Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA TAK TERORGANISIR

Disusun Untuk Memenuhi Syarat


Tugas Praktik Program Profesi Ners Stase Jiwa

Disusun Oleh:
1. Maulida Ummi Syafa (J230195055)
2. Aan Efendi (J230195018)
3. Yuasti Ningsih (J230195052)
4. Putri Nurfitriani (J230195049)
5. Annisa Nurul Fajri (J230195019)
6. Wulan Agustina S (J230195008)
7. Eko Saputro (J230195040)
8. Wulandari Ristyo A (J230195056)
9. Randa Abdi Mulyo (J230195038)
10. Baiq Nurul Farida (J230195050)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

SKIZOFRENIA TAK TERORGANISIR

A. DEFINISI
Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat (psikosis) yang ditandai
dengan distorsi pada pikiran, persepsi, emosi, pembicaraan, tilikan diri, dan
perilaku (Tandon, et al., 2013 dikutip dalam Yudhantara & Istiqomah, 2018).
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat
yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis
dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut
perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. (Dep.Kes.2005).
Skizofrenia Tak Terorganisir ( Disorganized) atau Hebrefrenik adalah
perilaku yang khas, regresi, primitive, afek tidak sesuai dengan karakteristik
umumnya wajah dungu, tertawa aneh-aneh, menangis dan menarik diri secara
ekstrim (Mary C. Towsend dalam Novy Helena C, 2008 : 143).
Skizofrenia Tak Terorganisir adalah Percakapan dan perilaku yang
kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat. Skizofrenia hebefrenik adalah
permulaanya perlahan – lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15 – 25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak
sekali (Maramis, 2008 : 223).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya respon neourobiologi
seperti pada harga diri rendah antara lain :
a. Faktor genetis
Telah diketehui secara genetik skizofrenia diturunkan melalui
kromosom–kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa
menjadi factor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada di kromosom no. 6 dengan
kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. anak identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia, sementara jika di zigot peluangnya
sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orng tuanya skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurologis
Ditemukan bahwa korteks prefrontal dan korteks limbik pada
klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada
klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmitter yang ditemukan tidak normal khususnya
dopamine, serotonine, glutamat.
c. Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter dopamine yang berlebihan.
d. Teori Virus
Paparan virus influenza pada trisemester 3 kehamilan dapat
menjadi factor predisposisi skizofrenia.
e. Psikologis
Baberapa kondisi psikologis yang menjadi factor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu
melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya. (Gail W. Stuart, 2007 : 240)

2. Faktor Presipitasi
Factor – factor pencetus respon neurobiologist antara lain :
a. Berlebihanya proses inflamasi pada system saraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.
c. Gejala – gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, linkungan, sikap
dan perilaku. (Maramis, 2008 : 223)

C. TANDA DAN GEJALA SKIZOFRENIA TAK TERORGANISIR


Gambaran utama skizofrenia tipe tak terorganisir ini berupa :
1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa
maksudnya.
2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-
tololan.
3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa
puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai
suatu kesatuan.
5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai
satu kesatuan.
6. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan
aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung
untuk menarik diri secara akstrim dari hubungan sosial.
7. (Dadang Hawari, 2005 :640.)
Gejala-gejala pencetus respon biologis :
1. Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama
sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya
latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.
2. Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan,
kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.
3. Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan
kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala
tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif,
perilaku kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan ketidak adekuatan
penanganan gejala.
D. PSIKOFISIOLOGI
Daerah utama otak yang terlibat dalam skizofrenia adalah struktur
limbic, lobus frontalis dan ganglia basalis. Thalamus dan batang otak juga
terlibat karena peranan thalamus sebagai mekanisme pengintegrasi dan
kenyataan bahwa batang otak dan otak tengah adalah lokasi utama bagi neuron
aminergik asenden.
Gangguan proses inflamasi

Abnormalitas pada mekanismepintu masuk dalam otak

Ketidakmampuan menghadapi stimulus

Gangguan limbik

Lesi hipotalamus

Kehilangan ingatan baru

Regresi
Biologis

Hipotesis Dopamin Neurologis

Overaktif Dopamin Hipoaktif Dopamin


Trauma

Simptom Positif Simptom negatif Pengurangan ukuran


Skizofrenia Skizofrenia sistem limbic

Alexitemia Anhedonia Defisit lobus Defisit pusat


garis depan kontrol emosi

Halusinasi, Gangguan trasfer Emosi berlebih


delusi, gangguan Menarik
proses pikir diri Apatis
Resiko mencederai
diri sendiri
Isolasi sosial Menarik diri

