Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lapisan bawah permukaan bisa menjadi misteri, tapi bisa juga kita ketahui.
Salah satu cara mengetahuinya bisa memakai metode Geofisika. Metode
Geofisika memudahkan kita dalam mengetahui apa yang ada di bawah permukaan
dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika. Walaupun yang dapat diketahui
adalah yang berada di bawah permukaan tetapi pengukuran tetap dilakukan dari
atas permukaan sehingga nantinya bisa diketahui sifat dan juga kondisi dari apa
yang ada di bawah permukaan. Metode Geofisika dibagi menjadi 2 berdasarkan
keaktifannya yaitu metode aktif dan metode pasif. Metode Aktif berarti
menginjeksikan sesuatu ke dalam bumi lalu mengukur respon baliknya sedangkan
metode pasif berarti mengukur medan alami yang diberikan oleh bumi itu sendiri.
Metode Elektromagnetik berupa metode untuk mengetahui anomali-anomali
di bawah permukaan berdasarkan parameter medan magnet dan medan listrik.
Metode ini sendiri terbagi 2 berdasarkan keaktifannya, yaitu metode pasif dan
aktif. Metode Aktif yaitu berupa penginjeksian medan ke dalam bumi lalu
mengukurnya kembali ada CSAMT (Controlled Source Audio Magnetotelluric)
dan CMD (Conductivity Measurement Direct) sementara yang metode pasifnya
yaitu berupa pengukuran medan alami di dalam bumi ada MT (Magnetotelluric) ,
AMT (Audio Magnetotelluric), dan VLF (Very Low Frequency). Saat di
permukaan bumi ada ada medan elektromagnetik maka arus listrik akan muncul
kemudian melewati berbagai lapisan di bawah permukaan lalu arus ini akan
mengganggu medan elektromagnetik di bawah permukaan bumi untuk kemudian
menjadi medan elektromagnetik yang baru.
Metode VLF (Very Low Frequency) merupakan metode yang mengukur
keadaan bawah permukaan dengan sumber frekuensinya dari pemancar
berfrekuensi rendah sekitar 15-30 kHz. Karena frekuensinya cukup rendah maka
penetrasinya cukup dalam. Metode ini dirasa cukup berguna dalam mengetahui
struktur berupa sesar karena biasanya struktur berupa sesar itu sendiri nilainya
kontras dengan nilai di sekitarnya.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengerti dan memahami pengolahan lewat
software matlab, khfilt, dan surfer. Selain itu maksud lain dari penelitian ini yaitu
mengerti tentang metode ini mulai dari mengolah data hingga memproses dan
menginterpretasinya. Penelitian ini bertujuan berupa dihasilkannya grafik Grafik
Tilt Vs. Elipt Australia dan Jepang kelompok 8, Grafik MA Tilt Vs. MA Elipt
Australia dan Jepang Kelompok 8. Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah
dihasilkannya penampang RAE Software Matlab Australia dan Jepang Kelompok
8, Penampang RAE Software KHFilt Australia dan Jepang Kelompok 8, dan
Penampang RAE Perhitungan Manual Australia dan Jepang Kelompok 8.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional


Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan
1. Formasi Kebo – ButakFormasi ini secara umum terdiri-dari konglomerat,
batupasir, dan batulempung yang menunjukkan kenampakan pengendapan arus
turbid maupun pengendapan gaya berat yang lain. Di bagian bawah oleh Bothe
disebut sebagai anggota Kebo (Kebo beds) yang tersusun antara batupasir,
batulanau, dan batulempung yang khas menunjukkan struktur turbidit dengan
perselingan batupasir konglomeratan yang mengandung klastika lempung. Bagian
bawah anggota ini diterobos oleh sill batuan beku.Bagian atas dari formasi ini
termasuk anggota Butak yang tersusun oleh perulangan batupasir konglomeratan
yang bergradasi menjadi lempung atau lanau. Ketebalan rata-rata formasi ini
kurang lebih 800 meter. Urutan yang membentuk Formasi Kebo – Butak ini
ditafsirkan terbentuk pada lingkungan lower submarine fan dengan beberapa
interupsi pengandapan tipe mid fan yang terbentuk pada Oligosen Akhir (N2 –
N3).

2. Formasi Semilir Secara umum formasi ini tersusun oleh batupasir dan
batulanau yang bersifat tufan, ringan, dan kadang-kadang diselingi oleh selaan
breksi volkanik. Fragmen yang menyusun breksi maupun batupasir biasanya
berupa batuapung yang bersifat asam. Di lapangan biasanya dijumpai perlapisan
yang begitu baik, dan struktur yang mencirikan turbidit banyak dijumpai.
Langkanya kandungan fosil pada formasi ini menunjukkan bahwa pengendapan
berlangsung secara cepat atau berada pada daerah yang sangat dalam, berada pada
daerah ambang kompensasi karbonat (CCD), sehingga fosil gampingan sudah
mengalami korosi sebelum mencapai dasar pengendapan. Umur dari formasi ini
diduga adalah pada Miosen Awal (N4) berdasar pada
keterdapatan Globigerinoides primordius pada daerah yang bersifat lempungan
dari formasi ini, yaitu di dekat Piyungan (Van Gorsel, 1987). Formasi Semilir ini
menumpang secara selaras di atas anggota Butak dari Formasi Kebo – Butak.

3
Formasi ini tersingkap secara baik di wilayahnya, yaitu di tebing gawir
Baturagung di bawah puncak Semilir.

3. Formasi NglanggeranFormasi ini berbeda dengan formasi-formasi sebelumnya,


yang dicirikan oleh penyusun utamanya berupa breksi dengan penyusun material
volkanik, tidak menunjukkan perlapisan yang baik dengan ketebalan yang cukup
besar, bagian yang terkasar dari breksinya hampir seluruhnya tersusun oleh
bongkah-bongkah lava andesit, sebagian besar telah mengalami breksiasi.Formasi
ini ditafsirkan sebagai pengendapan dari aliran rombakan yang berasal dari
gunungapi bawah laut, dalam lingkungan laut, dan proses pengendapan berjalan
cepat, yaitu hanya selama Miosen Awal (N4).Singkapan utama dari formasi ini
adalah di Gunung Nglanggeran pada Perbukitan Baturagung. Kontaknya dengan
Formasi Semilir di bawahnya merupakan kontak yang tajam. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa Formasi Nglanggeran dianggap tidak searas di atas
Formasi Semilir. Namun perlu diingat bahwa kontak yang tajam itu bisa terjadi
karena perbedaan mekanisme pengendapan dari energi sedang atau rendah
menjadi energi tinggi tanpa harus melewati kurun waktu geologi yang cukup
lama. Hal ini sangat biasa dalam proses pengendapan akibat gaya berat. Van
Gorsel (1987) menganggap bahwa pengendapannya diibaratkan proses runtuhnya
gunungapi seperti Krakatau yang berada di lingkungan laut.Ke arah atas, yaitu ke
arah Formasi Sambipitu, Formasi Nglanggeran berubah secara bergradasi, seperti
yang terlihat pada singkapan di Sungai Putat. Lokasi yang diamati oleh EGR
tahun 2002 berada pada sisi lain Sungai Putat dimana kontak kedua formasi ini
ditunjukkan oleh kontak struktural.

