Anda di halaman 1dari 61

UNTAD

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN FRAKTUR YANG MENGALAMI


RESIKO JATUH DENGAN INTERVENSI PEMBATASAN AREA DI
RSUD UNDATA PALU PROVINSI SULAWESI
TENGAH TAHUN 2017

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program DIII
Keperawatan Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

RAHMA
N21014004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

SEPTEMBER 2017
UNTAD

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN FRAKTUR YANG MENGALAMI


RESIKO JATUH DENGAN INTERVENSI PEMBATASAN AREA DI
RSUD UNDATA PALU PROVINSI SULAWESI
TENGAH TAHUN 2017

RAHMA
N21014004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

SEPTEMBER2017
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : RAHMA
Stambuk : N21014404
Program studi : Diploma III Keperawatan
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
................................................2017
Pembuat Pernyataan

RAHMA

Pembimbing I Pembimbing II

Fauzan,SKM,M.Kes NS.Elis Prawati S.kep


NIP.19620220 198310 2 002 NIP.-
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

bejudul “Asuhan Keperawatan Klien Fraktur yang mengalami Resiko jatuh dengan

perawatan pembatasan area di Ruangan Teratai di Rumah Sakit Umum Undata Palu”

yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya

Keperawatan.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin memberikan

penghargaan setinggi-tinginya kepada kedua orang tua penulis yaitu ibu

alrm.Sittimaryam dan ayah Amrun Lamadi tersayang yang selama ini memberikan

dukungan moril dan materil, sampai penulis dapat menyelesaikan studi di Akademi

Keperawatan Kabupaten Donggala.

Adapun dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Dr.Muh.sabir,M,Se Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

2. Dr.dr. Ardi Munir, MKes, SP.OT SICS,MH selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik.

3. Fauzan, SKM,M,Kes. Selaku pembimbing utama yang telah membantu

memberikan masukan dan arahan sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

4. NS. Elis PrawatiS.Kep, selaku pendamping pembimbing yang telah

memberikan banyak saran sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai.


5. Ns. Parmin, S.Kep., M.Kep selaku Penguji utama yang telah memberikan

masukan, bimbingan dan arahan sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai

6. Hayati Palesa SKM, MPH selaku Penguji II yang telah memberikan masukan

sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

7. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Kabupaten Donggala yang

telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

8. Buat sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan

semangat selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah: Wiwin Safitri, Siti

Rizkina, Margawati, Nurfatima, Inul Pratiwi, Sarifah, Sakinah, Novi, dan

Yunita

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis merupakan suatu amal

jariah yang dapat dinilai ibadah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penulis menyadari

bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi

menyempurnakan dan meningkatkan kualitas Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan

datang.

Palu, Juli 2017

Penulis
RAHMA
DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR
SAMPUL DALAM
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI...............................................................iv
ABSTRAK........................................................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................ix
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................X

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ......................................................................... 1
B. Batasan Masalah...................................................................... 4
C. RumusanMasalah .................................................................... 4
D. TujuanPenulisan...................................................................... 5
E. ManfaatPenelitian ................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsepdasar penyakit ............................................................. 7
1. DefinisiFraktur .................................................................. 7
2. TipeFraktur ....................................................................... 7
3. Etiologi.............................................................................. 8
4. Patofisiologi ...................................................................... 9
5. Manifestaiklinis .............................................................. 10
6. PemeriksaanDiagnostik .................................................. 12
7. Penatalaksanaan .............................................................. 12
B. KonsepAsuhan KeperawatanFraktur .................................... 15
1. Pengkajian ....................................................................... 15
2. Diagnosa Keperawatan ................................................... 17
3. Perencanaan ................................................................... 17
4. Implementasi ................................................................... 18
5. evaluasi ........................................................................... 19
C. KonsepPembatasan Area ...................................................... 20
1. Pengertian ....................................................................... 20
2. Tujuan ............................................................................. 20
3. Perawatanpembatasan area ............................................. 20

BAB III METODE PENELITIAN............................................................21


A. DesainPenelitian ................................................................... 21
B. BatasanIstilah ........................................................................ 21
C. SubjekStudikasus .................................................................. 21
D. FokusStudi ............................................................................ 22
E. AlurPenelitian ....................................................................... 22
F. Lokasidanwaktupenelitian .................................................... 22
G. Penegumpulan data ............................................................... 23
H. Ujikeabsahan data ................................................................. 23
I. Analisa data........................................................................... 23
J. Etikapenelitian ...................................................................... 24

BAB.IV HASIL DAN PEMBAHASANDAFTAR PUSTAKA


1.Gambaranlokasipengambilan data ........................................... 26
2.Pengkajianklien ........................................................................ 27
3.Analisa data.............................................................................. 34

BAB.V KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan ............................................................................. 55
B.Saran ........................................................................................ 55

DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang,

penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan.Biasanya terjadi pada laki-laki atau

perempuan dewasa disebabkan oleh kecelakaan, jatuh dan perilaku kekerasan.Fraktur

lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45

tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.

Sedangkan pada usia prefalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita

berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon

atau seperti proses degeneratif yang dapat berpengaruhterhadap kejadian

fraktur.(Doengoes, 2012).

World Health Organitation (WHO) mencatat tahun 2013 trauma akibat

kecelakaan lalu lintas tertinggi dijumpai beberapa Negara di amerika latin 4.158

(41,7%), korea selatan 2.819 (28,9%), dan tailand 2.100 (21,0%) dan terdapat 1.573

(15,6%) 0rang meninggal. Salah satu insiden kecelakaan dan sekitar 2.000 orang

mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi

cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah 42,6% dari insiden kecelakaan

yang terjadi. Tahun 2014 tercatat di negara - negara berkembang di amerika serikat

1.220 kejadian kecelakaan, korea selatan mencapai 4.156 kejadian (insiden rate

kecelakaan lalu lintas = 1.89 per 100.000 penduduk).


Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) oleh penelitian dan

pengembangan Depkes RI tahun 2014-2015 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang

disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma

benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur

sebanyak 1.775 orang (3.8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang

mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda

tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). Dan sekitar

delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan

penyebab yang berbeda.

Prevalensi fraktur di propinsi Sulawesi tengah memiliki angka tertinggi

kejadian sebanyak 5,4 %. Menurut badan statistik (2015) yaitu fraktur berada pada

urutan ke-8 dari 10 data kasus penyakit terbanyakdi kota palu dengan jumlah kasus

8.970 kasus (Setiyawan, 2015).

Berdasarkan data laporan rekam medik RSUDUNDATA Palu menjelaskan

bahwa jumlah penderita fraktur khususnya di ruangan teratai RSUD UNDATA Palu

bahwa jumlah penderita fraktur pada tahun 2014 sebanyak 243 kasus, tahun 2015

sebanyak 233 kasus, tahun 2016 sebanyak 240 kasus, pada bulan januari s/d

november 2017 sebanyak 122 kasus serta mengalami terjadinya resiko untuk

terjatuh.Dari data di atas menunjukkan bahwa dirumah sakit umum undata palu

khususnya diruangan teratai perlu dilakukannya intervensi pembatasan area

mengingat jumlah resiko jatuh semakin meningkat. Dan bertujuan untuk menjamin

keamanan dan manajemen (Rekam medik RSUDUNDATA Palu).


Ada beberapa diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan buku diagnosa

keperawatan (NANDA 2016-2017) yang salah satunya adalah Resiko

jatuh.DimanaResiko jatuh ini yang sering muncul pada asuhan keperawatan fraktur,

karena Pasien yang mengalami fraktur memungkinkan untuk terjadinya resiko jatuh.

asumsi dari penelitian sudi kasus ini, penulis merasa tertarik untuk melakukan

asuhan keperawatan klien fraktur yang mengalami resiko jatuh dengan intrervensi

pembatasan area. Disebabkan karena di ruangan Teratai RSUD Undata Palu makin

terjadi peningkatan jumlah kasus fraktur yang mengalami resiko jatuh, terutama pada

usia lansia. Alasan utama dilakukannya perencanaan tindakan pembatasan area yaitu

masih banyak yang belum mengetahui adanya tindakan pembatasan area perawatan,

intervensi ini sangat mendukung teratasinya masalah resiko jatuh pada klien yang

mengalami fraktur.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan klien fraktur

yang mengalami Resiko Jatuh dengan intervensi pembatasa Area di RSU UNDATA

Palu tahun 2017.

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien fraktur yang mengalami masalah

Resiko Jatuh dengan intervensi pembatasan Area di ruangan Teratai RSUD

UNDATA Palu pada tahun 2017.


D. Tujuan penulisan

Menggambarkan asuhan keperawatan pasien fraktur yang mengalami Resiko

Jatuh dengan intervensi pembatasan Area dengan tujuan untuk menjamin keamanan

dan manajemen perilaku di RSUD Undata Palu tahun 2017.

