam mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran
serta keluarga yang merawat dan mendampingi pasien juga sangat menentukan keberhasilan
program terapi yang diberikan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah ada pengaruh pemberian Infra Red terhadap penurunan spastisitas pasien pada
hemipharese dextra?
2. Apakah ada pengaruh pemberian Terapi Latihan terhadap peningkatan kekuatan otot
pasien pada hemipharese dextra?
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas laporan kasus praktek klinis fisioterapi pada semester VII.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Infra Red terhadap pasien Hemiparese Dextra.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Terapi Latihan terhadap pasien Hemiparese
Dextra.
1.4 MANFAAT
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
a. Manfaat bagi fisioterapis
Memberikan informasi dan masukan bagi fisioterapi tentang penatalaksaan fisioterapi
pada pasien pada kasus Stroke Iskemik Hemisparese Dextra.
b. Manfaat bagi penulis
Menambah wawasan dan pemahaman tentang kondisi pasien dengan Stroke Iskemik
Hemisparese Dextra.
c. Manfaat bagi instuisis pendidikan
Sebagai sarana pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik di lingkungan
pendidikan fisioterapi.
d. Manfaat bagi masyarakat umum
Memberitahukan dan menyebaluaskan informasi tentang peran fisioterapi pada pasien
dengan Stroke Iskemik Hemisparese Dextra.
BAB II
TEORI PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Stroke adalah disfungsi neurologis yang umum dan timbul secara mendadak sebagai akibat
dari adanya gangguan suplai darah ke otak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah otak
yang terganggu. Insiden stroke pada pria lebih tinggi daripada wanita pada usia muda,
namun tidak pada usia tua. Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke
per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan 4.8 juta
penderita stroke yang bertahan hidup (Adams et al., 2013). Stroke pada umumnya terjadi pada
orang dengan umur di atas 65 tahun, tetapi setiap orang ada kemungkinan terkena stroke.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) karena berkurangnya aliran darah dan pasokan oksigen
menuju otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini karena adanya sumbatan, penyempitan
atau pecahnya pembuluh darah. Stroke berkembang secara cepat dengan gejala gangguan
fungsional dan dapat mengarah ke kematian (Truelsen, Begg, & Mathers, 2001).
Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat penyumbatan pembuluh
darah serebral yang menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis di daerah yang
mengalami kekurangan pasokan aliran darah di bawah batas yang dibutuhkan sel otak.

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Bagian-bagian otak
Beratnya 1200-1400 gram (2% Berat Badan) yang terbagi atas :
1. Otak besar (cerebrum)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-
masing hemisfer serebri terdiri dari lobusfrontalis yang merupakan area motorik primer yang
bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobus parietalis yang berperanan pada
kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus
temporalis yangmerupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang
mengandung korteks penglihatan primer, menerimainformasi penglihatan dan menyadari sensasi
warna.
Otak besar terdiri dari substansia abu-abu (grey mater) setebal ± 2 cm (cortex cerebri) yang
berfungsi sebagai pusat intelektual, pusat bicara, emosi, integritas sensorik dan motorik, control
gerak dan lain-lain (area broadman). Sedangkan bagian dalam otak merupakan substansia putih
(white matter) berisi jaringan serabut-serabut saraf yang memungkinkan area bagian otak saling
berkomunikasi dan jaringan penyangga saraf yang berfungsi memberi bentuk otak.
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian otak manusia yang terbesar, paling berkembang
dan memiliki fungsi luhur yang paling utama. Otak besar terbagi menjadi 4 lobus :
 Frontalis : area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar.
 Parietalis : berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik
yang lebih tinggi tingkatnya.
 Temporalis : area sensorik untuk impuls pendengaran.
 Oksipitalis : menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
2. Otak kecil (cerebellum)
Cerebellum (otak kecil) merupakan bagian otak terbesar kedua, yang bertanggung jawab
dalam mengatur keseimbangan, koordinasi dan berbagai kontrol motorik.
3. Batang otak (brain stem, truncus cerebri)
Brain stem (batang otak) merupakan jalur terakhir dari otak yang menghubungkan dengan
medulla spinalis. Batang otak ini terdiri atas adalah diensefalon, medula oblongata, pons dan
mesensefalon.
 Diensefalon berfungsi sebagai:
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b. Respiratori, membantu proses persarafan.
c. Mengontrol kegiatan refleks.
d. Membantu kerja jantung
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus.
Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Lesi pada
subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang
terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperan pada beberapa dorongan emosi dasar
seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf
otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
 Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah medula oblongata
merupakan persambungan medula spinalis ke atas, bagian atas medula oblongata yang
melebar disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral medula oblongata.
Merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan,
bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
 Pons merupakan penghubung pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer
serebri dan serebelum.
 Mesensefalon bertanggung jawab sebagai pusat stimulus saraf pendengaran dan
penglihatan.

