Pendahuluan
Varicella-Zoster Virus (VZV) menyebabkan infeksi Varicella dengan sebagian besar
kasus yang terjadi pada anak kecil. Setelah resolusi infeksi Varicella, VZV tetap laten seumur
hidup di saraf kranial atau dorsal akar ganglia dan dapat aktif kembali sehingga
menyebabkan herpes zoster (HZ). Reaktivasi dipengaruhi oleh penurunan cell mediated
imunitas (CMI) yang berperan untuk menjaga latensi VZV. Penurunan CMI, biasanya terjadi
alami dengan penuaan dan dapat disebabkan oleh dari imunosupresi karena penyakit atau
pengobatan. Manifestasi khas HZ adalah unilateral, ruam vesikuler, yang disertai nyeri
dan/atau gatal. Sering kali, timbulnya ruam didahului dengan gejala prodromal hingga
beberapa hari sebelumnya.
Sebagian besar kasus HZ resolusi dalam waktu empat minggu, tapi sekitar 25% dari
pasien HZ mengalami berbagai komplikasi yang dapat menghambat pemulihan secara penuh.
Komplikasi akut meliputi berbagai kondisi neurologis, penyebaran penyakit kulit dan
beberapa masalah pada mata. Komplikasi yang paling umum adalah postherpetic neuralgia
(PHN), yaitu rasa sakit kronis yang dapat dirasakan hingga berbulan-bulan hingga bertahun-
tahun pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri dirasakan meningkat pada saat pasien tidur dan
berdampak buruk pada kualitas tidur pasien, aktivitas kehidupan sehari-hari dan kualitas
hidup secara keseluruhan.
Pengobatan utama HZ adalah terapi antivirus. Jika terapi tersebut dimulai dalam 72
jam onset, dapat mempercepat resolusi ruam lesi dan mengurangi pembentukan lesi baru,
mengurangi virulensi virus dan mengurangi keparahan rasa nyeri. Analgesik, termasuk
opioid, dapat juga digunakan untuk manajemen nyeri. Namun, tidak ada bukti bahwa
antivirus memiliki efek pada pengembangan PHN. Pencegahan HZ memiliki kemajuan yang
pesat sejak 2006, ketika hidup vaksin ini pertama kali dilisensikan di AS. Pada tahun 2017,
sebua alternatif, rekombinan zoster adjuvanted vaksin (RZV) dilisensikan di AS dan pada
tahun 2018 di Eropa Uni (Uni Eropa). RZV saat ini sedang dinilai untuk lisensi di banyak
negara dan wilayah lain.
Penelitian baru-baru ini menemukan insiden HZ yang hampir serupa di semua negara
di wilayah ekonomi Eropa (Uni Eropa, Islandia, Norwegia dan Swiss). Pada semua usia,
ditemukan insiden 3,4 per 1000 orang pertahun. Studi ini secara konsisten menemukan bahwa
insiden tersebut meningkat dengan pertambahan usia dan meningkat drastis setelah usia 50
tahun. Untuk individu berusia 20 – 50 tahun, tingkat rata-rata 2,5/1000 orang pertahun
meningkat menjadi 7-8/1000 orang pertahun untuk individu berusia ≥ 50 tahun dan hingga
10/1000 orang pertahun pada orang yang berusia ≥ 80 tahun).
Di antara pasien HZ, PHN dan komplikasi terkait HZ lainnya juga lebih sering terjadi
seiring bertambahnya usia. Sesuai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi lansia di
seluruh Eropa, beban kesehatan masyarakat akibat HZ kemungkinan akan meningkat dalam
beberapa tahun mendatang. Italia memiliki proporsi tertinggi kedua lansia di seluruh dunia.
Pada penelitian sebelumnya, data tentang kejadian dan beban HZ di Italia terbatas pada dua
studi retrospektif dan untuk penelitian prospektif hanya dengan 46 pasien HZ. Tujuan utama
adalah untuk memperkirakan kejadian secara prospektif dari sebuah episode pertama HZ di
Italia yang berusia 50 tahun atau lebih dalam perawatan layanan primer. Tujuan lainnya
adalah untuk memperkirakan proporsi pasien HZ mengembangkan PHN dan menilai
kemungkinan faktor risiko untuk PHN.
2.5 Etika
Komite etika jaringan menyetujui protokol penelitian, bentuk informed consent dan
informasi lainnya yang memerlukan pra-persetujuan. Semua pasien terdaftar dalam penelitian
ini memberikan persetujuan tertulis untuk berpartisipasi.