E. Manfaat penulisan

1. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

fraktur dengan masalah Resiko Jatuh.Selain itu juga menambah sumber berupa

pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien yang mengalami fraktur

dengan masalah Resiko Jatuh.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini bisa bermanfaat bagi institusi pendidikan terutama bagi mahasiswa

yang akan melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan klien yang

mengalami fraktur dengan masalah Resiko Jatuh di RSU UNDATA Palu.

b. Bagi rumah sakit

Dapat menjadi referensi dan pedoman bagi semua tenaga kesehatan di RSU

Anutapura Palu dalam melakukan asuhan keperawatan guna untuk

meningkatkan mutu pelayanan bagi klien khususnya klien fraktur dengan

masalah Resiko Jatuh.


c. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman berharga dan guna memperdalam pengengetahuan serta

memahami berbagai aspek mengenai fraktur khususnya dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien fraktur dengan masalah Resiko Jatuh.

d. Bagi klien dan keluarga

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman klien dan keluarga mengenai

perawatan dan pengobatan fraktur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Defenisi fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat

diabsorpsinya.(Brunner & Suddarth, 2013). Fraktur adalah gangguan dari

kontiunitas yang normal dari suatu tulang.Jika terjadi fraktur maka jaringan

lunak disekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat

menunjukkan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligament

yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah yang dapat

menjadi komplikasi pemulihan klien. Untuk menentukan perawatan yang sesuai,

seorang perawat akan memulai dengan deskripsi cedera yang ringkas dan tepat.

(Joyce & Jane, 2014).

2. Tipe fraktur

Tipe fraktur menurut Brunner & suddart (2015)

a. Fraktur komplet : patah diseluruh penampang lintang tulang, yang sering

kali tergesesr

b. Fraktur inkomplet, juga disebut sebagai fraktur greenstick : patah terjadi

hanya pada sebagian dari penampang lintang tulang.

c. Fraktur remuk (comminuted) : patah dengan beberapa fragmen tulang.

d. Fraktur tertutup, atau fraktur sederhana : tidak menyebabkan robekkan

dikulit.
e. Fraktur terbuka, atau fraktur campuran atau kompleks : patah dengan luka

pada kulit atau membran mukosa meluas ke tulang yang fraktur. Fraktur

terbuka diberi peringkat sebagai berikut : I luka bersih sepanjang kurang

dari 1 cm; derajat II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

luas; derajat III : luka sangat terkontaminasi dan menyebabkan kerusakan

jaringan lunak yang luas (tipe paling berat).

f. Fraktur dapat juga dideskripsikan menurut penempatan fragmen secara

anatomik, terutama jika fraktur tergesesr atau tidak tergeser

g. Fraktur intra-artikular meluas ke permukaan sendi tulang.

3. Etiologi

Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat

tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu

ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbulkan suatu

fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu

sendiri. Seorang klien dengan gangguan metabolic tulang, seperti osteoporosis,

dapat mengalami fraktur dari trauma minor karena kerapuhan tulang akibat

gangguan yang telah ada sebelumnya. Fraktur dapat terjadi karena gaya secara

langsung, seperti saat sebuah benda bergerak menghantam suatu area tubuh

diatas tulang. Gaya juga dapat terjadi secara tidak langsung, seperti ketika suatu

kontraksi kuat dari otot menekan tulang. Selain itu, tekanan dan kelelahan dapat

menyebabkan fraktur karena penurunan kemampuan tulang menahan gaya

mekanikal. (Joyce & Jane, 2014). Menurut (Yasmara & Nursiswati, 2017)

Etiologi fraktur adalah sebagai berikut:

a. Traumatik: Cedera langsung, cedera tidak langsung, dan tarikan otot.


b. Patologis:Tumor tulang (jinak atau ganas), infeksi seperti osteomielitis dan

rakhitis.

4. Patofisiologi

Keparahan dari fraktur pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika

ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya

retak saja dan bukan patah.Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil,

maka tulang dapat pecah berkeping-keping.Saat terjadi fraktur, otot yang

melekat pada ujung tulang dapat terganggu.Otot dapat mengalamai spasme dan

menarik fragmen fraktur keluar posisi.Kelompok otot yang besar dapat

menciptakan spasme yang kuat dan bahkan mampu menggeser tulang besar,

seperti femur. Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada

tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena gaya penyebab patah

maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser

kesamping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang

lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah

Selain itu, periosterum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari

tulang yang patah juga terganggu.Sering terjadi cedera jaringan

lunak.Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang

itu sendiri.Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi di antara fragmen-

fragmen tulang di bawah periosteum. Jaringan tulang di sekitar lokasi fraktur

akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat akan terjadi

vasodilatasi, edema, nyeri,dan gangguan fungsi yang menyebabkan rusaknya

mobilitas fisik dan menimbulkan terjadinya resiko jatuh.


 Patway penyimpangan KDM fraktur
Trauma fraktur Trauma tidak langsung Trauma patologis

fraktur

Terbuka Tertutup
Robekan jaringan lunak/ kontaminasi
Terputusnya Pembuluh Darah udara luar Deformitas

Bengkak nyeri
Resiko infeksi
Resiko syok HIpovolemik

Gangguan fungsi

Resiko Jatuh Kerusakan mobilitas fisik

5. Manifestasi klinis

Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi klinis klien, riwayat,

pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis.Beberapa fraktur sering langsung

tampak jelas beberapa lainnya terdeteksi hanya dengan ronsen (sinar-x).

a. Deformitas. Pembengkakan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan

deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dpat menyebabkan pemendekan

tungkai, deformitas retasional, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat,

lokasi fraktur dapat memiliki deformitas yang nyata.

b. Pembengkakan. Edema dapat muncul segera, akibat dari akumulasi cairan

serosa pada lokasi fraktur serat ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.

c. Memar (eksimosis). Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi

fraktur.
d. Spasme otot. Sering mengiringi fraktur, spasme otot involuntary sebenarnya

berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih lanjut dari

fragmen fraktur.

e. Nyeri. Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi

fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing

klien. Nyeri biasanya terus menerus, meningkat jika fraktur tidak

dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang

bertindihan, atau cedera pada struktur sekitarnya.

f. Ketegangan. Ketegangan di atas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera terjadi.

g. Kehilangan fungsi. Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan

fraktur atau karena hilangnya fungsi pengungkit-lengan pada tungkai yang

terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.

h. Gerakan abnormal dan krepitasi. Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari

bagian tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur yang menciptakan

sensasi dan suara deritan.

i. Perubahan neurovascular. Cedera neurovascular terjadi akibat kerusakan

saraf perifer atau struktur vascular yang terkait. Klien dapat mengeluh rasa

kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur.

j. Syok. Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau

tersembunyi dapat menyebabkan syok.

1. Pemeriksaan diagnostik

a. Rontgen menunjukan lokasi fraktur

b. CT scan menunjukan abnormalitas fraktur yang kompleks

c. Radiografi merupakan metode untuk mengkaji fraktur


2. Penatalaksanaan

Konsep dasar yang harus di pertimbangkan pada waktu menangani

fraktur yaitu: rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi (Mansjoer, 2014)

a. Rekognisi (pengenalan)

Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan

diagnose dan menentukan tindakan selanjutnya. Contoh: pada tempat fraktur

tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata

dapat menentukan diskontiunitas integritas rangka

b. Reduksi (manipulasi atau reposisi)

Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang

yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya.Upaya untuk

memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara

optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan cara reduksi tertutup,

traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan segera mungkin

untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi

karena edema dan perdarahan, pada kebanyakan kasus reduksi fraktur

menjadi semakin sulit bila cedera mulai mengalami penyembuahan.

c. Retensi (imobilisasi)

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimal.

Penatalaksanaan menurut Mutaqin (2014) ada 2 yaitu :

a. Penatalaksanaan konservatif

1) Proteksi adalah fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih anjut

dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau

tongkat pada anggota gerak bawah


2) Imobilisasi dengan bidai eksterna.Imobilisasi pada fraktur dengan bidai

eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan gips

atau dengan macam-macam bidai

3) Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi

eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang di artikan

manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local

4) Reduksi tertutup dengan traksi kontiniu dan counter traksi. Tindakan ini

mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan

imobilisasi.

b. Penatalaksanaan pembedahan

Penatalaksanaan ini sangat penting diketahui oleh perawat, jika ada

keputusan bahwa klien di indikasikan untuk menjalani pembedahan,

perawat mulai berperan dalam asuhan keperawatan tersebut.

1) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau perkutan dengan K-Wire

2) Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang yaitu :

a) Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau reduksi terbuka

dengan fiksasi internal ORIF akan mengimobilisasi fraktur dengan

melakukan pembedahan untuk memasukan paku, sekrup atau pen

kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang pada

fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering di gunakan untuk

merawat fraktur pada tulang pinggul yang terjadi pada orang tua

b) Open Reduction and External Fixation (OREF) atau reduksi terbuka

dengan fiksasi eksternal


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Fraktur

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehinggaakan diketahui

berbagai permasalahan yang ada (A. Azis Alimul Hidayat;2011)

a. Biodata

Nama, umur, suku atau bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan,

alamat, tanggal waktu datang, nomor register,Diagnosa utama klien.

b. Keluhan utama

Pada keluhan utama ini yang di tanyakan adalah keluhan atau gejala apa

yang menyebabkan pasien berobat atau keluhan atau gejala saat awal

dilakukan pengkajian pertama kali yang utama

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pada pengumpulan riwayat kesehatan sekarang yang perlu di tanyakan

faktor yang melatarbelakangi atau hal-hal yang mempengaruhi atau

mendahului keluhan, bagaimna sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan-

lahan, terus menerus atau berupa serangan, hilang timbul perkembangannya

apakah menetap, cenderung bertambah atau berkurang lamanya keluhan

berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah dilakukan apa saja dan

lain-lain.

d. Riwayat kesehatan/kepeawatan masa lalu

Pada pengumpulan data riwayat kesehatan atau keperawatan masa lalu dapat

di tnyakan antara lain:


1) Riwayat pemakaian jenis obat

2) Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit

yang pernah di alami, atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat

kecelakaan

3) Lain-lain

e. Riwayat kesehatan/keperawatan keluarga

Pada pengumpulan data tentang riwayat keluarga bagaimana riwayat kesehtan

atau keperawatan yang ada dimiliki pada salah satu anggota keluarga, apakah

ada yang menderita penyakit seperti yang di alami klien, atau mempunyai

penyakit degeneratif lainnya.

f. Riwayat psikososial

Pada riwayat psikososial ini di tanyakan tentang masalah-masalah psikologis

yang di alami klien yang ada hubungannya dengan keaadaan social

masyarakat atau keluarga lainnya.

g. Pemeriksaan fisik meliputi:

1) Keadaan umum

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi)

3) Pemeriksaan bagian extremitas/daerah terjadinya fraktur.

