Hasil
Hasil
PENDAHULUAN
sentuhan, rasa sakit maupun pengaruh buruk dari luar. Gangguan-gangguan ini
dapat menyebabkan kulit terkena penyakit. Penyakit yang paling sering diderita
obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada
masa remaja (Movita, 2013). Jerawat biasanya muncul pada permukaan kulit
wajah, leher, dada dan pungggung pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu
aktif sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang
berlebihan. Jika timbunan itu bercampur dengan keringat, debu dan kotoran lain,
maka akan menyebabkan timbunan lemak dan bintik hitam pada bagian atasnya
menetap dalam kulit normal, namun bersifat aerotoleran dan tumbuh secara aerob.
menghasilkan lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam
1
lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat
Saat ini, clindamycin adalah salah satu antibiotik yang paling sering
menggunakan obat tradisional yang berasal dari tanaman. Dari berbagai tanaman
obat yang ada, sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu
tanaman yang memiliki banyak manfaat. Hasil penyulingan daun dan batang sereh
wangi diperoleh minyak atsiri yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan
memiliki aktivitas antibakteri yang kuat. Pada semua konsentrasi di atas Minimum
wangi dalam membunuh bakteri ini adalah menghancurkan dinding sel bakteri
pada bakteri.
2
Minyak sereh wangi mempunyai sifat yang hidrofobik sehingga
sistem penghantaran obat yang terdiri atas fase air dan fase minyak yang
salah satu alternatif untuk mensolubilisasi zat aktif yang bersifat hidrofob,
lebih nyaman dan meningkatkan waktu kontak pada kulit. Selain itu gelling agent
penyimpanan dengan lama waktu tertentu. Kombinasi antara gelling agent dan
akan meningkatkan penetrasi obat melalui kulit (Tadros, 2005). Selain itu
3
nanoemulgel memiliki sifat–sifat tiksotropik, tidak berminyak, mudah dioles,
minyak sereh wangi ini akan dihasilkan sediaan yang mempunyai partikel-partikel
kecil yang dapat berpenetrasi ke dalam kulit dengan sifat fisik dan aktivitas
antibakteri yang baik sehingga dapat mengatasi permasalahan pada kulit dan dapat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachebionta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Graminae/Poaceae
Genus : Cymbopogon
kuat. Batang tegak atau condong, membentuk rumpun, pendek, masif, dan
berbentuk bulat. Daun tunggal, lengkap, berpelepah, dan bagian permukaan sering
kali berwarna merah. Susunan malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk,
5
2.1.3 Kandungan Kimia Sereh Wangi
Sitronellal 32-45
Geraniol 12-18
Sitronellol 12-15
L-Limonene 2-5
2009)
6
2.1.4 Manfaat Sereh Wangi
Sereh wangi digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh
geraniol dan sitronelol yang dominan pada minyak sereh wangi memiliki aktivitas
tolasii pada konsentrasi diuji. Secara umum, bakteri gram-positif lebih sensitif
dibandingkan gram-negatif.
Sasaran utama dari minyak sereh wangi dalam membunuh bakteri ini adalah
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak
ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris atau minyak esensial karena pada
suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai
karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar
dan murni tanpa pencemar, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada
7
penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta
warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak
berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya
disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi
oksigen udara, ditutup rapat, serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk
2. Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau
minyak atsiri satu dengan yang lainnya berbeda-beda, sangat tergantung dari
kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung
4. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap
pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika
ditempel.
8
5. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi
tengik. Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam-asam
lemak.
udara, sinar matahari, dan panas karena terdiri dari berbagai macam
komponen penyusun.
8. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan
rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom
C asimetrik.
9. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut
kecil.
Isolasi minyak atsiri terdiri dari empat metode yaitu (Gunawan dan
Mulyani, 2004):
1. Metode destilasi
Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk
9
minyak-minyak yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau
b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air
langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan
2. Metode penyarian
minyak atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat
minyak atsiri yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
minyak atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak
jeruk (citrus). Juga terhadap minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya
4. Metode enfleurage
dikeluarkan pada media lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada
10
kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa hari/minggu,
misalnya bunga melati, sehingga perlu perlakuan yang tidak merusak aktivitas
2.3 Nanoemulsi
Nanoemulsi adalah sistem emulsi transparan, bening yang terdiri dari dua
cairan yang tidak saling bercampur dimana salah satu cairan terdispersi sebagai
droplet-droplet dalam cairan lain dengan bantuan surfaktan yang memiliki ukuran
droplet 50-500 nm (Mandal and Bera, 2012). Nanoemulsi merupakan salah satu
dalam bidang kosmetik, diagnostik, terapi obat dan bioteknologi (Savardekar and
Amrita, 2016).
Ada 3 komponen penyusun dari nanoemulsi yaitu fase minyak, fase air,
11
sehingga dibutuhkan kosurfaktan untuk membantu menurunkan tegangan
antarmuka. Tegangan muka antar minyak dan air menjadi semakin kecil dengan
1. Tipe minyak dalam air (M/A atau O/W) yaitu sistem dimana fasa minyak
terdispersi dalam fasa air. Nanoemulsi tipe M/A atau O/W akan terbentuk jika
2. Tipe air dalam minyak (A/M atau W/O) yaitu sistem dimana fasa air
terdispersi dalam fasa minyak. Nanoemulsi tipe A/M atau W/O akan terbentuk
3. Tipe kesetimbangan air dan minyak (bicontinous) akan terbentuk volume jika
12
2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Nanoemulsi
1. Ukuran tetesan sangat kecil menyebabkan penurunan gaya gravitasi dan gerak
brown yang mungkin cukup untuk mengatasi gravitasi. Hal ini berarti tidak
permukaan yang besar dari sistem emulsi memungkinkan penetrasi yang cepat
4. Karena ukuran yang kecil, nanoemulsi dapat melewati permukaan kulit yang
yang sesuai) dapat memberikan estetika yang menarik dan menyenangkan saat
digunakan.