b. Saraf Otak
b. Vaskularisasi otak
Metabolisme otak digunakan ± 18% dari total konsumsi oksigen oleh tubuh. Otak memiliki
berat 2,5% dari berat badan seluruhnya tapi otak merupakan organ yang paling banyak menerima
darah dari jantung yaitu 20% dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh. Fungsi
darah adalah membawa O2, glukosa dan nutrisi lainnya serta mengangkut CO2, asam laktat dan
sisa metabolisme lainnya,. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri. Sebesar 2/3 bagian otak depan
yaitu kedua belahan otak dan struktur subkortikal mendapat darah dari sepasang arteri karotis
interna, sedangkan 1/3 bagian belakang yang meliputi serebellum, korteks oksipital bagian
posterior batang otak, memperoleh darah dari sepasang arteri vertebralis kanan dan kiri dan
kemudian bersatu menjadi arteri basilaris. Kedua arteri utama ini disebut sistem karotis interna
dan sistem vertebrobasiler membentuk sirkulus arteriosus Willisi.
2.3 ETIOLOGI
Menurut Adam dan Victor (2009) , penyebab kelainan pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan stroke, antara lain :
1. Trombosis aterosklerosis
2. Transient iskemik
3. Emboli
4. Perdarahan hipertensi
5. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
6. Arteritis
a. Meningovaskular sipilis, arteritis sekunder dari piogenik dan meningitis tuberkulosis, tipe
infeksi yang lain (tipus, scistosomiasis, malaria, mucormyosis)
b. Penyakit jaringan ikat (poliarteritis nodosa, lupus eritromatous), necrotizing arteritis
Wegener arteritis, temporal arteritis, Takayasu diseases, granuloma atau arteritis giant sel
dari aorta
7. Trombophlebitis serebral : infeksi sekunder telinga, sinus paranasal, dan wajah.
8. Kelaianan hematologi : antikoagulan dan thrombolitik, kelainan faktor pembekuan darah,
polisitemia, sickle cell disease, trombotik trombositopenia purpura, trombositosis,
limpoma intravaskular.
9. Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar.
10. Angiopati amiloid
11. Kerusakan aneuriisma aorta.
12. Komplikasi angiografi.

2.4 KLASIFIKASI
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Stroke hemoragik adalah jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah
di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia.
2. Stroke iskemik yaitu tanda kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya alirah
darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak
(Sjahrir,2003). Kurangnya aliran darah ke otak disebabkan karena aterosklerosis (penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis
ini. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang
menuju ke otak.

2.5 FAKTOR RESIKO


Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang dapat menderita stroke. Faktor-
faktor tersebut yaitu:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dicegah :
 Usia
 Jenis kelamin
 Keturunan / genetic
(“Risk Factors for Stroke,” n.d.)
2. Faktor resiko yang dapat dicegah:
a. Hipertensi
Merupakan faktor resiko utama stroke. Terutama stroke iskemik.
b. Merokok
Merokok merupakan faktor resiko kuat terjadinya infark miokard dan kematian mendadak.
Merokok meningkatkan resiko stroke trombotik dan perdarahan subarachnoid.
c. Diabetes
Pada penderita DM meningkatkan terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner, arteri
femoral dan arteri cerebral. Sehingga mempermudah terjadinya stroke.
d. Kolestrol tinggi
e. Obesitas
f. Penyakit jantung.
g. Gangguang ginjal.
h. TIA (Transient Ischemic Attack)
i. Atrial Fibrillation (Penyakit Katup Jantung)
j. Konsumsi minuman alkohol
Mengkonsumsi minuman beralkohol lebih dari sekali untuk perempuan dan lebih dari dua
kali untuk pria dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah yang mengarah pada
stroke.