4. Formasi SambipituDi atas Formasi Nglanggeran kembali terdapat formasi


batuan yang menunjukkan ciri-ciri turbidit, yaitu Formasi Sambipitu. Formasi ini
tersusun oleh batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau batulempung. Di
bagian bawah, batupasirnya masih menunjukkan sifat volkanik, sedang ke arah
atas sifat volkanik ini berubah menjadi batupasir yang bersifat gampingan. Pada
batupasir gampingan ini sering dijumpai fragmen dari koral dan foraminifera
besar yang berasal dari lingkungan terumbu laut dangkal yang terseret masuk
dalam lingkungan yang lebih dalam akibat arus turbid.

4
Ke arah atas, Formasi Sambipitu berubah secara gradasional menjadi Formasi
Wonosari (anggota Oyo) seperti singkapan yang terdapat di Sungai Widoro di
dekat Bunder. Formasi Sambipitu terbentuk selama zaman Miosen, yaitu kira-kira
antara N4 – N8 atau NN2 – NN5.

5. Formasi Oyo – Wonosari Selaras di atas Formasi Sambipitu terdapat Formasi


Oyo – Wonosari. Formasi ini terutama terdiri-dari batugamping dan napal.
Penyebarannya meluas hampir setengah bagian dari Pegunungan Selatan
memanjang ke timur, membelok ke arah utara di sebelah Perbukitan Panggung
hingga mencapai bagian barat dari daerah depresi Wonogiri – Baturetno.Bagian
terbawah dari Formasi Oyo – Wonosari terutama tersusun dari batugamping
berlapis yang menunjukkan gejala turbidit karbonat yang terendapkan pada
kondisi laut yang lebih dalam, seperti yang terlihat pada singkapan di daerah di
dekat muara Sungai Widoro masuk ke Sungai Oyo. Di lapangan batugamping ini
terlihat sebagai batugamping berlapis, menunjukkan sortasi butir dan pada bagian
yang halus banyak dijumpai fosil jejak tipe burial yang terdapat pada bidang
permukaaan perlapisan ataupun memotong sejajar perlapisan. Batugamping
kelompok ini disebut sebagai anggota Oyo dari Formasi Wonosari.Ke arah lebih
muda, anggota Oyo ini bergradasi menjadi dua fasies yang berbeda. Di daerah
Wonosari, semakin ke selatan batugamping semakin berubah menjadi
batugamping terumbu yang berupa rudstone, framestone, floatstone, bersifat lebih
keras dan dinamakan sebagai anggota Wonosari dari Formasi Oyo – Wonosari
(Bothe, 1929). Sedangkan di barat daya Kota Wonosari batugamping terumbu ini
berubah menjadi batugamping berlapis yang bergradasi menjadi napal yang
disebut sebagai anggota Kepek dari Formasi Wonosari. Anggota Kepek ini juga
tersingkap di bagian timur, yaitu di daerah depresi Wonogiri – Baturetno, di
bawah endapan kuarter seperti yang terdapat di daerah Eromoko. Secara
keseluruhan, formasi ini terbentuk selama Miosen Akhir (N9 – N18).

6. Endapan Kuarter Di atas seri batuan Endapan Tersier seperti telah tersebut di
atas, terdapat suatu kelompok sedimen yang sudah agak mengeras hingga masih
lepas. Karena kelompok ini di atas bidang erosi, serta proses pembentukannya
masih berlanjut hingga saat ini, maka secara keseluruhan sedimen ini disebut

5
sebagai Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari timur laut Wonosari
hingga daerah depresi Wonogiri – Baturetno. Singkapan yang baik dari Endapan
Kuarter ini terdapat di daerah Eromoko, sekitar Waduk Gadjah Mungkur.Secara
stratigrafi Endapan Kuarter di daerah Eromoko, Wonogiri terletak tidak selaras di
atas Endapan Tersier yang berupa batugamping berlapis dari Formasi Wonosari
atau breksi polimik dari Formasi Nglanggeran. Ketebalan tersingkap dari Endapan
Kuarter tersebut berkisar antara 10 hingga 14 meter. Umur Endapan Kuarter
tersebut diperkirakan Pliestosen Bawah.Stratigrafi Endapan Kuarter di daerah
Eromoko, Wonogiri secara vertikal tesusun dari perulangan tuf halus putih
kekuning-kuningan dengan perulangan gradasi batupasir kasar ke batupasir
sedang dengan lensa-lensa konglomerat. Batupasir tersebut mempunyai struktur
silang siur tipe palung, sedangkan lapisan tuf terdapat di bagian bawah, tengah,
dan atas. Pada saat lapisan tuf terbentuk, terjadi juga aktivitas sungai yang
menghasilkan konglomerat.
2.2. Geologi Lokal
Stratigrafi daerah Bantul dan sekitarnya tersusun oleh batuan tersier
yang terdiri dari batuan sedimen klastik vulkanik, batuan gunung api, dan
sedimen klastik karbonatan, serta endapan permukaan yang berumur Kuarter.
Berdasarkan sifat-sifat batuan dapat diperinci menjadi tujuh formasi yaitu
Formasi Yogyakarta (46%), Formasi Sentolo (18%), Formasi Sambipitu (3%),
Formasi Semilir Nglanggran (24%), Formasi Wonosari (8%), dan gumuk pasir
(1%).
Struktur geologi yang berkembang di daerah Opak Pleret adalah sesar
geser dan sesar normal. Di sepanjang Sungai Opak terdapat sesar normal yang
berada di sepanjang hampir 40 km dari pantai selatan Jawa di mulut sungai ke
arah Prambanan Kabupaten Klaten dengan arah 30 sampai 40 derajat ke timur
laut. Sesar Opak memotong Yogya Low dan Wonosari High dengan batuan
andesit tua (OAF) sebagai penyusun struktur pemotongan sesar, sedangkan di
timur Opak masih terdapat Formasi Semilir dan Nglanggran yang juga terlibat
dalam sistem sesar.
Kabupaten Bantul sendiri merupakan wilayah yang berada pada
dominasi struktur geologi Young Merapi Volcanic (Quartenary) bagian tengah

6
dan Volcanic (Miocine dan oligo-micine) pada bagian timur. Struktur-struktur
ini sudah berumur cukup tua (0,8-2,85 juta tahun yang lalu). Secara struktural
Kabupaten Bantul diapit oleh bukit patahan, yaitu lereng barat Pegunungan
Batur Agung (Batur Agung Ranges) pada bagian timur dan bagian Barat
berupa bekas laguna. Wilayah yang berada pada apitan bukit patahan ini
disebut dengan graben, maka wilayah Kabupaten Bantul dalam toponim
geologi dan geomorfologi disebut Graben Bantul. Graben ini terbentuk dari
proses diatrofisme tektonisme yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung merapi
dan gunung api tua. Selain berada pada apitan bukit patahan, wilayah
Kabupaten Bantul juga berada pada bentang lahan Fluvio-Marin yang
memiliki banyak potensi dan masalah (pada wilayah Bantul Selatan). Hal ini
terjadi karena wilayah Kabupaten Bantul juga merupakan wilayah transisi
antara asal lahan fluvial (proses yang mengerjai air-sungai) dan asal lahan
marin (proses yang mengerjai angin dan gelombang dari Samudra Hindia).
Selain berada pada apitan bukit patahan dan bentuk lahan dataran
fluvio-marin, Kabupaten Bantul juga berada pada wilayah transisi yaitu
dataran yang asal prosesnya dari aktivitas Vulkanis dan endapan
sungai (Fluvio-Vulcan). Bentuklahan fluvial disebabkan oleh akibat aktivitas
aliran sungai. Aktivitas aliran sungai tersebut berupa pengikisan,
pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) sehingga membentuk
bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal yang
tersusun oleh material sedimen . Bentukan-bentukan ini berhubungan dengan
daerah-daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran
aluvial. Bentukan-bentukan lain dalam skala kecil yang mungkin terjadi dapat
berupa dataran banjir, tanggul alam, teras sungai dan kipas aluvial.