3. Hasil
3.1. Demografi pasien
Periode penelitian adalah dari bulan Februari 2013 sampai Oktober 2016. 75 pusat
praktek dokter umum yang mencakup sekitar 43.875 individu berusia ≥ 50 tahun terlibat
dalam skrining kasus HZ untuk perkiraan kejadian. 55 pusat praktek dokter umum yang aktif
dalam pendaftaran pasien dan tindak lanjut. Total 721 individu berusia ≥ 50 tahun terpilih
dan didiagnosis dengan episode pertama HZ selama masa studi, yang 391 nya terdaftar dalam
penelitian (menurut protokol kohort).
Di antara populasi, proporsi perempuan adalah 60% dan pada kelompok usia
terkumpul 20%, 29%, 31% dan 21% usia masing-masing 50 – 59, 60 – 69, 70 – 79 dan ≥ 80.
Di antara sampel penelitian, proporsi perempuan adalah 61% dan distribusi kohort pada
kelompok usia adalah 22%, 32%, 25% dan 21% berusia 50 – 59, 60 – 69, 70 – 79 dan ≥ 80,
masing-masing. Lebih dari dua pertiga, 69% sudah pensiun, 17% bekerja, 5% menganggur
dan 9% direkam status ketenagakerjaan mereka sebagai ' lainnya '.
Proporsi pasien HZ yang terpilih yang terdaftar dalam penelitian berkisar dari 45%
pada kelompok usia 70 – 79 hingga 62% pada kelompok usia 50 – 59. Proporsi keseluruhan
terdaftar dari pasien disaring adalah 55%, sama untuk wanita dan pria.
Tabel 1.
Insidensi HZ secara umum diperkirakan sebesar 6,46 per 1000 orang per tahun (95%
CI,5,99 – 6,95), yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia, yaitu 3,51 (95% CI: 2.70
– 4,48) pada kelompok berusia 50-54 tahun, 9,12 (95% CI: 7.50-10,99) pada kelompok
berusia 75 – 79 tahun, dan 7,11 (95% CI: 6,02 – 8,34) pada usia ≥ 80 tahun (Tabel 1).
Insidensi pada pria dan wanita adalah 5,65 per 1000 orang per tahun (95% CI: 5,02 –
6,35) dan 7,12 per 1000 orang per tahun (95% CI: 6.47 – 7.83), dengan perkiraan insiden
tertinggi sebesar 9,33 (95% CI:7.05-12.12) pada pria berusia 70 – 74 tahun dan 10,72 (95%
CI: 8,37 – 13.52) pada wanita berusia 75 – 79 tahun (Tabel 1).
Rata-rata selang waktu antara onset munculnya ruam dengan penilaian awal adalah
3,0 hari (berkisar 0 – 22 hari). Pada kunjungan awal, sebesar 44,7% dari pasien menunjukkan
sakit yang berat (skor 7 – 10) pada ZBPI ‘worst pain’ poin 3 (Tabel 2) dan 90% menerima
pengobatan untuk antivirus. Dari 288 pasien (73,7%) yang dilaporkan memiliki gejala berupa
ruam, sebanyak 82,6% melaporkan nyeri prodromal, 29,2% telah mengalami malaise, dan
5,9% mengalami demam (Tabel 2). Dari 128 pasien (32,7%) yang melaporkan memiliki satu
atau lebih penyakit penyerta lain, sebanyak 46 (35,9%) mengalami diabetes melitus dan 41
(32,0%) mengalami masalah emosional, stres, atau depresi, pada dewasa tua pada umumnya
(Epicentro, 2019; Esam, 2019), serta sebanyak 32 (25,0%) melaporkan penyakit lainnya. Dua
puluh lima pasien (6,4%) mendapatkan terapi imunosupresif secara bersamaan, dan sebanyak
16 (64,0%) melaporkan mengkonsumsi kortikosteroid oral atau parenteral.
Komplikasi HZ pada kunjungan awal dilaporkan pada 65 pasien (16,6%). Yang paling
umum adalah neurologis (terutama nyeri terkait HZ persisten) sebanyak 21,0% pasien,
kutaneus (penyebaran HZ dan superinfeksi bakteri) sebanyak 10,7%, dan okular (keratitis)
sebanyak 3,8%.
Tabel 2.