2.6 PATOFISIOLOGI
Secara patologi suatu infark dapat dibagi dalam :
a. Trombosis serebri
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah
thrombosis. Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis serebri adalah atherosklerosis yaitu
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah, hypercoagulasi dan artheritis (radang pada arteri).
b. Emboli serebri
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral.

2.7 TANDA DAN GEJALA


Gejala-gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada bagian hemisfer dan arteri
yang tersumbat.
Hemisfer Kiri Hemisfer Kanan
1. Mengalami hemiparese kanan 1. Hemisparese kiri
2. Perilaku lambat dan hati hati 2. Penilian buruk
3. Kelainan lapang pandang kanan 3.Rentan terhadap kontralateral sehingga
4. Disfagia global memungkinkan terjatuh ke sisi yang
5. Afasia berlawanan
6. Mudah frustasi

1. Arteri serebri media (MCA)


Gejala-gejalanya antara lain hemiparese kontralateral, hipestesi kontralateral, hemianopsia
ipsilateral, agnosia, afasia, dan disfagia, Deviasi kedua mata ke arah lesi. Karena MCA
memperdarahi motorik ekstremitas atas maka kelemahan tungkai atas dan wajah biasanya
lebih berat daripada tungkai bawah.
2. Arteri serebri anterior
Umumnya menyerang lobus frontalis sehingga menyebabkan gangguan bicara, timbulnya
refleks primitive (grasping dan sucking reflex), penurunan tingkat kesadaran, kelemahan
kontralateral (tungkai bawah lebih berat dari pada tungkai atas), defisit sensorik
kontralateral, demensia, dan inkontinensia uri.
3. Arteri serebri posterior
Menimbulkan gejalah seperti hemianopsia homonymous kontralateral, kebutaan kortikal,
agnosia visual, penurunan tingkat kesadaran, hemiparese kontralateral, gangguan memori.
4. Arteri vertebrobasiler (sirkulasi posterior)
Gejala yang timbul antara lain vertigo, nistagmus, diplopia, sinkop, ataksia, peningkatan
refleks tendon, tanda Babynski bilateral, tanda serebellar, disfagia, disatria, dan rasa tebal
pada wajah.
5. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior)
Gejala yang ada umumnya unilateral. Lokasi lesi yang paling sering adalah bifurkasio arteri
karotis komunis menjadi arteri karotis interna dan eksterna.
6. Lakunar stroke
Gejala yang timbul adalah hemiparese motorik saja, sensorik saja, atau ataksia. Stroke
jenis ini biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit pembuluh darah kecil seperti
diabetes dan hipertensi.

2.8 PROBLEMATIKA FISIOTERAPI


a. Gangguan tonus otot.
b. Adanya keterbatasan ROM.
c. Adanya spastisitas.
d. Adanya spasme otot..
e. Gangguan keseimbangan.
f. Penurunan fungsi otot pada ekstremitas.
g. Gangguan koordinasi.
h. Gangguan bicara.
i. Gangguan postur.
j. Gangguang fungsional.

2.9 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI


1. Infra Red
Infra red dapat meningkatkan proses metabolisme dengan adanya kenaikan temperatur,
proses metabolism menjadi lebih baik karena menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah,
sehingga sirkulasi darah meningkat, jadi pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan akan
ditingkatkan, sehingga kadar sel darah putih dan antibodi didalam jaringan tersebut akan
meningkat.(Ansari, Naghdi, Hasson, & Rastgoo, 2009) Dengan demikian pemeliharaan jaringan
menjadi lebih baik sehingga mempengaruhi jaringan otot karena kenaikan temperatur selain
membantu terjadinya rileksasi juga akan meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi.