4) Pemeriksaan kepala dan leher

5) Pemeriksaan dada

6) Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis


2. Diagnosis

Diagnosa keperawatan yaitu sebuah label singkat, menggambarkan

kondisi pasien yang di observasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah-

masalah aktual dan potensial.setelah penyelesaian riwayat kesehatan dan

pengkajian kesehatan, perawat mengorganisasikan, menganalisa, mensintesa dan

merangkum data yang telah dikumpul dan menentukan kebutuhan atau maslah

pasien terhadap asuhan keperawatan. Yang menjadi diagnosa terfokusi dalam

kasus ini adalah resiko jatuh dengan pembatasan area.

3. Perencanaan

Merupakan suatu proses penyusumnan berbagai intervensi keperawatan

yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-

masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalaam membuat

suatu proses keperawatan. (A. Aziz Alimul Hidayat;2011).

Adapun tujuan dilakukannya intervensi pembatasan area untuk menjamin

keamanan dan manajemen perilaku serta mengurangi adanya peningkatan resiko

jatuh.kriteria hasil yaitu merupakan persyaratan yang bersifat realistis sebagai

indikator keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan bila dilihat dari

jangka waktu, maka tujuan perawat ditentukan pada teratasinya masalah

keperawatan dengan criteria hasil SMART (Arif mutaqqin, 2008). Pedoman

penulisan criteria hasil berdasarkan SMART:

S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)

M ; Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur khususnya tentang

perilaku klien dapat dilihat, diraba, dirasakan dan dicium).


A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai)

R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah)

T : Time (tujuan harus mempunyai batasan waktu yang jelas).

Salah satu Intervensi keperawatan Resiko Jatuh adalah pembatasan

area.yaitu mendukung mobilitas pasien dengan tujuan menjamin keamanan dan

manajemen perilaku (NIC 2016).

a. Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan

pasien dapat memahami Pencegahan jatuh dan jatuh tidak terjadi.

b. Kriteria hasil

- Klien dan keluarga mengetahui aktifitas-aktifitas yang terstruktur dalam

area yang sudah ditetapkan.

- Klien terhindar dan terbebas dari jatuh

- Dapat mendemonstrasikannyadalam kebiasaan untuk menyediakan

lingkungan yang aman.

4. Implementasi

Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan. Pada tahap

ini perawat mencoba untuk melaksanakan rencana tindakan yang telah ditetapkan

dengan pedoman pada tujuan dan kriteria hasil. Seluruh tindakan keperawatan

harus dicatat didalam catatan keperawatan, agar tindakan-tindakan keperawatan

yang telah dilakukan dapat dilomunikasikan pada tim keperawatan yang lain.

Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah di tetapkan yang mencakup penigkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Asmiadi; 2008)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir pada proses keperawatan. Pada tahap ini

perawat akan menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien, yang ditulis dalam bentuk catatan perkembangan.

Evaluasi keperawatan adalah penelitian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

pada perencanaan. Evaluasi dalam proses keperawatan terdiri dari evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan

secara terus menerus untuk menilai kemajuan pada klien dalam mencapai tujuan

yang diharapkan, dan melihat serta memperbaiki rencana tindakan yang telah

ditetapkan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah

semua rencana dari setiap masalah keperawatan dilaksanakan, yang bertujuan

untuk menggambarkan ada atau tidaknya kemajuan klien dalam mencapai tujuan

terutama dengan adanya intervensi pembatasan area. Evaluasi asuhan keperawatan

diterapkan dalam bagan SOAP.(Nursallam 2011).

C. Konsep Pembatasan Area

1. Pengertian

Pembatasan area adalah penggunaan pembatasan area khusus terkait dengan

mobilitas pasien dengan tujuan untuk menjamin keamanan dan manajemen

perilaku (Perry& Potter, 2008).


2. Tujuan Pembatasan Area

Adapun tujuan pembatasan area menurut Aziz Alimul Hidayat (2008)

a. Mengurangi kecemasan terkait dengan mobilitas fisik.

b. Menjamin keamanan dan mengontrol manajemen perilaku.

c. Mengurangi tingkat nyeri akibat melakukan aktivitas yang dibatasi.

3. Perawatan pembatasan area

Perawatan pembatasan area menurut NIC(2016)

a. Jelaskan alasan diperlukannya pembatasan area

b. Batasi area yang tepat.

c. Sediakan bagi pasien kebutuhan fisik dan keamanan(misalnya kebutuhan

eliminasi,serta nutrisi).

d. Berikan penguatan positif terhadap perilaku terhadap perilaku yang tepat

yang dilakukan pasien.

e. Tinjau status kesehatan umum klien dengan mencatat faktor-faktor yang

dapat memengaruhi keamanan.

4. Masalah yang perlu dilakukannya intervensi pembatasan area pada pasien

fraktur:

a. Risiko jatuh

Klien fraktur yang mengalami resiko jatuh perlu dilakukan intervensi

pembatasan area yaitu pemberian gelang penanda resiko jatuh. Pembatasan

aktivitas pada klien, untuk mengurangi resiko terjadinya jatuh.


b. Nyeri

Klien fraktur yang mengalami nyeri perlu dilalkukan intervensi pembatasan

area yaitu pembatasan area pergerakan pada lokasi yang mengalami fraktur

sesuai dengan kenyamanan klien serta mengurangi nyeri yang berlebihan

yang dirasakan pada klien.

c. Ansietas

Klien fraktur yang mengalami masalah ansietas/kecemasan perlu dilakukan

tindakan pembatasan area yaitu menanyakan respon klien terhadap tindakan

yang dilakukan, melibatkan orang terdekat klien yang perilakunya perlu

jadikan intervensi

d. Hambatan mobilitas fisik

Klien fraktur yang mengalami hamabtan mobilitas fisik perlu dilakukan

intervsni pembatasan area yaitu pembatasan aktivitas klien pada saat BAB ,

dan BAK perlu dibantu perawat maupun keluarga klien.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan klien fraktur yang mengalami Resiko Jatuj dengan pembatasan area.

B. Batasan Istilah

Asuhan keperawatan pada klien fraktur yang mengalami Resiko Jatuh dengan

pembatasan area di ruangan Teratai RSU UNDATA tahun 2017.Maka penyusun

studi kasus harus menjabarkan tentang pengertian fraktur, Resiko Jatuh dan

pembatasan area.

1. fraktur adalah pasien yang mengalami kerusakan atau terputusnya jaringan

dalam tubuhnya yang dipastikan dengan tertulisnya diagnosa medis tersebut

dalam status pasien.

2. Resiko Jatuh adalah Rentan terhadap resiko jatuh,yang dapat menyebabkan

bahaya fisik dan gangguan kesehatan.

3. Pembatasan Area yaitu penggunaan pembatasan area khusus terkait dengan

mobilitas pasien dengan tujuan untuk menjamin keamanan dan manajemen

perilaku.

C. Subjek Studi Kasus

Unit analisa/partisipan dalam keperawatan yaitu klien atau keluarganya.

Subyek yang digunakan adalah dua klien atau dua keluarga (dua kasus) dengan

diagnosa medis fraktur yang mengalami Resiko Jatuh dengan pembatasan area
D. Fokus Studi

Manajemen intervensi pembatasan area pada pasien fraktur yang mengalami

masalah Resiko Jatuh.

E. Alur Penelitian

1. Mengambil surat izin penelitian.

2. Mengidentifikasi pasien atau sasaran hasil survei di RSU UNDATA PALU.

3. Meminta kesediaan pasien, keluarga, perawat untuk menjadi partisipan dan

menandatangani informed consent.

4. Menjelaskan tujuan penetilian

5. Memilih pasien fraktur yang mengalami masalah Resiko Jatuh.

6. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara,observasi dan pemeriksaan fisik

7. Pengumpulan data awal bisa dilakukan setelah menandatangani informed

consent atau bisa juga dilakukan keesokan harinya jika waktu pasien, atau

keluarga pasien belum bersedia.

8. Menjelaskan pentingnya pembatasan area dengan masalah Resiko Jatuh pada

pasien yang mengalami fraktur.

9. Mengajarkan cara pembatasan area.

10. Melakukan follow up pelaksanaan perawatan tirah baring.

11. Terminasi.

F. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi yang akan dilaksanakan

suatu penelitian (Notoadmojo, 2010). Lokasi penelitian mengambil tempat

diruang perawatan Teratai RSU UNDATA PALU.


Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan peneliti unuk

memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2010).Waktu

penelitian dimulai dari tanggal 23 September 2017 s.d 26 September 2017.

G. Pengumpulan Data

1. Wawancara atau yang juga disebut dengan anamnesis adalah kegiatan bertanya

atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien (mahyar,

2010). Adapunmacam wawancara adalah sebagai berikut

a. Autoanamnesa, yaitu wawncara dengan klien langsung

b. Alloanamnesa, yaitu wawancara dengan keluarga/orang terdekat

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: Inspeksi, Palpasi,

Perkusi dan Auskultasi) pada sistem tubuh klien.

