OLEH :
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Otonomi Daerah”. Makalah ini merupakan salah satu hasil pelaksanaan
pemikiran sederhana sebagai wujud partisipasi penulis dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam penulisan karya tulis ini, banyak pihak yang memberi bantuan
kepada penulis. Oleh karena itu, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. I Nyoman Natajaya, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, yang telah banyak memberikan masukan
dalam proses pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah banyak memberikan dukungan agar
terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna menyempurnakan
makalah ini. Namun demikian penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Otonomi Daerah............................................................... 3
2.2 Dasar Hukum dan Asas Otonomi Daerah.......................................... 4
2.3 Tujuan Otonomi Daerah..................................................................... 9
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Otonomi Daerah.................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 15
3.2 Saran................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era ini Indonesia juga harus memikirkan hal yang strategis, terutama
pemerintah yang ada di pusat, dimana yang terjadi saat ini pemerintah pusat yang
memiliki urusan yang terlalu banyak sehingga tidak satupun yang terselesaikan
dengan baik, pusat mengurus sampai pada urusan yang bersifat teknis yang ada di
daerah. Pemerintah seharusnya memikirkan yang strategis dan terfokus.
Hal yang sama sepertinya mulai terulang kembali, kalau kita memperhatikan
pengelolaan pemerintahan yang ada saat ini ada usaha untuk sentralisasi kembali
meskipun dengan cara yang berbeda sentralisasi yang berbeda pada orde baru,
menurut wawan mas’udi sentralisasi yang ada pada saat ini berada pada sofwer,
mencontohkan pada penganggaran. Disadari atau tidak bahwa watak dasar
pemerintah di indonesia adalah sentralistik, sehingga upaya pengelolaan
pemerintahan yang sentralistik bisa saja terjadi, meskipun pada konsep otonomi
daerah.
1
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan otonomi daerah ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang otonomi daerah
2. Untuk mengetahui dasar hukum dan asas otonomi daerah
3. Untuk mengetahui tujuan otonomi daerah
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan otonomi daerah
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti sendiri
dan namos yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi
daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga sendiri (Bayu Suryaninrat,1985).
2
Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai “mandiri”. Sedangkan
makna yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”. Otonomi daerah dengan
demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan
pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah
sudah mampu mencapai kondisi sesuai yang dibutuhkan daerah maka dapat
dikatakan bahwa daerah sudah berdaya (mampu) untuk melakukan apa saja secara
mandiri tanpa tekanan dan paksaan dari pihak luar dan tentunya disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan daerah.
3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan
memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
3
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
1. Dasar Hukum
Tidak hanya pengertian tentang otonomi daerah saja yang perlu kita bahas.
Namun ada dasar-dasar yang bisa menjadi landasan. Ada beberapa peraturan dasar
tentang pelaksanaan otonomi daerah, yaitu sebagai berikut:
1. Asas Desentralisasi
4
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya
dalam sistem negara kesatuan republik Indonesia.
5
Jadi, desentralisasi itu menyangkut pembentukan daerah otonom dengan
dilengkapi kewenangan-kewenangan tertentu dan bidang-bidang kegiatan tertentu.
Dalam desentralisasi, pelimpahan wewenang adalah sesuatu yang bersifat hak,
dalam hal membuat aturan dan keputusan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dengan dibatasi oleh peraturan dari badan yang lebih tinggi.
2. Asas Dekonsentrasi
Maka dari itu, pada dekonsentrasi, badan otonom yang diserahi wewenang
hanya dapat melaksanakan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan dari
pemerintah pusat. Sedangkan menurut Laica Marzuki, dekonsentrasi adalah
ambtelijke decentralisastie atau delegatie van bevoegdheid, yaitu pendelegasian
kewenangan dari alat kelengkapan negara di pusat kepada instansi di bawahnya,
untuk melakukan pekerjaan tertentu dalam terselenggaranya pemerintahan.
Pemerintah pusat tidak mungkin kehilangan kewenangannya karena instansi di
bawahnya melaksanakan tugas mereka atas nama pemerintah pusat.
6
2. Undang-Undang No. 1 tahun 1957, Penpres RI No. 1959
Tugas pembantuan merupakan suatu asas dasar hukum otonomi daerah yang
memiliki sifat membantu pemerintah pusat atau pemerintah yang lebih tinggi
tingkatannya dalam menyelenggarakan negara atau daerah melalui kewenangan
yang dimiliki oleh pemerintah atau badan otonom yang dimintai bantuannya
tersebut.
Dalam hal ini, badan otonom yang dimintai bantuan memiliki kewajiban
untuk melakukan hal atau tugas dari badan otonom yang lebih tinggi
kekuasaannya. Mereka diwajibkan karena berdasarkan ketentuan hukum yang
lebih tinggi, daerah terikat untuk melakukan hal atau tugas dalam rangka
memenuhi asas tugas pembantuan.
7
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
menyebutkan dalam Bab I, Pasal 1 huruf g bahwa tugas pembantuan ialah
penugasan dari pemerintah pusat pada daerah dan desa, serta dari daerah ke desa
untuk menjalankan suatu tugas yang diikuti anggaran, sarana, dan prasarana serta
sumber daya manusia dengan diharuskan melaporkan jalannya tugas pembantuan
dan bertanggung jawab pada yang menugaskan.