memerlukan surfaktan dan kosurfkatan dalam konsentrasi yang cukup besar untuk
yang kecil menjadi droplet yang memiliki ukuran lebih besar. Semakin bertambah
13
perubahan pada nanoemulsi yang semula jernih atau transparan menjadi keruh
2.4 Gel
Gel merupakan sediaan semi padat yang terdiri dari dispersi partikel
anorganik atau molekul organik yang terbungkus atau terserap dalam cairan, dapat
berupa masa transparan hingga buram, biasanya digunakan untuk tujuan luar
(Anonim, 2014). Gel merupakan salah satu bentuk sediaan transdermal yang
Disamping itu gel juga mempunyai kekurangan, dimana gel tidak cocok
untuk bahan yang tidak larut karena dapat mengeras dan membatu, sehingga dapat
merusak sediaan. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan pelarut organik
yang dapat melarutkan zat aktif yang tidak larut dalam air (Carter, 1975).
2.5 Nanoemulgel
14
gelling agent pada sediaan nanoemulsi akan mempengaruhi stabilitas nanoemulsi
karbomer 940, karbomer 934, xanthan gum dan carrageen telah dimanfaatkan
stabil, tidak berminyak, mudah dioles, dan memiliki penampilan yang transparan
2.6 Kulit
pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Luas kulit pada
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak, atau beratnya sekitar 16% dari berat badan
seseorang (Tranggono and Latifah, 2007). Kulit merupakan organ yang esensial
dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan
15
2.6.1 Anatomi Kulit
1. Epidermis
2. Lapisan dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut kolagen, elastin dan retikulin.
3. Lapisan subkutis
Lapisan subkutis adalah lanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,
dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus yang
16
2.6.2 Fisiologi Kulit
1. Proteksi
pada tubuh. Kadar air tubuh dapat dijaga oleh lapisan tanduk dan mantel
sehingga akan mencegah masuknya air dari luar tubuh dan penguapan air,
fungsi lain dari lapisan tanduk dan mantel yaitu sebagai barier terhadap racun
dari luar. Pertumbuhan bakteri dikulit dapat dicegah oleh mantel asam.
2. Absorbsi
kelenjar sebasea. Bahan yang larut dalam lemak akan lebih mudah untuk
3. Persepsi sensoris
Kulit bertanggung jawab pada rangsangan dari luar seperti tekanan, raba,
sebagai reseptor raba, Nervus End Plate sebagai reseptor nyeri, dan
4. Thermoregulasi
Kulit dapat mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan kontriksi pembuluh
kapiler dan melalui perspirasi yang keduanya dipengaruhi oleh saraf otonom.
Ketika suhu tubuh turun maka akan terjadi vasokontriksi, dan ketika suhu
17
tubuh tinggi maka akan terjadi vasodilatasi yang digunakan untuk membuang
panas.
5. Fungsi lain
a. Kulit normal
Kulit normal merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan
mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembapan yang cukup.
b. Kulit berminyak
c. Kulit kering
Kulit kering adalah kulit yang mempunyai lemak di permukaan kulit yang
kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.
d. Kulit kombinasi
Pada jenis kulit kombinasi, jumlah sebasea dan keringat tidak merata. Jenis
kulit kombinasi mempunyai ciri kulit dahi, hidung, dan dagu tampak
18
2.7 Jerawat
obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada
masa remaja (Movita, 2013). Jerawat adalah penyakit kulit akibat peradangan
menahun dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya erupsi komedo,
papul, pustul, nodus, dan kista yang biasanya muncul pada permukaan kulit
wajah, leher, lengan atas, dada dan punggung. Radang saluran kelenjar minyak
kulit tersebut dapat menyebabkan sumbatan aliran sebum yang dikeluarkan oleh
Ada 3 tipe jenis jerawat yang sering dijumpai, yaitu (Dewi, 2009) :
kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang tersumbat maka terlihat seperti
19
b. Tipe yang kedua adalah jerawat biasa atau klasik
Jenis jerawat klasik ini mudah dikenal yaitu terdapat tonjolan kecil
berwarna pink atau kemerahan. Hal ini terjadi karena pori-pori yang tersumbat
terinfeksi dengan bakteri yang terdapat di permukaan kulit, kuas make-up, dan
jari tangan. Stress, hormon, dan udara yang lembab dapat memperbesar
c. Tipe yang ketiga adalah cystic acne (jerawat batu atau jerawat jagung)
jerawat ini dikarenakan faktor genetik yang memiliki banyak kelenjar minyak
sehingga pertumbuhan sel-sel kulit tidak normal dan tidak dapat mengalami
tersebut. Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif
memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan
dengan orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih
dalam batas normal. Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan
20
merangsang produksi sebum. Epitel folikel rambut bagian atas, yaitu
terjadi sumbatan pada muara folikel rambut. Selanjutnya di dalam folikel rambut
tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi
keratin, sebum, dan bakteri, akan membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi
P. acnes adalah faktor ke empat terjadinya acne. Bakteri gram positif dan
anaerob yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne
memiliki konsentrasi P. acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi
tidak terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne. Peranan P.
acnes pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah satu komponen
sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang
memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes
1. Pengobatan topikal
21
2. Pengobatan sistemik
renik di samping dapat juga menekan reaksi radang, menekan produksi sebum
3. Bedah kulit
dengan cara bedah listrik, bedah kimia, bedah beku, bedah pisau, dermabrasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Class : Actinomycetales
Ordo : Propionibacterineae
Family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
biasanya bakteri ini terdapat pada folikel sebasea. Tidak hanya itu
22
dan jaringan prostat. Kulit merupakan habitat utama dari Propionibacterium
acnes, namun dapat juga diisolasi dari rongga mulut, saluran pernafasan bagian
atas, saluran telinga eksternal, konjungtiva usus besar, uretra dan vagina (Oprica,
2006).