2.3. Sesar Opak


Sesar Opak diperkirakan sebagai sesar turun (Van Bemmelen, 1949;
Untung dkk, 1973; Rahardjo dkk, 1995, dalam Husein dan Srijono, 2009).
Sudarno (1997), dalam penelitiannya mengenai reaktivasi Sesar Opak,
menyimpulkan bahwa Sesar Opak merupakan sesar turun hasil dari reaktivasi
sesar geser mengiri yang telah ada sebelumnya. Setelah peritiwa gempa
Yogyakarta 2006 terjadi, kesimpulan mengenai pergerakan sesar pembentuk

7
gawir menjadi dipertanyakan kembali. Hasil analisis data gempa menunjukkan
sesar penyebab gempa merupakan sesar naik dengan komponen geser mengiri
(Harvard-CMT, NEIC-FMT, dan NIED, 2006, dalam Tsuji, 2009; Meilano, 2007,
dalam Abidin, 2009; Abidin dkk, 2009; Tsuji dkk, 2009).
2.4. Penelitian Terdahulu

Tentu saja yang pertama plotting Sesar Opak dari Pak Wartono yang
diplot berdasarkan pemetaan geologi. Beliau menggunakan dasar data-data
permukaan dan memperkirakan posisi blok-blok yang mana yang bergerak relatif
naik dan mana yang relatif turun. Data-data beliau tentu saja sangat valid. Namun
Pak Wartono juga tidak secara tegas menggambarkan lokasi bidang patahannya,
karena diperkirakan sudah tertutup oleh endapan Merapi Muda. Patahan ini paling
mudah dimengerti karena morfologi serta topografi yang membatasi tinggian
Wonosari dengan Yogyakarta yang berada pada daerah dataran rendah. Walaupun
tidak dijumpai bidang patahannya, namun Sesar Opak yang di plot Pak Wartono
dkk inilah yang menjadi awal pemikiran dari keberadaan Sesar Opak yang
fenomenal. Kalau saja Pak Wartono berkenan mengupdate (memperbaharui) peta
ini sesuai dengan data-data baru yang beliau kumpulkan tentunya akan lebih
menarik lagi. Bagaimanapun peta singkapan adalah sebuah data sahih yang secara
fisik dapat dilihat oleh siapa saja.

8
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Prinsip Dasar Metode VLF


Metode Very Low Frequency (VLF-EM) merupakan salah satu metode
dalam eksplorasi geofisika. Metode ini menggunakan prinsip induksi gelombang
elektromagnetik akibat adanya suatu benda yang konduktif di bawah permukaan
bumi. Dalam penelitian ini dibahas fenomena efek induksi elektromagnetik akibat
adanya batuan yang mempunyai nilai konduktivitas yang cukup tinggi.
Metode VLF mengukur daya hantar listrik batuan dengan cara
mengetahui sifat-sifat gelombang EM sekunder. Gelombang sekunder ini
dihasilkan dari induksi EM sebuah gelombang EM primer yang berfrekuensi
sangat rendah dari 10 sampai 30 KHz. Karena rendahnya harga frekuensi yang
digunakan, maka jangkau frekuensi dikelompokkan ke dalam kelompok VLF
(Very Low Frequency).
Metode ini memanfaatkan gelombang pembawa (carrier wave) dari
pemancar yang dibuat oleh militer yang sebenarnya untuk komunikasi bawah laut.
Gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup dalam karena frekuensinya yang
cukup rendah. Gelombang VLF menjalar ke seluruh dunia dengan atenuasi yang
kecil dalam pandu gelombang antara permukaan bumi dan ionosfer.
Karena induksi gelombang primer tersebut, di dalam medium akan
timbul arus induksi (arus Eddy). Arus induksi inilah yang menimbulkan medan
sekunder yang dapat ditangkap di permukaan. Besarnya kuat medan EM sekunder
ini sebanding dengan besarnya daya hantar listrik batuan (), sehingga dengan
mengukur kuat medan pada arah tertentu, secara tidak langsung kita dapat
mendeteksi daya hantar listrik batuan di bawahnya.
3.2 Perambatan medan Elektromagnetik
Medan elektromagnetik dinyatakan dalam 4 vektor-vektor medan. Yaitu;
E = intensitas medan listrik (V/m), H = intensitas medan magnetisasi (A/m), B =
induksi magnetik, atau rapat fluks (Wb/m2 atau tesla) dan D = pergeseran listrik

9
(C/m2). Keempat persamaan tersebut dikaitkan dalam 4 persamaan maxwell
(persamaan 3.1).
B
E  
t
D
H  i  (3.1)
t
B  0
  D  c
Persamaan (3.1) dapat direduksi dengan menggunakan hubungan-hubungan tensor
tambahan sehingga diperoleh persamaan yang hanya berkait dengan medan E dan
H saja. Apabila diasumsikan medan E dan H tersebut hanya sebagai fungsi waktu
eksponensial, akan diperoleh persamaan vektorial sebagai;
 2E  iE   2E
(3.2)
 2H  iH   2E
dengan  permitivitas dielektrik (F/m),  permeabilitas magnetik (H,m), dan 
kondukivitas listrik (S/m). Bagian kiri pada sisi kanan persamaan (3.2)
menunjukkan arus konduksi, sedangkan bagian kanannya menunjukkan
sumbangan arus pergeserannya.
Di dalam VLF (pada frekuensi < 100 KHz), arus pergeseran akan lebih
kecil daripada arus konduksi karena permitivitas dielektrik batuan rata-rata cukup
kecil (sekitar 100 dengan 0 sebesar 910-12 F/m) dan konduktivitas target VLF
biasanya  10-2 S/m. Hal ini menunjukkan bahwa efek medan akibat arus
konduksi memegang peranan penting ketika terjadi perubahan konduktivitas
medium.
3.3. Segitiga Fase
Pada saat gelombang primer masuk ke dalam medium, gaya gerak listrik
(ggl) induksi es akan muncul dengan frekuensi yang sama, tetapi fasenya
tertinggal 90o. Gambar 3.1 menunjukkan diagram vektor antara medan primer P
dan ggl induksinya.

10
e

S S cos 
R R sin  
 P
0
R cos  S sin 

Gambar 3. 1. Hubungan amplitudo dan fase gelombang sekunder (S) dan primer

Andaikan Z(=R + iL) adalah impedansi efektif sebuah konduktor dengan


tahanan R dan induktans L, maka arus induksi (eddy), Is (=es/Z) akan menjalar
dalam medium dan menghasilkan medan sekunder S. Medan S tersebut memiliki
fase tertinggal sebesar  yang besarnya tergantung dari sifat kelistrikan medium.
Besarnya  ditentukan dari persamaan tan  = L/R. Total beda fase antara medan
P dan S akan menjadi 90o + tan-1 (L/R).
Berdasar hal ini dapat dikatakan bahwa, jika terdapat medium yang sangat
konduktif (R0), maka beda fasenya mendekati 180o, dan jika medium sangat
resistif (R) maka beda fasenya mendekati 90o.
Kombinasi antara P dan S akan membentuk resultan R. Komponen R yang
sefase dengan P (Rcos) disebut sebagai komponen real (in-phase) dan komponen
yang tegak lurus P (Rsin) disebut komponen imajiner (out-of-phase, komponen
kuadratur).

