Disusun oleh:
Intan Setia Kartikasari
1102015099
Pembimbing:
AKBP dr. Karjana Sp. KJ
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam
berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun sosial. Depresi
merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Depresi sering ditemukan dengan prevalensi kira kira 15%. Pada
pengamatan yang universal terlepas dari kultur atau negara prevalensi gangguan
depresi berat pada wanita dua kali lebih besar dari pria. Pada umumnya onset untuk
gangguan depresi berat adalah pada usia 20 sampai 50 tahun, namun yang paling
sering adalah pada usia 40 tahun. Depresi berat juga sering terjadi pada orang yang
tidak menikah dan bercerai atau berpisah. Sebanyak dua pertiga orang dengan
depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit yang dapat diobati dan
karena itu mereka tidak mencari pengobatan. Banyak dari pasien pertama kali
datang mencari pengobatan dengan keluhan somatik, seperti kelelahan, sakit
kepala, gangguan lambung, atau perubahan berat badan.
Banyak pengobatan efektif yang tersedia untuk gangguan depresi, termasuk
psikoterapi singkat (misalnya, terapi perilaku-kognitif, terapi interpersonal), yang
digunakan baik dalam bentuk tunggal ataupun kombinasi dengan obat. Namun,
pendekatan gabungan umumnya memberikan respon tercepat dan berkelanjutan.
Depresi sering terjadi di tengah masyarakat merupakan salah satu gangguan
mental. Berawal dari stress yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase
depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa
pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan
bunuh diri.
3
Bunuh diri merupakan kasus psikiatri yang sering dijumpai di instalasi
gawat darurat (IGD). Perilaku ini terjadi pada seseorang dengan penderitaan yang
tak tertahankan, putus asa, dan tak berdaya. Keadaan ini bisa terjadi secara
mendadak (impulsif) maupun direncanakan sebelumnya. Dahulu manula
merupakan populasi terbanyak. Namun, sekarang kebiasaan ini bergeser kepada
mereka yang berusia muda dan remaja. Bahkan, beberapa tahun terakhir ini
perilaku tersebut juga terjadi pada pelajar SD.
Terdapat beberapa istilah dalam bunuh diri seperti: (1) Suicide idea yaitu
pikiran /ide untuk menghabisi nyawanya sendiri. (2) Tentamen suicidium yaitu
upaya untuk menghabisi nyawa sendiri tetapi tidak mengakibatkan kematian, (3)
suicidal behavioral yaitu perilaku yang membahayakan diri sendiri, contoh mutilasi
diri, (4) Masced Suice yaitu bunuh diri tidak langsung /terselubung.
4
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang depresi dan
tentamen suicide untuk mencegah terjadinya kesalahan diagnosis,
mencegah terjadinya salah pengobatan, dan memberikan potensi prognosis
yang lebih baik.
2. Untuk memenuhi tugas referat di bagian kepaniteraan Ilmu Jiwa RS. Polri
Sukanto.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
dikarenakan adanya ketidakseimbangan regulasi hormon yang langsung
mempengaruhi substansi otak yang mengatur emosi dan mood contohnya
dapat dilihat pada situasi PMS (Pre Menstrual Syndrome). Untuk wanita
yang telah menikah, depresi dapat diperparah dengan masalah keluarga
dan pekerjaan, merawat anak dan orangtua lanjut usia, kekerasan dalam
rumah tangga dan kemiskinan.
2. Usia
Rata-rata usia sekitar 40 tahun-an. Hampir 50% onset diantara
usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak
atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan gangguan depresi berat
diusia kurang dari 20 tahun. Mungkin berhubungan dengan
meningkatnya pengguna alkohol dan penyalahgunaan zat dalam
kelompok usia tersebut.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Akhtar (2007)
didapatkan bahwa tingkat prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok
usia 20-24 tahun (14,3%) dan yang terendah pada kelompok usia >75
tahun (4,3%), sementara data yang didapatkan dari NIMH (2002)
menyebutkan bahwa tingkat depresi terbanyak ditemukan pada
kelompok usia >18 tahun (10%).
