Anda di halaman 1dari 8

Penilaian komparatif kehilangan tulang alveolar menggunakan radiografi

bitewing, periapical, dan panoramic

Cek Dara Manja,* M. Edwin Fransiari

ABSTRAK

Latar belakang: Radiologi dalam kedokteran gigi memiliki peran penting dalam memperoleh
informasi untuk diagnostik. Ada beberapa pemeriksaan radiografi yang sering digunakan untuk
mengukur kehilangan tulang alveolar seperti bitewing, periapikal, dan panoramik. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan keakuratan radiografi bitewing, periapikal, dan panoramik pada
penilaian kehilangan tulang alveolar.

Metode: Metode analitik cross-sectional dilakukan pada 11 sampel menggunakan masing-


masing bitewing, periapical, dan panoramik. Data dianalisis dengan uji sampel T-independen.

Hasil: Nilai rata-rata rata-rata pengukuran kehilangan tulang alveolar secara klinis pada tulang
adalah 2 mm, tetapi 2,2 ± 0,36 mm, 2,3 ± 0,41 mm, dan 2,6 ± 0,66 mm masing-masing dalam
radiografi bitewing, periapical, dan panoramik. Keakuratan radiografi bitewing memiliki
persentase tertinggi dibandingkan dengan radiografi periapikal dan panoramik (masing-masing
90%: 85%: 70%). Selain itu, penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan secara statistik di
antara kelompok (P> 0,05).

Kesimpulan: Radiografi bitewing, periapical, dan panoramic sebagai penilaian komparatif tidak
menemukan perbedaan secara statistik dalam pengukuran Alveolar Bone Loss.

PENGANTAR

Radiografi memiliki peran penting dalam kedokteran gigi sebagai informasi tambahan
untuk diagnosis, manajemen kasus, perencanaan perawatan, dan prognosis. Dalam kelainan atau
perubahan rahang sebagai manifestasi penyakit sistemik, perluasan tumor, atau penyakit
periodontal, teknik radiografi ekstraoral seperti panoramic radiography adalah teknik yang paling
banyak dipilih. Sedangkan untuk pemeriksaan gigi, kelainan pada jaringan periodontal sering
menggunakan penilaian radiografi intraoral atau bitewing.
Masing-masing teknik radiografi ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
interpretasi hasil. Ketika mempertimbangkan dosis radiasi yang diterima oleh individu,
kenyamanan dan biaya individu, teknik radiografi panoramik adalah teknik terluas yang dipilih
untuk kehilangan tulang alveolar karena penyakit periodontal. Masalah efisiensi radiografi
bitewing dibandingkan dengan radiograf periapikal masih belum terpecahkan dalam memberikan
gambaran pada penyakit periodontal. Sebuah studi yang dilakukan oleh Moradi J et al. yang
mengukur puncak tulang alveolar ke cemento enamel menggunakan radiografi periapikal
memperoleh kurang dari 10% dari pengukuran saat menggunakan radiografi bitewing
memperoleh 6% lebih kecil dari penilaian yang sebenarnya.

1
Wilton et al. Diperkirakan 70 molar mandibula menemukan keakuratan radiografi
periodik menggunakan pemegang film Rinn XCP lebih tinggi daripada radiografi panoramik.
Selain itu, akurasi radiografi periapikal menggunakan pemegang film han shin lebih kecil jika
dibandingkan dengan radiografi panoramik. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Geidek et
al. menggunakan radiografi bitewing, periapical, dan panoramik memiliki tingkat akurasi
tertinggi. Sedangkan radiograf periapical memiliki tingkat akurasi terendah jika dibandingkan
dengan pemeriksaan klinis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan akurasi radiografi
bitewing, periapical dan panorama pada penilaian kehilangan tulang alveolar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian analitik cross-sectional dilakukan di Departemen Radiologi Gigi, Rumah Sakit


Gigi dan Mulut, Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Klinik Pramita. Ada 11 potong
radiografi menggunakan radiografi bitewing, periapical, dan panoramic