Kuesioner ZBPI diisi oleh 343 (87,7%) pasien pada hari ke 90, 14 (3,6%) pasien pada
hari 180 dan 4 (1,0%) pasien pada hari 270 (Gambar. 1). Kuisioner ini diselesaikan oleh
83,7%, 91,0%, dan 85,8% pasien dengan kunjungan awalnya tidak ada nyeri atau nyeri
ringan, nyeri sedang, dan sakit parah.
Empat puluh pasien (10,23%; 95% CI: 7,41 – 13.67) berkembang menjadi PHN
(Tabel 3). Dari jumlah tersebut, 6 (15,0%) pasien melaporkan PHN pada hari 180 dan 3
(7,5%) pasien masih melaporkan 'worst pain' ≥ 3 pada hari 270. Prevalensi pasien wanita HZ
menjadi PHN adalah 10,97% (95% CI: 7,29 – 15.66) yang meningkat dengan bertambahnya
usia, yaitu 7,14% (95% CI: 0,88 – 23.50) pada kelompok usia 50 – 54, dan 14,81% (95% CI:
4,19 – 33.73) pada kelompok usia 75 – 79. Pada laki-laki, prevalensi HZ menjadi PHN
adalah 9,09% (95% CI:5,06 – 14.78), yang meningkat dengan bertambahnya usia, yaitu
9,09% (95% CI: 0.23 – 41.28) pada kelompok usia 50 – 54 dan 16,67% (95% CI: 3,58 –
41.42) pada usia 75 – 79 tahun.
Usia rata-rata pasien dengan PHN adalah 73 tahun, yang secara signifikan lebih tinggi
daripada pasien tanpa PHN (69 tahun, p = 0.017). Dua puluh enam (65,0%) pasien dengan
PHN adalah perempuan. Pasien yang memiliki penyakit penyerta lain berisiko menjadi PHN
sebesar 11,8%, sedangkan yang tidak memiliki penyakit lain sebesar 9,6%.
Tabel 3.
Tabel 4.
Uji regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat keparahan nyeri HZ pada kunjungan
awal adalah prediktor yang signifikan untuk PHN (Tabel 4). Perkiraan OR untuk sakit berat
dibandingkan tidak ada/ nyeri ringan adalah OR = 7,28 (95% CI: 0.96 – 55.57, p = 0.05).
4. Diskusi
Penelitian ini adalah studi prospektif pertama mengenai kejadian HZ di Italia yang
berfokus pada individu usia ≥ 50 tahun. Berdasarkan kasus HZ pada perawatan petama di
layanan praktek dokter umum di seluruh negeri, diperkirakan insidensi populasi ini adalah
6,5/1000 orang per tahun, yang meningkat seiring bertambahnya usia sampai usia rata-rata 79
tahun. Prevalensinya lebih tinggi pada perempuan. Di antara pasien HZ dalam studi ini,
sebanyak 10% memiliki frekuensi yang meningkat menjadi PHN seiring bertambahnya usia.
Faktor risiko yang signifikan secara statistik terkait PHN adalah tingkat keparahan rasa sakit
pada kunjungan awal.
Perkiraan insiden HZ secara umum pada masyarakat Italia berusia ≥ 50 tahun sesuai
dengan tingkat insiden rata-rata 7-8/1000 orang per tahun pada kelompok usia yang
dilaporkan dalam tinjauan sistematis pada studi Eropa (Pinchinat et al., 2013). Dalam studi
Italia, tingkat kejadian diperkirakan sebesar 6,42/1000 orang per tahun (Alicino et al., 2017).
Studi lain yang dilakukan di Eropa dengan desain yang sama dan berfokus pada kelompok
usia populasi yang sama menunjukkan tingkat insiden sebanding dengan kejadian PHN :
6.7/1000 orang per tahun dan 11,9% di Jerman (Schmidt-Ott et al., 2018); 6.2/1000 orang per
tahun dan 9,1% tersebut di antaranya pada individu yang immunokompeten, serta 7.8/1000
orang per tahun dan 10,7% pada individu dengan imunokompromais di Inggris (Yanni et al.,
2018).
Sebuah studi retrospektif pada populasi yang sama di Italia ditemukan jumlah
kejadian HZ yang hampir sama yaitu sebesar 6.7/1000 orang per tahun tetapi dengan
insidensi PHN yang lebih rendah (pada 3 bulan), yaitu sebesar 7,2% (95% CI: 6.2 – 8.2)
(Gialloreti et al., 2010). Gialloreti et al. mengidentifikasi kasus PHN atas dasar pemberian
obat nyeri neuropati, sedangkan pada penelitian ini didasarkan atas rasa sakit yang sesuai
dengan kuesioner ZBPI. Menggunakan metode yang sama dengan Gialloreti untuk
identifikasi kasus PHN, Alicino et al. melaporkan insidensi PHN selama 3 bulan sebesar
12,7% (Alicino et al., 2017).