3. Status Perkawinan
Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai
hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau
berpisah. Wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih
rendah untuk menderita depresi dibandingkan dengan wanita yang
menikah namun hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki.
7
Tidak ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan
gangguan depresi berat. Depresi lebih sering terjadi di daerah pedesaan
dibanding daerah perkotaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Academy on
An Aging Society (2000) didapatkan data bahwa pada kelompok
responden dengan pendapatan rendah ditemukan tingkat depresi yang
cukup tinggi yaitu sebesar 51%. Pada penelitian Akhtar (2007)
ditemukan tingkat depresi terendah pada kelompok pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) sebesar (9,1%) dan sebaliknya tingkat depresi
yang tertinggi ditemukan pada responden dengan kelompok pendidikan
yang lebih tinggi sebesar (13,4%). Walaupun hasil ini dapat menjadi
indikasi adanya perbedaan tingkat depresi pada tingkat pendidikan,
namun hal tersebut tidak memiliki korelasi positif dengan terjadinya
gangguan depresif (Kaplan, 2010).
2.3 ETIOLOGI
Etiologi depresi terdiri dari :
1. Faktor genetik
8
depresif berat berkemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar daripada sanak
saudara bukan derajat pertama (Kaplan, 2010; Tomb, 2004).
2. Faktor Biokmia
9
kadar dasar FSH (Follicle Stimullating Hormon) dan LH (Luteinizing
Hormon), dan penurunan kadar testosteron pada laki-laki.
b. Hipotesis Indolamin
3. Faktor Hormon
10
4. Faktor Kepribadian Premorbid
Personalitas siklotimik menjadi sasaran gangguan afek ringan selama
hidupnya, keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna.
Kepribadian depresi ditunjukkan dengan perilaku murung, pesimis dan
kurang bersemangat. Personalitas hipomania berperilaku lebih riang,
energetik dan lebih ramah dari rata-rata.
Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya
dan dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres
besar, mereka cenderung akan mengalami depresi. Para psikolog
menyatakan bahwa mereka yang mengalami gangguan depresif mempunyai
riwayat pembelajaran depresi dalam pertumbuhan perkembangan dirinya.
Mereka belajar seperti model yang mereka tiru dalam keluarga, ketika
menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru perasaan,
pikiran dan perilaku gangguan depresif. Orang belajar dengan proses
adaptif dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam
kehidupannya di keluarga, sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor
lingkungan mempengaruhi perkembangan psikologik dan usaha seseorang
mengatasi masalah. Faktor pembelajaran sosial juga menerangkan kepada
kita mengapa masalah psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada
anggota keluarga dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam
suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak
biasa, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan
tinggi terhadap gangguan depresif.
5. Faktor Lingkungan
Enam bulan sebelum depresi, pasien depresi mengalami lebih
banyak peristiwa dalam hidupnya. Mereka merasa kejadian ini tidak
memuaskan dan mereka keluar dari lingkungan sosial. 80% serangan
pertama depresi didahului oleh stress, tetapi angka ini akan jatuh menjadi
hanya 50% pada serangan berikutnya. Pasien depresi diketahui juga lebih
11
sering pada anak yang kehilangan orang tua di masa kanak-kanak
dibandingkan dengan populasi lainnya.
Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai,
pekerjaan tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal,
sakit kronis dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan
depresif. Seringkali kombinasi faktor biologik, psikologik dan lingkungan
merupakan campuran yang membuat gangguan depresif muncul.
Satu pengamatan klinis yang telah lama direplikasi adalah bahwa
peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Satu teori
yang diajukan untuk menjelaskan pengamatan tersebut adalah bahwa stress
yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang
bertahan lama. Perubahan yang bertahan lama tersebut dapat meyebabkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberi sinyal intraneuronal. Hasil akhir dari perubahan tersebut akan
menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk
menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stresor external (Kaplan, 2010)
2.4 KLASIFIKASI
Episode Depresif
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum
di bawah ini: ringan, sedang dan berat, individu biasanya menderita suasana
perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah (Depkes RI, 1993):
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada
episode tipe ringan sekalipun)
12
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari hari
ke hari, dan sering kali tak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya, namun
dapat memperlihatkan variasi diurnal yang khas seiring berlalunya waktu.
