SCHIZOPHRENIA PARANOID
Disusun Oleh :
T. M. Jamil
17174020
Pembimbing:
dr. Ibrahim Puteh, Sp. KJ
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang mana berkat
Rahmad, Kasih Sayang dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga oenulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Schizophrenia
Paranoid”. Laporan kasus ini disususn sebagai salah satu tugas menjalani
kepanitraan klinik senior pada bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa RSJ Aceh,
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada dr. Ibrahim Puteh, Sp.KJ yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah
memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini. Harapan penulis
semoga laporan kasus ini dapat bermanfaan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah
SWT selalu memberikan Rahmad dan Hidayah-Nya bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Nama : Tn. NF
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Umur : 32 tahun
Alamat : Beranang, Kuta Panjang, Gayo Lues
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Petani / Pekebun
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Gayo
TMRS : 3 Juli 2019
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juli 2019
A. Keluhan Utama
Mengganggu kawan di lapas, berbicara sendiri, mengurung diri
B. Status Generalisata
1. Kepala : Normocephali (+)
2. Leher : Distensi vena jugularis (-), pembesaran KGB (-)
3. Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
4. Jantung : BJ I > BJ I, bising (-), iktus cordis di ICS V linea
midclavicula sinistra
5. Abdomen : Asites(-), nyeri tekan (-), soepel(+)
6. Ekstremitas
Superior : ikterik (-/-) tremor (-/-), rigiditas (+)
Inferior : ikterik (-/-) tremor (-/-), rigiditas (+)
7. Genetalia : Tidak diperiksa
C. Status Neurologi
1. GCS : E4V5M6
2. Tanda Rangsang Meningeal : (-)
3. Peningkatan TIK : (-)
4. Mata : pupil isokor (+/+),Ø3mm/3mm,
RCL (+/+), RCTL (+/+)
5. Motorik : rigiditas (+), bradykinesia (+)
6. Sensibilitas : Dalam batas normal
7. Fungsi luhur : Dalam batas normal
8. Gangguan khusus : Tidak ditemukan
C. Pembicaraan
1. Arus : Flight of Ideas
2. Isi : Obsesi
3. Asosiasi : Longgar
D. Pikiran
1. Arus pikir
● Inkoheren (-)
● Neologisme (-)
● Sirkumstansial (+)
● Tangensial (-)
● Blocking (-)
2. Isi pikir
● Waham kejar (+)
● Asosiasi longgar (+)
● Miskin ide (-)
● Thought (-)
● Delusion (-)
3. Bentuk Pikir
● Non realistic/derealistik (-)
● Illogical thought (-)
● Autistik (-)
E. Persepsi
1. Halusinasi
● Auditorik : (+)
● Visual : (-)
● Olfaktorius : (-)
● Taktil : (-)
2. Ilusi : (-)
F. Intelektual
1. Intelektual : Terganggu
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
● Diri : Normal
● Tempat : Normal
● Waktu : Normal
4. Daya ingat
● Seketika : Normal
● Jangka Pendek : Normal
● Jangka Panjang : Normal
5. Pikiran Abstrak : Normal
G. Daya nilai
● Normo sosial : Terganggu
● Uji Daya Nilai : Terganggu
H. Pengendalian Impuls : Terganggu
I. Tilikan : T1
J. Taraf Kepercayaan : Tidak dapat dipercaya
2.5 RESUME
Telah diperiksa Tn. NF, seorang laki-laki berusia 31 tahun yang dibawa oleh
keluarga ke RSJ dengan keluhan memukul orang lain, berbicara sendiri serta
tertawa sendiri.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah
110/80 mmHg, frekuensi nadi 72 x/menit, frekuensi napas 22x/menit, temperatur
36,9° C.
Pada pemeriksaan status mental, laki-laki sesuai usia, tidak rapi, aktifitas
psikomotor : agitasi, sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, mood: khawatir, afek:
datar, keserasian afek: datar, pembicaraan: spontan, inkoheren, disertai disartria,
arus pikiran: inkoheren, waham: agama, halusinasi auditorik (+). Pasien dengan
tilikan T1 dan taraf kepercayaan adalah tidak dapat dipercaya.