Protokol penelitian meliputi: 1) Pengukuran kehilangan tulang alveolar dilakukan pada


dua molar mandibula kanan dalam tengkorak dengan menggunakan istilah kedua dengan ujung
yang tajam. Tempatkan salah satu ujung kompas di persimpangan cementoenamel dan ujung
lainnya di puncak tulang alveolar. Tekan salah satu ujung kompas di kertas, dan kemudian ukur
dua titik di atas kertas menggunakan penggaris. Ulangi lima kali, merekam dan menghitung nilai
rata-rata; 2) Ambil radiograf bitewing, periapical, dan panoramic masing-masing sebanyak 11
kali. Lakukan pemrosesan dan film bitewing periapikal secara konvensional, sementara hasil dari
radiograf panoramik dicetak. Radiografi bitewing, periapikal, dan panorama dilihat
menggunakan kotak penampil; dan 3) Ambil pengukuran kehilangan tulang alveolar pada setiap
radiograf menggunakan kompas kedua dengan ujung yang tajam. Tempatkan satu ujung kompas
di persimpangan cementoenamel dan ujung lainnya di puncak tulang alveolar. Lalu tekan ujung
kompas di atas kertas dan ukur kedua titik. Merekam hasil dan menghitung nilai rata-rata.
Formula akurasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (mean-2) / 2 × 100%.

Analisis data dilakukan dengan uji T-Independent untuk mendapatkan nilai akurasi setiap
teknik radiografi menggunakan SPSS 18.

HASIL

Hasil pengukuran kehilangan tulang alveolar pada tengkorak, radiografi bitewing,


periapikal dan panoramik dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai rata-rata di antara pengukuran
radiografi adalah 2,2 ± 0,36 mm pada bitewing, 2,3 ± 0, 41 mm pada periapikal, dan 2,6 ± 0,66
mm pada foto panoramik. Menurut uji sampel T-independen, temuan menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan secara statistik antara pengukuran radiografi (P> 0,05) seperti 0,76,
0,57, dan 0,36 masing-masing dalam bitewing, periapical, dan panografi radiografi (Tabel 1).

Berdasarkan rumus untuk pengukuran akurasi, hasilnya menemukan bahwa akurasi


tertinggi adalah radiografi bitewing (90%), diikuti oleh radiografi periodik (85%), dan
radiografik panoramik (70%) (Tabel 1) .

2
DISKUSI

Dalam penelitian ini, kehilangan tulang alveolar distoproksimal dari molar kedua di
rahang bawah kanan adalah 2 mm menurut radiografi. Nilai rata-rata radiografi bitewing adalah
2,2 ± 0,36 mm sementara menggunakan radiografi periapikal diperoleh nilai rata-rata 2,3 ± 0,41
mm. Berdasarkan hasil ini, pengukuran menggunakan radiografi bitewing mendapatkan nilai
yang lebih baik mendekati ukuran yang sebenarnya. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hachem et al. yang menilai kehilangan tulang alveolar di mana radiografi
bitewing memiliki nilai keakuratan yang lebih dekat dengan pengukuran aktual daripada
menggunakan radiografi periapikal dengan hasil 0,3 mm lebih kecil daripada menggunakan
radiografi periapikal.

Hasil radiografi bitewing lebih akurat untuk menilai kehilangan tulang alveolar karena
sudut proyeksi lurus melalui daerah interproksimal. Penilaian ini juga efektif untuk mendeteksi
keberadaan kalkulus di daerah interproksimal. Sumbu panjang dari bitewing biasanya
ditempatkan secara horizontal, tetapi juga dapat ditempatkan secara vertikal. Temuan serupa
dilakukan oleh Corbet et al. di mana teknik radiografi bitewing vertikal ditempatkan 900 tegak
lurus terhadap sudut sumbu panjang gigi dapat bermanfaat untuk melihat bagaimana keadaan
tulang alveolar dan kehilangan tulang alveolar. Adapun teknik radiograf periapikal harus
menggunakan survei mulut penuh dengan teknik proyeksi kerucut yang panjang sejajar untuk
menjadi standar yang signifikan dalam menentukan diagnosis penyakit periodontal dan rencana
perawatan.
Penelitian ini menggunakan radiografi panoramik diperoleh nilai rata-rata 2,6 ± 0,66 mm
yang menunjukkan bahwa radiografi panoramik memiliki nilai kurang dari radiografi bitewing.
Hasilnya konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Semenoff yang
menemukan perbedaan yang signifikan dalam nilai-nilai pengukuran antara radiografi panoramik
dan bitewing. Dalam kategori 0-2 mm (tidak adanya kehilangan tulang) untuk nilai-nilai
pengukuran yang diperoleh radiografi bitewing memiliki rata-rata nilai 1,90 mm, sedangkan
radiografi panoramik memiliki nilai rata-rata 2,50 mm.

