PENYEMBUHAN LUKA
Healing Cascade
Healing cascade dimulai segera setelah terjadinya perlukaan, dimana terjadi kontak
antara Trombosit dengan kolagen dari jaringan yang terpapar terhadap darah, yang mana akan
menyebabkan pelepasan faktor pembekuan dan deposisi fibrin kedalam lokasi luka, bentukan
ini bukan hanya berfungsi untuk menghentikan perdarahan, namun juga akan menjadi matrik
dan mendasari tahap selanjutnya dari pemyembuhan luka. Platelet melepaskan faktor
pembekuan dan berbagai mediator kimia yang dikenal sebagai Sitokin dan growth factor, dua
yang terutama adalah PDGF dan TGF-β (Rajan dan Murray, 2008).
PDGF akan memicu proses kemotaksis dari Netrofil, Makrofag, otot polos dan
Fibroblas, dan juga memulai proses mitosis dari sel Fibroblas dan otot polos. TGF-β berperan
dalam menarik Makrofag dan menstimulasi pelepasan Sitokin-sitokin lain seperti FGF, TNF-
α, dan IL-1. TGF-β juga diketahui memperkuat kemotaksis dari Fibroblas dan otot polos, dan
memodulasi pembentukan kolagen dan kolagenase. Proses ini secara keseluruhan akan
menyebabkan deposisi jaringan ikat baru kedalam lokasi luka yang dikenal sebagai fase
proliferasi, dan setelah semua proses epithelialisasi, granulasi, dan neovaskularisasi selesai,
akan diikuti oleh suatu proses remodelling untuk mengembalikan struktur yang baru terbentuk
mendekat kondisi awalnya (Eming et. al. 2007).
Golongan TGF-β
TGF-β1 dan 2 Platelet dan Makrofag Fibrosis dan Penguatan daya regang
Motilittas sel epidermis, kemotaksis makrofag,
fibroblast, pembentukan dan remodelling matrik
ekstraseluler
Lain-lain
PDGF Platelet, Makrofag dan Proliferasi dan Kemoatraktan fibroblas,
epidermis kemoatraktan dan aktifasi makrofag
VEGF Makrofag dan epidermis Angiogenesis dan peningkatan permeabilitas
vaskular
TNFα Netrofil Ekspresi Pleiotropik dari Growth Factor
IL-1 Netrofil Ekspresi Pleiotropik dari Growth Factor
IGF-I Fibroblas dan sel epidermis Reepitelialisasi dan pembentukan Jaringan
granulasi
CSF-I Berbagai macam sel Aktifasi makrofag dan pembentukan jaringan
granulasi
Fibroblas akan berikatan dengan serabut dari matrik fibrin dan mulai memproduksi
kolagen, sampai saat ini telah diketahui ada 23 jenis kolagen, yang dominan ditemukan pada kulit
adalah kolagen tipe 1. Pembentukan kolagen dimulai dari pembentukan prokolagen dengan
karakter khas triple helix, setelah di sekresikan ke dalam ruang ekstraselular, kemudian akan
mengalami hidroksilasi dan kemudian mengalami pembelahan pada gugus terminal peptida
prokolagen N dan C oleh enzim Lysyl Oxydase yang memungkinkan terjadinya crosslink yang
lebih stabil. Kolagen normal pada kulit tersusun teratur dan memiliki kekuatan regangan yang
setara dengan baja, namun pada jaringan parut, ukurannya lebih kecil dan tidak beraturan, sehingga
lebih lemah dan mudah sekali rusak dibandingkan jaringan sekitarnya (Diegelman, 2014; Rajan
dan Murray, 2008).