Untuk episode depresif dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar
biasa beratnya dan berlangsung cepat (Depkes RI, 1993).
Ciri paling khas gejala somatik ialah kehilangan minat/kesenangan
pada kegiatan yang disenangi, tiadanya reaksi emosional terhadap
lingkungan atau peristiwa yang biasanya menyenangkan, bangun pagi lebih
awal 2 jam atau lebih daripada biasanya, depresi yang lebih parah pada pagi
hari, bukti objektif dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata
(disebutkan atau dilaporkan oleh orang lain), kehilangan nafsu makan
secara mencolok, penurunan berat badan (sering ditentukan sebagai 5% atau
lebih dari berat badan bulan terakhir), kehilangan libido secara mencolok.
Biasanya, sindrom somatik ini hanya dianggapp ada apabila sekitar empat
dari gejala itu pasti dijumpai (Depkes RI, 1993).
13
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah
tentang gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan
biasa dan kegiatan sosial, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi
sama sekali (Depkes RI, 1993).
14
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2
minggu.
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan
mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas. Kategori ini hendaknya digunakan
hanya untuk episode depresif berat tunggal tanpa gejala psikotik; untuk
episode selanjutnya, harus digunakan subkategori dari gangguan depresif
berulang.
15
somatik) yang berfluktuasi dengan gejala non diagnostik seperti
ketegangan, keresahan dan penderitaan; dan campuran gejala depresif
somatik dengan nyeri atau keletihan menetap yang bukan akibat penyebab
organik (seperti yang kadang-kadang terlihat pada pelayanan rumah sakit
umum).
16
2.5 GAMBARAN KLINIS
Episode depresi. Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya
energy adalah gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan
perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak
berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita
atau kesedihan yang normal.
Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan
energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan,
berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam
tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk
tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu
menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan.
Adapun gambaran klinik dari pasien depresi ini antara lain (Ingram dkk, 1993):
1. Adanya gejala psikologis berupa penurunan vitalitas umum, yang
mungkin dinyatakan pasien sebagai suatu kehilangan dan sedih.
Biasanya dia menarik diri dari kehidupan sosialnya. Segala sesuatu
kelihatannya tanpa harapan, selalu murung, ansietas mungkin ada atau
pasien mungkin mencoba untuk menyembunyikan keluhannya (depresi
senyum).
2. Variasi diurnal, dimana semua gejala cenderung memburuk pada dini
hari dan membaik di siang hari.
3. Bunuh diri, dapat menjadi tanda awal penyakit. Kemungkinan bunuh
diri sulit diduga sebelumnya, tetapi selalu harus diperhitungkan. Pikiran
bunuh diri seharusnya selalu ditanyakan dan jika ada harus dianggap
serius. Penderita depresi jarang membunuh keluarganya, tetapi kalau
terjadi biasanya karena dia merasa harus menyelamatkan keluarganya
dari kehidupan yang sengsara.
4. Retardasi atau perlambatan berpikir biasa ditemukan dan dicerminkan
dalam pembicaraan serta pergerakannya. Ada kemiskinan pikiran dan
kesulitan berkonsentrasi. Pada kasus lain agitasi mungkin menjadi
17
gejala dominan, disertai dengan adanya kegelisahan motorik yang
nyata.
5. Perasaan bersalah sering ditemukan disertai mengomeli diri sendiri dan
turunnya penilaian diri. Dalam kasus berat, bisa timbul waham dimana
penyakit yang dideritanya merupakan suatu hukuman untuk dosanya di
masa lampau, baik itu dosa yang dikhayalkannya maupun kesalahan
yang memang benar-benar pernah ia lakukan. Pasien juga bisa merasa
bahwa dia dipandang rendah dan dituduh bejad oleh orang lain.
Kemungkinan ada keasyikan sendiri, hipokondriasis dan waham
hipokondria. Mungkin juga ada waham kemiskinan atau waham
nihilistik.
