Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan

konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status
sosial, gender, kemampuan, umur dan ras. Strategi pendidikan ini tidak hanya bertujuan
agar supaya siswa mudah mempelajari pelajaran yang dipelajarinya, akan tetapi juga untuk
meningkatkan kesadaran mereka agar selalu berperilaku humanis, pluralis, dan
demokratis.
Pelaksanaan pendidikan multikultural tidak harus merubah kurikulum. Pelajaran untuk
pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran lainnya. Hanya saja
diperlukan pedoman (model) bagi guru untuk menerapkannya. Yang utama, siswa perlu
diajari apa yang dipelajari mereka mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi,
dan saling menghargai.
Pendidikan Kepramukaan yang diharapkan mampu membawa misi kesederhanaan,
kesamaan, kegotongroyongan, tolong-menolong, kebersamaan dan kesatuan, sudah tidak
populer lagi bagi generasi muda karena sudah terpinggirkan. Oleh karena tidak lagi
diaktualisasikan dalam falsafah hidup ditengah-tengah realitas perubahan sosial yang
kompleks sekaligus dalam tekanan budaya global yang cenderung materialistik dan
hedonistik.
Tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah mengubah pendekatan pelajaran dan
pembelajaran ke arah memberi peluang yang sama pada setiap anak. Jadi tidak ada yang
dikorbankan demi persatuan. Siswa ditanamkan pemikiran lateral, keanekaragaman, dan
keunikan itu dihargai. Ini berarti harus ada perubahan sikap, perilaku, dan nilai-nilai
khususnya civitas akademika sekolah.
Dalam kurikulum pendidikan multikultural dalam diri siswa akan ditanamkan hal-hal
seperti berikut:
1. Hubungan yang akrab dengan sesama siswa yang memiliki latar belakang sosial
budaya yang beraneka ragam.
2. Sikap berempati siswa dengan cara mengamati sikap, pandangan, perasaan dan
persepsi siswa lain yang berbeda latar belakang sosial budayanya.
3. Rasa menghormati dan menghargai nilai budaya dan kepentingan yang beragam
sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga kelestariannya.

Sosialisasi kepada
Sekolah merupakan lembaga yang tepat dalam membumikan pendidikan multikultural
ditengah-tengah kekhawatiran akan bahaya disintegrasi bangsa. Dalam pendidikan
multikultural yang diselenggarakan disekolah, seluruh elemen sekolah memiliki peran
sentral. Guru harus diberikan sosialisasi khusus mengenai pendidikan multikultural agar
guru lebih memahami tentang pendidikan multikultural dan dapat menerapkan
pembelajaran berbasis multikultural di kelas, juga agar guru dapat mengintegrasikan
pendidikan multikultural ke dalam semua mata pelajaran dengan berbagai metode
sehingga siswa lebih mudah menerima dan memahamiapa yang disampaikan oleh guru.
Seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasaidan mampu secara profesional
mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus
mampu menanamkan nilai-nilaiinti dari pendidikan multikultural sepertidemokrasi,
humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada
siswa.
Dalam mensosialisasikan Pendidikan pendidikan multikultural di masyarakat perlu
dikembangkan nilai-nilai kebersamaan. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan
hidup bersama sebagai warga bangsa adalah menanamkan nilai-nilai toleransi lintas
SARA (suku antar golongan ras dan agama), dan meyakinkan bahwa bangsa Indonesia
merupakan masyarakat yang majemuk dan heterogin. Sikap saling menghormati dan
mengharagai perbedaan yang ada harus senantiasa dikembangkan.

Implementasi pendidikan multikultural di Kabupaten Lampung Selatan dilakukan dengan


beberapa strategi, pertama, integrasi ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
serta penanaman nilai-nilai dalam kegiatan pembelajaranya. Pengintegrasian pada mata
pelajaran dilakukan disetiap pokok bahasan atau tema dalam pembelajaran. Kedua,
integrasi kedalam kegiatan pengembangan diri secara terprogram yaitu melalui
ekstrakurikuler dan kegiatan yang tidak terprogram atau pembiasaan terdiri dari kegiatan
rutin yang dilakukan secara terjadwal, kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan.
Kegiatan pembiasaan berupa proses pembentukan, penanaman dan pengamalan nilainilai
budi pekerti luhur. Faktor pendukung implementasi pendidikan multikultural di sekolah
yang ada di Kabupaten Lampung Selatan adalah iklim sekolah, kurikulum sekolah, sarana
dan prasarana, peran guru, program dan kegiatan sekolah. Sedangkan faktor
penghambatnya diantaranya sikap individu dan orang tua yang masih bersikap tertutup dan
kurang bisa menerima perbedaan, kurangnya media pembelajaran tentang keberagaman,
kurangnya poster-poster yang menggambarkan tentang keberagaman dan nilai-nilai
multikultural, dan kurangnya sosialisasi terutama untuk guru-guru. Selain itu pendidikan
multikultural dalam bentuk kegiatan praktek di luar sekolah secara khusus masih kurang.
Upaya untuk mengatasi hambatan dalam
implementasi pendidikan multikultural di multikultural di sekolah yang ada di Kabupaten
Lampung Selatan diantaranya guru selalu menekankan tentang nilainilai menghargai,
menghormati dan toleransi. Hal tersebut juga didukung dengan kebijakan sekolah yang
melaksanakan pendidikan budi pekerti luhur, menambah poster-poster keberagaman yang
dipasang disekolah dengan cara memasang hasilhasil karya siswa dengan tema budaya dan
keagamaan, melakukan sosialisasi secara tidak langsung melalui diskusi antar guru dan
kepala sekolah, melakukan kegiatan di luar sekolah dengan mengikutsertkan siswa dalam
berbagai kegiatan di luar sekolah seperti perlombaan-perlombaan diluar sekolah.

Anda mungkin juga menyukai