2. Etiologi
a. Kelainan mekanis
1) Peningkatan beban tekanan
- Dari sentral (stenosis aorta)
- Dari peripheral (hipertensi sistemik)
2) Peningkatan beban volume
- Regurgitas katup
- Meningkatnya beban awal akibat regurgitas aorta dan
cacat septum
3) Obstruksi terhadap pengisian ventrikel
- Stenosis mitral atau trikuspid
4) Temponade perikardium
5) Retriksi endokardium dan miokardium
6) Aneurisma ventrikular
7) Dis-sinergi ventrikel
(Muttaqin, 2012).
b. Kelainan miokardial
1) Primer
- Kardiomiopati
- Ganguan neuromuskular miokarditis
- Metabolik (DM)
- Keracunan (alkohol dan lain-lain)
2) Sekunder
- Iskemik, inflamasi, penyakit infiltratif
- Penyakit sistemik, PPOK
- Obat-obatan yang mendepresi miokard
(Muttaqin, 2012).
c. Gangguan irama jantung
1) Henti jantung
2) Ventrikular fibrilasi
3) Takikardi atau bradikardi yang ekstrim
4) Asinkronik listrik dan gangguan konduksi
(Nurarif dan Kusuma, 2013).
3. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang
khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik,
mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan volume
residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal
jantung,ada tiga mekanisme primer yang dapat di lihat :
Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik,
Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system
Derajat Keterangan
1 Pasien masih dapat melakukan aktivitas fisik sehari-
(Tanpa keluhan) hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak nafas.
2 Aktivitas fisik sedang menyebabakna kelelahan atau
(Ringan) sesak nafas tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka
keluhan akan hilang.
3 Aktivitas fisik ringan menyebabakna kelelahan atau
(Sedang) sesak nafas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas
dihentikan.
4 Tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari
(Berat) bahkan pada saat istirahatpun keluhan masih tetap ada
dan semakin berat jika melakukan aktivitas walaupun
aktifitas ringan.
(Nurarif dan Kusuma, 2013).
5. Gejala Klinis
a. Gagal jantung kiri
1) Letargi dan diaphoresis
2) Dispnea atau orthopnea
3) Palpitasi (berdebar-debar)
4) Pernafasan cheyne-stokes
5) Batuk dan rinki basah
6) Edema paru
7) Oliguria atau anuria
8) Irama gallop’s
b. Gagal jantung kanan
1) Edema tungkai
2) CVP (central venosus pressure) meningkat
3) Pulsasi vena jugularis
4) JVP meningkat
5) Asites, hepatomegali, dan BB meningkat
6) Splenomegali, distensi abdomen, mual dan anoreksia.
(Udjiati, 2013).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Ekokardiografi
Digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel
kiri (Muttaqin, 2012).
b. Rontgen dada
Foto sinar-X dada posterior-anterior dapat menunjukkan adanya
hipertensi vena, edema paru atau kardiomegali (Muttaqin,
2012).
c. EKG
Ditemukan adanya LBBB, kelainan ST atau T menunjukkan
disfungsi ventrikel kiri kronis. Gelombang Q menunjukkan
infark sebelumnya dan kelainan segmen ST menunjukkan
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi (Muttaqin, 2012)
7. Therapy
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Pembatasan natrium
2) Tirah baring
3) Pembatasan lemak
b. Penatalaksanaan farmakologis
1) Pemberian O2
2) Terapi nitrat dan vasodilator
Terapi nitrat berupa salep nitrogliserin sedangkan
vasodilator parenteral berupa nitrogliserin parenteral atau
nitropusid natrium
3) Diuretik kuat
Diuretik kuat bekerja pada ansa henle dengan
menghambat transport klorida terhadap natrium ke dalam
sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium pasif). Garam
natrium dan air akan keluar bersama dengan kalium,
kalsium, dan magnesium. Obat yang termasuk dalam
diuretik kuat adalah furosemid dan asam etakrinat.
4) Digitalis
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan
konraktilitas. Obat yang termasuk dalam digitalis adalah
digoksin dan digitoksi.
5) Inotropik positif
Obat dalam inotropik positif adalah dopamin yang
fungsinya meningkatkan denyut jantung pada keadaan
bradikardi disaat atropin tidak menunjukkan kerja yang
efektif. Selain itu dobutamin juga dapat digunakan sebagai
peningkat kontraksi miokardium.
6) Sedatif
Phenobarbital dapat diberikan untuk mengurangi
kegelisahan sehingga pasien dapat beristirahat dan
memberi relaksasi pada pasien.
(Muttaqin, 2012).
8. Komplikasi
a. Edema paru
b. Gagal ginjal
c. Aritmia
d. Tromboembolisme
e. Kerusakan metabolik
(Kowalak, 2011).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, peningkatan afterload dan konduksi elektrikal.
2) Ketidakefetifan pola nafas b.d pengembangan paru tidak
optimal, dan edema paru.
3) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
4) Nyeri akut b.d
5) Pola nafas tidak efektif b.d keletihan otot – otot
pernafasan,disfungsi neuromuscular.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai O2 kebutuhan,kelemahan umum,tirah baring
lama.
7) Resiko tinggi terhadap kerusakan intergritas kulit dengan
faktor resiko tirah baring lama ,oedema,penurunan defuse.
DAFTAR PUSTAKA
http://ventrikeltakikardi.blogspot.com/2016/02/lp-gawat-darurat-
decompensasi-cordis.html
http://naliakper.blogspot.com/2015/01/laporan-pendahuluan-
decompensasi-cordis.html