3.4. Polarisasi Elipt


Dalam pengukurannya, alat T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt
dan eliptisitas dari pengukuran komponen in-phase dan out-of phase medan
magnet vertikal terhadap komponen horisontalnya. Besarnya sudut tilt (%) akan
sama dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen in-phase-nya, sedangkan
besarnya eliptisitas  (%) sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya.
Jika medan magnet horisontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar Hx
ei (gambar 2), maka besar sudut tilt diberikan sebagai;

11
H 
2 z  cos 
tan( 2 )   x  2
H
(3.3)
H 
1   z 
 Hx 
dan eliptisitasnya diberikan sebagai;
b H z H x sin 
 
 
(3.4)
a H z e i sin   H x cos 2

a
H
b 
x

Gambar 3. 2. Parameter polarisasi elips

3.5 Rapat Arus Ekuivalen


Rapat arus ekuivalen terdiri dari arus yang menginduksi konduktor dan
arus yang terkonsentrasi dalam konduktor dari daerah sekelilingnya yang kurang
konduktif. Asumsi untuk menentukan rapat arus yang menghasilkan medan
magnetik yang identik dengan medan magnetik yang diukur. Secara teori,
kedalaman semu rapat arus ekuivalen memberikan gambaran indikasi tiap-tiap
kedalaman variasi konsentrasi arus.
∆𝑍 ∆𝑥
𝐼 ( 2 ) = −0.205𝐻−2 + 0.323𝐻−1 − 1.446𝐻0 + 1.446𝐻+1 − 0.323𝐻+2 +
2𝜋 𝑎

0.205𝐻+3 (3.6)
Persamaan filter linear (Karous dan Hjelt) di atas adalah persamaan untuk
menentukan rapat arus ekuivalen dan merupakan filter terpendek yang
memberikan kesalahan kurang dari 8% untuk medan dari lintasan arus tunggal.

12
3.6 Moving Average
Moving average adalah nilai rata – rata pengolahan data yang di
jumlahkan kemudian dibagi 4. Biasanya data yang diolah yaitu data tilt dan elipt.
Dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑡𝑖𝑙𝑡(𝑛−1) +2𝑡𝑖𝑙𝑡𝑛 + 𝑡𝑖𝑙𝑡(𝑛+1) 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑡(𝑛−1) +2𝑒𝑙𝑖𝑝𝑡𝑛 + 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑡(𝑛+1)


MA Tilt = MA Elipt = (3.5)
4 4

Dimana :

MA tilt: moving average tilt


MA elipt : moving average elipt
Elipt : data elipt
Tilt : data tilt
(n-1) : data sebelumnya
(n+1) : data selanjutnya
Moving average elipt adalah nilai rata – rata pengolahan data yang di
jumlahkan kemudian dibagi 4. Biasanya data yang diolah yaitu data tilt dan elipt.
Dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑡𝑖𝑙𝑡(𝑛−1) +2𝑡𝑖𝑙𝑡𝑛 + 𝑡𝑖𝑙𝑡(𝑛+1) 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑡(𝑛−1) +2𝑒𝑙𝑖𝑝𝑡𝑛 + 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑡(𝑛+1)


MA Tilt = MA Elipt = (3.6)
4 4

Dimana :
MA tilt: moving average tilt
MA elipt : moving average elipt
Elipt : data elipt
Tilt : data tilt
(n-1) : data sebelumnya
(n+1) : data selanjutnya

3.7. Karous Filter


Filter dari Karous dan Hjelt (1983) ini dapat menentukan nilai dari rapat
arus terhadap kedalaman sehingga interpretasi kualitatif VLF-EM dapat dilakukan
dengan menggunakan filter Karous-Hjelt. Penerapan hasil filter ini berupa

13
distribusi kerapatan arus yang dapat memberi informasi mengenai daerah
konduktif.
Filter Karous-Hjelt menggunakan apparent depth dan rapat arus H0 yang
berasal dari turunan magnitudo komponen vertikal dan medan magnetik pada
lokasi tertentu. Kedalaman ditentukan dari jarak spasi yang digunakan dalam
perhitungan.
𝐻0 = 0.102𝑀1 − 0.059𝑀2 + 0.561𝑀3 − 0.561𝑀5 + 0.059𝑀6 –
0.102𝑀7
Keterangan :
𝐻0= sinyal output hasil filterkarous-hjelt
𝑀𝑖= datake-i

14
BAB IV
METODOLOGI

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Acara lapangan elektromagnetik dilaksanakan di Desa Trimulyo Jetis ,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan
pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 1 dan 2 September 2017 di pagi hingga
malam hari dengan medan berupa area tambang.

4.2. Desain Survei

Gambar 4.2. Desain Survei


Panjang lintasannya sendiri bervariasi tiap lintasan lalu spasi antar lintasan
ada yang 4m dan ada yang 5m dengan titik pengukuran berjumlah 22 dan 24
buah. Pertimbangan pengambilan lintasan seperti ini ialah melewati target yaitu
struktur geologi berupa sesar minor dari sesar opak serta melewati daerah
sekelilingnya yang sekiranya mempunyai kontras nilai. Selain itu, pertimbangan
medan juga diambil dengan memilih daerah yang sekiranya bisa dilalui.

15
4.3. Peralatan dan Perlengkapan

4
5 3

Gambar 4.2 Peralatan dan Perlengkapan

Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pengambilan


data VLF :
1. Main unit merupakan instrumen untuk menerima gelombang
elektromagnetik dan membaca hasilnya.
2. Meteran merupakan alat untuk mengukur jarak antar titik pengukuran
dan mengukur panjang lintasan.
3. GPS dan Kompas geologi merupakan alat untuk menentukan koordinat
awal titik pengukuran dan mengukur besarnya azimuth lintasan
4. Tabulasi data dan alat tulis merupakan alat untuk mencatat data hasil
pengukuran
5. Payung untuk melindungi instrumen dari panas matahari

16
4.4. Diagram Alir Pengambilan Data

Mulai

Menetukan Lintasan dan


Panjang Lintasan

Mengukur Azimuth dan


Koordinat

Setting Alat
( F1, F2, mode Tilt)

Pengukuran Data

Mencatat Hasil Pengukuran

Selesai

Gambar 4.3 Diagram Alir Pengambilan Data

4.5. Pembahasan Diagram Alir Pengambilan Data


Berdasarkan diagram alir di atas, dapat diketahui urut-urutannya, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Menentukan lintasan kemudian jarak lintasan beserta spasi antar titik
berdasarkan desain survei
2. Lalu menentukan besarnya azimuth lintasan pengukuran dengan kompas
geologi dan koordinat dengan GPS.
3. Siapkan alat dan mulai setting instrumen sesuai SOP.
4. Melakukan akuisisi data kemudian hasilnya dicatat di tabulasi data

17
4.6. Diagram Alir Pengolahan

Mulai

Raw Data

Pengolahan data dengan


menggunakan Ms. Excel

Grafik Tilt vs Ellipt &


Grafik Ma Tilt vs Ma Elipt

Hasil Pengolahan data Excel

Manual (Surfer) Matlab KHFilt

Penampang Rapat Arus

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
Gambar 4.4. Diagram Alir Pengolahan Data