Bakteri ini tumbuh dengan lambat dan bersifat gram positif. Propionibacterium
acnes ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase, yang
memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat
menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat (Jawetz et al, 2007).
metode difusi dan metode dilusi. Pada metode difusi termasuk didalamnya metode
disk diffusion (tes Kirby & Baur), E-test, ditch-plate technique, cup-plate
technique. Sedangkan pada metode dilusi termasuk didalamnya metode dilusi cair
1. Metode disk diffusion (tes Kirby & Baur) menggunakan piringan yang
23
2. Metode E-test digunakan untuk mengestimasi Kadar Hambat Minimum
sampai tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang telah
memotong media agar dalam cawan Petri pada bagian tengah secara
akan diuji.
dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang
24
terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai
ulang pada media cair tanpa penanaman mikroba uji ataupun agen
antimikroba, dan diinkubasi umumnya selama 18-24 jam. Media cair yang
2. Metode dilusi padat (solid dilution test). Metode ini serupa dengan metode
ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan
1. Tween 80
minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa
pahit dan hangat. Kelarutan dari tween 80 ini adalah sangat mudah larut dalam air,
larutan tidak berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol, dalam etil
g/mol, dan nilai HLB sebesar 15. Senyawa ini bersifat stabil terhadap elektrolit,
asam atau basa lemah, tetapi incompatible dengan basa kuat karena dapat
perubahan warna pada tween 80 karena adanya senyawa fenol, tanin, dan
25
Tween 80 telah digunakan secara luas dibidang kosmetik maupun farmasetik
karena sifatnya yang tidak iritatif dan tidak toksik. Penggunaan tween 80 pada
bidang farmasi selain sebagai surfaktan adalah sebagai solubilizing agent (agen
pelarut) dan wetting agent (agen pembasah) dalam konsentrasi 0,1-15% (Rowe et
al, 2009).
2. Propilen glikol
Cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau dengan sedikit rasa manis
dan pedas seperti gliserin. Propilen glikol mempunyai rumus molekul C3H8O2
dengan berat molekul 76,09. Propilen glikol dapat bercampur dengan aseton,
kloroform, etanol (95%), gliserin dan air; larut dalam 6 bagian eter, tidak
bercampur dengan minyak mineral atau fixed oils, tetapi larut dalam beberapa
humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer untuk vitamin dan kosolven yang dapat
bercampur dengan air. Aktivitas antiseptiknya setara dengan etanol dan dapat
digunakan untuk meningkatkan efikasi dari paraben sebagai bahan pengawet dan
26
3. Carbopol 940
Karbomer atau yang biasa disebut dengan carbopol merupakan salah satu
Bahan ini berbentuk serbuk hablur putih, sedikit berbau khas, dan higroskopis
sehingga perlu disimpan dalam wadah tertutup baik. Carbopol dapat mengembang
di air dan gliserin, dan setelah netralisasi etanol (95%), membentuk struktur
agent yang baik (Rowe et al, 2009). Carbopol didispersikan ke dalam air
membentuk larutan asam yang keruh kemudian dinetralkan dengan basa kuat
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida yang merupakan jenis basa logam kaustik. Sering digunakan dalam
sediaan farmasi dan industri makanan dan umumnya tidak menimbulkan toksik
untuk menetralkan pH suatu larutan. Natrium hidroksida mudah larut dalam air
dan dalam etanol. Konsentrasi natrium hidroksida sebagai alkalis berkisar 0,05%-
27
5. Aquadest
pertukaran ion, reverse osmosis (RO), atau beberapa proses lain yang sesuai untuk
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2018.
Biofarmasi, dan Laboratorium Farmasetik Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau dan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, botol
neraca analitik, aluminium foil, jarum Ose, jangka sorong, bunsen, lampu
spiritus, kain kasa, kapas, kertas perkamen, pinset, pipet mikro, pipet tetes, rak
(CV. Eteris Nusantara), carbopol 940 (Asian Group, Indonesia), tween 80,
0,9%.
29
2.13 Rancangan Penelitian
6. Evaluasi sediaan
a. Organoleptis
c. Pengukuran pH
e. Pengukuran viskositas
f. Uji kestabilan
8. Analisis data
a. Pemeriksaan Organoleptis
30
b. Pemeriksaan kelarutan
etanol . Catat jumlah pelarut yang digunakan untuk melarutkan zat dan
piknometer diisi dengan air dan ditimbang (A1 g). Air dikeluarkan dari
diisikan kedalam piknometer dan ditimbang (A2 g). Bobot jenis diukur
dengan perhitungan :
A2−A
Bobot jenis : A1−A x 1 g/ml
A1 = Piknometer + air
A2 = Piknometer + sampel
d. Pemeriksaan pH
kalibrasi selesai apabila pH yang tertera pada layar telah sesuai dengan
31
e. Pemeriksaan Indeks Bias
dicatat.
nanoemulgel yang jernih dan stabil serta mempunyai daya antibakteri yang baik
32
3.4.3 Pembuatan Basis gel Carbopol 940®
panas suhu 80oC sebanyak 20 kali berat carbopol 940® dan biarkan mengembang
kecepatan 2500 rpm sampai terbentuk basis gel yang baik. NaOH dilarutkan
dalam aquadest kemudian ditambahkan ke dalam basis gel. Campuran ini diaduk
formula. Fase air dibuat dengan menggabungkan tween 80 dan aquadest. Tween
80 dan aquadest dipanaskan diatas penangas air hingga suhunya mencapai 50ºC.
rpm. Minyak sereh wangi dicampur dan diaduk hingga homogen lalu dimasukkan
glikol ke dalam campuran sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes.