Reepitelialisasi terjadi dalam beberapa jam setelah terjadi luka, dan Sitokin yang berperan
adalah EGF dan TGFα yang dihasilkan oleh Platelet, Makrofag, dan keratinosit. Karena proses ini
memiliki aktivitas metabolik yang tinggi, maka akan timbul peningkatan kebutuhan oksigen dan
nutrisi. Penurunan pH, oxygen tension, dan peningkatan laktat dilokasi sekitar luka akan memicu
serangkaian proses yang mendorong terbentuknya pembuluh darah baru atau yang lazim dikenal
sebagai angiogenesis atau neovaskularisasi, yang terutama dipengaruhi oleh VEGF, bFGF dan
TGF-β. Proses ini vital dalam kelangsungan proses selanjutnya yaitu pembentuk jaringan granulasi
pada hari ke 4-7 (Diegelman, 2004; Rajan dan Murray, 2008).
Proses angiogenesis bisa dijelaskan secara singkat sebagai berikut: trauma akan
menimbulkan kerusakan jaringan, dan bFGF akan segera dilepaskan oleh Makrofag dan VEGF
oleh sel epidermis yang mengalami hipoksia. Enzim proteolitik yang dilepaskan akan merusak
protein matrik ekstraselular, dan fragmen protein yang dihasilkan akan berfungsi untuk merekrut
sel monosit menuju lokasi kerusakan jaringan, yang nantinya Monosit akan teraktivasi dan berubah
menjadi Makrofag. Beberapa Sitokin yang dihasilkan Makrofag, seperti bFGF akan menstimulasi
endotel untuk melepas tPA yang akan mengubah Plasminogen menjadi Plasmin dan Prokolagenase
yang mengaktifkan Polagenase, kedua enzim proteolitik ini akan merusak membran basalis,
sehingga memungkinkan sel Endotel yang terstimulasi untuk bergerak dan membentuk pembuluh
darah baru dilokasi cedera. Proses angiogenesis akan terhenti setelah terbentuk granulasi dan
pembuluh darah baru yang banyak tersebut akan mengalami disintegrasi akibat apoptosis, dengan
berakhirnya tahap ini, proses penyembuhan dilanjutkan oleh fase remodelling (Epstein et. al, 1999;
Wulff, 2012).
3. Fase Remodelling
Sebagian molekul kolagen terdegradasi oleh enzim kolagenase yang didapatkan pada
Fibroblas, Makrofag, dan Netrofil pada fase remodelling, disamping itu juga terjadi kontraksi luka
(wound contraction) yang merupakan suatu proses kompleks dimana melibatkan berbagai jenis
sel, matrik, dan Sitokin. Pada periode ini, Fibroblas memiliki suatu gambaran fenotipe yang
disebut myofibroblas, yang mampu melakukan kontraksi, adanya fenomena ini menunjukan
adanya pemadatan dari jaringan ikat dan kontraksi dari luka. Proses ini diduga dipicu oleh TGF
β1 atau β2 dan PDFG (Rajan dan Murray, 2008).
Remodelling dari kolagen dipengaruhi oleh keseimbangan antara sintesis dan katabolisme
kolagen. Degradasi kolagen pada luka juga dipengaruhi oleh beberapa enzim proteolitik yang
disebut MMP yang dihasilkan oleh sel Makrofag, epidermis, endothel dan Fibroblas.
Keseimbangan antara MMP dan inhibitor dari MMP akan menentukan perkembangan
penyembuhan luka. Proses remodelling memungkinan kekuatan jaringan baru yang terbentuk bisa
mendekati aslinya, pada 3 minggu pertama setelah cedera, kekuatan ini hanya berkisar 20% dari
semula, dalam proses remodelling akan terjadi penggantian serabut kolagen dengan serabut yang
lebih besar disertai oleh penguatan crosslinking dari masing masing serabut yang membentuk
jaringan yang lebih kuat. Kekuatan maksimal yang bisa dicapai oleh jaringan parut baru hanyalah
70% dari kulit yang normal (Demidova-Rice, et al. 2012; Epstein et. al, 1999).
Tabel 2 Fungsi stimulasi dan inhibisi dari enzim Triptase (Harvima dan Nilsson, 2011)
Stimulasi Inhibisi