18
4.7. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Berdasarkan diagram alir di atas, dapat diketahui urut-urutannya, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Mengolah data dengan Ms.Excel untuk mendapatkan nilai tilt dan elipt
rata-rata, MA (Moving Average) tilt dan MA Elipt, kedalaman koordinat
dan nilai RAE (Rapat arus ekuivalen) pada setiap titik pengukuran.
2. Membuat penampang manual dengan datanya berupa jarak, kedalaman,
dan nilai RAEnya di Software Surfer baik itu untuk Australia ataupun
Jepang.
3. Membuat penampang RAE di matlab dengan mengubah isi scriptnya
(spasi antar titik pada baris ke 18 dan 103 dan nama filenya pada baris ke
11) sebelum terlebih dahulu membuat datanya di notepad yang berisikan
stasiun, nilai tilt rata-rata dan nilai elipt rata-rata (disimpan satu folder
dengan script matlabnya). Setelah itu disimpan dan dijalankan scriptnya
dan akan muncul penampangnya, lakukan baik itu untuk Australia ataupun
Jepang.
4. Membuat penampang RAE KHFilt dengan cara membuat datanya di
notepad yang berisikan stasiun, nilai tilt rata-rata dan nilai elipt rata-rata
(Bagian atasnya diisikan stasiun, baris ketiga diisikan jumlah file dan
angka 2). Membuka software KHFilt kemudian buka notepad tadi dan
simpan dalam karous data lalu buka karous data ini di surfer lalu buat
penampang KHFiltnya
5. Interpretasi dengan bantuan referensi berupa tinjauan pustaka dan pustaka-
pustaka lainnya

19
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tabel Perhitungan RAE Australia Lintasan 8


Tabel 5.1. Tabel perhitungan Australia lintasan 8
No Stasiun Tilt (%) Elipt (%) Keterangan TILT RATA-RATA ELIPT RATA-RATA MA TILT MA ELIPT RAE
-2 6 KEDALAMAN 4 KEDALAMAN 8 KEDALAMAN 12 KEDALAMAN 16
1 0 -1 7 JARAK RAE JARAK RAE JARAK RAE JARAK RAE
-1 7 -1.3333 6.6667
0 7
2 4 0 7 10.0000 -0.6447 20.0000 -1.4179 30.0000 -2.3030 40.0000 16.0858
2 6 0.6667 6.6667 2.0000 26.0000
2 6
3 8 2 6 14.0000 -1.0309 24.0000 -2.2239 34.0000 5.5404 44.0000 8.4321
2 6 2.0000 6.0000 7.3333 23.6667
3 5
4 12 3 5 18.0000 -3.4413 28.0000 -2.5267 38.0000 4.2696
2 5 2.6667 5.0000 11.6667 20.3333
5 5
5 16 4 4 22.0000 -2.2333 32.0000 4.5166 42.0000 1.8291
4 4 4.3333 4.3333 15.3333 17.3333
4 4
6 20 4 4 26.0000 -2.9149 36.0000 3.5454 46.0000 -1.9680
4 3 4.0000 3.6667 16.3333 14.6667
4 3
7 24 4 3 30.0000 4.9709 40.0000 1.3579 50.0000 -2.5247
4 3 4.0000 3.0000 2.6667 0.6667
-17 -19
8 28 -4 -4 34.0000 3.1286 44.0000 -1.2662 54.0000 -1.3993
-7 -4 -9.3333 -9.0000 -22.0000 -19.0000
-8 -4
9 32 -7 -4 38.0000 2.6308 48.0000 -0.9250
-7 -4 -7.3333 -4.0000 -27.6667 -19.0000
-5 -2
10 36 -3 -2 42.0000 -0.3171 52.0000 -0.3553
-3 -2 -3.6667 -2.0000 -13.6667 1.3333
3 8
11 40 1 11 46.0000 -0.9445 56.0000 2.1563
-1 9 1.0000 9.3333 0.6667 24.6667
2 8
12 44 3 9 50.0000 -0.7707 60.0000 1.6429
2 7 2.3333 8.0000 7.0000 31.0000
1 6
13 48 2 6 54.0000 1.4270 64.0000 0.1741
1 5 1.3333 5.6667 1.6667 24.0000
-2 4
14 52 -4 5 58.0000 1.3746
-4 5 -3.3333 4.6667 -8.6667 18.6667
-4 4
15 56 -3 4 62.0000 0.2545
-3 3 -3.3333 3.6667 -10.6667 15.6667
-2 3
16 60 0 4 66.0000 0.8075
0 4 -0.6667 3.6667 -6.0000 15.6667
-1 5
17 64 -1 4 70.0000 0.8140
-2 5 -1.3333 4.6667 -5.3333 17.0000
-2 4
18 68 -2 4 74.0000 1.8797
-2 4 -2.0000 4.0000 -8.3333 17.6667
-3 5
19 72 -3 5
-3 5 -3.0000 5.0000 -11.0000 18.6667
-3 5
20 76 -3 5
-3 4 -3.0000 4.6667 -12.0000 17.6667
-3 4
21 80 -3 3
-3 3 -3.0000 3.3333 -7.3333 14.3333
1 3
22 84 2 3
2 3 1.6667 3.0000

20
5.2. Tabel Perhitungan RAE Jepang Lintasan 8
Tabel 5.1. Tabel perhitungan Jepang lintasan 8
No Stasiun Tilt (%) Elipt (%) Keterangan tilt rata rata elipt rata rata ma tilt ma elipt rae
20 13 kedalaman 4 kedalaman 8 kedalaman 12 kedalaman 16
1 0 20 13 jarak rae jarak rae jarak rae jarak rae
20 13 20.000 13.000
20 13
2 4 19 13 10.000 -9.824 20.000 -10.893 30.000 -12.114 40.000 -12.126
19 14 19.333 13.333 78.333 52.000
19 13
3 8 20 12 14.000 -9.551 24.000 -11.482 34.000 -9.272 44.000 -13.149
20 12 19.667 12.333 78.333 51.000
20 12
4 12 19 13 18.000 -10.851 28.000 -11.942 38.000 -11.813
20 14 19.667 13.000 80.000 53.000
20 14
5 16 21 15 22.000 -10.488 32.000 -9.568 42.000 -10.882
22 15 21.000 14.667 83.667 57.333
21 15
6 20 22 15 26.000 -12.207 36.000 -12.375 46.000 -9.260
23 15 22.000 15.000 88.667 58.667
23 14
7 24 24 14 30.000 -9.641 40.000 -11.511 50.000 -9.462
24 14 23.667 14.000 88.333 27.333
7 -28
8 28 30 -15 34.000 -12.494 44.000 -9.015 54.000 -11.255
20 -4 19.000 -15.667 85.333 -12.333
23 2
9 32 23 6 38.000 -11.139 48.000 -9.169
25 7 23.667 5.000 88.333 2.000
22 8
10 36 22 7 42.000 -9.563 52.000 -9.573
22 8 22.000 7.667 85.667 38.333
16 15
11 40 18 22 46.000 -9.908 56.000 -8.355
20 17 18.000 18.000 76.667 58.333
18 16
12 44 19 14 50.000 -9.030 60.000 -8.080
19 14 18.667 14.667 73.333 64.667
18 16
13 48 18 17 54.000 -8.078 64.000 -11.135
18 19 18.000 17.333 71.000 60.667
16 12
14 52 17 11 58.000 -8.286
16 11 16.333 11.333 67.333 51.667
17 12
15 56 17 12 62.000 -8.904
16 11 16.667 11.667 68.000 45.667
17 11
16 60 18 11 66.000 -9.963
20 11 18.333 11.000 73.667 46.333
20 12
17 64 20 13 70.000 -10.183
21 13 20.333 12.667 79.667 50.667
21 13
18 68 21 15 74.000 -12.527
20 15 20.667 14.333 82.667 56.333
21 15
19 72 21 15
21 15 21.000 15.000 83.667 60.000
21 16
20 76 21 15
21 16 21.000 15.667 84.000 62.333
21 16
21 80 21 16
21 16 21.000 16.000 64.667 50.667
1 3
22 84 2 3
2 3 1.667 3.000