2. Terapi Latihan
Terapi ini merupakan kegiatan fisik yg diberikan kepada pasien untuk meningkatkan
kemampuan dalam kebebasan bergerak dan fungsi anggota tubuh didasarkan pada aatomi, fisiologi
kinesiology, prosedur pemeriksaan medis serta ilmu patologi.(Bear & Psych, n.d.)
Terapi latihan berguna unutk mempercepat penyembuhan dan perbaikan setelah terjadinya
suatu kondisi penyakit tertentu.
a. Latihan Pasif
Latihan pasif merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari luar tanpa adanya
kontraksi otot dari dalam. Fungsinya untuk meningkatkan mobilitas sendi. (Rkr, Swaminathan, &
La, 2014)
b. Latihan Aktif
Latihan aktif merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara sadar dan terjadi kontraksi
otot dari dalam . Latihan aktif dibagi menjadi:
 Free exercise : gerakan yang dilakukan oleh kekuatan otot tanpa bantuan dan tahanan dari
luar.
 Assisted resisted exercise : gerakan yang terjadi karena adanya kerja otot tanpa melawan
gravitasi dan setiap gerakannya diberikan sedikit tahanan secara manual.
c. Stretching
Stretching exercise dapat diaplikasikan pada otot yang spastik yang berguna untuk
mengindetifikasi adanya perubahan panjang otot spastis, meningkatkan koordinasi otot, dan serta
kepadatan tendon. Stretching harus dilakukan perlahan dengan end-position harus di pegang.
(Management, n.d.)
BAB III
KAJIAN KASUS

3.1 Stroke Non-hemoragik Pada Lansia


Stroke non hemoragik disebut juga sebagai stroke iskemik. Stroke iskemik adalah stroke
yang terjadi ketika terdapat sumbatan bekuan darah dalam pembuluh darah di otak atau arteri yang
menuju ke otak. Stroke jenis ini adalah yang paling sering terjadi. Sekitar 80-90% dari semua
stroke adalah stroke iskemik. Stroke ini mengacu pada situasi di mana daerah otak kekurangan
aliran darah, biasanya karena adanya bekuan darah atau penyumbatan arteri oleh aterosklerosis
(menumpuknya kolesterol dalam arteri). Faktor risiko stroke iskemik meliputi bertambahnya usia,
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, merokok, dan kolesterol tinggi. Pada setiap usia,
stroke lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. (Farmakologi, Kedokteran, & Trisakti, 2006)
Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya
serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan
segera berakhir dengan kematian otak tersebut. Stroke penyumbatan pembuluh darah biasanya
akan menyebabkan kelumpuhan pada gerak motorik dan stroke iskemik ini mencapai pada tingkat
yang lebih parah, dapat terjadi kelumpuhan total pada gerak motorik pasien.

3.2 MANIFESTASI KLINIS STROKE ISKEMIK


Gambaran klinis utama yang dikaitkan dengan insufisiensi aliran darah otak dapat
dihubungkan dengan tanda serta gejala di bawah ini :
1. Arteri Vertebralis
a. Hemiplegi alternan
b. Hemiplegi ataksik
2. Arteri Karotis Interna
Lokasi lesi yang paling sering adalah pada bifurkasio arteria karotis komunis menjadi
arteria karotis interna dan eksterna. Gejala-gejalanya yaitu :
a. Buta mutlak sisi ipsilateral
b. Hemiparese kontralateral
3. Arteri Basilaris
a. Tetraplegi
b. Gangguan kesadaran
c. Gangguan pupil
d. Kebutaan
e. Vertigo
4. Arteria Serebri Anterior
a. Kelemahan kontralateral lebih besar pada tungkai. Lengan bagian proksimal mungkin ikut
terserang. Gerakan voluntar pada tungkai terganggu.
b. Gangguan sensorik kontralateral.
c. Demensia, refleks mencengkeram dan refleks patologis
5. Arteria Serebri Posterior (dalam lobus mesencepalon atau talamus)
a. Koma.
b. Hemiparesis kontralateral.
c. Afasia visual atau buta kata (aleksia).
d. Kelumpuhan saraf otak ketiga – hemianopsia, koreoatetosis.
6. Arteria Serebri Media
a. Monoparesis atau hemiparesis kontralateral (biasanya mengenai tangan).
b. Kadang-kadang hemianopsia kontralateral (kebutaan).
c. Afasia global (kalau hemisfer dominan yang terkena) ; gangguan semua fungsi yang ada
hubungannya dengan percakapan dan komunikasi.
d. Disfagia.

