Anda di halaman 1dari 5

Rumusan masalah :

1. Apa yang dimaksud dengan daya cipta ?


2. Apa yang dimaksud kreatif dan inovatif ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas ?
4. Sikap yang bagaimana yang harus dimiliki jika ingin menjadi kreatif dan
inovatif ?

3.2 Mengembangkan Daya Cipta

Maslow (dalam Schultz, 1991) dikutip dari Kemendikbud (2011)


menyatakan bahwa kreativitas disamakan dengan daya cipta dan daya khayal naif
yang dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka, dan langsung
melihat kepada hal-hal atau bersikap asertif. Kreativitas merupakan suatu sifat
yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasian diri.

Daya cipta adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang


baru yang menjangkau – jangkauan luas yang berkaitan dengan kemampuan
kognitif, afektif, dan kemampuan psikomotor. Daya cipta disebut juga kreativitas.
Tujuan pengembangan daya cipta adalah mengembangkan imajinasi dan
kreatifitas anak, memberi kesempatan pada anak untuk menciptakan sesuatu
sesuai dengan kreatifitasnya,

Kreatif artinya mampu memunculkan hal-hal baru ( produk, ide, proses,,


teknologi, dan sebagainya) yang bernilai bagi masyarakat. Sedangkan, Inovatif
artinya memiliki kemampuan untuk berinovasi.

Pengertian dari inovasi adalah proses penciptaan produk-produk, jasa,


teknologi, ide atau proses yang lebih baik atau lebih efektif daripada sebelumnya.
Antara inovasi dan penyempurnaan atau perbaikan memiliki perbedaan yaitu
bahwa inovasi menghasilkan sesuatu yang baru sekaligus lebih baik daripada yang
telah ada sebelumnya, sedangkan penyempurnaan atau perbaikan ialah
menggunakan sesuatu yang telah ada secara baru dan lebih baik daripada
sebelumnya. Inovasi lebih berupa penciptaan, sementara penyempurnaan atau
perbaikan lebih berupa pemanfaatan ata penggunaan.

Untuk bisa menjadi inovatif, fondasi utamanya ialah kreativitas.


Sedangkan untuk menjad kreatif, dituhkan kualitas berpikir dan sikap tertentu.
Menurut Andersson et al (2011), kualitas-kualitas itu meliputi “rasa ingin tahu,
keterbukaan dan sikap bertanya-tanya, kemampuan untuk menyimak,
mendengarkan dan menilai ulang, keberanian untuk keluar dari ajaran, praktek,
dan teori yang lazim dan berani berpikir out of the box, dan bakat untuk melihat
relevansi dan koneksi diantara hal – hal yang tampaknya berbeda. Kreativitas juga
melibatkan kelincahan dan fleksibilitas serta kemampuan untuk menimba ide-ide
dari bidang-bidang ilmu dan wilayah-wilayah peneitian yang berbeda-bedauntuk
berpikir secara lateral, dan untuk meramu konsep-konsep yang bersumber dari
domain-domain yang tampaknya tak berkaitan satu sama lain. Kreativitas
didasarkan pada cara berpikir yang divergen yang memetakan berbagai
kemungkinan, melihat pola-pola dan menemukan pemecahan-pemecahan yang
sebelumnya tak terungkap dalam jawaaban yang diajukan.”

Kreatif dan inovatif bukanlah milik kalangan khusus yang berbakat saja.
Setiap orang bisa menjadi kreatif dan inovatif sepanjang dia memiliki kualitas
berpikir dan sikap yang sama. Ada 3 kategori sikap paling utama yang harus
dimiliki jika ingin menjadi kreatif dan inovatif, yaitu :

1. Keterbukaan pikiran yang seluas-luasnya terhadap berbagai arus stimulus,


informasi, dan pengalaman
2. Keberanian berpikir diluar pakem
3. Kemampuan melihat hubungan atau kaitan antar hal-hal yang kelihatannya
berbeda.

Jadi, untuk mengembangkan daya cipta atau kreativitas, cobalah untuk


menerapkan ketiga langkah tersebut dalam melakukan setiap kegiatan yang
dilakukan. Untuk menjadi mengembangkan kreativitas, cara satu-satunya ialah
dengan membiasakan diri menjadi kreatif. Jadi, jadilah kreatif dalam berbagai hal.
Jadikan kreatif sebagia kebiasaan hidup sehari-hari.

Karlyn Adams (2005) menyatakan bahwa berdasarkan penelitian


historiometrik yang dilakukan oleh Dean Keith Simonton, seorang profesor
psikologi, terhadap pencipta-pencipta besar dunia, disimpulkan bahwa kreatif itu
berhubungan dengan jumlah waktu yang dicurahkan untuk aktivitas-aktivitas
kreatif tersebut. Mengutip pendapat Howard Gardner, dikatakan bahwa butuh
waktu 10 tahun untuk membangun pengetahuan dan keahlian dibidang tertentu
untuk menumbuhkan kreativitas yang hebat dibidang tersebut. Jadi, menurut
Gardner, ada yang disebut sebagai aturan 10-tahun dalam hal pembangunan
karakter kreatif.