21
5.3. Grafik Analisis Lintasan 8
5.3.1. Grafik Tilt Vs. Elipt Australia Lintasan 8

Gambar 5.1. Grafik Tilt vs elipt Australia

Berdasarkan grafik antara Tilt vs Elipt Australia, bisa didapat beberapa


kesimpulan. Grafik di atas sendiri berupa stasiun pada sumbu x dan persen pada
sumbu y dengan garis berwarna jingga menunjukan nilai Elipt sementara garis
berwarna biru menunjukan nilai Tilt.
Grafiknya sendiri cenderung fluktuatif dengan nilai tertinggi pada tilt berada
di stasiun 16 dengan nilainya 4.33% dan pada elipt berada di stasiun 40 dengan
nilainya 9.33%. Untuk nilai terendahnya pada tilt berada di stasiun 28 dengan
nilainya -9.33% dan pada elipt berada di stasiun 28 juga dengan nilainya -9%.
Grafiknya sendiri menunjukkan adanya perpotongan pada stasiun 16 hingga
stasiun 28.

22
5.3.2. Grafik MA Tilt Vs. MA Elipt Australia Lintasan 8

Gambar 5.2. Grafik Ma Tilt vs Elipt Jepang

Berdasarkan grafik antara MA Tilt vs MA Elipt Australia, bisa didapat


beberapa kesimpulan. Grafik di atas sendiri berupa stasiun pada sumbu x dan
persen pada sumbu y dengan garis berwarna jingga menunjukan nilai Elipt
sementara garis berwarna biru menunjukan nilai Tilt.
Grafiknya sendiri cenderung fluktuatif dengan nilai tertinggi pada tilt berada
di stasiun 16 dengan nilainya 16.33% dan pada elipt berada di stasiun 44 dengan
nilainya 31%. Untuk nilai terendahnya pada tilt berada di stasiun 32 dengan
nilainya -27.667% dan pada elipt berada di stasiun 28 dan 32 dengan nilainya -
19%. Grafiknya sendiri menunjukkan adanya perpotongan pada stasiun 16 hingga
stasiun 28 juga. Antara grafik tilt vs elipt dan ma tilt vs ma elipt Australia
menunjukkan adanya sedikit kemiripan dengan kontras nilainya bernilai lebih
besar pada grafik MA tilt vs MA elipt Australia

23
5.3.1. Grafik Tilt Vs. Elipt Jepang Lintasan 8

Gambar 5.3. Grafik Tilt vs Elipt Jepang

Berdasarkan grafik antara Tilt vs Elipt Jepang, bisa didapat beberapa


kesimpulan. Grafik di atas sendiri berupa stasiun pada sumbu x dan persen pada
sumbu y dengan garis berwarna jingga menunjukan nilai Elipt sementara garis
berwarna biru menunjukan nilai Tilt.
Grafiknya sendiri cenderung fluktuatif dengan nilai tertinggi pada tilt berada
di stasiun 24 dan 32 dengan nilainya 23.667% dan pada elipt berada di stasiun 40
dengan nilainya 18%. Untuk nilai terendahnya pada tilt berada di stasiun 84
dengan nilainya 1.667% dan pada elipt berada di stasiun 28 juga dengan nilainya -
15.667%. Grafiknya sendiri menunjukkan adanya perpotongan pada stasiun 40,
48, dan 84. Grafiknya sendiri cenderung tidak menunjukkan korelasi antara grafik
Tilt vs Elipt Jepang dengan grafik Tilt vs Elipt Jepang tetapi adanya nilai yang
sangat turun berada pada titik ke 28 di kedua grafik.

24
5.3.2. Grafik MA Tilt Vs. MA Elipt Jepang Lintasan 8

Gambar 5.4. Grafik Ma Tilt vs Elipt Jepang

Berdasarkan grafik antara MA Tilt vs MA Elipt Jepang, bisa didapat beberapa


kesimpulan. Grafik di atas sendiri berupa stasiun pada sumbu x dan persen pada
sumbu y dengan garis berwarna jingga menunjukan nilai Elipt sementara garis
berwarna biru menunjukan nilai Tilt.
Grafiknya sendiri cenderung fluktuatif dengan nilai tertinggi pada tilt berada
di stasiun 20 dengan nilainya 88.667% dan pada elipt berada di stasiun 44 dengan
nilainya 64.667%. Untuk nilai terendahnya pada tilt berada di stasiun 80 dengan
nilainya 64.667% dan pada elipt berada di stasiun 28 dengan nilainya -12.333%.
Grafiknya sendiri menunjukkan tidak adanya perpotongan sama sekali. Antara
grafik tilt vs elipt dan ma tilt vs ma elipt Jepang menunjukkan bentuknya yang
mirip tetapi tidak adanya perpotongan pada grafik MA Tilt vs MA Elipt Jepang
tetapi antara grafik MA Tilt vs MA Elipt Australia dan MA Tilt vs MA Elipt
Jepang tidak menunjukkan kemiripan dengan adanya anomali berupa adanya nilai
yang sangat turun pada stasiun ke 28.

25
5.4. Pembahasan Penampang
5.4.1. Penampang RAE Software Matlab
5.4.1.1. Penampang RAE Software Matlab Australia Lintasan 8

Gambar 5.5. Penampang RAE Software Matlab Australia Lintasan 8

Berdasarkan gambar Penampang RAE Software Matlab Australia Lintasan


8, bisa didapat beberapa kesimpulan. RAE sendiri merupakan tingkat banyaknya
daerah pada sebuah bidang datar yang dapat dilewati oleh arus listrik yang
bernilai persen. Nilai dengan persen terendah berada di bawah 0 yang ditunjukkan
dengan warna biru tua sementara nilai dengan persen tertinggi berada pada nilai
30 dengan warna merah tua. Data yang dipakai berupa stasiun dan Tilt.
Variasi nilainya didominasi oleh nilai rendah sekitar 70% yang berada di
bagian kanan dan kiri penampang sementara nilai sedang hingga tinggi berada
pada bagian tengah penampang. Penampang ini menunjukkan kontras yang sangat
jelas antara daerah dengan nilai rendah dan daerah dengan nilai tinggi karena di
matlab ini memakai filter derivative fraser yang memperlihatkan kontras nilai
sehingga hanya nilai rendah dan nilai tinggi saja yang terekspos. Litologinya
sendiri sangat didominasi oleh batugamping. Terdapat struktur geologi berupa
sesar yang ditunjukkan dengan warna merah pada kedalaman -15m hingga
kedalaman -5 yang nilainya sangat kontras dengan nilai di sekelilingnya
mengindikasikan bahwa sesar yang berupa zona lemah ini ada rekahannya dan
rekahannya ini telah terisi oleh air sehingga nilai RAEnya cukup tinggi. Sesarnya

26
ini arahnya cenderung menujam vertikal ke dalam tanah. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya rembesan air pada kondisi lapangannya.