E. PSIKOPATOLOGI

Skizofrenia

Factor eksternal

Keluarga Sosiokultural
lingkungan

Konflik keluarga Pernikahan lintas budaya tuntutan hidup

Tumbang anak Perbedaan adat istiadat


tidak optimal dan kebiasaan stressor
ekonomi

Anak merasa Konflik hubungan


kebutuhan hidup
Tidak diperhatikan
meningkat,pendapatan
Tidak
mencukupi

Menarik diri Stressor dikucilkan oleh sosial


Menarik diri

Pendapat tidak dihargai isolasi sosial


Isolasi

Resiko perilaku
kekerasan

F. PROSES KEPERAWATAN PADA SKIZOFRENIA HEBEFRENIK


Proses keperawatan adalah rangkaian kegiatan pemecahan masalah
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang bertujuan untuk membantu klien
mencapai tingkat kesehatan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal sesuai
dengan kebutuhannya.
Proses keperawatan terdiri dari 6 tahap: pengkajian, perumusan
diagnosis, intervensi, implementasi, evaluasi, dan dokumentasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah awal dan dasar dalam proses keperawatan, dimana semua
informasi klien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah
keperawatan klien.
a. Pengumpulan Data
1) Sumber data primer, yaitu klien yang merupakan sumber utama.
2) Sumber data sekunder, yaitu keluarga, kerabat, tenaga kesehatan
(dokter dan tenaga perawatan), catatan dokumentasi medis klien,
hasil-hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen dan lain – lain.
b. Metode Pengumpulan Data
1) Wawancara
2) Observasi
3) Pemeriksaan fisik
4) Studi dokumentasi

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penyataan yang jelas mengenai masalah
kesehatan klien yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh melalui pengkajian data, dan masalah itu dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan.
Dalam perumusan terdiri dari : Problem, etiologi dan symptom.
Namun dapat pula terdiri dari problem dan etiologi saja, terutama untuk
doagnosa keperawatan yang potensial. Dibawah ini adalah diagnosa
keperawatan yang biasanya terjadi pada klien skizofrenia hebefrenik :
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi dengar
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Isolasi sosial
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurang motivasi
5. Koping individu inefektif