Nilai rata-rata radiografi periapikal adalah 2,3 mm; hasil ini menunjukkan bahwa
radiograf periapikal memiliki nilai akurasi yang lebih baik daripada radiografi panoramik.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Rand et al. menunjukkan hasil yang sama yang mengukur
level tulang marginal dengan menggunakan teknik radiograf periapikal dan panoramik,
pengukuran lima kali menunjukkan bahwa pengukuran periapikal memiliki nilai pengukuran
yang lebih stabil. nilai dibandingkan dengan pengukuran panoramik.

3
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Semenoff et al. yang mengkategorikan
pengukuran berdasarkan tingkat keparahan, hasil teknik radiografi periapikal lebih akurat
daripada metode radiografi panoramik.

Hasil radiografi panoramik kurang dapat diandalkan untuk mengukur kehilangan tulang
alveolar dibandingkan dengan teknik radiografi intraoral seperti sayap gigitan dan periapikal
karena jarak dari objek ke film lebih besar dari radiografi periapikal. Selain itu, sinar-X pada
radiografi panoramik diarahkan miring melalui film sehingga gambar yang dihasilkan tidak rinci.
Meskipun radiografi panoramik tidak dapat menentukan akurasi kehilangan tulang alveolar,
Pepelassi et al. menyatakan bahwa radiografi panoramik dapat melihat kehilangan tulang
alveolar lebih besar dari radiografi intra-oral hanya sebagian wilayah. Sehingga, radiografi
panoramik dapat digunakan untuk melihat jumlah kerusakan yang terjadi pada tulang alveolar di
rongga mulut.

4
Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan


melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya digunakan pada praktek
kedokteran gigi adalah bitewing radiografi dan periapikal radiografi. Pemeriksaan klinis dan
radiografi memegang peranan yang penting dalam diagnosa penyakit periodontal, begitu pula
dengan pilihan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Bitewing radiografi dan periapikal
radiografi berguna untuk tujuan tersebut. Selain radiografi intra-oral, radiografi panoramik juga
digunakan sebagai pemeriksaan tambahan pada jaringan tulang marginal.

Peran Radiografi dalam Mengenali Periodontitis


Teknik radiografi yang berperan dalam mengenali periodontitis salah satunya adalah
teknik ronsen panoramik. Foto panoramik merupakan foto ronsen ekstra oral yang menghasilkan
gambaran yang memperlihatkan struktur fasial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur
pendukungnya. Struktur periodontal yang teridentifikasi dalam radiografi meliputi lamina dura,
tulang alveolar, ruang ligamen periodontal dan sementum. Foto panoramik dapat mendiagnosa
penyakit periodontal kebanyakan pada kasus yang sudah parah. Data klinis dan radiografi sangat
penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal. Radiografi akan sangat membantu dalam evaluasi
jumlah tulang yang ada, kondisi alveolar crests, kehilangan tulang pada daerah furkasi, lebar dari
ruang ligamen periodontal.
Peranan radiografi selain dalam mengenali penyakit periodontal.juga berperan untuk: melihat
panjang dan morfologi akar gigi, rasio mahkota dengan akar gigi, melihat sinus maksilaris, gigi
impaksi, supernumerary dan missing teeth.Keterbatasan radiografi, yaitu :
1. Radiografi konvensional memberikan gambar dua dimensi. Sedangkan gigi merupakan objek
tiga dimensi yang kompleks. Akibat dari gambar yang tumpang tindih, detail bentuk tulang
menjadi tidak terlihat.
2. Radiografi tidak memperlihatkan permulaan dari penyakit periodontal. Setidaknya 55 – 60 %
demineralisasi terjadi dan tidak terlihat pada gambaran radiografi. Radiografi tidak
memperlihatkan kontur jaringan lunak dan tidak merekam perubahan jaringan – jaringan lunak
pada periodonsium. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang teliti dikombinasi dengan
pemeriksaan radiografi yang tepat dapat memberikan data adekuat untuk diagnosis keberadaan
dan penyebaran dari penyakit periodontal