2.9 TATALAKSANA
A. Farmakoterapi
IV Lodomer 5mg jika TD >100/60
Inj Diazepam amp jika sangat gelisah
Diazepam 2mg 1x1
B. Terapi Psikososial
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan menjelaskan
mengenai penggunaan obat yang tidak boleh putus.
2. Memotivasi untuk minum obat secara teratur
3. Memberitahukan kepada pasien jika ada suara-suara jangan
diperdulikan.
4. Mencoba mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan mengisinya
dengan kegiatan positif yang bermanfaat
5. Bila pada saat keluhan datang, pasien dapat mencari perlindungan dari
anggota keluarganya atau jika masih mengganggu juga segera kontrol ke
dokter.
6. Menjelaskan kepada keluarga & orang disekitar pasien mengenai kondisi
pasien dan meyakinkan mereka untuk selalu memberi dukungan kepada
pasien agar proses penyembuhannya lebih baik.
7. Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan
meningkatkan hubungan dengan orang-orang disekitar pasien.
8. Lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
3.5 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Malam
3.6 FOLLOW UP
3.1 Definisi
3.2 Epidemiologi
3.3 Etiologi
Saat ini belum terdapat uji laboratorium dan fisik yang dapat secara pasti
mendiagnosis skizofrenia. Diagnosis skizofrenia dilakukan secara klinis dengan
anamnesis gejala.7
Berikut merupakan pedoman diagnostik dalam penegakan diagnosis
skizofrenia:7
a. DSM-V
Diagnosis gangguan skizofrenia ditegakkan saat pasien mengalami 2 gejala
dari gejala 1 sampai 5 dari kriteria A pada tabel (e.g. bicara kacau), kriteria
B mensyaratkan adanya gangguan fungsi, gejala harus bertahan selama
minimal 6 bulan, dan diagnosis dari gangguan skizoafektif atau gangguan
mood harus ditepis. Berikut Kriteria Diagnostik Skizofrenia yang lengkap
dalam DSM-V :
Karakteristik Gejala
Terdapat 2 atau lebih dari kriteria dibawah ini, masing-
masing terjadi dalam kurun waktu yang signifikan selama 1 bulan
(atau kurang bila telah berhasil diobati). Paling tidak salah satunya
harus (1), (2), atau (3):
1. Delusi/Waham
2. Halusinasi
3. Bicara Kacau (contoh: sering melantur atau inkoherensi)
4. Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
5. Gejala negatif, (yaitu: ekspresi emosi yang berkurang atau
kehilangan minat)
Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan,
terdapat satu atau lebih disfungsi pada area fungsi utama; seperti
pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, yang berada
jauh di bawah tingkat yang dicapai sebelum awitan (atau jika awitan
pada masa anak-anak atau remaja, ada kegagalan untuk mencapai
beberapa tingkat pencapaian hubungan interpersonal, akademik,
atau pekerjaan yang diharapkan).
Durasi
Tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6
bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala
(atau kurang bila telah berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A
(gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala prodromal
atau residual. Selama periode gejala prodromal atau residual ini,
tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala negatif saja atau
2 atau lebih gejala yang terdaftar dalam kriteria A yang muncul
dalam bentuk yang lebih lemah (cth., keyakinan aneh, pengalaan
perseptual yang tidak lazim).
Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif
Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar
dengan ciri psikotik telah disingkirkan baik karena
1. Tidak ada episode depresif manik, atau campuran mayor
yang terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif, maupun
2. Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi
totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan
residual.
Eksklusi kondisi medis umum/zat
Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis langsung
suatu zat (contoh: obat yang disalahgunaan, obat medis) atau kondisi
medis umum.