Studi prospektif lain pada pasien HZ di Italia berusia ≥ 50 menentukan penilaian nyeri
selama kunjungan ke dokter menggunakan skala analog visual (VAS, 0 – 10), dengan
menetapkan PHN sebagai rasa sakit terberat dalam 2 minggu yaitu ≥ 3 pada VAS pada
kunjungan ke dokter selama 3 bulan, mereka menemukan bahwa sebanyak 20,6% pasien
memiliki PHN (Bricout et al., 2014). Publikasi lain dari studi ini melaporkan bahwa di antara
73% dari pasien yang terdaftar dengan memiliki kondisi medis yang mendasari, kejadian
PHN adalah sebesar 20,5%, berbeda dengan yang tidak memiliki kondisi media lain, yaitu
sebesar 8,2% (Torcel-Pagnon et al., 2017). Perbedaan antara hasil penelitian lain dengan hasil
yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya menentukan definisi dan
cara penilaian dari PHN.
Gambar 1
Sekitar 12% peserta pada penelitian ini tidak menyelesaikan dan mengembalikan
ZBPI pada hari 90 dan tidak bisa untuk ditindak lanjuti. Data yang disajikan dalam hasil
mengacu pada kelompok yang terdaftar (391 pasien), yang dibatasi dengan pasien yang
mengembalikan kuesioner ZBPI di hari 90 (343 pasien), insidensi PHN menjadi 11,7%. Di
sisi lain, dapat dihipotesiskan bahwa pasien yang pada awalnya sakit berat, yang tidak atau
lemah dalam respon terhadap pengobatan, akan mencari dokter spesialis untuk
penatalaksanaan lanjutan dan dinyatakan drop out dari penelitian. Sehingga, penyelesaian
kuesioner ZBPI tampaknya tidak sistematis terkait dengan intensitas nyeri pada saat
terjadinya HZ, dengan tingkat penyelesaian pada hari 90 bagi mereka yang tidak sakit atau
sakit ringan pada awalnya sebesar 83,7% dan 85,8% bagi mereka yang menderita sakit berat.
Kesimpulannya, pendekatan pada penelitian ini bersifat konservatif dan tidak harus mengarah
terhadap perkiraan tingginya frekuensi dari PHN.
Keterbatasan kedua pada penelitian ini adalah hanya sedikit lebih dari setengah pasien
yang diskrining dapat didaftarkan, sehingga dapat menyebabkan suatu hasil yang bias.
Meskipun populasi yang terdaftar seimbang dalam hal gender dan usia, namun tingkat
keparahan nyeri pada kunjungan awal menjadi faktor pendorong pasien untuk mendaftar.
Bahkan, proporsi pasien yang terdaftar adalah 44% bagi mereka yang tidak sakit atau sakit
ringan dan 62% bagi mereka yang menderita sakit berat.
Kelebihan dari penelitian ini adalah menggunakan desain kohort prospektif dengan
penilaian pasien yang baik dan tervalidasi, yaitu instrumen ZBPI, serta pembentukan
hubungan antara PHN dan komplikasi dari HZ. Kelebihan lainnya adalah penilaian berbagai
faktor risiko yang berbeda dalam terjadinya PHN yang dinilai dengan metode statistik
multivariat menggunakan prosedur seleksi.
5. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan beban klinis pasien HZ dan PHN di Italia pada
individu yang berusia 50 tahun atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa insidensi HZ meningkat
seiring dengan bertambahnya usia dan prevalensi tertinggi PHN terdapat pada kelompok usia
tua. Perubahan demografi di Italia, serta di seluruh dunia, yaitu meningkatnya jumlah dewasa
tua dan juga individu dengan immunokompromaias pada semua kelompok usia
memungkinkan beban penyakit HZ akan meningkat lebih tinggi dalam waktu dekat. Strategi
preventif yang tepat yaitu vaksinasi, diadopsi dari rencana pencegahan nasional di Italia
(Ministero Della Salute-Italia, 2017)). Hal ini dapat mengurangi beban HZ dan hubungannya
dengan komplikasi yang terkait, serta dapat memberikan manfaat untuk penyedia layanan
kesehatan.