Bitewing
Keuntungan :
 Sederhana
 Relatif murah
 Tab dapat dibuang (disposible), sehingga tida diperlukan prosedur pengontrolan infeksi
silang secara extra
 Dapat digunakan pada anak-anak dengan mudah

5
Kerugian :
 Penilaian operator pada angulasi vertikal dan horizontal kepala tabung sinar-X seringkali
tidak tepat
 Gambaran radiografinya tidak dapat direproduksi dengan akurat, sehingga tidak cocok
untuk memriksa penjalaran karies
 Sering terjadi coning off atau cone cutting pada bagian anterior
 Film packet dapat tergeser dengan mudah oleh lidah

Periapikal
 Paralel
Kelebihan :

• Gambaran yang dihasilkan lebih geometris dengan sedikit sekali kemungkinan


terjadinya pembesaran gambar. Tulang zygomaticus berada di atas apeks gigi
molar atas.

• Tinggi puncak tulang periodontal dapat terlihat jelas.

• Jaringan periapikal tampak dengan jelas.

• Mahkota gigi tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat dideteksi
dengan baik.

• Sudut vertikal dan horizontal, dari tabung sinar-x secara otomatis dapat ditentukan
posisinya dengan tepat.

• Arah sinar-x sudah ditentukan pada pertengahan film sehingga dapat menghindari
cone cutting.

• Dapat membuat beberapa foto radiografi dengan posisi dan kondisi yang sama
pada waktu yang berbeda.

Kekurangan:

• Penggunaan film holder dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien,
terutama regio posterior, karena dapat menyebabkan rasa ingin muntah.

6
• Film holder sulit penggunaannya bagi operator yang tidak berpengalaman.
• Kondisi anatomis dalam rongga mulut sering menyulitkan teknik ini, misalnya:
palatum yang datar dan dangkal.
• Apeks gigi kadang tampak sangat dekat dengan tepi film.

• Sulit menggunakan film holder untuk regio M3 rahang bawah.

• Bila menggunakan short cone, tidak dapat menghasilkan gambaran radiografi yang
baik.

• Film holder harus selalu disterilisasi dengan autoclave.

Periapikal

 Bisecting
Kelebihan :

• Nyaman untuk pasien, karena tidak ada alat tambahan lain kecuali film
• Penentuan posisi relatif lebih sederhana dan cepat.
• Bila penentuan sudut horizontal dan verticalnya benar, gambaran radiografi yang
dihasilkan akan sama besar dengan yang sebenarnya.

Kekurangan :

• Bayangan tulang zygomaticus sering tampak menutupi regio akar gigi molar

• Kemungkinan distorsi pada gambaran radiografi yang dihasilkan sangat besar

• Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan gambar

• Tinggi tulang periodontal tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik

• Sudut vertical dan horizontal pada setiap pasien berbeda

• Gambar radiografi pada akar bukal gigi premolar dan molar rahang atas sering
mengalami pemendakan

• Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi dan posisiyang sama

• Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambar radiografi mahkota gigi yang mengalami
distorsi

7
• Dapat terjadi cone cutting bila titik pusat sinar-x tidak tepat di pertengahan film
Panoramik
Kelebihan dari Panoramik
 Gambar meliputi tulang wajah dan gigi, dosis radiasi lebih kecil
 Nyaman untuk pasien, cocok untuk pasien yang susah membuka mulut
 Waktu yang digunakan pendek biasanya tiga sampai empat menit, sangat
membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien klinik,
 Membantu menegakkan diagnostik yang meliputi tulang rahang secara umum dan
evaluasi terhadap trauma
 Perkembangan gigi geligi pada fase gigi bercampur evaluasi terhadap lesi,
evaluasi keadaan rahang dan evaluasi terhadap gigi terpendam.

Kekurangan dari Panoramik


• Detail gambar yang tampil tidak sebaik periapikal intra oral radiografi
• Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi karies kecil
• Pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi.

Anda mungkin juga menyukai