Anda di halaman 1dari 32

BAB I

DEFINISI

DEFINISI
Asesmen Pasien adalah suatu proses pengkajian dan pengumpulan informasi tentang
pasien yang membutuhkan pelayanan rumah sakit, guna mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan pasien serta pengambilan keputusan pengobatan yang akan dilakukan
( Standar Akreditasi Rumah Sakit, 2012)

Tujuan asesmen Pasien :


1. Untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh tentang pasien yang
membutuhkan pelayanan kesehatan
2. Untuk mendapatkan informasi yang komprehensif guna pengambilan keputusan
untuk
pelayanan pasien
3. Untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien
sesuaidengan kebutuhannya

Asesmen pasien terdiri dari 3 proses utama :


1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, social
dan riwayat kesehatanpasien
2. Analisa informasi dan data termasuk hasil laboratorium dan imagon diagnostic
(radiologi) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien.
3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien
yang telah diidentifikasi
(Standar Akreditasi rumah Sakit, 2012)
Definisi : Asesmen ulang pasien adalah suatu proses pengkajian ulang dalam
interval tertentu terhadap pasien untuk mengkaji respons terhadap pengobatan
berdasarkan asesmen awal pasien tersebut yang dilakukan oleh staf yang kompeten di
rumah sakit (Standar Akreditasi rumah Sakit, 2012)
Tujuan Asesmen Ulang adalah untuk memahami apakah pelayanan sudah tepat
dan efektif, serta menetapkan respons terhadap pengobatan danuntuk merencanakan

1
pengobatan lanjutan atau untuk rencana pemulangan pasien dari rumah sakit (Standar
Akreditasi rumah Sakit, 2012) .
Proses Asesmen ulang ini dilakukan berdasarkan hasil pengkajian awal yang
dilakukan pada
seluruh pasien di ruang rawat jalan, ruang rawat inap dan ruang gawat darurat.
Asesmen ulang
oleh pemberi pelayanan kesehatan adalah kunci untuk memahami apakah keputusan
pelayanan

sudah tepat dan efektif. Pasien dilakukan asesmen ulang selama proses pelayanan
pada interval tertentu sesuai kebutuhan dan rencana pelayanan atau sesuai kebijakan
dan prosedur. Hasil asesmen ulang kemudian dicatatat dalam rekam medis untuk
informasi dan digunakan oleh semua staf yang member pelayanan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP DAN TATA LAKSANA ASESMEN ULANG

1. Asesmen Medis
2. Asesmen Keperawatan
3. Asesmen Gizi
4. Asesmen Apoteker

1.1. Asesmen Medis


Asesmen ulang medis yaitu berdasarkan anamnesa yang dilakukan setiap 24
jam berisi 4 pokok pikiran yaitu :
1. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama atau keluhan saat dilakukan asesmen ulang misalnya dengan
demam, sesak nafas, nyeri. Kemudian dilakukan pengambilan informasi
secara sistematis meliputi :
a) Lokasi (dimana menyebar atau tidak?)
b) Onset/awitan dan kronologis (kapan terjadinya?berapa
lama)
c) Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering
terjadi?)
d) Kualitas keluhan (rasa seperti apa?)
e) Factor-faktor yang memperberat keluhan
f) Analisa system uang menyertai keluhan yang sama
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD): Apakah pernah mengalami penyakit

seperti ini sebelumnya, kapan dan sudah berapa kali dan telah diberikan obat

apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan

penyakit kronik (hipertensi, diabetes) , perawatan lama, rawat inap, imunisasi,

riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita), riwayat alergi.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Untuk mencari ada tidaknya penyakit


keturunan dari pihak keluarga ( diabetes, hipertensi, tumor,dll) atau riwayat
penyakit menular.

4. Riwayat Sosial dan Ekonomi: untuk mengetahui status sosial pasien,

pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola

3
tidur, minum alkohol atau merokok, obat- obatan, aktivitas seksual, sumber

keuangan, asuransi kesehatan, dan kepercayaan).

Pemeriksaan Fisik

Teknik yang dilakukan dalam pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi: pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang

diperiksa melalui pengamatan, meliputi: ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,

simetris, dan perlu dibandingkan dengan bagian tubuh satu dengan yang lain.

2. Palpasi: Suatu teknik yang menggunakan indera peraba, tangan dan jari jari

adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, contoh:

temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran

3. Perkusi: Pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu

untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya dengan tujuan untuk

menghasilkan suara, tujuannya untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk

dan konsistensi jaringan. Hasil suara yang dihasilkan: sonor: suara perkusi

jaringan normal, redup: suara perkusi jaringan yang padat, pekak: suara perkusi

jaringan yang padat seperti di daerah jantung atau hepar, hipersonor/timpani:

suara perkusi pada daerah yang lebih berongga

4. Auskultasi: adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan


suara yang

dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Suara yang tidak

normal: rales: suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran halus

pernapasan mengembang pada inspirasi. Ronchi: nada rendah dan sangat kasar

terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Wheezing: bunyi yang

terdengar : “ngiiik” pada fase ekspirasi atau inspirasi. Pleura friction rub: bunyi

yang terdengar kering seperti suara amplas pada kayu.