3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan).

H. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan/tindakan dan sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari

tiga sumber utama yaitu klien, keluarga klien dan perawat yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

I. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, waktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan

caramengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.


Urutan dalam analisa data adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari WOD (Wawancara, Dokumentasi, Observasi).Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip

(catatan terstruktur).

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang telah dikumpulkan oleh peneliti dalam bentuk

catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan di kelompokkan

menjadi data subjektif dan objektif, analisa berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostic kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk teks naratif dan tabel.

4. Kesimpulan

Pemeriksaan kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti dengan metode

induksi.Data yang dikumpulkan oleh peneliti terkait dengan data pengkajian,

diagnostik, perencanaan, dan tindakn evaluasi.

J. Etik Penelitian pasien fraktur

Etika yang mendasari penyusunan studi kasus terdiri dari:

1. Informed consent (persetujuan menjadi pasien)

Informed consent adalah tindakan medik dinamakan juga consent. Consent

artinya persetujuan, atau izin. Jadi informed consent adalah persetujuan atau izin

oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan

medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain-lain untuk
menegakkan diagnosis, member obat, melakukan pembiusan, melakukan

pembedahan, melakukan tindak lanjut jika terjadi kesulitan, dan sebagainya

(Sunarto Adi Wibowo & Ibid, 2015). Dari semua tindakan atau Asuhan

keperawatan yang dilakukan pada pasien harus dari persetujuan pasien yang

telah disetujui oleh keluarga pasien

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity adalah suatu keadaan dimana identitas seseorang di sembunyikan

dari orang lain dalam komunitas tertentu (Sunarto Adi Wibowo & Ibid, 2015).

Nama yang digunakan atu dicantumkan dicatatan lapangan pada saat pengkajian

atau mewawancarai pasien adalah nama inisial.

3. confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality atau kerahasiaan adalah bahwa informasi tentang pasien harus

dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien

hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orang pun

dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh pasien dengan

bukti persetujuannya.Diskusi tentang pasien diluar area pelayanan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilPenelitian

1. Gambaran lokasi pengambilan data

RumahSakitUmum Daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah secara resmi

berdiri pada tahun 1972. Pemeberian nama RSUD “UNDATA” yang berarti

“OBAT KITA”. Perkembangan gedung RSUD Undata baru di persiapkanuntuk

rumah sakit kelas B pendidikan sesuai dengan surat keputusan

No.445/73.7/DINKES G-ST tanggal 29 Agustus 2003. Surat Keputusan mentri

percepatan pembangunan kawasan Indonesia Timur Nomor 046/KEP/-

PPTKTI/VII/2003. Tanggal 7 Juli 2013.

Lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Undata Provinsi

Sulawesi Tengah di jalan RE.Martad`inata Tondo, Kelurahan Mantikulore. Memili

lokasi seluas 10.600 m2 (RS Undata Baru) dan sekarang masih dalam

pembangunan gedung baru seluas 5.700 m2, dari sebelah utara berbatasan dengan

perumahan teluk palu permai, dari sebelah selatan berbatasan dengan Sekolah

Model Terpadu Madani dan sebelah timur berbatasan dengan Sekolah Tinggi

Perikanan dan Kelautan.

Dalampengambilankasusini, penulis mengambil kasus di ruangan “Teratai”

kelas III bangsal pria dan kelas III bangsal wanita.


2. Pengkajianklien

a. Identitas klien dan penanggung jawab

Tabel 4.1 identitas klien

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


a. Klien
Nama Tn.Darlat Ny. legu
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Umur 56 thn 50 tahun
Status Kawin Janda
Agama Islam Kristen
Suku Kaili Jawa
Pendidikan M.A SMP
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Alamat Ds.balaroa biromaru Jl. Dayodara
Tanggal masuk RS 19-11-2017 18-11-2017
Tanggal pengkajian 22-11-2017 22-11-2017
No. register 815879 811162
Ruangan Teratai Teratai
Diagnosa Fraktur femur Dextra Fraktur tibia sinistra
b. Penanggung jawab
Nama Ny.A Nn. D
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Pendidikan SMP Mahasiswi
Pekerjaan Petani -
Alamat Ds. Pangi Jl. Dayodara
Hubungan klien Istri Anak kandung klien
Sumber : data primer (2017)

Interpretasi :Tabel 4.1.

menunjukanantarakliensatudanklienduaterdapatperbedaanidentitas,terutama pada

diagnosa klien satu mengalami fraktur femur dextra sedangkan pada klien dua

mengalami fraktur tibia sinistra..


b. Riwayatpenyakit
Tabel 4.2 riwayat penyakit
RiwayatPenyakit Klien 1 Klien 2
Keluhan utama Klien mengatakanluka putus Keluarga klien mengatakan
susah bergerak klien kehilangan
kesadaran,pasca kecelakaan
yangdialami klien.
Riwayat keluhan utama Klien masuk RSUD Undata Klien masuk
Palu pada tanggal 19-09-2017 RSUDUndataPalu pada
rujukan dari RSAnutalako tanggal 17-09-2017 akibat
akibat kecelakaan lalu lintas. kecelakaan lalu lintas. Pada
Pada saat pengkajian tanggal22- saat pengkajian tanggal22-09-
09-2017, pasien mengatakan 2017,pasien mengatakan
merasa cemas akan kondisi merasa cemas akankondisi
yang dialaminya. yang dialaminya.
Keluhan yang Klien mengatakan nyeri pada Klien mengatakan nyeri pada
kaki yang luka, kualitas nyeri tangan yang luka, kualitas
Menyertai
seperti ditusuk-tusuk, dengan nyeri seperti ditusuk-tusuk,
skala nyeri 6 (sedang), nyeri di dengan skala nyeri 6 (sedang),
rasakan hilang timbul sekitar 5- nyeri di rasakan hilang timbul
10 menit. sekitar 3-5 menit.
Riwayat Klien mengatakan belum pernah Saat dikaji klien mengatakan
di rawat di rumah sakit dengan ini adalah pertama kalinya
Penyakit masa
keluhan dan penyakit yang sama klien dirawat di rumah sakit.
Lalu seperti yang dialami saat in
Riwayat Klien mengatakan didalam Klien mengatakan didalam
keluarganya tidak ada yang keluarganya tidak ada yang
Kesehatan
menderita penyakit seperti yang menderita penyakit seperti
Keluarga dialami klien saat ini, serta yang dialami klien saat ini,
dalam keluarganya tidak dan tidak ada yang memiliki
memiliki riwayat penyakit riwayat penyakit menular
menular ataupun alergi. ataupun alergi.
Sumber :Data primer (2017)
Interprestasi : Tabel 4.2 menunjukkan persamaan data

antarakliensatudanklienduadimanapadakeluhanutamamengatakan sulit untuk

bergerak, Pada keluhan yang menyertai di dapatkan perbedaan skala, dan durasi

nyeri dimana klien satu dengan skala nyeri 6 (sedang), durasi 5-10 menit,

sedangkan pada klien dua skala nyeri 6 (sedang), durasi 3-5 menit. Dan tidak

terdapat perbedaan antara klien satu dan klien dua,riwayatpenyakit masa lalu,klien

tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan atau penyakit
yang sama.dan didalam riwayat kesehatan keluarga tidak ada yang menderita

seperti yang diderita pasien.

c. Perubahan Pola Kesehatan


Tabel 4.3 perubahan pola kesehatan klien 1
No Aktivitas Aktivitas sebelum sakit Selama sakit
1. Nutrisi
a.jenis makanan Nasi + lauk + sayur Bubur
b.frekuensi makanan 3 x sehari 3x/hari
c.nafsu makan Baik Baik
d.porsi makanan porsi dihabiskan Porsi dihabiskan

Cairan
a.jenis minuman Air putih Air putih
b.frekuensi ±1500cc ±1000cc

2. Eliminasi
BAK
a.frekuensi 3-4x/hari 2-3x/hari
b.warna Kuning Kuning
BAB
a.frekuensi 1-2x/hari 1x/hari
b.warna Kuning Kuning
c.konsistensi Padat Padat

3. Pola istirahat tidur


a.tidur siang 14.00-15.00 Tidak teratur dan
sering
b.tidur malam 22.00-05.30 Sering terbangun
karena nyeri
4. Personal hygiene
a.mandi 2x/hari 1x sehari (hanya di lap
b.sikat gigi dengan tisu basah
c.cuci rambut ditempat tidur
2x/hari
ADL 1x/2hari 1x sehari
a.aktivitas sehari-hari Belumpernah

5. Dilakukan secara mandiri Dibantu oleh keluarga


dan perawat
Sumber : Data Primer (2017

Tabel 4.4 perubahan pola kesehatan klien 2


No Aktivitas Aktivitas sebelum sakit Selama sakit
1. Nutrisi
a.jenis makanan Nasi + lauk + sayur Bubur
b.frekuensi makanan 3 x sehari 3x/hari
c.nafsu makan Baik Baik
d.porsi makanan porsidihabiskan porsidihabiskan
Cairan
a.jenis minuman Air putih Air putih
b.frekuensi ±1500cc ±1000cc

2. Eliminasi
BAK
a.frekuensi 3-4x/hari 2-3x/hari
b.warna Kuning Kuning
BAB
a.frekuensi 1-2x/hari 1x/hari
b.warna Kuning Kuning
c.konsistensi Padat Padat