Campuran diaduk dengan magnetic stirer dengan kecepatan 1000 rpm selama 45
kedalam basis gel yang telah dibuat dan dihomogenkan dengan homogenizer
kecepatan 3000 rpm selama lebih kurang 30 menit dan kemudian di sonikator
33
2.15 Evaluasi Sediaan
3.5.1 Organoleptis
Pengamatan dilakukan secara visual pada saat sediaan telah selesai dibuat.
sampel dalam particle size analyzer (PSA), kemudian alat ditutup dan dibaca hasil
3.5.3 Pengukuran pH
pH yang tertera pada layar telah sesuai dengan pH standar dapar dan stabil.
kemudian dicatat. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang (Yuliani et al, 2016).
34
3.5.5 Pengukuran Viskositas
a. Penentuan Kv alat
dimasukan ke dalam wadah, naikkan alas wadah hingga bob terbenam dalam
sediaan. Beri beban tertentu dan lepaskan kunci pengatur putaran sehingga
beban turun dan bob berputar. Lakukan prosedur dengan pemberat anak
timbangan (w) yang bervariasi 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 gram. Catat nilai
rpm naik dan turun pada anak timbangan, dengan nilai viskotisas gliserin 400
Rpm
Kv = η
W
b. Penentuan viskositas
5% b/v dimasukkan kedalam wadah, naikkan alas wadah hingga bob dapat
terbenam dalam sediaan. Beri beban tertentu dan lepaskan kunci pengatur
putaran sehingga beban turun dan bob berputar. Lakukan prosedur dengan
pemberat anak timbangan (w) yang bervariasi 50, 60, 70, 80, 90 dan 100
gram. Catat nilai rpm yang dihasilkan pada setiap anak timbangan yang
W
η = Kv
Rpm
35
3.5.6 Uji Kestabilan
a. Sentrifugasi
dengan kecepatan putaran 3800 rpm selama 5 jam. Hasil perlakuan tersebut
ekivalen dengan efek gravitasi selama satu tahun. Kondisi fisik sediaan
nanoemulgel minyak sereh wangi pada suhu 4ºC selama 24 jam kemudian
sampai 6 siklus. Setiap 1 siklus selesai dilihat ada tidaknya pemisahan fase
dengan cara dibilas dengan aquadest lalu keringkan. Timbang piknometer kosong
Nanoemulgel ditimbang 0,1 gram, oleskan pada kulit lengan bagian dalam
dengan diameter 2 cm kemudian ditutupi dengan kain kasa dan plaster. Setelah itu
36
dilihat gejala yang ditimbulkan setelah 24 jam pemakaian. Uji iritasi dilakukan
kertas perkamen. Untuk alat-alat gelas ditutup mulutnya dengan kapas yang
telah dibungkus dengan kain kasa. Kemudian semua peralatan yang tahan
panas disterilkan dalam oven pada suhu 160oC selama 2 jam. Pinset, jarum
Ose, dan spatel disterilkan dengan cara pemijaran di atas nyala api lampu
dalam 500 ml aquadest dalam erlenmeyer dan dipanaskan sampai larut hingga
mendidih. Erlenmeyer ditutup dengan kain kasa dan kapas disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit (Lay, 1994). Untuk pembuatan
media agar miring maka media Nutrient Agar yang sudah steril dituang ke
dalam tabung reaksi steril sebanyak 5 ml. Media dituang dalam kondisi hangat
kemiringan 45 oC. Bagian mulut tabung reaksi disumbat dengan kapas yang
dibalut dengan kain kasa steril dan ditunggu sampai media memadat.
37
3. Peremajaan Bakteri
Bakteri uji ditumbuhkan pada medium Nutrient Agar (NA) dengan cara
permukaan agar miring. Bakteri yang telah digoreskan pada media kemudian
nm.
dan klindamisin gel sebagai kontrol positif lalu sediaan diambil masing
38
3.7 Analisis Data
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dari hasil pengamatan selama 8 minggu.
39
BAB IV
4.1 Hasil
sertifikat meliputi pemerian, bobot jenis dan indeks bias. Hasil dapat
minyak sereh wangi F1, F2, dan F3 yang diperoleh berbentuk cairan
kental dengan warna kuning bening, berbau khas, jernih dan tidak terjadi
nm, F2 yaitu 0,0 nm dan F3 yiatu 2963,8 nm tidak berada pada kisaran
ukuran partikel nanoemulsi yaitu 50-500 nm. Hasil dapat dilihat pada
40
5. Pengukuran pH sediaan nanoemulgel minyak sereh wangi selama 8
6. Uji persen transmitan pada awal penyimpanan F1, F2, dan F3 adalah
7. Penentuan viskositas dan sifat alir nanoemulgel minyak sereh wangi pada
beban 100 g awal penyimpanan adalah 6,9953 Poise - 30,9696 Poise dan
13sampai 15.
stabil pada suhu 4ºC dan 40ºC sedangkan pemeriksaan kestabilan dengan
tabel 17.
