Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SONGGON
JL.A.Yani No.65 Telp. (0333) 631818 Songgon
Email : puskesmassonggon@gmail.com Kode Pos 68463

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PEMBERIAN PMT PEMULIHAN BALITA
DI UPTD PUSKESMAS SONGGON

A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan memberdayakan dan
mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya

B. LATAR BELAKANG
Perbaikan gizi memiliki kaitan yang sangat erat dengan kemampuan
menyediakan makanan ditingkat keluarga dan adanya penyakit menular dan tidak
menular. Kedua factor ini berhubungan erat dengan pendapatan, pelayanan
kesehatan, pengetahuan dan pola asuh yang diterapkan keluarga. Mengingat
luasnya dimensi yang mempengaruhi factor gizi, maka penanggulangan harus
dilakukan multi disiplin ilmu serta secara lintas kementrian/lembaga dengan
melibatkan organisasi profesi, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, dan
masyarakat itu sendiri.
Pada tahun 2007 prevalensi anak balita gizi kurang dan pendek masing-
masing 18,4% dan 36,8% sehingga Indonesia termasuk diantara 36 Negara disunia
yang member 90% kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC on Nutrition 2008).
Walaupun pada tahun 2010 prevalensi gizi kurang dan pendek menurun menjadi
17,9% dan 35,6% tetapi tetap menjadi disparitas antar provinsi yang perlu
mendapat penanganan masalah yang sifatnya speswifik diwilayah rawan
(Riskesdas 2010).
Saat ini situasi gizi dunia menunjukkan 2 kondisi yang ekstrem. Mulai dari
kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan
tinggi kalori, serta kondisi kurus, pendek sampai kegemukan. Untuk mencapai
status kesehatan yang optimal dua sisi penyakit ini perlu diberikan perhatian pada
pendekatan gizi baik pada masyarakat kaya maupun miskin (WHO, 2008). Hal sama
juga terjadi di Indonesia sebaagian besar masyarakat Indonesia masih kekurangan
gizi terutama ibu, bayi, dan anak secara bersamaan cenderung semakin meningkat
dan menghambat laju pembangunan.
Anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk berdasarkan pengukuran
BB terhadap TB yang sangat kurus mempunyai resiko kehilangan tingkat
kecerdasan (IQ) sebesar 10-15 poin. Keadaan gizi buruk sewaktu janin dalam
kandungan dan setelah dilahirkan mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan otaknya, 66% dari jumlah sel otak yaitu 25% dari berat otak dewasa.
Sisanya akan ditentukan keadaan gizi setelah lahir. Penelitian pada BBLR
menunjukkan penurunan berat otak 12% dan otak kecil 30%. Pengukuran IQ anak
usia 7 tahun yang sebelumnya menderita Gizi buruk IQ 102, Gizi kurang IQ 106,
dan Gizi baik IQ 112. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan gizi masa lalu dapat
mempengaruhi kecerdasan di masa yang akan datang.
Kekurangan gizi pada anak balita usia 6-60 bulan berdampak pada lahirnya
generasi muda yang tidak berkualitas dan terjadi kehilangan generasi yang dapat
mengganggu kelangsungan kepentingan bangsa dan Negara. Keberhasilan
pembangunan ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima serta tangkas daan cerdas.
Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh factor konsumsi makanan
dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh,
ketersediaan dan konsumsi pangan beragam, factor social ekonomi, budaya dan
politik. Investasi gizi berperan penting untuk memutuskan lingkaran setan
kemiskinan dan kurang gizi adalah rendahnya produktivitas kerja, kehilangan
kesempatan sekolah, dan kehilangan sumberdaya karena biaya kesehatan yang
tinggi.
Untuk mengatasi kekurangan gizi pada kelompok usia balita gizi kurang perlu
diselenggarakan PMT Pemulihan yang diberikan selama 90 hari makan.

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1. TUJUAN UMUM
Menurunkan prevalensi balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas
Songgon.

2. TUJUAN KHUSUS
a) Memperbaiki status gizi balita yang buruk dan kurang menjadi gizi baik
b) Memberikan pengetahuan pada keluarga balita tentang pemberian
makanan seimbang yang tepat dan benar

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Pemberian PMT Pemulihan

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


PMT pemulihan diberikan pada sasaran dibantu oleh kader gizi yang memantau
setiap hari dan bidan wilayah selaku penangungjawab di wilayah, berdasarkan
Menu yang sudah diberikan oleh pelaksana program gizi.

F. SASARAN
1. Balita bawah garis merah (BGM)
2. Balita 2T
3. Balita kurus
4. Balita Sangat kurus

G. JADWAL PELAKSANAAN
Sesuai RPK

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan setiap akhir kegiatan dan dilaporkan dalam pelaporan gizi
tiap bulan .
I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencacatan , pelaporan dan evaluasi kegiatan gizi dalam form laporan kegiatan
secara manual dan elektronik dan dievaluasi dalam lokmin bulanan.

Mengetahui,
Songgon, Desember 2017
Kepala UPTD Puskesmas Songgon
Pelaksana,

WAWAN PRAYITNO, S.Kep


LINDA NOVITA SARI
NIP. 19691225 199203 1 008
NIP : 19841120 200604 2 012

Anda mungkin juga menyukai