3.3 PROGNOSIS
Prognosis stroke sulit dipastikan karena adanya perbandingan 50:50 dimana ada yang
sembuh walaupun tidak total dan ada pula yang meninggal. Prognosis stroke ditentukan oleh
beberapa faktor, antara lain : lokasi dan luas area lesi, umur, tipe stroke, cepat lambatnya
penanganan serta kerjasama tim medis dengan pasien dan keluarga. Jika pasien dengan cepat dapat
mengatasi serangan pada tahap akut, maka kemungkinan besar mempunyai prognosis yang baik
dan dengan rehabilitasi yang aktif, banyak pasien dapat beraktifitas dengan sendiri tanpa
ketergantungan dari orang lain.

A. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. IK
Tempat, tanggal lahir : Purbolinggo, 25 Maret 1947
Usia : 70 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Residense Taman Rasuna Jl. H.R Rasuna Said, Kuningan, Jak-Sel.
Diagnosa Medik : Hemipharese dextra ec Stroke Non Hemorrhage

B. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT


 Keluhan Utama : os merasakan lemah ½ bagian tubuh sebelah kanan.
 Riwayat Penyakit Sekarang : 7 bulan yang lalu os mengeluh merasa lemas badan bagian
kanan secara tiba-tiba dan merasakan kaki tangannya sakit saat digerakkan. Os langsung
di rujuk ke RS Pusat Otak Nasional dan di diagnosa mengalami stroke iskemik. Hingga
saat ini os hanya mampu beraktifitas dengan menggunakan kursi roda dan membutuhkan
bantuan saat beraktifitas.
 Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi (+)
Diabetes Mellitus (+)
 Riwayat Penyakit Keluarga : (-)
 Riwayat Psiko Sosial : Os tinggal di yayasan sasana tresna werdha.
C. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Umum
Cara Datang : Menggunakan kursi roda
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 110/60 mmHg
HR : 72x/menit
Inpeksi
1. Statis
a). shoulder dextra lebih tinggi dari sinistra.
b). atropi pada quadriceps kanan.
c). kontraktur pada hamstring.
2. Dinamis
Palpasi : - adanya spastik pada m.hamstring
- perubahan suhu (-)
Perkusi : (-)
Auskultasi : (-)
b. Pemeriksaan Khusus
a. FIM (FUNCTIONAL INDEPENDENCE MEASUREMENT)