27
5.4.1.2. Penampang RAE Software Matlab Jepang Lintasan 8

Gambar 5.6. Penampang RAE Software Matlab Jepang Lintasan 8

Berdasarkan gambar Penampang RAE Software Matlab Jepang Lintasan


8, bisa didapat beberapa kesimpulan. RAE sendiri merupakan tingkat banyaknya
daerah pada sebuah bidang datar yang dapat dilewati oleh arus listrik yang
bernilai persen. Nilai dengan persen terendah berada di bawah 0 yang ditunjukkan
dengan warna biru tua sementara nilai dengan persen tertinggi berada pada nilai 8
dengan warna merah tua.
Variasi nilainya didominasi oleh nilai rendah sekitar 60% yang berada di
bagian tengah penampang sementara nilai sedang hingga tinggi berada pada
bagian kanan dan kiri penampang. Penampang ini menunjukkan kontras yang
sangat jelas antara daerah dengan nilai rendah dan daerah dengan nilai tinggi
karena di matlab ini memakai filter derivative fraser yang memperlihatkan
kontras nilai sehingga hanya nilai rendah dan nilai tinggi saja yang terekspos.
Litologinya sendiri didominasi oleh batugamping. Jika dibandingkan antara
penampang RAE Software Matlab Australia dan Jepang pada lintasan 8 maka
terdapat anomali dimana pada penampang RAE Software Matlab Australia
lintasan 8, kontras nilai dengan nilai tingginya berada di tengah tetapi pada
penampang RAE Software Matlab Jepang lintasan 8 berada di bagian kiri dan
kanan. Hal ini dapat terjadi dimungkinkan karena pemancarnya yang memang
berbeda dan juga karena data tilt dan data elipt yang berbeda.

28
5.4.2. Penampang RAE Software KHFilt
5.4.2.1. Penampang RAE Software KHFilt Australia Lintasan 8

Gambar 5.7. Penampang RAE software KHFilt Australia Lintasan 8

Berdasarkan gambar Penampang RAE Software KHFilt Australia Lintasan


8, bisa didapat beberapa kesimpulan. RAE sendiri merupakan tingkat banyaknya
daerah pada sebuah bidang datar yang dapat dilewati oleh arus listrik yang
bernilai persen. Nilai dengan persen terendahnya -7.5 yang ditunjukkan dengan
warna ungu sementara nilai dengan persen tertinggi berada pada nilai 6.5 dengan
warna merah tua. Data yang dipakai berupa stasiun, Tilt, Elipt, dan jumlah
stasiun.
Variasi nilainya cukup bervariasi dimana yang bernilai rendah cenderung
berada di stasiun 28 hingga stasiun 40 sementara yang bernilai tinggi berada di
stasiun 40 hingga stasiun 56 dengan cakupan kedalamannya yang bervariasi.
Variasi nilainya yang tidak kontras yang ditunjukan dengan warnanya yang
beragam karena pada KHFilt ini memakai filter Karous dimana filter ini
mempengaruhi persebarannya secara gradasi. Litologinya bisa dibilang bahwa
sangat didominasi oleh batugamping. Terlihat bahwa daerah dengan nilai RAE
yang cukup rendah yang berada di stasiun 28 hingga stasiun 40 kemungkinan
tidak terkena sesarnya dengan nilai RAEnya sekitar -7.5 hingga -3% sementara

29
daerah dengan nilai RAE cukup tinggi yang berada di stasiun 40 hingga stasiun 56
besar kemungkinan terkena sesar dengan nilai RAEnya sekitar 3-6.5%.
Keberadaan sesar ini dikuatkan dengan adanya rembesan air yang membentuk
kolam kecil pada daerah sesar (zona lemah). Struktur pada daerah penelitian ini
kemungkinan merupakan sesar minor dari sesar opaknya (pengontrol struktur) itu
sendiri.

30
5.4.2.1. Penampang RAE Software KHfilt Jepang Lintasan 8

Gambar 5.8. Penampang RAE Software KHfilt Jepang Lintasan 8

Berdasarkan gambar Penampang RAE Software KHFilt Jepang Lintasan 8,


bisa didapat beberapa kesimpulan. RAE sendiri merupakan tingkat banyaknya
daerah pada sebuah bidang datar yang dapat dilewati oleh arus listrik yang
bernilai persen. Nilai dengan persen terendahnya -4 yang ditunjukkan dengan
warna ungu sementara nilai dengan persen tertinggi berada pada nilai 2.5 dengan
warna merah tua. Data yang dipakai berupa stasiun, Tilt, Elipt, dan jumlah
stasiun.
Variasi nilainya cukup bervariasi dimana yang bernilai rendah cenderung
berada di bagian tengah penampang sementara yang bernilai tinggi cenderung
berada di bagian ujung kanan dan kiri penampang. Variasi nilainya yang tidak
kontras yang ditunjukan dengan warnanya yang beragam karena pada KHFilt ini
memakai filter Karous dimana filter ini mempengaruhi persebarannya secara
gradasi. Litologinya didominasi oleh batugamping. Penampang Australia ini
berkebalikan dengan penampang Jepang dimana nilai RAE yang tinggi pada
penampang Australia berada di bagian tengah penampang sementara nilai RAE
yang rendah pada penampang Jepang berada di bagian ujung kanan dan kiri
penampang.

31
5.4.3. Penampang RAE Perhitungan Manual
5.4.3.1. Penampang RAE Perhitungan Manual Australia Lintasan 8

Gambar 5.9. Penampang RAE Perhitungan Manual Australia lintasan 8


Berdasarkan gambar Penampang RAE Perhitungan Manual Australia Lintasan
8, bisa didapat beberapa kesimpulan. RAE sendiri merupakan tingkat banyaknya
daerah pada sebuah bidang datar yang dapat dilewati oleh arus listrik yang
bernilai persen. Nilai dengan persen terendahnya -4 yang ditunjukkan dengan
warna ungu sementara nilai dengan persen tertinggi berada pada nilai 16 dengan
warna merah tua. Data yang dipakai berupa jarak, kedalaman, dan RAEnya.
Variasi nilainya didominasi oleh nilai rendah sekitar 70% yang berada di
bagian kanan dan kiri penampang sementara nilai sedang hingga tinggi berada
pada bagian tengah penampang. Pada penampang manual ini tidak memakai filter
apapun sehingga data ditampilkan apa adanya, tanpa adanya perubahan secara
signifikan, berbeda dengan perhitungan dengan matlab ataupun KHFilt yang
mempunyai filternya masing-masing. Penampang ini menunjukkan kontras yang
sangat jelas antara daerah dengan nilai rendah dan daerah dengan nilai tinggi.
Litologinya sendiri sangat didominasi oleh batugamping. Terdapat struktur
geologi berupa sesar yang ditunjukkan dengan warna merah pada kedalaman -
15m hingga kedalaman -5 yang nilainya sangat kontras dengan nilai di
sekelilingnya mengindikasikan bahwa sesar yang berupa zona lemah ini ada

32
rekahannya dan rekahannya ini telah terisi oleh air sehingga nilai RAEnya cukup
tinggi. Sesarnya ini arahnya cenderung menujam vertikal ke dalam tanah. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya rembesan air sehingga banyak terbentuk kolam-
kolam kecil pada kondisi lapangannya.
Jika dibandingkan antara Penampang RAE Perhitungan Manual Australia
Lintasan 8 dengan Penampang RAE Software Matlab Australia Lintasan 8 maka
terlihat adanya kemiripan dimana daerah dengan nilai RAE sedang hingga
tingginya berada di bagian tengah penampang sementara daerah dengan nilai RAE
rendah berada di bagian kanan dan kiri penampang.