3. Pola istirahat tidur 14.00-15.30 Tidak teratur dan


a.tidur siang sering
21.00-05.30 Sering terbangun
b.tidur malam karena nyeri

4. Personal hygiene 2x/hari 1x sehari (hanya di lap


a.mandi dengan tisu basah
ditempat tidur

2x/hari 1x sehari
b.sikat gigi 1x/2hari Belum pernah
c.cuci rambut

5. ADL Tidak Dilakukan secara Dibantu oleh keluarga


a.aktivitas sehari-hari mandiri dan perawat
Sumber : Data Primer (2017)

Interprestasi : pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 tidak ada perbedaan antara pola klien

kesehatan klien satu dan klien dua dimana tidak ada perbedaan aktivitas pola makan dan

pola eliminasi dirumah sakit maupun dirumah,serta untuk melakukan personal hygine

selama sakit dibantu perawat dan keluarga

d. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.5 pemeriksaan fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
Keadaan Lemah Lemah
umum Composmemtis Tidak Composmentis
Kesadaran
TTV: 100/80 mmHg 100/70 mmHg
TD 76x/menit 80x/menit
N 36,2oc 36,6oc
S 18x/menit 22x/menit
R
Ekspresi
wajah Meringis Meringis
1. Kepala Bentuk kepala pasien adalah Bentuk kepala pasien adalah
Inspeksi Bronchiophalus, warna hitam, Bronchiophalus, penyebaran warna
penyebaran rambut merata, jenis rambut tidak merata, jenis rambut
rambutlurus, keriting, kebersihankepalabersih,
kebersihankepalabersih, tidaknampakbenjolanpadakepala
tidaknampakbenjolanpadakepala.
Tidakterdapatnyeritekan
Palpasi Tidakterdapatnyeritekan Simetriskiridankanan,
2. Mata Bentuk mata simetris kiri dan palpebranampakhitam, kunjungtiva
Inspeksi kanan, palpebra nampak hitam, tidak anemis, sklera tidak ikterus
kunjungtiva tidak anemis, sklera penglihatan jelas dan tidak
tidak ikterus penglihatan jelas dan memakai kaca mata
tidak memakai kaca mata.
Tidak terdapat nyeri tekan
Palpasi Tidakterdapatnyeritekan
Telinga simetris kiri dan kanan,
3. Telinga Telinga simetris kiri dan kanan, telinga Nampak bersih, tidak
Inspeksi telinga Nampak bersih, tidak terdapat serumen, tidak ada
terdapat serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
gangguan pendengaran.
Tidakterdapatnyeritekan
Palpasi Tidakterdapatnyeritekan
Hidung Nampak bersih,
4. Hidung Hidung Nampak bersih, tidak tidak terdapat lesi dan keadaan
Inspeksi terdapat lesi dan keadaan septunasi septunasi baik.
baik.
Tidak terdapat nyeri tekan.
Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan.
Mukosa bibir kering, warna bibir
5. Mulut Mukosa bibir kering, warna bibir kecoklatan, tidak ada stomatitis,
dan gigi kecoklatan, tidak ada stomatitis, tidak terdapat peradangan pada
Inspeksi tidak terdapat peradangan pada tonsil, tidak ada radang pada gusi,
tonsil, tidak ada radang pada gusi, kebersihan mulut cukup baik,
kebersihan mulut cukup baik, jumlah gigi 29 buah, dan tidak ada
jumlah gigi 32 buah, dan tidak ada caries gigi.
caries gigi.
Tidak ada benjolan dan tidak
6. Leher Tidak ada benjolan dan tidak Nampak vena jugularis.
Inspeksi Nampak vena jugularis.
Tidakterdapatnyeritekanpadaleherd
Palpasi Tidakterdapatnyeritekanpadaleherd an tidak terdapat pembesaran
an tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid.
kelenjar tyroid.
7. Dada Bentuk dada simetriskiridan kanan,
Inspeksi Bentukdadasimetriskiridankanan, tidak terdapat lesi, pola napas
tidak terdapat lesi, pola napas seirama dengan pengembangan
seirama dengan pengembangan dada dengan frekuensi 22x/menit.
dada dengan frekuensi 18x/menit.
Tidak terdapat nyeri tekan, vocal
Tidak terdapat nyeri tekan, vocal premitus teraba seirama antara kiri
Palpasi premitus teraba seirama antara kiri dan kanan, dan tidak terdapat
dan kanan, dan tidak terdapat benjolan.
benjolan.
Bunyi paru resonan dan tidak
Bunyi paru resonan dan tidak terdapat cairan dan massa.
Perkusi terdapat cairan dan massa.
Terdengar bunyi nafas vesikuler
Terdengar bunyi nafas vesikuler. Ictus cordistidak Nampak.
Auskultasi Ictus cordistidak Nampak.
Ictus cordis teraba ICS 5
8. jantung Ictus cordis teraba ICS 5 midklavikular garis sinistra.
Inspeksi midklavikular garis sinistra.
Bunyi jantung pakak
Bunyi jantung pakak - batas kiri atas : pada ICS 2-3 kiri
Palpasi - batas kiri atas : pada ICS 2-3 kiri dilinea parasternalis kiri
dilinea parasternalis kiri - batas kiri bawah : pada ICS 5
- batas kiri bawah : pada ICS 5 kiri medial linea midklavikularis
kiri medial linea midklavikularis kiri
kiri - batas kanan atas : pada ICS 2
Perkusi - batas kanan atas : pada ICS 2 kanan di linea parasternalis
kanan di linea parasternalis kanan
kanan - batas kanan bawah : pada ICS 3-
- batas kanan bawah : pada ICS 3- 4 kanan di linea parasternalis
4 kanan di linea parasternalis kanan.
kanan.
- BJ I terdengar bunyi Lup murni
- BJ I terdengar bunyi Lup murni reguler pada area mitral ICS 4-5
Auskultasi reguler pada area mitral ICS 4-5 - BJ II murni terdengar bunyi Dup
- BJ II murni terdengar bunyi Dup reguler pada area pulmonal ICS
reguler pada area pulmonal ICS 2. 2.
Bentuk perut datar, dan tidak ada
9. Bentuk perutbulat, dan tidak ada luka.
Abdomen luka.
Inspeksi Tidak terdapat nyeri tekan.
Tidak terdapat nyeri tekan.
Palpasi Tidak ada cairan dan udara.
Tidak ada cairan dan udara.
Perkusi Peristaltik usus12x/menit.
Peristaltik usus 12x/menit.
Auskultasi
Simetris antara kiri dan kanan,
10. Simetris antara kiri dan kanan, jumlah jari lengkap (10 jari),
ekstremitas jumlah jari lengkap (10 Nampak terpasang infus cairan RL
a. atas jari),Nampak terpasang infus 20 tetes/menit ditangan kiri.
Inspeksi cairan RL 20 tetes/menit ditangan
kiri.
55
55 Kaki
Palpasi Kaki

Simetris antara kiri dan kanan,


Simetris antara kiri dan kanan, jumlah jari tidaklengkap (8
b. bawah jumlah jari lengkap (10 jari). jari).Terpasang spalang pada kaki
Inspeksi Terpasang spalang pada kaki kiri.
sebelah kanan. Fraktur tetutup tibia sinistra
Fraktur tertutup femur dextra.

Kaki Kaki
Palpasi 55 5 5

11.genetali Tidakmenggunakankateter. Tidakmenggunakankateter.


a
Inspeksi

Sumber : Data primer (2017)

Interprestasi :Tabel 4.5 menunjukan terdapat perbedaan antara pemeriksaan


fisik kedua klien. Pada klien satu TTV : TD : 100/80 Mmhg, N : 76x/menit,S :
36,20c, R : 18x/menit, terpasang IV RL 20 tetes/menit pada tangan sebelah kiri dan
warna kulit sawo matang. Sedangkan pada klien dua TTV : TD : 100/70 mmHg, N :
80x/menit, S : 36,6oC, R : 22x/menit, terpasang IV RL 20 tetes/menit pada tangan
sebelah kiri dan warna kulit kuning langsat.Inspeksi telinga klien satu dan klien dua
nampak bersih tidak adanya serumen dan gangguan pendengaran.hidung nampak
bersih. Pengembangan dada klien satu frekuensi 18 x/menit sedangkan klien dua
frekuensi 22x/menit.palpasi tidak terdapat benjolan,perkusi tidak adanya cairan dan
massa,aukultasi terdengar bunyi nafas vesikuler.keadaan jantung ictus cordis tidak
nampak pada klien satu dan klien dua,perkusi bunyi jantung pakak,aukultasi
terdengar bunyi Lup murni reguler pada area mitral klien satu dan klien dua.abdomen
klien satu dan klien dua inspeksi bentuk perut bulat dan tidak ada luka,palpasi tidak
adanya nyeri tekan,aukultasi bunyi peristaltik 12x/menit.extremitas atas klien satu
dan klien dua simetris antara kiri dan kanan jumlah jari lengkap palpasi jumlah jari
tangan lengkap .ekstremitas bawah klien satu dan klien dua simetris kaki kiri dan
kaki kanan jumlah jari lengkap,klien satu terjadi fraktur tertutup femur dextra
sedangkan klien kedua terjadi fraktur tertutup fibula sinistra.palpasi genetalia tidak
dilakukan pemeriksaan dan tidak menggunakan kateter.

e. Pemeriksaandiagnostik
Klien 1 klien 2
Tanggal/jam: 19-09-2017/11.16 Tanggal/jam: 17-09-2017/10.33
Tabel 4.6 pemeriksaanDiagnostik