AKTIVITAS YANG DIUKUR SKOR

1.Personal Care :
Dapat melakukan sendiri makan dan minum 4
Memerlukan persiapan atau dengan alat bantu 3
Memerlukan supervisi untuk melakukan makan dan minum 2
Memerlukan batuan penuh untuk makan dan minum 1
2.Grooming :
Dapat melakukan sendiri gosok gigi, cuci muka, menyisir, mencukur dan make-up. 4
Memerlukan persiapan alat bantu atau melakukan sangat lambat 3
Memerlukan supervise atau bantuan moderat/sedang 2
Semua tidak melakukan sendiri 1
3.Bathing :
Dapat melakukan sendiri mandi dan mengeringkan badan 4
Memerlukan alat bantu, melakukan dengan lambat, atau kurang aman. 3
Memerlukan supervise atau bantuan moderat. 2
Tidak dapat melakukan sendiri 1
4.Dressing upper body:
Dapat mengenakan pakain dan membuka sendiri 4
Memerlukan alat bantu atau modifikasi pakaian 3
Memerlukan supervise atau bantuan sedang 2
Seluruhnya dibantu atau tidak mampu melakukan sendiri 1
5.Toileting:
Dapat melakukan sendiri 4
Memerlukan alat bantu atau sangat lambat melakukan 3
Memerlukan supervise atau bantuan sedang 2
Seluruhnya dengan bantuan 1
6.Bladder Control:
Dapat mengendalikan sendiri tanpa inkotinensia 4
Memerlukan kateter, kantong, obat, dan dilakukan sendiri 3
Memerlukan supervise atau bantuan sedang 2
Seluruhnya dibantu, inkontinentia meskipun dengan alat bantu 1
7.Bowel control:
Dapat mengendalikan sendiri, tidak inkontinentia 4
Memerlukan alat batu termasuk obat 3
Memerlukan supervise, bantuan sedang 2
Seluruhnya dengan bantuan, inkontinentia setiap hari 1
8.Transfers to bed, chair, or wheelchair:
Jika mampu berjalan, duduk, dan bangkit lagi tanpa bantuan 4
Jika dg kursi roda mampu pindah dari dan ke kursi tanpa bantuan 4
Memerlukan alat bantu khusus untuk pindah 3
Memerlukan supervise atau bantuan sedang 2
Seluruhnya dengan bantuan 1
9.Transfer ke toilet :
Jika berjalan mampu duduk dan berdiri tanpa bantuan 4
Jika dengan kursi roda dapat pindah dari dan ke toilet tanpa bantuan 4
Memerlukan alat bantu untuk pindah atau melakukan dg tidak aman 3
Memerlukan supervise atau bantuan sedang 2
Seluruhnya dengan bantuan. 1
10.Transfer to shower or tub:
Jika berjalan dapat pindah ke dan dari kamar mandi tanpa bantuan 4
Jika dengan kursi roda, dapat pindah dengan aman 4
Memerlukan alat bantu khusus atau melakukan sendiri dg tidak aman 3
Memerlukan supervise, atau bantuan sedang 2
Seluruhnya dengan bantuan 1
11.Locomotion:
Berjalan 50 meter tanpa alat bantu 4
Berjalan 50 meter dengan alat bantu ortosis 4
Jika dengan kursi roda, dapat melakukan manuver sekurang 50 meter 3
Memerlukan supervise, atau bantuan sedang 2
Seluruhnya dengan bantuan 1
12.Stair:
Dapat naik dan turun tangga tanpa bantuan 4
Dapat naik dan turun tangga dengan alat bantu 3
Memerlukan supervise, atau bantuan sedang 2
Seluruhnya dengan bantuan 1
13.Comprehension of language:
Dapat berbicara atau menulis dalam percakapan 4
Mengalami kesulitan bicara atau menulis percakapan 3
Tidak dapat mengikuti percakapan tanpa bantuan 2
Tidak dapat mengikuti pembicaraan atau menulis percakapan 1
14.Expression of language:
Dapat mengungkapkan ide –ide yang komplek dengan lancar 4
Dapat mengungkapkan ide-ide yang komplek tetapi kesulitan mengkomunikasikan
keinginan dasar dan kebutuhannya. 3
Dapat mengungkapkan pikirannya dg pola yg konfus atau perlu bantuan 2
Tidak dapat mengungkapkan kebutuhan atau keinginannya. 1

15.Social Interaction:
Dapat interaksi dengan tepat dengan family dan orang lain 4
Dapat berpartisipasi dengan layak pada situasi terstruktur 3
Berperilaku tak terduga atau tidak kooperatif 2
Tidak berfungsi dalam klompok atau keluarga 1
16.Problem solving:
Dapat menggunakan pengetahuannay utk menyelesaikan tugas 4
Mengalami kesulitan utk berinisiatif atau koreksi diri 3
Memerlukan bantuan orang lain utk menyelesaikan tugas 2
Tidak dapat memecahkan persoalan 1
17.Memory:
Dapat mengenali orang dan mengingat rutinitas sehari-hari dengan mudah 4
Mengalami beberapa kesulitan dengan memori, isyarat yg dimilikinya 3
Memerlukan bisikan orang lain utk mengingat 2
Tidak mengenali orang atau tidak ingat aktivitas rutin 1

b. MMT
REGION GERAKAN DEXTRA SINISTRA
Shoulder Fleksi 3 5
Ekstensi 3 5
Elbow Fleksi 3 5
Ekstensi 3 5
Wrist Fleksi 4 5
Ekstensi 4 5
Hip Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5
Knee Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5
Ankle Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5
c. Ashworth Scale
- Skor 1+
Keterangan:

e. ROM
Dextra Shoulder
S : 0-0-70
F : 0-0-80
Dextra elbow
S: 0-0-130
Dextra wrist
S : 40-0-60
F : 20-0-45
Dextra hip
S : 20-20-50
Dextra knee : 85-50-110

f. Kognitif, intrapersonal, dan interpersonal


 Kognitif : memori dan perhatian terganggu, pasien kesulitan mengikuti instruksi
terapis saat latihan.
 Intrapersonal : pasien mempunyai motivasi yang naik turun untuk sembuh.
 Interpersonal : pasien dapat berkomunikasi dengan terapis.