33
5.4.3.1. Penampang RAE Perhitungan Manual Jepang Lintasan 8

Gambar 5.10. Penampang RAE Perhitungan Manual Jepang lintasan 8

Berdasarkan gambar Penampang RAE Perhitungan Manual Australia Lintasan


8, bisa didapat beberapa kesimpulan. RAE sendiri merupakan tingkat banyaknya
daerah pada sebuah bidang datar yang dapat dilewati oleh arus listrik yang
bernilai persen. Nilai dengan persen terendahnya -13.2 yang ditunjukkan dengan
warna ungu sementara nilai dengan persen tertinggi berada pada nilai -8 dengan
warna merah tua. Data yang dipakai berupa jarak, kedalaman, dan RAEnya.
Variasi nilainya cukup bervariasi dimana yang bernilai rendah cenderung
berada di bagian tengah dan kiri penampang sementara yang bernilai tinggi
cenderung berada di bagian ujung kanan dan kiri penampang. Pada penampang
manual ini tidak memakai filter apapun sehingga data ditampilkan apa adanya,
tanpa adanya perubahan secara signifikan, berbeda dengan perhitungan dengan
matlab ataupun KHFilt yang mempunyai filternya masing-masing.Litologinya
didominasi oleh batugamping. Penampang Australia ini berkebalikan dengan
penampang Jepang dimana nilai RAE yang tinggi pada penampang Australia
berada di bagian tengah penampang sementara nilai RAE yang rendah pada
penampang Jepang berada di bagian ujung kanan dan kiri penampang

34
Jika dibandingkan antara Penampang RAE Perhitungan Manual Jepang Lintasan
8 dengan Penampang RAE Software KHFilt Jepang Lintasan 8 maka terlihat
adanya kemiripan dimana daerah dengan nilai RAE sedang hingga tingginya
berada di bagian bagian kanan dan kiri penampang.sementara daerah dengan nilai
RAE rendah berada di bagian tengah penampang

35
5.5. Korelasi Penampang RAE

Gambar 5.11. Korelasi Penampang RAE

Berdasarkan gambar korelasi penampang RAE 1, 3, dan 7 bisa didapat


beberapa kesimpulan. Penampang yang dipakai merupakan penampang matlab
Australia karena menampilkan kontras nilai RAE yang cukup jelas sehingga
targetnya akan terlihat dengan cukup jelas dan cukup merepresentasikan target
dan juga dipilih Australia daripada Jepang karena kemenerusan warna zonanya
terlihat dengan jelas, berbeda dengan Jepang dimana kemenerusan warna zonanya
cukup hambur. RAE sendiri merupakan tingkat banyaknya daerah pada sebuah
bidang datar yang dapat dilewati oleh arus listrik yang bernilai persen. Daerah
dengan warna biru menunjukkan nilai RAE yang rendah sementara yang berwarna
merah menunjukkan nilai RAE yang tinggi.
Targetnya sendiri berupa strutur geologi yaitu sesar minor. Dari penampang 1
yang berpotongan dengan penampang 7, terlihat bahwa semakin menujam ke
bawah maka nilai RAEnya akan semakin tinggi yang berarti nilai
konduktivitasnya semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan zona berwarna
merah. Selain itu, dari perpotongan penampang di atas, zona berwarna merah ini
berarah barat-Timur. Selain itu, dari perpotongan antara penampang 1, 3, dan 7 ini
terlihat adanya kemenerusan zona warnanya yang berawarna merah hingga sedang
dimana dari penampang 1 kemudian menuju penampang 7 lalu 3 dengan arahnya

36
diperkirakan dari utara-selatan. Terindikasi terdapat 2 sesar dengan arah yang
berbeda karena diperkirakan sesarnya sendiri berupa sesar minor.

37
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan juga pembahasan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, seperti:
1. Pada grafik Konduktivitas vs Inphase High Penetration lintasan 2 dan
grafik Konduktivitas vs Inphase Low Penetration lintasan 2terindikasi
anomali bernilai tinggi hingga 4x lipat pada jarak x nya 428112 hingga
428118 dengan y nya 9134790.
2. Pada grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase High Penetration dan grafik
MA Konduktivitas vs MA Inphase Low Penetration terindikasi anomali
bernilai tinggi hingga 5x lipat pada jarak x nya 428112 hingga 428118
dengan y nya 9134790.
3.
4. Tilt vs Elipt Australia, nilai tertinggi dan terendah pada tilt adalah 4.33%
dan -9.33% lalu nilai tertinggi dan terendah pada elipt adalah 9.33% dan
9%.
5. Pada grafik MA Tilt vs MA Elipt Australia, nilai tertinggi dan terendah
pada tilt adalah 16.33% dan -27.667% lalu nilai tertinggi dan terendah
pada elipt adalah 31% dan -19%.
6. Pada grafik Tilt vs Elipt Jepang, nilai tertinggi dan terendah pada tilt
adalah 23.667% dan -1.667% lalu nilai tertinggi dan terendah pada elipt
adalah 18% dan -15.667%.
7. Pada grafik MA Tilt vs MA Elipt Jepang, nilai tertinggi dan terendah pada
tilt adalah 88.667% dan 64.667% lalu nilai tertinggi dan terendah pada
elipt adalah 64.667% dan -12.333%.
8. Pada penampang RAE Software Matlab Australia Lintasan 8, struktur
sesar berada di tengah penampang.
9. Pada penampang RAE Software Matlab Jepang Lintasan 8, hasilnya
berkebalikan dengan penampang RAE Software Matlab Australia Lintasan
8.

38
10. Pada penampang RAE Software KHFilt Australia Lintasan 8, struktur
sesar bernilai RAE 3-6.5% dan cenderung berada di tengah penampang.
11. Pada penampang RAE Software KHFilt Jepang Lintasan 8, Nilai RAE
tinggi berada di bagian kanan dan kiri penampang.
12. Pada penampang RAE Perhitungan Manual Australia Lintasan 8, struktur
sesar arahnya menujam vertikal ke bawah permukaan.
13. Pada penampang RAE Perhitungan Manual Jepang Lintasan 8, hasilnya
mirip dengan penampang RAE Software KHFilt Jepang Lintasan 8.
14. Pada korelasi penampang RAE terindikasi adanya sesar minor berarah
utara-selatan dan berarah barat-timur

6.2. Saran
Sebaiknya, dalam interpretasi, perlu banyak membaca literatur. Pengacuan
dari peta geologi dan geologi regional serta lokal perlu dilakukan karena akan
memudahkan dalam interpretasi serta cermati setiap langkah pengolahan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Geologi Regional dan Lokal Daerah Yogyakarta. Dikutip dari
dokumen.tips/documents/geologi-lokal-dan-regional-daerah-
yogyakarta.html. Diakses pada tanggal 10 Septeber 2017 pukul 13.36
WIB.
Bemmelen, van, R.W., 1949. The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The
Haque: Nederland.

40

Anda mungkin juga menyukai