Hubungan dengan keterlambatan perkembangan global
Jika terdapat riwayat gangguan autistik atau keterlambatan
perkembangan global lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia
hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang prominen juga
terdapat selama setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah
berhasil diobati).
b. PPDGJ-III
Instrumen alat bantu diagnostik skizofrenia di Indonesia adalah
dengan menggunakan PPDGJ-III, berikut kriteria diagnosis skizofrenia:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas):
Thought echo, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda
; atau thought insertion or withdrawal, yaitu isi pikiran yang
asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan thought broadcasting, yaitu isi pikirannya
tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
Delusion of control, yaitu waham tentang dirinya
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
delusion of influence yaitu waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatukekuatan tertentu dari luar; atau
delusion of passivitiy, yaitu waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang ”dirinya” dimana secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus); delusional perception, yaitu
pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
Halusinasi auditorik antara lain (1) Suara halusinasi yang
berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau (2) Mendiskusikan perihal pasien-pasien di antara
mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau
(3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu
bagian tubuh.
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
Gejala- gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
3.6 Klasifikasi
b. Skizofrenia hebefrenik
Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada
masa remaja atau antara 15 – 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah
gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi
atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia
heberfrenik, waham dan halusinasinya banyak sekali.8
c. Skizofrenia katatonik
Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi
gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.8
d. Skizofrenia simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama pada
jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi
jarang sekali ditemukan.8
e. Skizofrenia residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat
sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang
kea rah gejala negative yang lebih menonjol. Gejala negative terdiri dari
kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan
tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang
menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.8
3.7 Penatalaksanaan
3.8 Prognosis
Pasien mengaku ada yang merasa iri terhadapnya dan selalu ingin
menyakitinya. Pasien pernah memukul kakak kandungnya sendiri sampai telinga
kakaknya mengeluarkan darah. Hal tersebut dilakukan pasien karena ada yang
berbisik ditelinganya dan menyuruhnya untuk memukul kakaknya. Pasien mengaku
saat itu tidak bisa mengontrol dirinya. Pasien susah untuk bergaul dan lebih suka
menyendiri.
Ciri utama skizofrenia tipe paranoid adalah adanya waham yang mencolok
atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan efek yang
relatif masih terjaga. Wahamnya biasanya adalah waham kebesaran, atau keduanya,
tetapi waham dengan tema lain misalnya waham kecemburuan, keagamaan
mungkin juga muncul. Kriteria diagnostik untuk skizofrenia tipe paranoid :
Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau sering mengalami halusinasi
auditorik dan Tidak ada ciri berikut yang mencolok : bicara kacau, motorik kacau
atau katatonik, efek yang tak sesuai atau datar.
Pada pasien ini mendapatkan terapi Haloperidol 2x5 mg, Trihexipenidyl 2x2
mg, Merlopan 1x2 mg, Seroquel 50 mg 1x1 dan Psikoterapi. Berdasarkan teori,
Haloperidol merupakan salah satu obat golongan anti psikotik atipikal. Mekanisme
Kerja Antipsikotik menghambat (agak) kuat reseptor dopamine (D2) di sistem
limbis otak dan di samping itu juga menghambat reseptor D1/D2 ,α1 (dan α2)
adrenerg, serotonin, muskarin dan histamin. Haloperidol sendiri bekerja dengan
cara menghambat reseptor dopamin D1 dan D2 di otak, menekan retikukar
activating system, dan menghambat pelepasan hormon pada hipotalamus dan
hipofisis.
Peran psikoterapi yang dapat diberikan pada pasien yaitu berupa psikoterapi
individual berupa psikoterapi suportif atau terapi perilaku. Psikoterapi supportif
berfokus kepada aktivitas sehari-hari. Selain itu juga perlu dukungan keluarga dan
orang terdekat sebagai orang yang sangat berpengaruh terdapat kondisi pasien.
Selanjutnya pasien juga akan dibantu secara bertahap untuk dapat beradaptasi
kembali dengan lingkungannya dengan baik.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
5. Utami VC. Skizofrenia Paranoid Remisi Partial pada Pria Usia 35 Tahun di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. 2017.
6. American Psychological Association. Diagnosis and statistical manual of
mental disorders. Washington DC. APA. 2003.