4
Pemeriksaan Tanda vital: Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu

Pemeriksaan fisik Head to Toe

1. Keadaan rambut dan kepala: rambut hitam, coklat, pirang, mudah rontok, kulit

kepala kotor

2. Palpebra: edema, memar, atau cekung pada pasien kekurangan cairan

3. Sclera dan konjungtiva: ikterik, anemis

4. Tekanan intraokular: meningkat pada pasien glaukoma

5. Hidung: simetris, pembesaran konka, epistaxis, kotoran hidung, pernapasan

cuping hidung

6. Mulut: higienitas rongga mulut, radang mukosa mulut, gigi dan geligi adanya

karies, sisa makanan, perdarahan, abses, gigi tanggal, lidah: kotor, tonsil: terdapat

pembesaran tonsil, hiperemis. Faring: kemerahan, sekret

7. Kelenjar getah bening: pembesaran

8. Kelenjar tiroid: pembesaran

9. Dada dan punggung:

- Inspeksi: simetris, bentuk/postur, gerakan nafas (frekuensi,

irama, kedalaman, upaya nafas), warna kulit, lesi, edema,

pembengkakan

- Palpasi: simetris, pergerakan dada, massa atau lesi, nyeri, taktil fremitrus

- Perkusi: suara paru

- Auskultasi: suara nafas, trakea, bronkus, paru dengan stetoskop

10. Abdomen:

- Inspeksi: abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau

tidak, umbilicus menonjol atau tidak, ada massa atau tidak

5
- Auskulasi: suara peristaltik usus 5-35x/menit, bunyi keras dan

panjang disebut borborygmi, pada gastroenteritis atau obstruksi usus

awal, peristaltik berkurang pada ileus paralitik.

- Palpasi: daerah yang nyeri harus di palpasi terakhir, palpasi terhadap


seluruh

dinding perut untuk melihat adanya peritonitis, pankreatitis.

Adanya massa/tumor, turgor kulit pasien, nyeri tekan

11. Anus: adanya hemoroid eksterna, fisura, fistula, tanda keganasan

2. Asesmen Keperawatan

Asesmen keperawatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh tenaga keperawatan

kepada pasien secara terus-menerus untuk mengumpulkan informasi atau data dalam

menentukan masalah keperawatan yang dialami oleh pasien. Proses asesmen keperawatan

yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang asuhan keperawatan yang harus segera

dilakukan dan kebutuhan pasien berkelanjutan. (PPNI, 1999)

Tujuan Asesmen keperawatan pasien


adalah:

2.1. Mengidentifikasi masalah dan memprioritaskan masalah

2.2 Memilih dan membuat intervensi keperawatan

2.3 Mengukur dampak asuhan keperawatan yang telah diberikan

2.4 Mengevaluasi kriteria dan tujuan yang sudah direncanakan

Asesmen ulang keperawatan adalah asesmen ulang yang dilakukan selama

proses keperawatan dalam interval waktu tertentu sesuai dengan kebijakan dan prosedur

rumah sakit.

6
Asesmen ulang keperawatan sesuai dengan asuhan keperawatan dilaksanakan
dalam

bentuk proses keperawatan yang meliputi beberapa


tahap:
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan (intervensi)
4. Pelaksanaan (Implementasi)
5. Evaluasi

Standar asesmen ulang keperawatan sesuai dengan asuhan keperawatan sesuai


dengan

SK Dirjen Pelayanan Medik tahun 1993, terdiri dari:

a. Standar I: pengkajian keperawatan :

- Identitas Pasien: nama, tanggal lahir, tempat tinggal, agama,

pekerjaan, status sosial, status perkawinan, sosial ekonomi, budaya,

kewarganegaraan, status mental (kooperatif atau tidak)

- Masalah kesehatan sekarang: kapan timbulnya, mendadak atau

bertahap, gejala terus-menerus atau hilang timbul, kuantitas, kualitas

keluhan

- Riwayat kesehatan dahulu: pengalaman perawatan sebelumnya,

riwayat operasi, riwayat alergi obat, makanan, penggunaan obat-obatan,

rokok, alkohol, kafein,dll.

- Riwayat penyakit keluarga: untuk menentukan pasien ini memiliki

risiko penyakit genetika dengan tujuan pencegahan penyakit

- Riwayat psikososial: sistem pendukung klien (teman, pasangan, anak-

anak, anggota keluarga lain, teman dekat)

- Kesehatan spiritual: tinjau tentang keyakinan pasien mengenai

kehidupan pasien.
7
- Pengkajian fisik: keadaan umum tampak sakit ringan atau berat,

pengukuran berat badan, tinggi badan pasien, pemeriksaan tanda-

tanda vital pasien,

pemeriksaan tubuh dari kepala hingga kaki, pemeriksaan setiap sistem

organ dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

- Pengkajian data laboratorium dan diagnostik: berdasarkan penyakit


pasien

b. Standar II: diagnosis keperawatan : dirumuskan berdasarkan data status

kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan

pasien.

c. Standar III: perencanaan keperawatan: disusun berdasarkan diagnosis

keperawatan, komponennya meliputi:

1. Prioritas masalah, dengan kriteria: masalah-masalah yang

mengancam kehidupan menjadi prioritas utama, masalah-

masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas

kedua, masalah- masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan

prioritas ketiga.