41
10. Uji iritasi kulit dengan cara uji tempel tertutup yang dilakukan pada 3
11. Uji aktivitas antibakteri sediaan nanoemulgel minyak sereh wangi Pada
4.2 Pembahasan
partikel-partikel kecil yang dapat berpenetrasi ke dalam kulit dengan sifat fisik
dan aktivitas antibakteri yang baik sehingga dapat mengatasi permasalahan pada
Nanoemulgel terdiri dari beberapa komponen antara lain zat aktif, fase
minyak, fase air, surfaktan, kosurfaktan, dan basis gel. Fase minyak yang
digunakan adalah minyak sereh wangi yang sekaligus berkhasiat sebagai zat aktif,
wangi dipilih sebagai zat aktif pada penelitian ini karena berdasarkan hasil profil
42
kromatografi menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS)
utama minyak sereh wangi adalah sitronelal, geraniol dan sitronelol, senyawa
monoterpen tersebut memiliki aktivitas antibakteri yang kuat. Sasaran utama dari
minyak sereh wangi dalam membunuh bakteri ini adalah menghancurkan dinding
sel bakteri dan merusak bahan intraseluler bakteri sehingga dapat mengakibatkan
Surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tween
80 dan propilen glikol. Tween 80 merupakan golongan surfaktan non ionik yang
memiliki toksisitas rendah, tidak mengiritasi kulit dan memiliki HLB yang tinggi
yaitu 15 sehingga mudah larut dalam air dan dapat digunakan untuk nanoemulsi
tipe M/A (Rowe et al 2003), selai itu surfaktan dapat digunakan untuk
menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan fasse air serta
meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut atau tidak larut air (Martin et al,
fase air. Propilen glikol digunakan sebagai kosurfaktan propilen glikol merupakan
golongan alkohol rantai pendek, dengan molekulnya yang kecil dapat dengan
cepat berada di antara minyak dan air. Gelling agent yang digunakan adalah
sehingga digunakan sebagai gelling agent yang baik (Rowe et al, 2009). Pada
43
penelitian ini tidak digunakan pengawet, seperti metil paraben atau propil paraben
agar hasl uji aktivitas antibakterinya tidak bias antara minyak sereh wangi dengan
pengawetnya.
adalah 0,5%, 1 % dan 3%, konsentrasi ini dipilih berdasarkan hasil penelitian
zona hambat sekitar 19,5±0,5 mm. Konsentrasi minyak yang terlalu tinggi
dipilih berdasarkan pada data penelitian yang telah dilakukan oleh Aprilla (2016).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Aprilla (2016), menunjukkan bahwa tween 80
Sedangkan basis gel yang digunakan adalah 20%, karena pada konsentrasi diatas
20% diperoleh persen transimtan yang rendah dan sediaan yang keruh.
Pembuatan nanoemulgel minyak sereh wangi ini terdiri dari dua proses
yaitu pembuatan nanoemulsi dan basis gel. Nanoemulsi dibuat terlebih dahulu
44
Pembuatan nanoemulgel minyak sereh wangi diawali dengan pengadukan secara
konstan antara surfaktan dan fase air dengan menggunakan magnetic stirrer
kecepatan 1000 rpm suhu 40ºC selama 10 menit. Selanjutnya fase minyak
sediaan nanoemulsi. Lama pengadukan juga berpengaruh terhadap hasil akhir dari
sediaan. Pengadukan yang terlalu cepat akan menghasilkan lebih banyak busa
1994).
nanoemulsi dengan kecepatan pengadukan 1000 rpm dan suhu 50ºC menghasilkan
sediaan yang lebih jernih dan stabil. Selanjutnya proses pembuatan nanoemulgel
minyak sereh wangi ini dilakukan dengan menambahkan basis gel yaitu carbopol
partikel adalah dengan adanya tekanan geser (shear stress) pada cairan. Alat ini
45
getaran listrik yang dapat memperkecil ukuran partikel hingga 0,2 µm (Gupta et al,
2010). Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan kombinasi pembuatan
viskositas, stabilitas, bobot jenis, uji iritasi kulit, dan uji aktivitas antibakteri.
kejernihan, dan pemisahan fase pada sediaan nanoemulgel minyak sereh wangi
pemeriksaan nanoemulgel sediaan nanoemulgel minyak sereh wangi F1, F2, dan
F3 yang diperoleh berbentuk cairan kental dengan warna kuning bening, berbau
khas, jernih dan tidak terjadi pemisahan fase. Setelah minggu ke-8 ketiga formula
tersebut tidak terjadi perubahan bentuk, warna, bau, kejernihan dan pemisahan
fase. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat secara organoleptis, ketiga formula tetap
partikel ini dilakukan dengan menggunakan alat VASCO particle size analyzer
(PSA). Prinsip kerja alat ini adalah adanya hamburan cahaya yang terjadi akibat
46
dihamburkan tersebut akan dibaca oleh detektor foton pada sudut tertentu secara
berturut-turut adalah 5475,6 nm, F2 yaitu 0,0 nm dan F3 yiatu 2963,8 nm. Dari
hasil pengukuran ukuran partikel dapat disimpulkan bahwa F1, F2 dan F3 tidak
memenuhi kriteria ukuran partikel nanoemulgel. Hal ini mungkin terjadi karena
adanya misel yang masih tetap terbentuk setelah titik CMC tercapai karena
adanya penambahan surfaktan yang berlebih, misel yang terbentuk akan terbaca
pada saat pengukuran partikel karena pada sediaan terbentuk larutan misel
berbentuk bulat (Martin et al, 1993). Ukuran partikel dari misel jauh lebih besar
saat pengukuran partikel tidak hanya partikel dari nanoemulgel saja yang terbaca
pada alat PSA namun juga partikel misel. Selain itu, hal ini bisa disebabkan
karena konsentrasi basis gel yang terlalu besar dan dapat disebabkan karena
yang kecil akan menjadi besar dan membentuk globul yang baru (Sharma et al,
2011).