Otonomi yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah ini bersifat
mandiri dan bebas. Pemerintah daerah bebas dan mandiri untuk membuat
peraturan bagi wilayahnya. Namun, harus tetap mempertanggungjawabkannya
dihadapan Negara dan pemerintahan pusat.
Selain tujuan diatas, masih terdapat beberapa point sebagai tujuan dari
otonomi daerah. Dibawah ini adalah beberapa tujuan dari otonomi daerah dilihat
dari segi politik, ekonomi, pemerintahan dan sosial budaya, yaitu sebagai
berikut.
8
c. Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaran otonomi daerah diperlukan
agar perhatian lebih fokus kepada daerah.
d. Dilihar dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat
turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing.
Pembangunan daerah dapat menjadi lebih maju. Ini adalah akibat dari
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan. Pelayanan dan kesejahteraan meningkat
karena pembangunan lebih tepat sasaran. Daerah yang sebagain besar wilayahnya
di tepi pantai dan penduduk bermatapencaharian nelayan, maka kebijakan akan
diarahkan untuk pembangunagan perairan dan perikanan. Dengan demikian,
peningkatan kesejahteraan lebih cepat dirasakan.
9
tidak sesuai dengan potensinya. Dan daerah yang mempunyai lebih banyak
sumber daya alam dapat lebih berkontribusi dalam pembangunan nasional. Daerah
mengatur pendapatan dan pengeluarannya sesuai RAPBD yang telah disusun.
10
Otonomi daerah juga memnbatasi kekuasaan pemerintah pusat secara tidak
langsung. Hal ini mengurangi kemungkinan kesewenangan pemerintah pusat
menerapkan aturan dan kebijakan yang tidak sesuai aspirasi rakyat. Atau bahkan
mencegah terjadi kediktatoran.
Otonomi daerah membuat efisiensi waktu dan biaya dalam segala bidang.
Tidak semua permasalahan harus diselesaikan ke pemerintah pusat yang
membutuhkan waktu dan biaya lebih banyak.
Efisiensi waktu dan biaya akibat otonomi daerah juga mengurangi birokrasi
yang panjang dan berbelit-belit. Bisa dibayangkan, jika hanya untuk mengurus
Kartu Tanda Penduduk saja harus ke pemerintah pusat.
1. Pertentangan Peraturan
11
saling melengkapi, tidak akan menimbulkan masalah. Contoh pertentangan
peraturan adalah adanya peraturan pelaksanaan hukum Islam di Propinsi Nangroe
Aceh Darusalam. Bertentangan dengan pelaksanaan Undang-Undang lain yang
berlaku di Indonesia. Karena hal tersebut adalah keinginan masyarakat dan dalam
pelaksanaannya dalam saling melengkapi, juga menciptakan ketertiban, maka
tidak ada hal negatif yang terjadi.
2. Pengawasan Lemah
5. Koordinasi Sulit
12
luar wewenangnya dengan cakupan seluruh wilayah Indonesia. Karena nantinya
pemerintah daerah harus diikutsertakan dalam kewenangan tersebut.
8. Kedaerahan
Dalam hal yang mendesak, keputusan menjadi lebih cepat. Namun, mencakup
keputusan nasional alurnya bertambah panjang. Karena untuk menerapkan
kebijakan nasional, pemerintah pusat harus mempertimbangkan aspirasi dari
semua daerah. Jangan sampai kebijakan hanya menguntungkan daerah tertentu
saja.
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Kesimpulan
Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti sendiri
dan namos yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi
daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga sendiri (Bayu Suryaninrat,1985).
Asas-asas otonomi daerah menurut pendapat Dr. Agussalim Andi Gajong S.H.
dalam bukunya yang berjudul “Pemerintahan Daerah: Kajian Politik dan Hukum”
yaitu : Asas Desentralisasi, Asas Dekonsentrasi, Asas Tugas Pembantuan.
Tujuan dari otonomi daerah dilihat dari segi politik, ekonomi, pemerintahan
dan sosial budaya, yaitu sebagai berikut :
14
b. Dilihat dari segi pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah untuk
mencapai pemerintahan yang efisien.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Dede Rosyada. dkk (2005). Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak
Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta : PRENADA MEDIA.
https://guruppkn.com/asas-asas-otonomi-daerah (diakses tanggal 16 April 2019)
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yang mengatur tentang pemerintahan daerah.
Marbun, B. (2005). Otonomi Daerah 1945‐2005 Proses dan Realita Perkembangan Otda
Sejak Zaman Kolonial sampai Saat Ini. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.
Sujamto, Otonomi Daerah Yang Nyata Dan Bertanggung Jawab, edisi revisi, Jakarta,
Ghalia Indonesia, 1990
Salam, D. (2004). Otonomi Daerah, Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber
Daya. Bandung: Djambatan.
Sam, C. dkk. (2008). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Widarta. (2001). Cara Mudah Memahami Otonomi Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka
Utama.