6. Halusinasi jarang ditemukan, tetapi dapat timbul pada kasus berat.
7. Depersonalisasi dan derealisasi tidak jarang terjadi. Pasien menyatakan
bahwa dia kehilangan perasaan dan mempunyai sensasi asing. Dia
merasa tidak nyata dan baginya benda-benda terlihat tidak nyata.
8. Pikiran dan tindakan berisi perasaan bersalah atau menyalahkan diri
sendiri mungkin ditemukan.
9. Insomnia sering ditemukan. Gejala khasnya pasien mula-mula bangun
dini hari, kemudian semakin lama semakin pagi dan bahkan akhirnya
dapat menjadi insomnia total.
10. Anoreksia, konstipasi, gangguan pencernaan, penurunan berat badan,
amenore dan kehilangan libido biasa ditemukan. Mungkin terjadi
kelelahan dan letargi, atau tanda autonom ansietas.
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga
pasien depresi, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Mereka yang dirawat
dirumah sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri mempunyai umur
hidup lebih panjang disbanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien depresi
terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang
gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan
aktifitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya. Hampir semua pasien depresi
18
(97%) mengeluh tentang penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan
menyelesikan tugas, mengalami kendala disekolah dan pekerjaan, dan
menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80% pasien
mengeluh masalah tidur, khusunya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan
sering terbangun dimalam hari karena memikirkan masalh yang dihadapi.
Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan,
demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat badan serta mengalami
tidur lebih lama dari yang biasa (Depkes RI, 1993).
19
4. Kategori diagnosis episode depresi ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan
berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama). Episode depresi berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah
satu diagnosis gangguan depresi berulang.
Kriterian diagnosis episode depresi ringan, sedang dan berat menurut PPDGJ
III dan DSM 5 :
1. Episode Depresi Ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut diatas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
2. Episode Depresi Sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3. Episode Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian,
penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih
dapat dibenarkan.
20
Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
4. Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood-congruent).
Kriteria Umum
1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu
2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi
kriteria untuk episode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam
kehidupan individu
3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental
organik
Gejala Utama :
1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi
individu, hadir untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari,
21
sebagian besar tidak responsif terhadap keadaan, dan bertahan
selama minimal 2 minggu.
2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya
menyenangkan.
3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat.
Gejala Lainnya
1. Kehilangan percaya diri atau harga diri
2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan
dan tidak tepat
3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh
diri
4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau
berkonsentrasi, seperti keraguan atau kebimbangan
5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6. Gangguan tidur
7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan
perubahan berat badan yang sesuai
Diagnosis Banding
1. Bereavement (Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)
Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena putusnya
suatu hubungan dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan
episode depresi mayor. Tingkat keparahan dan durasi dari gejala dan
dampaknya pada fungsi sosial dapat membantu dalam menyingkirkan
antara kesedihan yang mendalam dan MDD.
22
Perasaan tidak Tidak ada Ada
berguna/tidak
pantas
Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada
Rasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada
Perubahan Agitasi ringan Melambat
psikomotor
Gangguan fungsi Ringan Sedang –Berat
23
Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan
gangguan mood yang dipengaruhi zat
Alcohol
Amfetamin
Anxiolitik
Kokain
Zat-zat halusinogen
Hipnotik
Inhalant
Opioid
Phencycline
Sedative
4. Gangguan Bipolar
Sejarah adanya mania atau hipomania mengidentifikasikan adanya
gangguan bipolar, tetapi semenjak (1) gangguan bipolar sering berawal
dengan episode depresi, dan (2) pasien bipolar mengalami episode
depresi lebih lama dibandingkan dengan hipomania/mania, hal ini
penting untuk untuk mengeluarkan diagnosis bipolar ketika sedang
mendiagnosis MDD. Pada kenyataannya, 5-10% individu yang
mengalami episode depresi mayor akan memiliki episode hipomanik
atau manik didalam kehidupannya. Gejala depresi yang memperlihatkan
suatu gangguan bipolar termasuk didalamnya pemikiran yang kacau,
gejala psikotik, gambaran atipikal (pipersomnia, makan berlebihan),
onset usia dini, dan episode kekambuhan. Gangguan Bipolar II (dengan
hipomania) sulit untuk dikenali karena pasien tidak mengenali hipomania
sebagai suatu kondisi yang abnormal – mereka menerima itu sebagai
perasaan yang baik. Informasi yang mendukung dari pasangan hidup,
teman terdekat, dan keluarga sering menjadi hal yang penting untuk
dapat mendiagnosis.