diinginkan dalam sediaan yaitu pH yang berada dalam kisaran pH kulit, yaitu
47
antara 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). pH tidak boleh terlalu asam karena
dapat menyebabkan kulit menjadi iritasi dan juga tidak boleh terlalu basa karena
diperoleh kisaran rentang pH 6,2-6,6 dimana nilai tersebut masih pada rentang pH
yang dipersyaratkan untuk sediaan topikal yaitu 6-8 (Anonim, 2001). Setelah
pada sediaan yang diduga disebabkan oleh pengaruh CO2 pada sediaan. Adanya
CO2 dari udara akan menyebabkan terbentuknya H2CO3 yang akan melepaskan
juga disebabkan karena hidrolisis tween 80 dalam sediaan yang melepaskan asam
lemak (Kishore et al, 2011) dan dapat juga disebabkan oleh kondisi lingkungan
yaitu pada minggu ke-1 dan ke-8. Pada pemeriksaan minggu ke-1 hasil yang
didapat dari ketiga formula secara berturut-turut adalah (99,402%), (99,792%) dan
(99,683%) dan (99,268%). Dilihat dari hasil persen transmitan minggu pertama
dan ke-8 dapat disimpulkan bahwa ketiga formula tersebut mendekati kejernihan
48
Penentuan viskositas dan sifat alir dilakukan dengan menggunakan
viscometer stormer. Uji viskositas ini diperlukan pada suatu sediaan liquid dan
semisolid karena untuk melihat sifat alir dari sediaan tersebut yang akan
tersebut, karena yang diamati adalah ketahanan sediaan untuk mengalir dalam
suatu sistem dibawah stress yang diberikan. Makin kental suatu cairan, makin
besar kekuatan yang diperlukan untuk digunakan supaya cairan tersebut dapat
nanoemulgel diukur awalnya pada minggu pertama dan minggu ke-8. Pada
selama 8 minggu pada suhu kamar menunjukkan hasil viskositas pada beban 100
globul minyak berkoalesensi akibatnya ukuran partikel menjadi lebih besar dan
dengan meningkatnya suhu maka viskositas akan semakin turun (Martin et al,
1993).
49
Hasil rheogram menunjukkan sifat alir sediaan nanoemulgel F1, F2 dan F3
yang telah disimpan selama 8 minggu pada suhu kamar, tidak menunjukkan
adanya perubahan sifat alir, artinya tetap memiliki sifat alir pseudoplastis
tiksotropik. Disebut aliran pseudoplastis karena kurva aliran ini melalui titik (0,0),
yield value. Aliran pseudoplastis disebut juga sebagai sistem geser encer karena
dengan menaikkan tekanan geser, viskositas akan menjadi turun. Sifat alir
kiri kurva menaik, karena perubahan struktur yang tidak kembali ke keadaan
semula dengan segera, apabila tekanan dikurangi. Kurva aliran ini bergantung
pada rate of shear yang meningkat dan berkurang serta lamanya zat mengalami
rate of shear. Aliran pseudoplastis tiksotropik adalah suatu sifat yang diinginkan
dari suatu sistem farmasetik yang idealnya harus mempunyai konsistensi tinggi
dalam wadah, namun dapat dituang dengan mudah (Martin et al, 1993).
Freeze and Thaw. Sediaan nanoemulgel yang stabil yaitu sediaan yang memenuhi
syarat parameter fisik yang ditentukan dan dapat mempertahankan sifat fisiknya
adanya pemisahan fase yang mungkin terjadi akibat gaya gravitasi. Sediaan
disentrifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 5 jam setara dengan efek gravitasi
kira-kira selama 1 tahun (Lachman and Lieberman, 1994). Berdasarkan hasil yang
didapat, ketiga formula tidak mengalami pemisahan fase. Hal ini menunjukkan
bahwa sediaan nanoemulgel dan gel stabil jika disimpan dalam waktu 1 tahun.
50
Pengujian stabilitas Freeze and Thaw bertujuan untuk melihat adanya
proses pengamatan. Suhu yang digunakan adalah suhu rendah (4ºC) dan suhu
tinggi (40ºC) yang dilakukan selama 6 siklus. Ketika disimpan pada suhu 4ºC,
susu serta lebih kental. Fase minyak cenderung pula membeku pada suhu rendah,
antar partikel yang lebih rapat yang mengakibatkan sediaan berwarna putih susu
karena strukturnya lebih rapat dan teratur (Yati et al, 2011). Ketika ketiga sediaan
dikeluarkan dari tempat penyimpanan suhu rendah dan dipindahkan kesuhu ruang,
maka sediaan kembali kebentuk semula. Ketika sediaan disimpan disuhu tinggi
pemeriksaan freeze and thaw yang dilakukan selama 6 siklus menunjukkan bahwa
fase.
