Anda di halaman 1dari 4

Resume UU 12 tahon 2011

Bab I
KETENTUAN UMUM
Dalam pasal 1 dijelaskan mengenai tahapan pembentukan peraturan pembuatan perundang-
undangan,peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis secara umum dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga Negara, undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk
DPR denga persetujuan presiden, peraturan Pemerintah merupakan peraturan perundan-undangan yand
ditetapkan oleh presiden. Ada 4 jenis peraturan yaitu peraturan Pemerintah, peraturan Presiden,
peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota . ada dua macam program legislasi yaitu
program legislasi nasional dan program legislasi daerah. Pengundangan adlah penempatan perturan
perundang- undangan dalam Negara republik Indonesia .UD 45 merupakan hukum dasar dalam peraturan
perundang-undangan, ditempatkan dalam lembaran negara republik indonesia serta penempatan UUD 45
dalam lembaran negara Republik Indonesia tidak merupakan dasar pemberlakuannya.

BAB II
ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Asas pembentukan peraturan perundang-undangan meliputi:
a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan dan
g. Keterbukaan
Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas:
a. Pengayoman
b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan
e. Kenusantaraan
f. Bhinneka tunggal ika
g. Keadilan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i. Ketertiban dan kepastian hukum dan pemerintahan
j. Ketertiban dan kepastian hukum
k. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

BAB III
JENIS,HIERARKI, DAN MATERI MUATAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-undang/ peraturan Pemerintahan Pengganti Undang0Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten
Materi muatan peraturan pemerintah berisi materi untuk menjalankan undang-undang sebagai mestinya.
Materi muatan peraturan presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-undang,materi muatan
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah. Materi muatan ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam :
a. Undang-Undang
b. Peraturan Daerah Provinsi
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

BAB IV
PERENCANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Perencanaan Undang-undang
Perencanaan penyusunan Undang-undang dilakukan dalam Prolgenas. Dalam penyusunan proglenas,
penyusunan daftar Rancangan Undang-Undang didasrkan atas:
a. Perintah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Perintah ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Perintah undang-undang lainnya
d. Sistem perencanaan pembangunan nasional
e. Rencana pembangunan jangka panjang nasional
f. Rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR
g. Aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat
Proglenas memuat program program pembentukan undanh-undang dengan judul RUU, materi yang
diatur, dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undang lainnya. Penyusunan Proglenas
dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah, penyusunan prolhenas di lingkungan DPR dilakukan dengan
pertimbangan usulan dari fraksi, komisi, anggota DPR, DPD, dan masyarakat dan penyusunan proglenas
di lingkungan pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yang menyelanggarakan urusan pemerintah di
bidang hukum. Hasil penyusunan proglenas antara DPR dan Pemerintah disepakati menjadi proglenas dan
ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR
Bab V
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Rancangan undang-undang dapat berasl dari DPR atau Presiden, rancangan Undang-undang yang
berasal dari DPR dapt bersak dari DPD, RUU yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai
naskah akademik, penyusunan Naskah Akademik RUU dilakukan sesuai dengan teknik Penyusunan naskah
akademik. Rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD adalah RUU yang berkaitan dengan:
a. Otonomi daerah
b. Hubungan pusat dan daerah
c. Pembentukan dan pemekaran serta penngabungan daerah
d. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
e. Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan
lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya, rancangan
undang-undang dari DPD kepada pimpinan DPR dan harus disertai naskah akademik.