D. PROBLEMATIKA FISIOTERAPI
1 .Impairment
a) Adanya kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah.
b) Adanya spastisitas pada tungkai bawah.
c) Adanya keterbatasan ROM.
d) Adanya keterbatasan aktivitas.

2.Fungtional Limitation
a.Pasien mengalami keterbatasan untuk berjalan.
b.Pasien mengalami kesulitan untuk memakai baju, makan.
3.Disability
a.Pasien mengalami hambatan saat beraktifitas ketika menggunakan ekstremitas atas dan bawah
bagian kanan yaitu sholat.

E. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Adanya gangguan berjalan karena kelemahan dan spastisitas otot ekstremitas bawah akibat
stroke hemiparese dextra.

F. RENCANA PROGRAM FISIOTERAPI


a. Tujuan jangka pendek
 Mengurangi nyeri
 Meningkatkan ROM
 Meningkatkan kekuatan otot
b. Tujuan jangka panjang
 Meningkatkan ADL
G. RENCANA INTERVENSI
 IRR
 Terapi latihan
- Passive exercise
- Active exercise
- Stretching
BAB IV
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

4.1. Infra Red


Tujuan :Untuk melancarkan sirkulasi darah.
Dosis
Frekuensi : 3x seminggu
Intensitas : 30-45 cm.
Time : 10 menit
Pelaksanaan terapi
Posikan pasien diatas bed senyaman mungkin. Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian yang
menghalangi. Atur jarak IR 30-45 cm dari area permukaan kulit. Arahkan IR pada otot hamstring
selama 10 menit.

4.2 Passive Exercise


Tujuan : untuk meningkatkan mobilitas sendi, melatih pola gerak.
Dosis
Frekuensi : 5x seminggu
Time : 5 menit
Repetisi : 8 kali pengulangan
Pelaksanaan terapi
Pasien di bed kemudian gerakkan hip, knee fleksi ekstensi. Pada ankle plantar fleksi dan
dorsofleksi serta inversi serta eversi.

4.3 Active Assisted Exercise


Tujuan : untuk meningkatkan ROM, melatih pola gerak
Dosis
Frekuensi : 5x seminggu
Time : 5 menit
Repetisi : 3 kali pengulangan
Pelaksanaan terapi
Minta pasien untuk menggerakkan wrist, elbow, dan mengangkat tangan. Beri sedikit bantuan saat
pasien melakukan gerakan.

4.4 Stretching Pasif


Tujuan : Menurunkan spastisitas
Dosis Frekuensi : 3x seminggu
Intensitas : Sesuai Toleransi pasien
Tekhnik : Penguluran maksimal pada otot hamstring.
Time : 8-10x repetisi
Pelaksanaan terapi :
Posisi pasien senyaman mungkin/tidur terlentang, area yang akan diterapi bebas dari
pakaian, posisi terapis sendiri disebelah kaki yang lemah. Tangan kanan terapis memfiksasi tumit
pasien, sedangkan tangan kiri diatas patela. Kemudian terapis menstretching otot hamstring
secara perlahan dengan cara tangan kanan menekan patela ke distal/kebawah dan tahan sampai 10
–30 detik.

4.5 Evaluasi
1. Evaluasi sesaat: Os nampak lelah setelah latihan.
2. Evaluasi berkala: Setelah beberapa hari, perkembangan keadaan pasien sebagai berikut:
 12 September 2017
1. tekanan darah :
2. HR :
3. RR :
4. MMT Post Terapi
REGION GERAKAN DEXTRA SINISTRA
Shoulder Fleksi 3 5
Ekstensi 3 5
Elbow Fleksi 3 5
Ekstensi 3 5
Wrist Fleksi 4 5
Ekstensi 4 5
Hip Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5
Knee Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5
Ankle Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5

5. ROM:
Dextra Shoulder
S : 0-0-70
F : 0-0-80
Dextra elbow
S: 0-0-130
Dextra wrist
S : 40-0-60
F : 20-0-45
Dextra hip
S : 20-20-50
Dextra knee : 90-50-110