Parameter Hasil Klien 1 Hasil klien 2 Satuan Nilai normal


WBC 14,6 11,1 10^3/uL 4,8-10,8
RBC 3,8 4,5 10^6/uL 4,7-6,1
HGB 10,6 10,9 g/dL 14-18
HCT 32,3 32,7 % 42-52
MCV 80,5 80 fL 80-99
MCH 28,2 26,4 Pg 27-31
MCHC 35 33,1 g/dL 33-37
PLT 332 393 10^3uL 150-450
RDW-CV 12 12,9 % 11,5-14,5
RDW-SD 36 37 fL 37-54
PDW 10 13,8 fL 9-13
MPV 8 8,1 fL 7,2-11,1
P-LCR 12,5 12,6 % 15-25
NEUT% 86,7 81,1 % 40-74
LYM% 5,5 9,0 % 19-48
MXD% 7,8 4,2 % 4-18
NEUT# 20,7 9,9 10^3/uL 1,5-7
LYM# 1,3 1,1 10^3uL 1-3,7
MXD# 1,9 0,8 10^3uL 0-1,2

Interprestasi :Tabel 4.6 menunjukan terdapat permasalahan pada hasil laboratorium


kedua klien yaitu pada klien satu dan dua nampak terjadi penurunan kimia darah seperti
penurunan WBC/Lekositmengakibatkan klien satu dan klien dua rentan terhadap penyakit
f. Pengobatan dan perawatan
Tabel 4.7 pengobatan dan perawatan
Klien 1 Klien 2
a. pengobatan a. pengobatan
- inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV - inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV
- inj. Ranitidin 1 Amp/12 jam/IV - inj. Ranitidin 1 Amp/12 jam/IV
- inj. Ketorolac 1 Amp/ 8 jam/IV - inj. Ketorolac 1 Amp/ 8 jam/IV
- cairan RL 20 tetes/menit - cairan RL 20 tetes/menit

b. perawatan b. perawatan
- Observasi TTV - Observasi TTV
- Kaji skala nyeri - Kaji skala nyeri
- Berikan teknik relaksasi dan - Berikan teknik relaksasi dan
Distraksi Distraksi
- Atur posisi fowler - Atur posisi fowler
- Menganjurkan pasien untuk - Menganjurkan pasien untuk
Beristirahat yang cukup Beristirahat yang cukup
Sumber : RSUDUndata Palu

Interprestasi :Tabel 4.7menunjukanbahwatidakadaperbedaandosis yang

diberikankeduapasiendansemuaterapidiberikantiap 12 dan 8 jam.

3. Analisa data
Tabel 4.8 Analisa data klien 1
Data Etiologi Masalah
DS: Resiko Jatuh
- Pasien mengatakan sulit Fraktur
untuk bergerak. ↓
- Pasien mengatakan Deformitas
nyeri, dengan skala 6 ↓
(sedang), kualitas seperti bengkak
Seperti ditusuk-tusuk, ↓
Dirasakan hilang timbul Ansietas
Sekitar 5-10 menit. ↓
DO Kerusakan mobilitas fisik
- Keadaan umum lemah ↓
- kesadaran composmentis Resiko jatuh
- Ekspresi wajah meringis
- TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 76x/menit
S : 36,2oc
R : 18x/menit

Tabel 4.9 Analisa data klien 2


Data Etiologi Masalah
DS: ResikoJatuh
- Keluarga Pasien mengatakan Fraktur
sulit untuk bergerak. ↓
- Pasien mengatakan Deformitas
nyeri, dengan skala 6 ↓
(sedang), kualitas seperti bengkak
Seperti ditusuk-tusuk, ↓
Dirasakan hilang timbul Ansietas
Sekitar 3-5 menit. ↓
Kerusakan mobilitas fisik
DO ↓
- Keadaan umum lemah Resiko jatuh
- kesadaran tidak
composmentis
- Ekspresi wajah meringis
- TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,6oc
R : 22x/menit
Sumber : Data primer (2017)

Interprestasi : Tabel 4.9 analisa data kliensatudanklienduamenunjukkan

Resikojatuh.

a. PembahasanPengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan yang sangat

penting guna menganalisis permasalahan klien. Pengkajian yang dilakukan

dimulai dari identitas klien, riwayat penyakit, genogram, perubahan pola

kesehatan, pemeriksaan fisik dengan head to toe, pemeriksaan laboratorium, serta

tindakan medisdan perawatan yang telah diberikan sebelumnya.

Data hasil pengkajian yang diperoleh pada klien satu yaitu klien

mengatakan merasa cemas dengan keadaan kondisi yang dialaminya, klien


mengeluh nyeri pada kaki yang luka kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, dengan

skala nyeri enam (sedang), nyeri di rasakan hilang timbul sekitar 5-10 menit.

IVFD RL 20 tetes/menit pada kaki sebelah kanan, TTV: TD: 100/80 mmHg, N:

76x/menit, S: 36,2OC, R: 18x/menit. Sedangkan hasil pengkajian yang penulis

dapatkan pada klien dua yaitu klien mengatakan sulit untuk bergerak, klien

mengeluh nyeri pada kaki yang luka kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, dengan

skala nyeri empat (sedang), nyeri di rasakan hilang timbul sekitar tiga sampai

lima menit. IVFD RL 22 tetes/menit pada tangan sebelah kiri, TTV: TD: 100/70

mmHg, N: 80x/menit, S: 36,6OC, R: 22x/menit.

manifestasi klinis dari fraktur adalah deformitas, pembengkakan, memar

(eksimosis), spasme otot,nyeri, ketegangan, kehilangan fungsi, gerakan abnormal

dan krepitasi, perubahan neurovascular, syok.

Berdasarkankeduahaltersebutpenelitimelihatkesenjanganantarapasiensatu

dandua,klien satu mengalami fraktur tertup femur dextra sedangkan klien dua

mengalami fraktur tibia

sinistra.Penangananawalpadapasiendenganfrakturadalahmemperhatikankonsepda

sar yang harus di pertimbangkanpada waktu menangani fraktur yaitu: rekognisi,

reduksi, retensi, dan rehabilitasi (Mansjoer, 2014). Pencegahan syok dapat

dilakukan dengan cara melakukan pembebatan dan juga tindakan pembedahan

guna mencegah terjadinya syok.

b. HasilDiagnosaKeperawatan

Tabel 4.10 hasil diagnosa keperawatan klien satu dan klien dua

Diagnosa keperawatan yang menjadi fokus intervensi


Klien 1 Data
Resiko jatuh berhubungan DS:
denganansietas - klien mengatakan sulit untuk
Bergerak
- klien mengatakan cemas dengan kondisi
yang
dialaminya

DO:
- Keadaan umum lemah
- kesadaran
Composmentis
- Ekspresi wajah meringis
- terpasang spalak di kaki sebelahkanan
- fraktur tertutup femur dextra
- TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 76x/menit
S : 36,2oc
R : 18x/menit
Klien 2 DS
Resiko jatuh berhubungan dengan - klien mengatakan sulit
ansietas Sulit untuk bergerak.
- klien mengatakan cemas dengan kondisi
yang
Dialaminya.
DO:
- Keadaan umum lemah
- kesadaran
Composmentis
- Ekspresi wajah meringis
- terpasang spalak di kaki sebelah kanan
- Fraktur tertutup tibia sinistra
- TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,6oc
R : 22x/menit
` Sumber : Data primer (2017)

Interpretasi : Tabel 4.10 menunjukkan Diagnosa Resiko jatuh berhubungan

dengan ansietas karena melihat data yang didapatkan saat pengkajian, yaitu klien

satu dan dua dengan keluhan utama mengatakan gelisah,serta cemas akan kondisi

kesehatan yang dialaminya.

c. PembahasanDiagnosaKeperawatan
Diagnosa yang ditegakkandari pengkajian di lahan praktek khususnya

pada klien satu dan dua di ruangan Teratai RSUD Undata Palu yang mengalami

fraktur difokuskan pada satu diagnosa keperawatan yaitu Resiko jatuh

berhubungan dengan ansietas.

Diagnosakeperawatanyaitusebuah label singkat, menggambarkan kondisi

pasien yang di observasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah-masalah

aktual dan potensial segera setelah penyelesaian riwayat kesehatan dan

pengkajian kesehatan, perawat mengorganisasikan, menganalisa, mensintesa dan

merangkum data yang telah dikumpul dan menentukan kebutuhan atau masalah

pasien terhadap asuhan keperawatan (Wilkinson dan Judith, 2012).

Penelitiberpendapattidakterdapat kesenjangan antara konsep teoi dan hasil

perumusan diagnosa keperawatan yang diperoleh pada pasien satu

danduakarenapenelitimengangkatpermasalahansesuaidengankeluhanpasien.

d. Hasil Perencanaan

Diagnosakeperwatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC) Rasional


(NOC)
Klien 1 -Trauma Risk for 1.Jelaskan padapasien 1.Pasien/keluarga
Resiko jatuh -injury Risc for Ataukeluargamanfaa dapat memahami
berhubungan dengan Kriteria hasil: t manfaat dan
ansietas. -keseimbangan kemampuan Tujuandilakukannya tujuan
DS untuk mempertahankan ekui intervensi dilakukannya
- pasien librium pembatasan area. pembatasan area.
mengatakan merasa -Gerakan terordinasi
cemas dengan kemampuan otot untuk bekerja .
kondisi yang sama secara volunter untuk 2.batasi area yang tepat 4. Agarklientidakmer
dialaminya. melakukan gerakan asakannyeri yang
- Yang bertujuan: berlebihan.
-kejadian jatuh:
DO Tidak ada. 3.identifikasi pasien 5. agar pasien lebih
- Keadaan umum dengan orang penting nyaman saat
lemah bagi pasien yang dilakukannya
- kesadaran perilakunya dapat perawatan.
Composmentis dijadikan intervensi.
- Ekspresi wajah
meringis 4.memasang gelang 6. .agar mengetahui
- TTV penanda resiko jatuh. klien yang
TD : 100/80 mmHg memungkinkan
N :76x/menit untuk terjadinya
S : 36,2oc jatuh
R :18x/menit
5.sediakan pasien 5.meningkatkan rasa
dengan keamanan dan nyaman klien.
kenyamanan psikologis

6.monitor respon pasien 6.agar mengetahui


terhadap prosedur. respon pasien dengan
intervensi yang
dilakukan.