kerapatan air pada suhu 25oC atau temperatur lain yang tertentu (Martin et al,
F1 adalah 1,059 g/ml, F2 adalah 1,060 g/ml, F3 adalah 1,069 g/ml. setelah
51
dan didapatkan hasil bobot jenis F1, F2 dan F3 berturut-turut yaitu 1,052 g/ml,
061 g/ml, 1,066 g/ml. Bobot jenis sediaan mengalami penurunan pada minggu
terakhir yang cenderung tidak terlalu besar yang berarti bobot jenis sediaan relatif
stabil selama penyimpanan selama 8 minggu. Hasil pengukuran bobot jenis ketiga
formula sediaan tidak terlalu besar, yang jika nilai berat jenisnya kecil atau
mendekati berat jenis air maka kerapatannya kecil sehingga sediaan mudah
Pemeriksaan iritasi kulit dari sediaan gel dan nanoemulgel dilakukan pada
3 panelis (2 wanita dan 1 pria) yang dilakukan dengan uji tempel tertutup.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengoleskan 0,1 g sediaan gel dan
nanoemulgel pada lengan bagian atas sebelah dalam dengan diameter 2 cm selama
24 jam dan kemudian ditutup dengan plaster. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan
bahwa tidak ada terjadi iritasi primer dan sekunder pada panelis baik pria maupun
ini dilakukan dengan menggunakan cakram disk atau sumuran yang kedalamnya
yaitu aquadest dan kontrol positif yaitu klindamisin gel. Klindamisin gel
52
Pengujian aktivitas antibakteri dari sediaan nanoemulgel minyak sereh
salah satu jenis bakteri penyebab jerawat. Pengamatan aktivitas antibakteri ini
Pengujian dilakukan pada mingu pertama dan minggu kedelapan. Pada minggu
pertama didapatkan zona bening sebesar 13,3 nm (F1), 12,1 nm (F2), 9,7 nm (F3),
Pada minggu kedelapan didapatkan zona bening sebesar 13,5 nm (F1), 12,9 nm
(F2), 10,5 nm (F3), 13,4 nm (Nanoemulsi), 23,7 nm (kontrol positif), dan 0,0 nm
(kontrol negatif).
karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar serta
jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda (Elifah, 2010). Aktivitas
dalam kategori rendah-sedang, hal ini dapat terjadi karena minyak sereh wangi
rendah adalah karena pada formula tidak ditambahkan bahan bahan pengawet dan
antioksidan sehingga minyak sereh wangi yang ada pada formula juga berperan
53
BAB V
5.1 Kesimpulan
stabilitas fisik yang baik dan namun tidak memenuhi kriteria ukuran partikel
besar dibandingkan F2 dan F3 yaitu sebesar 13,3 mm pada minggu 1 dan 13,5
mm pada minggu 8
5.2 Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
Bhosale. R.R., Osmani. R.A., Ghodake. P.P., Shaikh. S.M., and Chavan. S.R.,
2014, Nanoemulsion: A Review on Novel Profusion in Advanced Drug
Delivery, Indian Journal Pharmacy Biology Res, 2(1): 122-127.
Bhura, M. Rahki G., Khusboo A. Bhagat. and Samir K. Shah., 2015, Formulation
and Evaluation of Topical Nanoemulgel of Adapalene, Word of Pharmacy
and Pharmaceutical Scinece, 3(4): 1013-1024.
Brooks, Geo F., Janet S. Butel dan Stephen A. Morse., 2008, Mikrobiologi
kedokteran, alih bahasa Huriawati Hartono. Jakarta: EGC.
Dewi, S.A., 2009, Cara Ampuh Mengobati Jerawat, Jakarta: Buana Pustaka.
55
Gozali, D., Rusmiati, D., and Utama, P., 2009, Formulasi dan Uji Stabilitas
Mikroemulsi Ketokonazol Sebagail Antijamur Candida Albicans dan
Tricophyton Mentagrophytes, Farmaka.
Gunawan, D dan Mulyani S, 2004. Ilmu Obat Alam Farmakognosi Jilid I, Jakarta:
Penebar Swadaya.
Gupta, P.K., Pandit, J.K., Kumar, A., Swaroop, P., and Gupta, S., 2010,
Pharmaceutical Nanotechnology Novel Nanoemulsion–High Energy
Emulsification Preparation, Evaluation And Application, The Pharma
Research, 3: 117-138.
Jawetz E, Melnick JL, and Adelberg EA., 2007, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi
23, Jakarta: EGC.
Kadarohman, A., 2009, Eksplorasi Minyak Atsiri Sebagai Bioaditif Bahan Bakar
Solar, Jurnal Pengajaran MIPA, 14(2): 12-14.
Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Jakarta: Balai Pustaka.
Kishore, R.S.K., Astrid, P., Isabelle, B.D., Alfred, R., Beatric, B., et al, 2011, The
Degradation Of Polysorbates 20 And 80 And Its Potential Impact on the
Stability of Biotherapeutics. Pharmaceautical Research, 28, pp. 1195-
1210.
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek
Farmasi Industri Edisi 3. (Terjemahan : Siti Suyatmi), Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
56
Martin, A., Bustamante, P., and Chun, A.H.C., 1993, Physical Pharmacy 4th
Edition. Lea And Febiger, Philadelphia, London.
Movita, T., 2013, Acne Vulgaris, Continuing Medical Education, 40(4): 269-272.
Natalia, M., 2012, Uji Stabilitas Fisik Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
Jintan Hitam Yang Diformulasikan Sebagai Sediaan Nanoemulsi Gel,
Skripsi, Depok: Universitas Indonesia.
Olivera, J.S., Aguiar. T.A., Mezadri. H., and dos Santos O.D.H., 2011, Attainment
of Hydrogel-Thickened Nanoemulsions With Tea Tree Oil (Melaleuca
alternifolia) and Retinyl Palmitate, African Journal of Biotechnology,
10(60): 13014-13018.
Rowe, R.C., Sheskey, P. J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients 6th Edition, London: The Pharmaceutical Press.
Santoso, B.M., 2007, Sereh Wangi Bertanam dan Penyulingan, Cetakan ke 10,
Yogyakarta: Kanisius.
Simic, A., Sokovic, M.D. & Ristic, M., 2004, The chemical composition of some
Lauraceae essential oils and their antifungal activities. Phytother Res,
18(9):713-717.
57
Tadros, T. F, 2005, Applied Surfactants, Wiley – VCH Verlaag GmbH & Co.
KGaA, Weinheim.