24
2.7 PEMERIKSAAN
Selain dari klasifikasi yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa
instrumen-instrumen pengukur tingkat depresi dapat digunakan untuk
membantu memberikan penilaian yang objektif terhadap kondisi depresi yang
dialami oleh pasien. Berikut ini adalah beberapa instrumen yang sering
digunakan, yaitu:
a. Beck’s Depression Inventory
b. Hamilton Depression Scale
c. The Zung Self-Rating Depression Scale
25
2.8 TATALAKSANA
1. Terapi Farmakologis
26
pertama (Trisiklik dan MAOIs), antidepresi golongan kedua (SSRIs) dan
antidepresi golongan ketiga (SRNIs).
a. Trisiklik
Trisiklik merupakan antidepresan yang paling umum digunakan
sebagai pengobatan lini pertama untuk gangguan depresif berat (Kaplan,
2010). Golongan trisiklik ini dapat dibagi menjadi beberapa golongan,
yaitu trisiklik primer, tetrasiklik amin sekunder (nortriptyline,
desipramine) dan tetrasiklik tersier (imipramine, amitriptlyne). Dari
ketiga golongan obat tersebut, yang paling sering digunakan adalah
tetrasiklik amin sekunder karena mempunyai efek samping yang lebih
minimal. Obat golongan tetrasiklik sering dipilih karena tingkat
kepuasan klinisi dikarenakan harganya yang murah karena sebagian
besar golongan dari obat ini tersedia dalam formulasi generik (Kaplan,
2010).
Golongan obat trisiklik bekerja dengan menghambat reuptake
neurotransmitter di otak. Secara biokimia, obat amin sekunder diduga
bekerja sebagai penghambat reuptake norepinefrin, sedangkan amin
tersier menghambat reuptake serotonin pada sinaps neuron.hal ini
mempunyai implikasi bahwa depresi akibat kekurangan norepinefrin
lebih responsive terhadap amin sekunder, sedangkan depresi akibat
kekurangan serotonin akan lebih responsive terhadap amin tersier.
27
dapat menghambat enzim-enzim di hati terutama sitokrom P450 yang
akhirnya akan mengganggu metabolisme obat di hati. (Kaplan, 2010).
28
Gambar 2.1.10.1 Pilihan obat-obatan antidepresan pada lini pertama
29
kejadian kejadian yang dialami. Pikiran pikiran negative tersebut
muncul secara otomatis, sering diluar kesadaran pasien, apabila
menghadapi situasi stress atau mengingat kejadian penting masa
lalu. Distorsi kognitif tersebut perilaku maladaptive yang
menambah berat masalahnya.
Terapis bersama klien mengumpulkan bukti yang mendukung atau
menyanggah interpretasi yang telah diambil. Oleh karena pikiran
otomatis sering didasarkan atas kesalahan logika, maka
program Cognitive Behavioral Therapy (CBT) diarahkan untuk
membantu pasien mengenali dan mengubah distorsi kognitif.
Pasien dilatih mengenali pikiranya, dan mendorong untuk
menggunakan ketrampilan, menginterpretasikan secara lebih
rasional terhadap struktur kognitif yang maladaptive.
Menyusun desain eksperimen (pekerjaan Rumah) untuk menguji
validitas interpretasi dan menjaring data tambahan unjtuk diskusi
di dalam proses terapi.
B. Interpersonal Therapy
Terapi interpersonal:
Dilakukan terhadap pasien yang mengalami konflik saat
ini dengan pihak-pihak lain yang bermakna sehingga ia mengalami
kesulitan dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dalam
karier atau peran sosial atau perubahan hidup lainnya. Banyak
dilakukan terhadap depresi sedang dan berat.