Hildayani (Wiyani, 2014) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kreativitas anak usia dini diantaranya yaitu faktor internal dan
ekternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak seperti
faktor biologis dan fisiologis. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar dirinya seperti faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diuraikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kreativitas anak usia dini yaitu:
1. Faktor Internal

merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak yang dapat
mempengaruhi kreativitasnya yaitu:

a. Faktor biologis
Perkembangan kreativitas anak dipengaruhi oleh gen yang diwarisi oleh
kedua orang tuanya. Selain menghasilkan kesamaan fisik, genetik juga
dapat menghasilkan ciri-ciri psikologis seperti bakat dan kecerdasan.

b. Faktor fisiologis
Kesehatan memiliki pengaruh terhadap perkembangan kreativitas anak.
Sehat dan aktifnya indera pada anak-anak akan berpengaruh pada perilaku
dan suasana hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang sehat akan
menunjukkan kreativitas yang lebih baik dan sebaliknya jika anak
mengalami kesehatan yang buruk dan kondisi tidak sehat disebabkan
karena penyakit atau kecelakaan dapat menghambatnya perkembangan
kreativitasnya.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan anak yang
dapat mempengaruhi perkembangan kreativitasnya yaitu:
a. Lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang
mempunyai peran penting dalam mendidik anak. Pola asuh yang
diterapkan orang tua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Pola asuh otoriter orang tua yang mengekang kebebasan anak untuk
mengembangkan dirinya secara utuh seperti melarang anak bermain, serba
membatasi, dan memaksa anak untuk menuruti perintah orang tua justru
akan menjadikan anak kurang memiliki inisiatif dan tidak percaya diri
sehingga dapat menghambat kreativitasnya. Sebaliknya, jika seorang
anak dibiasakan dengan pola asuh yang demokratis dengan
suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, mendengarkan
pendapat, dan memberikan kesempatan yang luas kepada anak
untuk melakukan kegiatan sesuai dengan minatnya maka anak
akan tumbuh menjadi sosok yang kreatif, terbuka, penuh inisiatif
dan percaya diri.

b. Lingkungan sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan terpenting setelah di keluarga.
Di sinilah pertama kalinya anak mengenal dunia luar dengan ruang
lingkup yang lebih besar dari rumahnya. Di sekolah anak banyak
memperoleh kesempatan untuk belajar, bermain, dan berinteraksi dengan
lingkungannya, sehingga proses inilah yang dapat mempengaruhi tumbuh
dan berkembangnya kreativitas anak.
c. Lingkungan masyarakat.
Faktor budaya, kebiasaan, agama, dan keadaan demografi yang ada pada
suatu masyarakat diakui atau tidak memiliki pengaruh dalam
perkembangan kreativitas anak. Misalnya anak yang tinggal di kota
perkembangan kreativitasnya akan berbeda dengan anak yang tinggal di
desa.

Kreativitas akan surut seiring dengan munculnya karakter takut salah atau
keliru dalam diri. Seseorang yang takut keliru atau salah selalu lebih memilih
untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang lain ketimbang harus berbuat dengan
imajinasi kreatifnya sendiri. ketakutan berbuat salah merupakan musuh terbesar
dari kreativitas. Karena itu, selain mengembangkan kreativitas sebagai kebiasaan
hidup sehari-hari, adalah penting juga untuk menghindarii lingkungan yang yang
mengajarkan ras takut salah atau takut keliru. Berikut adalah ciri-ciri dari
lingkungan yang harus anda jauhi ketika anda ingin menjadi pribadi yang kreatif
dan inovatif :

1. Yang berbeda dianggap identik dengan yang aneh. Ketika anda berada dalam
lingkungan yang sudah terlalu lama terbiasa melakukan sesuatu dengan cara
itu-itu saja, maka setiap kali ada individu yang berusaha melakukan cara lain,
dianggap sebagai individu yang aneh karena berbeda dari keseluruhan yang
lain. Yang aneh di sini tentu dalam artian yang negative karena yang aneh
dianggap identic dengan yang tak wajar atau tak normal
2. Yang dianut oleh kebanyakan orang dianggap identik sebagai yang benar.
Ukuran kebenaran adalah pada banyaknya pengikut. Semakin banyak
pengikut, semakin benar jadinya. Sebaliknya, yang sedikit penganutnya
adalah salah. Karena itu, ide-ide yang hanya dimiliki oleh beberapa orang,
apalagi oleh satu orang, pastilah dianggap salah atau keliru. Karena salah,
maka ide tersebut tak akan mungkin berhasil.
3. Kemungkinan baru dianggap sebagai hal yang tidak mungkin. Landasan dari
anggapan ini ialah bahwa dunia ini berjalan statis atau itu-itu saja. Apa yang
sudah terbukti berhasil di masa lalu, pasti akan selalu berhasil saat ini dan
masa depan. Sebaliknya, apa yang belum terbukti berhasil di masa lalu, pasti
tak akan berhasil di masa kini dan masa depan. Masa kini dan masa depan
dianggap sebagai perulangan dari masa lalu tanpa ada kemungkinan lain.
Perubahan adalah kejadian yang sangat langka terjadi dalam kenyataan.

Dalam semua anggapan itu, respon khas dari lingkungan yang tak
kondusif bagi krativitas terhadap setiap ide kreatif dan inovatif ialah mencibir dan
meremehkan.

Anda mungkin juga menyukai