Tranggono, R.I., and Latifah, F., 2007, Buku Pengangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Utami, P., 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wulansari, A., Jufri, M., and Budianti, A., 2017, Studies On The Formulation,
Physical Stability, And In Vitro Antibacterial Activity Of Tea Tree Oil
(Melaleuca Alternifolia) Nanoemulsion Gel, International Journal Of
Applied Pharmaceutics, 9(1): 135-139.
Yati, K., Henny, L., and Elfi, S.B., 2011, Evaluasi Stabilitas Fisik Mikroemulsi
Natrium Askorbil Fosfat Berbasis Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut
Oil), Farmasains, 1(3).
Yuliani, S.H., Hartini, M., Stephanie, Pudyastutu, B., and Istyastono, E.P., 2016,
Comparison Of Physical Stability Properties Of Pomegranate Seed Oil
Nanoemulsion Dosage Forms With Long-Chain Triglyceride And
Medium-Chain Tryglyceride As The Oil Phase, Traditional Medicine
Journal, 21(2): 93-98.
58
Lampiran 1. Skema Rancangan Penelitian Nanoemulgel Minyak Sereh Wangi
Rancangan Formula
Evaluasi sediaan:
a. Pemeriksaan organoleptis
b. Penentuan ukuran partikel
c. Pengukuran pH
d. Uji persen transmitan
e. Pengukuran viskositas
f. Uji kestabilan
g. Pengukuran bobot jenis
h. Uji iritasi kulit
Analisis data
59
Lampiran 2. Skema Pembuatan Nanoemulgel Minyak Sereh Wangi
Fase air
(Tween 80 dan aquadest)
Fase minyak
(oleum citronella)
Nanoemulsi
Dihomogenkan dengan homogenizer
Tambahkan basis gel kecepatan 3000 rpm selama 30 menit
dan Ultarsonikasi selama 20 menit
Nanoemulgel
60
Lampiran 3. Skema Kerja Uji Aktivitas Antibakteri
61
Lampiran 4. Pemeriksaan Bahan Baku Minyak Sereh Wangi
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Minyak Sereh Wangi
62
Lampiran 5. Pemeriksaan Bahan Tambahan
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Tween 80
Persyaratan (Handbook
No Pemeriksaan Pharmaceutical sixth Pengamatan
edition)
1 Pemerian
Bentuk Serbuk Serbuk
Warna higrokopis higrokopis
Bau Putih Putih
Bau khas Bau khas
2 Kelarutan Mengembang dalam air Mengembang dalam air
63
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Bahan Baku NaOH
64
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Organoleptis
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi
Keterangan:
CK = Cairan Kental J = Jernih
KB = Kuning Bening TM = Tidak Memisah
Kh = Khas
65
Lampiran 7. Hasil Penentuan Ukuran Partikel
Tabel 10. Hasil Penentuan Ukuran Partikel Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi
66
Lampiran 8. Hasil Pengukuran pH
Tabel 11. Hasil Pengukuran pH Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh Wangi
6.65
6.6
6.55
6.5
6.45
pH
6.4 Formula 1
6.35 Formula 2
6.3 Formula 3
6.25
6.2
6.15
0 2 4 6 8 10
Waktu (minggu)
67
Lampiran 9. Hasil Uji Persen Transmitan
Tabel 12. Hasil Uji Persen Transmitan Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi
Transmitan (%)
Formula
Minggu 1 Minggu 8
1 99,402 99,487
2 99,792 99,683
3 99,756 99,268
68
Lampiran 10. Hasil Pengukuran Viskositas
Tabel 13. Hasil Penentuan Konstanta Alat Stormer dengan Gliserin
69
Lampiran 10. (Lanjutan)
Tabel 14. Data Hasil Evaluasi Penentuan Viskositas Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi Formula 1
70
Kurva Sifat Alir F1 Minggu 1
5
4.5
4
3.5
3
Rpm
2.5
2 Beban Naik
1.5 Beban Turun
1
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120
Beban (gram)
3
Beban Naik
2
Beban Turun
1
0
0 20 40 60 80 100 120
Beban (gram)
71
Lampiran 10. (Lanjutan)
Tabel 15. Data Hasil Evaluasi Penentuan Viskositas Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi Formula 2
72
Kurva Sifat Alir F2 Minggu 1
3.5
3
2.5
2
Rpm
2 Beban Naik
1.5
Beban Turun
1
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120
Beban (gram)
73
Lampiran 10. (Lanjutan)
Tabel 16. Data Hasil Evaluasi Penentuan Viskositas Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi Formula 3
74
kurva Sifat Alir F3 Minggu 1
3
2.5
2
Rpm
1.5
Beban Naik
1
Beban Turun
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120
Beban (gram)
75
Lampiran 11. Hasil Pemeriksaan Kestabilan
Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Kestabilan Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi
Keterangan:
S = Stabil
76
Lampiran 12. Hasil Pengukuran Bobot Jenis
Tabel 18. Hasil Pengukuran Bobot Jenis Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi
77
Lampiran 13. Hasil Uji Iritasi Kulit
Tabel 19. Hasil Uji Iritasi Kulit Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh Wangi
Keterangan:
TI = Tidak Iritasi
78
Lampiran 14. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Tabel 20. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi
79
Lampiran 15. Gambar Evaluasi Organoleptis Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi
80
Lampiran 16. Gambar Evaluasi Uji Kestabilan
81
Gambar 16. Nanoemulgel Sebelum Freeze and Thaw
82
Lampiran 17. Alat pemeriksaan ukuran partikel (Particel size analyzer)
83
Lampiran 18. Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Nanoemulgel Minyak Sereh
Wangi
84
Lampiran 19. Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Menggunakan Alat VASCO
85
Lampiran 19. (lanjutan)
86
Lampiran 19. (lanjutan)
87
Lampiran 20. Sertifikat Analisis Minyak Sereh Wangi
88