H. INTERVENSI
Adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien. Ada tiga unsur dalam perencanaan yaitu :
a. Memprioritaskan masalah
Prioritas tertinggi diberikan kepada masalah yang mengancam kehidupan
klien.
b. Perumusan tujuan
Tujuan dapat ditetapkan dalam bentuk jangka panjang atau jangka pendek,
dan harus jelas, dapat diukur realistis. Tujuan juga harus diselaraskan dalam
konteks hubungannya dengan standar profesi, tradisi, kebijaksanaan,
institusi serta peraturan dan hukum.
c. Penentuan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Gangguan Tujuan Jangka Pendek : 1. Bina hubungan saling 1. Klien harus
persepsi Pasien dapat percaya mempercayai perawat
sensori : mendiskusikan isi sebelum
halusinasi halusinasi dengan membicarakan tentang
dengar perawatan dalam 1 2. Panggil klien dengan halusinasi
berhubungan minggu. namanya 2. Menggunakan nama
dengan Tujuan Jangka Panjang: klien dapat
menarik diri Pasien dapat mengembalikan pada
mendiskusikan dan realitas dan
memeriksa realitas 3. Gunakan pernyataan yang mengurangi pengaruh
mengurai terjadinya jelas dan nyata halusinasi
halusinasi. 4. Bantu klien untuk 3. Menghindari
KH: mengusirhalusinasi kesalahpahaman
Pasien dapat pendengaran dengan
mengatakan tanda-tanda mengajarkan 4. Memfokuskan
peningkatan ansietas untukmenyuruh klien aktivitas , membantu
Isolasi social : dan menggunukan mengabaikan klien untuk
menarik diri teknik-teknik tertentu halusinasinya contoh mengembalikan dari
berhubungan untuk memutuskan mengajarkan klien untuk pengalaman halusinasi
dengan harga ansietas tersebut. menutup telinga dan
diri rendah mengatakan pergi-pergi
jangan ganggu aku,ketika
mendengar sesuatu.
Tujuan jangka panjang: 5. Tenangkan klien, bahwa
Klien dapat secara suka klien aman dan tidak
rela meluangkan waktu akan terancam bahaya
bersama pasien lain dan
perawat dalam aktivitas 5. Pengurangan rasa
kelompok. takut baik untuk
6. Observasi perilaku verbal
Tujuan jangka pendek: membuat kepercayaan
dan non verbal yang
Setelah malakukan klien terhadap
asuhan keperawatan berhubungan dengan lingkungan dan
dalam waktu tertentu halusinasi merasa aman.
klien diharapkan:klien 6. Struktur menolong
dapat klien mengatur waktu
mendemontrasikankeing untuk berinteraksi
inan dan hasrat untuk dengan yang lain dan
2. bersosialisasi dengan mengatakan bahwa
orang lain.Klien dapat 1. Pastikan bahwa klien partisipasi klien
mengikuti aktifitas mandi setiap hari atau 2 \ diharapkan dan
kelompok tnpa 1x per hari. anggota yang berguna
disuruh.Klien dalam komunitas.
melakukan pendekatan
interaksi satu-satu 1. Jaringan pendukung
dengan orang lain yang kuat menambah
dengan cara yang sesuai kontak sosial
atau dapat diterima. 2. Buatlah kebiasaan untuk klien,mempertinggi
meminta pasien tentang
KH: kemampuan sosial
kuku, rambut, dan gigi
 Klien dapat ,meningkatkan
dan perawatan tentang
mendemontrasikan hargadiri,dan
mereka. memfasilitasi
keinginan dan hasrat
3. Gunakan pakaian dengan
untuk bersosialisasi hubungan yang positif.
elastis dan velcro untuk 2. Klien kadang memilih
dengan orang lain.
fastenings dari pada
 Klien dapat mengikuti untuk menyendiri
kancing atau ritsleting, diwaktu yang tepat
aktivitas kelompok yang mungkin terlalu
tanpa disuruh. dan seharusnya diberi
sulit bagi pasien untuk kesempatan untuk itu.
 Klien dapat mengenakannya.
Ganguan melakukan 3. Berbagi atau kesukaan
konsep diri b.d 4. Mengkaji dan memantau yang sama meningkan
pendekatan interaksi kemampuan pasien untuk
konsep diri satu-satu dengan rasa percaya pada
rendah. melakukan aktivitas orang lain.Hal ini akan
orang lain cara yang kehidupan sehari-hari.
sesuai atau dapat membuat klien merasa
diterima menjadi seseorang
yang berguna.
4. Kehadiran seseorang
Tujuan jangka panjang: yang dipercaya akan
mengembalikan rasa memberi rasa aman
percaya diri. pada klien.
Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan 1. Kejujuran dan rasa
dalam waktu tertentu membutuhkan
klien diharapkan:klien menimbulkan suatu
dapat 1. Bantu klien untuk hubungan saling
mengaktualisasikan membangkitkan percaya.
dirinya pada orang lain. perasaan terutama Mengungkapkan
KH: perasaan terutama perasaan dari awal
Klien dapat perasaan marah saat sampai tindakan
mengaktualisasikan klien tidak punya membangun.
3. dirinya pada orang lain. kekuatan. 2.Keinforsemen dan
keinginan besar
2.Beri klien umpan balik perilaku yang
positif sehingga klien membantu untuk
siap untuk meningkatkan perilaku
mengidentifikasi Area tersebut.
yang sulit untuk dirinya. 3.Klarifikasi menghindari
3.Tanya klien untuk kesalah pahaman
mengklarifikasi dan terhadap apa yang
merasakan yang disampaikan klien.
diekspresikan secara
samar-samar.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2005. Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan


Jiwa Di Indonesia 3. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Ingram, I, M, dkk. 2005. Catatan Kuliah Psikiatri. EGC: Jakarta
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa . Surabaya : Airlangga
University Press.
Maryono. 2004. Psikiatri. Jakarta : Binarupa Aksara
Page, D. James. 2006. Abnormal Psycology. New Delhi :Tata MC grawhill
Publishing Company LTD
Stuart & Sunden. 2008. Buku Saku Keperawatn Jiwa. EGC: J akarta.
Stuart Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatn Jiwa. EGC : Jakarta.
Yudhantara, Surya, & Ratri Istiqomah. 2018. Sinopsis Skizofrenia. Malang. UB
Press

Anda mungkin juga menyukai