Klien 2 Trauma Risk for 1.Jelaskan padapasien 1.Pasien/keluarga


Resiko jatuh -injury Risc for ataukeluargamanfaat Dapatmemahami
berhubungan dengan Kriteria hasil: tujuandilakukannya Manfaatdan
ansietas. -keseimbangan kemampuan intervensi. tujuan
DS untuk mempertahankan ekui dilakukannya
- pasien librium Pembatasan area.
mengatakan merasa -Gerakan terordinasi
cemas dengan kemampuan otot untuk bekerja .
kondisi yang sama secara volunter untuk 2.batasi area yang tepat 2.Agarklientidakmeras
dialaminya. melakukan gerakan akannyeri yang
Yang bertujuan: berlebihan.
-kejadian jatuh:
DO Tidak ada. 3.identifikasi pasien 3.agar pasien lebih
- Keadaan umum dengan orang penting nyaman saat
lemah bagi pasien yang dilakukannya
- kesadaran perilakunya dapat perawatan.
Composmentis dijadikan intervensi.
- Ekspresi wajah
meringis 4.memasang gelang 4.agar mengetahui
- TTV penanda resiko jatuh. klien yang
TD : 100/80 mmHg memungkinkan untuk
/menit terjadinya jatuh

5.sediakan pasien 5.meningkatkan rasa


dengan keamanan dan nyaman klien.
kenyamanan psikologis

6.monitor respon pasien 6. agar mengetahui


terhadap prosedur respon pasien dengan
intervensi yang
dilakukan
.
E. Pembahasan Perencanaan

Perencanaan adalah perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atau

tindakan yang akandilakukanolehperawat,

perencanaandilakukansetelahpenentuandiagnosa( A. Aziz AlimulHidayat : 2011).

Intervensi yang

direncanakanpadapasiensatudanpasienduasebanyakempatintervensi yang

diantaranyaadalahjelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan

tujuandilakukannyapembatasanarea,identifikasibagipasiendengan orang penting yang

perilakunya

perludilakukanintervensi,memasanggelangpenandaresikojatuh,sediakanpasiendengan

keamanandankenyamananpsikologis,serta ,memonitorrespontindakan yang

dilakukan.

Secarakonseptidakterdapatkesenjanganantaraintervensikasusdenganteori yang

ada.Dimanaseluruhintervensitindakanfokus yang

disusunolehpenelititerdapatdalamteori.Alasanpenenelitimengambilintervensipembata

san area karenakliendenganfraktur yang mengalam I

Resikojatuhmembutuhkan/memerlukanintervensipembatasan area

gunauntukkepentinganmobilitaspasiendanmenjaminkeamanandanmanajemenperilaku
.Olehkarenaitupenelitimengambilintervensipembatasan area yang

bertujuanuntukmembantu proses penyembuhan.

Asumsipenulisdarikeenamintervensi yang dilakukanpada klien satu dan dan

klien dua tersebut tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, intervensi yang

dilakukan pada kasus semuanya terdapat dalam teori. Serta tujuan dari intervensi ini

diharapkan dapat tercapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam

dengan kriteria hasil yang telah dibuat.


G. Hasil Implementasi

Pelaksanaan Hari 1 Hari 1 Hari 1 Hari 1


Klien 1 Tangal 23-09-2017 Tangal 24-09-2017 Tangal 25-09-2017 Tangal 26-09-2017
Jam. 08.40 Jam: 09.00 Jam: 10.00 Jam. 11.00
1. Mejelaskan pada pasien/ keluarga 1. Identifikasi pasien dan orang 1. Menyediakan pasien dengan 1. Batasi area yang tepat
manfaat dan tujuan dilakukannya penting bagi pasien yang keamanan dan kenyamanan Batasi gerak imobilisasi
perawatan pembatasan area perilakunya dapat dijadikan psikologis: Hasil: klien mengatakan semakin
- Hasil: pasien dan keluarga intervensi - Atur posisi semifowler membaik
mengatakan dapat memahami - Membantu pasien melakukan - Ciptakan suasanga nyaman
tujuan dilakukannya pembatqasan aktivitas Hasil: pasien nampak tenang Jam 12.00
area 2. Identifikasi pasien dan orang
Jam: 10.00 Jam: 11.00 penting bagi pasien yang
Jam: 09.00 2. Membatasi area yang tepat 2. Batasi area yang tepat perilakunya dapat dijadikan
2. Membatasi area yang tepat Batasi gerak imobilisasi Batasi gerak imobilisasi intervensi
- Hasil batasi gerak imobiliasi tidak Hasil: pasien mengatakan mulai - Membantu pasien melakukan
merasakan nyeri yang berlebihan membaik Jam: 11.30 aktivitas
3. Monitor respon pasien terhadap Hasil: klien nampak senang
Jam. 10.00 prosedur
3. Memasang gelang penanda resiko Hasil: pasien mengatakan sangat Jam 12.30
jatuh terbantu dan adanya intervensi 3. Monitor respon pasien terhadap
- Hasil: pasien mengatakan sangat ini prosedur
terkontrol dengan adanya gelang Hasil: pasien mengatakan sangat
ini terbantu dan adanya intervensi ini

73
Klien2 Tangal 23-09-2017 Tangal 24-09-2017 Tangal 25-09-2017 Tangal 26-09-2017
Jam. 09.40 Jam: 09.00 Jam: 10.00 Jam. 11.00
1. Mejelaskan pada pasien/ keluarga 1. Identifikasi pasien dan orang 1. Menyediakan pasien dengan 1. Batasi area yang tepat
manfaat dan tujuan dilakukannya penting bagi pasien yang keamanan dan kenyamanan Batasi gerak imobilisasi
perawatan pembatasan area perilakunya dapat dijadikan psikologis: Hasil: klien mengatakan semakin
- Hasil: pasien dan keluarga intervensi - Atur posisi semifowler membaik
mengatakan dapat memahami - Membantu pasien melakukan - Ciptakan suasanga nyaman
tujuan dilakukannya pembatqasan aktivitas Hasil: pasien nampak tenang Jam 12.00
area 2. Identifikasi pasien dan orang
Jam: 10.00 Jam: 11.00 penting bagi pasien yang
Jam: 09.00 2. Membatasi area yang tepat 2. Batasi area yang tepat perilakunya dapat dijadikan
2. Membatasi area yang tepat Batasi gerak imobilisasi Batasi gerak imobilisasi intervensi
- Hasil batasi gerak imobiliasi tidak Hasil: pasien mengatakan mulai - Membantu pasien melakukan
merasakan nyeri yang berlebihan membaik Jam: 11.30 aktivitas
3. Monitor respon pasien terhadap Hasil: klien nampak senang
Jam. 10.00 prosedur
3. Memasang gelang penanda resiko Hasil: pasien mengatakan sangat Jam 12.30
jatuh terbantu dan adanya intervensi 3. Monitor respon pasien terhadap
- Hasil: pasien mengatakan sangat ini prosedur
terkontrol dengan adanya gelang Hasil: pasien mengatakan sangat
ini terbantu dan adanya intervensi ini

74
H. Pembahasan Implementasi

Implementasi fokus dalam tindakan adalahpemberian pembatasan area ,

sehingga agar peneliti dapat mudah dalam melakukan kegiatan maka peneliti

terlebih dahulu memberikan informasi kepada pasien dan keluarga agar dapat

ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang akan dilakukan. Intervensi keperawatan

yang disusun telah dilaksanakan seluruhnya.Hal ini disebabkan karena pada saat

dilakukan implementasi penulis tidak mengalami banyak kesulitan.Penulis

mendapatkan bantuan sarana dan prasarana dari rumah sakit, pasien dan keluarga

cukup kooperatif sehingga dapat melakukan implementasi dengan

baik.Implementasi yang dilakukan pada klien satu dan klien dua tidak ditemukan

adanya variasi implementasi.

Teori yang menjadi pendukung pada pemberian intervensi pembatasan

area pada klien satu dan klien dua adalah teori tentang penanganan klien yang

mengalami fraktur dengan masalah Resiko jatuh.