C. Intervensi krisis:
Dilakukan terhadap pasien yang sedang mengalami suatu
krisis dan memerlukan tindakan segera (catatan: krisis yaitu suatu
respons terhadap keadaan bahaya atau penuh risiko dan
dirasakan/dihayati sebagai keadaan yang menyakitkan, agar tercapai
kembali keadaan seimbang (emotional equilibrium). Dalam terapi
30
ini kita harus secepatnya membina hubungan interpersonal yang
adekuat serta mengerti peran psikodinamik dan hubungannya
terhadap krisis yang terjadi. Teknik yang dilakukan yaitu
reassurance, sugesti, manipulasi lingkungan dan medikasi
psikotropik. Kita ajarkan kepada pasien untuk menghindari situasi
yang berbahaya untuk mencegah terjadinya kembali krisis di masa
yang akan datang.
2.9 PROGNOSIS
Gangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang
panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif
yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan, sementara sebagian besar
episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan
antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya
gejala.
Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan
depresif berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun
pertama. Banyak penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi indikator
prognostik yang baik dan buruk di dalam perjalanan gangguan depresif
berat. Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, fungsi keluarga yang
stabil, tidak adanya gangguan kepribadian, tinggal dalam waktu singkat di
rumah sakit dalam waktu yang singkat, dan tidak lebih dari satu kali
perawatan di rumah sakit adalah indikator prognostik yang baik. Prognosis
buruk dapat meningkat oleh adanya penyerta gangguan distimik,
penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala gangguan kecemasan, dan
riwayat lebih dari satu episode sebelumnya.
31
Sadock, 1998). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna Kelihat, 1991).
Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan
sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan
bunuh diri) adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan menghabisi
nyawa sendiri. Gagasan Bunuh Diri adalah pikiran atau ide untuk
menghabisi nyawa sendiri, biasanya terdapat pada seseorang yang
peka terhadap stresor, dapat terjadi pada segala usia, dan dapat
berlangsung untuk waktu yang lama tanpa suatu upaya bunuh diri.
Perilaku Bunuh Diri (suicidal behavior) adalah suatu
perilaku yang disengaja atau tidak, dapat membahayakan diri
sendiri. Contoh : mutilasi diri dengan memotong pergelangan
tangan, membenturkan kepala, menelan benda asing, menggigit,
menghilangkan bagian tubuh. Dua hal yang perlu diketahui oleh
seorang dokter, yaitu :
1. Kemampuan menilai adanya resiko bunuh diri
2. Melaksanakan rencana penatalaksanaan yang layak dilakukan
B. Epidemiologi
dengan jenis kelamin. Pria lebih banyak yang berhasil bunuh diri
daripada wanita dengan ratio 3 :1, meskipun usaha bunuh diri lebih
ini dilaporkan banyak juga kasus bunuh diri pada pria muda.
32
Keterkaitannya dengan ras. Secara keseluruhan resiko bunuh diri
lebih tinggi pada kulit putih dari pada kulit berwarna, kecuali pada
suku Indian dan Eskimo. Dikota-kota besar angka bunuh diri pada
dua kali lebih banyak pada mereka yang tidak menikah dibanding
C. Etiologi
33
4. Penggunaan alkohol dan obat-obatan sering juga merupakan
AIDS atau yang disertai rasa nyeri yang berat dan kronis,
Tak langsung
a. Merokok
34
b. Mengebut
c. Berjudi
d. Tindakan kriminal
f. Penyalahgunaan zat
i. Gangguan makan
Langsung
a. Keputusasaan
E. KLASIFIKASI
1. Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih
35
melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-
3. Bunuh diri
atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak
benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
F. KOMPLIKASI
suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk
bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide
adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat
kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare,
36
pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru,
meninggal.
dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi
G. TATALAKASANA
1. Pasien yang masih ingin hidup dan minta tolong , harus ditanggapi
2. Keinginan bunuh diri yang ringan dan terasa lucu harus ditanggapi
macam patologi
keluarga
37
a. Beratnya risiko bunuh diri dalam waktu dekat menggunakan kriteria
SALAD):
2. (A) Attempt: niat percobaan bunuh diri (PBD) yang kuat PBD
3. (S) Support system : tidak ada seseorang yang penting dan dekat
dengan pasien
terakhir
tersebut
38
KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40