BAB VI
TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dilakukan sesuai dengan teknik
penyusunan peraturan perundang-undangan , ketentuan mengenai perubahan terhadap teknik
penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud di atur dengan peraturan presiden

BAB VII
PEMBAHASAN DAN PENGESAHAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Pembahasan RUU dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau menteri yang ditugasi , pembahasan RUU
yang berkaitan dengan :
a. Otonomi daerah
b. Hubungan pusat dan daerah
c. Pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah
d. Pengelolaan SDA dan sumber daya ekonomi lainnya dan
e. Perimbangan keuangan pusat dan daerah, dilakukan dengan mengikutsertakan DPD
Pembahasan RUU dilakukan melalui 2 tingkat pembicaraan :
a. Pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi , rapat gabungan komisi,rapat badan legislasi, rapat badan
anggarn, atau rapat panitia khusus
b. Pembicaraan tingkat ii dalam rapat paripurna
c. Penyampaian pendapat mini
Rancangan undang-undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPR dan Presiden
Ketentuan lebih mengenai tata cara penarikan kembali RUU diatur peraturan DPR, rancangan undang-
undang tidak ditanda tangani oleh presiden dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak RUU tersebut
sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan
Dalam setiap undang –undang harus dicantumkan batas waktu penetapan peraturan pemerintah dan
peraturan lainnya sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut. Penetapan peraturan pemerintah dan
peraturan lainnya yang diperlukan dalam penlenggaraan pemerintahan tidak atas perintah suatu undang-
undang.
BAB VIII
PEMBAHASAN DAN PENETAPAN
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN KOTA
Pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi dilakukan oleh DPRD provinsi beserta gubernur
dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan yang dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat
kelengkapan DPRD provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna. Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi di atur dengan peraturan
DPRD Provinsi

BAB IX
PENGUNDANGAN
Agar setiap orang mengetahuinya, peraturan perundang-undangan harus diundangkan dengan
menempatkannya dalam :
a. Lembaran Negara Republik Indonesia
b. Tambahan Lembaran Negara Republlik Indonesia
c. Berita Negara Republik Indonesia
d. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
e. Lembaran Daerah
f. Tambahan Lembaran Daerah
g. Berita Daerah
Peraturan perundang-undangan yang diundangkan dalam lembaran negara republik indonesia, meliputi:
a. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
b. Peraturan pemerintah
c. Peraturan presiden
d. Peraturan perundang-undangan lain yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
harusdiundngkan dalam lembaran negara republik indonesia

BAB X
PENYEBARLUASAN

Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan pemerintah sejak penyusunan RUU, pembahasan RUU,
hingga pengundang undang-undangan, penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau
memperoleh masukan masyarakat serta para pemangku kepentingan
Peraturan perundang-undangan perlu diterjemahkan ke dalam bahasa asing, penerjemahannya urusan
pemerintahn di bidang hukum, terjemahan sebagaimana yang dimaksudnmerupakan terjemahan yang
resmi.

BAB XI
PARTISIPASI MASYARAKAT
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam pembentukan peraturan
perundan-undangan dapat dilakukan melalui :
a. Rapat dengar pendapat umum
b. Kunjungan kerja
c. Sosialisai
d. Seminar, lokakarya, dan diskusi
Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis, setipa
rancangan peraturan perundang-undangan harus dapat di akses dengan mudah oleh masyarakat.

BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Teknik penyusunan dan/atau bentuk yang diatur dalam undang-undang ini berlaku secara mutatis
mutandis bagi teknik penyusunan dan/atau bentuk keputusan presiden, keputusan pimpinan majelis
pemusyarawatan rakyat, keputusan pimpinan DPR, keputusan pimpinan DPD, keputusan ketua MA,
Keputusan ketua MK, keputusan ketua komisi yudisial, keputusan gubernur BI, keputusan menteri,
keputusan kepala badan, keputusan kepala lembaga, atau keputusan ketua komisi yang setingkat,
keputusan pimpinan DPRD provinsi, keputusan gubernur, keputusan pimpinanan DPRD provinsi,
keputusan gubernur,keputusan pimpinan DPRD kabupaten/Kota, keputusan Bupati/Walikota, keputusan
kepala desa atau yang setingkat.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Semua keputusan presiden, keputusan menteri, keputusan gubernur, keputusan Bupati atau
walikota, atau keputusan pejabat lainnya .peraturan pelaksanaan dari undang-undang ini harus ditetapkan
paling lama 1 tahun sejak undang-undang ini di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan undang- undang ini dengan penempatan nya dalam lembaran negara
republik indonesia

Anda mungkin juga menyukai