Implementasi adalah pelaksanaan rencana yang telah ditentukan dengan

maksud kebutuhan klien dapat terpenuhi secara optimal.Implementasi dilakukan

setelah intervensi.Dalam melakukan tindakan keperawatan untuk setiap diagnosa,

berpedoman pada perencanaan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya.Semua

rencana yang telah dibuat dapat di aplikasikan dalam pelaksanaan tindakan di

ruangan.Implementasi adalah pelaksanaan rencana yang telah ditentukan dengan

maksud kebutuhan klien dapat terpenuhi secara optimal.Implementasi dilakukan

setelah intervensi.Dalam melakukan tindakan keperawatan untuk setiap diagnosa,

berpedoman pada perencanaan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya.Semua

rencana yang telah dibuat dapat di aplikasikan dalam pelaksanaantindakan di

ruangan.
I. Hasil Evaluasi
Tabel 4.13 Hasil Evaluasi
Evalu Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
asi
Klien Tanggal 23-09- Tanggal 24-09- Tanggal 25-09- Tanggal 26-09-
1 2017 2017 2017 2017
Pukul 13:00 Pukul 13:00 Pukul 13:00 Pukul 13:00
S: S: S: S:
- Klien - Klien - Klien - klien
mengatakan mengatakan sulit mengatakan sulit mengatakan
sulit untuk untuk bergerak untuk bergerak sulit untuk
bergerak O: O: bergerak
O: - Keadaan umum - Keadaan umum
- Keadaan umum lemah lemah O:
lemah - kesadaran - kesadaran - Keadaan baik
- Kesadaran composmentis Composmentis - Kesadaran
Composmentis - Ekspresi wajah - Ekspresi wajah Composmentis
- Ekspresi wajah meringis meringis - Ekspresi wajah
meringis - terpasang spalak - terpasang spalak meringis
- Terpasang di kaki di - Terpasang
spalak dikaki sebelahkanan kaki sebelah spalak dikaki
sebelahkanan - TTV kanan sebelahkanan
- Skala TD : 110/70 - TTV - TTV
TTV mmHg TD : 90/70 TD : 100/70
TD : 100/80 N : 80x/menit mmHg mmHg
mmHg S : 36,5oc N : 80x/menit N : 82x/menit
N : 76x/menit R : 20x/menit S : 36,5oc S : 36,5oc
S : 36,2oc A: R : 22x/menit R : 22x/menit
R : 18x/menit Masalahresikojatu A: A:
A: hteratasi MasalahResikojat Masalahresikojatu
MasalahResikojat uhteratasi hteratasi
uhteratasi P: Lanjutkan P:
P: Lanjutkan intervensi2,3 dan 4 P: Lanjutkan - Pertahankan
intervensi 2,3 dan intervensi2,3 dan intervensi2,6 dan
4 4 4

Klien Tanggal 23-09- Tanggal 24-09- Tanggal 25-08- Tanggal 26-09-


2 2017 2017 2017 2017
Pukul 13:00 Pukul 13:00 Pukul 13:00 Pukul 13:00
S: S: S: S:
- Klien - klien mengatakan - Klien - klien
mengatakan sulit sulit mengatakan sulit mengatakan
untuk bergerak Untuk bergerak untuk bergerak sulit untuk
O: O: O: bergerak
- Keadaan umum - Keadaan umum - Keadaan umum O:
lemah lemah lemah - Keadaan baik
- Kesadaran - kesadaran - kesadaran - kesadaran
somnolen Composmentis Composmentis Composmentis
- Gcs;9 - Ekspresi wajah - Ekspresi wajah - Ekspresi wajah
- EMV:9 meringis meringis meringis
- Ekspresi wajah - terpasang spalak - terpasang spalak - terpasang
meringis di di spalak di
- Terpasang spalak kaki sebelah kaki sebelah kaki sebelah
dikaki kiri kiri kiri
sebelahkiri - TTV - TTV - TTV
- TTV TD : 110/70 TD : 120/70 TD : 120/70
TD : 100/70 mmHg mmHg mmHg
mmHg N : 80x/menit N : 82x/menit N : 80x/menit
N : 80x/menit S : 36,2oc S : 36,5oc S : 36,oc
S : 36,6oc R : 20x/menit R : 22x/menit R : 22x/menit
R : 22x/menit A: A: A:
A: MasalahResikojatu MasalahResikojat Masalah Resiko
masalahResikojatu hteratasi. uhteratasi Jatuh teratasi
hteratasi
P: Lanjutkan P: Lanjutkan P: Lanjutkan P:
intervensi2,3 dan intervensi2,3 dan 4 intervensi2,3 dan - pertahankan
4 4 intervensi 2,3 dan
4

J. Pembahasan Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana pada

tahap akhir adalah penentuan tentang tindakan yang penulis lakukan selama 4x24

jam pada klien satu dan klien dua kasus fraktur yang mengalami Resiko Jatuh

dengan Pembatasan Area di ruangan Teratai RSUD Undata Palu.

Dari penelitian didapatkan evaluasi dari hari pertama hingga hari ke

empat sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan pasien menunjukkan tingkat mobilitas optimal. sehingga

masalah dinyatakan teratasi .

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Anita Purnama Dewi (2013)

terkait keberhasilan pada masalah Resiko Jatuh, ada beberapa hal yang harus

diterapkan terutama mempunyai tekad yang kuat.Klien mampu mempertahankan


mobilisasi optimal serta Keluarga klien dapat memahami serta berperan penting

dalam hal ini.

Asumsi penulis pada kasus fraktur yang mengalami Pembatasan Area

dengan pembatasan area di ruangan Teratai RSUD Palu tahun 2017 pada klien

satu dan klien dua masalah dinyatakan teratasi dikarenakan klien sangat

kooperatif dan mau melakukan apa yang dianjurkan peneliti.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan dan membahas asuhan keperawatan pada klien satu

dan klien dua dengan kasus fraktur yang mengalami Resiko Jatuh dengan

pembatasan area di ruangan Teratai RSUD Undata Palu tahun 2017, penulis

menyimpulkan bahwa fokus intervensi adalah pemberian perawatan pembatasan

area yang lebih cenderungterjadinya resiko jatuh pada umur lansia. Pembatasan

areadilakukan dilakukan sejak tanggal 22 s/d 26 September 2017 dengan hasil

keluarga pasien mampu melakukan seluruh perawatan pembatsan area yang

telah diajarkan.pada hari keempat maka dapat disimpulkan masalah teratasi .

B. Saran
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi institusi Rumah Sakit

Menerapkan pelayanan yang semakin baik lagi kepada pasien-pasien dengan

Resiko Jatuh dan semakin meningkatkan lagi kemampuan dasar perawat

dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan dan menerapkannya

dalam asuhan keperawatan sehingga tercapainya kesejahteraan pasien.

2. Bagi institusi pendidikan

Perlu di adakan penambahan literature baru yang ada diperpustakaan

kampus, khususnya literature atau buku tentang asuhan keperawatan medikal

bedah, untuk mendukung dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah. Diharapkan

adanya satu persepsi yang sama dari pembimbing institusi, tentang proses
keperawatan, agar mempunyai gambaran yang jelas dan pegangan

berdasarkan teori yang kuat.

3. Bagi pihak klien dan keluarga

Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman klien dan keluarga

mengenai perawatan dan pengobatan pada klien fraktur.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Menambah pengetahuan dengan lebih banyak membaca referensi-referensi

seperti buku-buku asuhan keperawatan khususnya keperawatan medikal

bedah, jurnal dan riset keperawatan agar mempermudah proses penelitian dan

penulisan hasil akhir studi kasus.


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif. 2014. Kapita selekta kedokteran. jilid 2, media Aesculapius : jakarta

Asmiadi. 2011. Teknik prosedural keperawatan. Jakarta: salemba medika

Brunner & Suddart. 2013. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8, vol 3. Jakarta: EGC

Bullechek M. Gloria. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier Inc

Carpenito Juall Lynda. 2013. Diagnosa keperawatan. Edisi 13, jakarta: EGC

Ibid & Wibowo Adi Sunarto. 2015. Etika keperawatan. Jakarta: TIM

Doenges E. Marilynn. 2012. Manual diagnosa keperawatan. Edisi 3, Jakarta: EGC

Ermawati & mahyar. 2010. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: TIM

Heather T. Herdman. 2015-2017. Nanda international Inc. diagnosis keperawatan:


definisi.

Hidayat Alimul Aziz. 2011. Konsep dasar keperawatan. jakarta: salemba medika

Jane & joyce. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8, Elsevier 2014

Kemenkes,20152016.http:/www.depkes.go.id/download/bulletin%20fraktur_final%dd
errs1%29.pdf. diakses tanggal 2 juni 2017

Mutaqin. 2014. Prinsip-prinsip dasar asuhan keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursiswati & Yasmara. 2017. Rencana asuhan keperawatan medical-bedah:


diagnosis NANDA-I 2015-2017 intervensi NIC hasil NOC. Jakarta: EGC

Panduan penyusunan proposal akper kabupaten donggala tahun 2017

Potter & Perry. 2008. Fundamental keperawatan. Edisi 4, Jakarta: EGC

Rekam medik RSUD UNDATA Palu

WHO, 2013. Sumberdaya.web.id./di-dunia-statistik. Diunduh 2 Juni 2017


Wilkinson & M. Judith. 2013. Asuhan keperawatan. Edisi 9, Jakarta: EGC

Suratun, dkk, 2008; Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal,


Edisi 1 Jakarta; EGC

Nursallam 2011; Konsep Dasar Keperawatan


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Pengkajian Umum KMB

Lampiran 2 suratpengambilan data awal data awal

Lampiran 3 suratselesaimeneliti

Lampiran Informed Consent


INFOMENT CONSENT

(Persetujuan menjadi Responden)

Saya yang bertanggung jawab dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapa t penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh RAHMA Stambuk N21014404 Dengan judul’’Asuhan keperawatan
klien yang mengalami resiko jatuh dengan pembatasan area di RUMAH SAKIT
UNDATA PALU’’.

Saya memutuskan untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela
tanpa paksaan.bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri
,maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa paksaan siapapun.

Palu, November 2017

SAKSI yang memberikan persetujuan

___________________ __________________________

Anda mungkin juga menyukai