 18 September 2017
1. tekanan darah :
2. HR :
3. RR :
 25 September 2017
1. tekanan darah :
2. HR :
3. RR :
4. MMT Post Terapi
REGION GERAKAN DEXTRA SINISTRA
Shoulder Fleksi 3 5
Ekstensi 3 5
Elbow Fleksi 3 5
Ekstensi 3 5
Wrist Fleksi 4 5
Ekstensi 4 5
Hip Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5
Knee Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5
Ankle Fleksi 2 5
Ekstensi 2 5

5. ROM
Dextra Shoulder
S : 0-0-80
F : 0-0-80
Dextra elbow
S: 0-0-140
Dextra wrist
S : 40-0-60
F : 20-0-45
Dextra hip
S : 20-20-50
Dextra knee : 97-50-110
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Terapi Akhir


Terapi yang dilakukan pada Ny.Ik dengan kasus post stroke hemipharese dextra dengan
evalusi sebanyak 3 kali yang di lakukan pada tanggal 12, 28, dan 25 September 2017 dengan
menggunakan IR, latihan passive, active assisted dan stretching.
Didapatkan bahwa ada sedikit peningkatan LGS sendi lutut tetapi dengan nilai MMT
konstan dikarenakan keterbatasan tenaga fisioterapi dalam memberikan terapi rutin. Home
program yang diberikan juga tidak dilakukan oleh pasien terkait kondisi pasien dengan demensia.

5.3 Saran

1. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang diperlukan untuk mendukung kesuksesan


terapi dan memberikan informasi tentang keadaan pasien saat ini dan memberikan
pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan kepada pasien.
2. Untuk fisioterapi diharapkan fisioterapi untuk lebih mengetahui betul dan memahami
tentang kasus “Stroke dengan hemiparese dekstra” sebelum memberikan tindakan terapi
agar terapi yang dilakukan dapat memberikan dampak perbaikan yang signifikan.

5.4 Edukasi
Pasien dianjurkan untuk sering melakukan latihan ADL
1. Pasien dan keluarga dianjurkan untuk selalu aktif menggerakkan dan melatih anggota gerak
yang mengalami kelemahan dengan bantuan perawat atau keluarga minimal 2 kali sehari.
2. Selama perawatan di tempat tidur, pasien dan keluarga disarankan untuk selalu melakukan
change posisi dengan cara miring ke kanan dan ke kiri, bangun dari tidur ke duduk, minimal sitiap
dua jam sekali dengan cara yang telah diajarkan oleh terapis.
DAFTAR PUSTAKA
Prince,sylfia A. 2006. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Vol. 2, Edisi 6.
Jakarta: EGC
Adams, H. P., Bruno, A., Connors, J. J. B., Demaerschalk, B. M., Khatri, P., Mcmullan, P. W.,
… Wang, D. Z. (2013). AHA / ASA Guideline Guidelines for the Early Management of
Patients With Acute Ischemic Stroke. https://doi.org/10.1161/STR.0b013e318284056a
Ansari, N. N., Naghdi, S., Hasson, S., & Rastgoo, M. (2009). Efficacy of therapeutic ultrasound
and infrared in the management of muscle spasticity, 23(July), 632–638.
https://doi.org/10.1080/02699050902973939
Bear, M., & Psych, M. E. (n.d.). Exercise , Physical Appearance and Self-Esteem in
Adolescence.
Davenport, R., & Dennis, M. (2000). Neurological emergencies : acute stroke, 277–288.
Farmakologi, B., Kedokteran, F., & Trisakti, U. (2006). Prevalensi penyakit kronis dan kualitas
hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan, 25(4).
Management, S. (n.d.). No Title.
National, T., & Centre, C. (n.d.). National clinical guideline for diagnosis and initial
management of acute stroke and transient ischaemic attack (TIA).
Peppen, R. P. S. Van. (n.d.). Towards evidence-based physiotherapy for patients with stroke.
Risk Factors for Stroke. (n.d.).
Rkr, P., Swaminathan, N., & La, H. (2014). Passive movements for the treatment and prevention
of contractures ( Review ), (12).
Truelsen, T., Begg, S., & Mathers, C. (2001). The global burden of cerebrovascular disease.

Anda mungkin juga menyukai