2. Tujuan asuhan keperawatan, dengan kriteria: spesifik, bisa diukur,

bisa dicapai, realistik, ada batas waktu

3. Rencana tindakan : disusun berdasarkan tujuan asuhan


keperawatan,

melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang

budaya pasien/keluarga, menentukan alternatif tindakan yang

tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang

8
berlaku, lingkungan, sumberdaya dan fasilitas yang ada,

menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.

d. Standar IV: intervensi keperawatan: pelaksanaan rencana tindakan agar

kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal dengan kriteria:

1. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan

2. Menyangkut keadaan bio, psiko, sosial, spiritual

3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan

kepada pasien/keluarga

4. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

5. Menggunakan sumber daya yang ada

6. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik

7. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan

mengutamakan keselamatan pasien

8. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien

9. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan


pasien

10. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan

11. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan

12. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis

yang telah ditentukan

Intervensi keperawatan berorientasi pada komponen keperawatan dasar


meliputi:

a. Memenuhi kebutuhan oksigen

9
b. Memenuhi kebutuhan Nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit:

Pengukuran berat badan, tinggi badan, bentuk sajian makanan, nafsu

makan

pasien, perubahan berat badan, berapa banyak minum sehari, rasa

haus, mukosa mulut kering atau tidak, turgor kulit, edema atau

tidak,dll.

c. Memenuhi kebutuhan Eliminasi: Frekuensi buang air kecil,

warna bak, jumlah sehari, frekuensi buang air besar, warna bab,

konsistensi

d. Memenuhi kebutuhan Keamanan: rasa takut pada pasien

e. Memenuhi kebutuhan Kebersihan dan kenyamanan fisik: rasa nyeri

(lihat manajemen nyeri), penurunan kesadaran, penggunaan alat bantu

f. Memenuhi kebutuhan Istirahat dan tidur: jumlah tidur, pengggunaan

obat tidur

g. Memenuhi kebutuhan Gerak dan kegiatan jasmani: kebutuhan

olahraga, keterbatasan gerak, perubahan gaya berjalan, butuh alat bantu

dalam melakukan aktivitas sehari-hari

h. Memenuhi kebutuhan Spiritual: agama pasien, kebutuhan ibadan di

rumah sakit

i. Memenuhi kebutuhan Emosional : nilai wajah tegang pada pasien,

bingung, cemas, perasaan sedih, mengkritik diri sendiri, kontak mata

10
j. Memenuhi kebutuhan Komunikasi: berbicara lancar atau

tidak, pembicaraan koheren atau tidak, ada disorientasi atau tidak,

menarik diri secara sosial atau tidak, apatis

k. Memenuhi kebutuhan Reaksi fisiologis

l. Memenuhi kebutuhan Pengobatan dan membantu proses penyembuhan

m. Memenuhi kebutuhan Penyuluhan: pengetahuan tentang penyakit,

pengetahuan tentang tindakan, pengetahuan tentang obat

n. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi

e. Standar V: evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik,

sistematis dan berencana

f. Standar VI : catatan asuhan keperawatan : dilakukan selama pasien dirawat

inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi,

komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan,

penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang

baku, setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama perawat

yang melaksanakan tindakan dan waktunya.

11
C. Asesmen Gizi

Asesmen ulang gizi adalah proses pengkajian ulang pasien-pasien yang berisiko

kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit

tertentu, berdasarkan hasil asesmen awal.

Pasien Rawat Jalan

Poliklinik Poliklinik Poliklinik Poliklinik Poliklinik

Skrining Gizi awal


oleh Perawat

Pasien Malnutrisi & Kondisi


Khusus dikirim ke Dietisien

Konseling Gizi
oleh
D ietisien

Proses asesmen gizi ini dilakukan di rawat jalan dan rawat inap. Proses asesmen gizi

di rawat jalan adalah sebagai berikut:

12
Sedangkan proses asesmen gizi di ruang rawat inap merupakan serangkaian

kegiatan yang berulang (siklus), sebagai berikut:

Asesmen / Pengkajian ulang gizi dikelompokkan ke dalam 5 kategori yaitu:

1. Anamnesis riwayat gizi

Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk

komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data

kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan

ketersediaan makanan di lingkungan pasien.

Gambaran asupan makanan dapat digali melalui: anamnesis kualitatif dan


kuantitatif.

a. Anamnesis kualitatif: dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan

makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan.

b. Anamnesis kuantitatif: dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi


sehari

melalui “recall” makanan 24 jam dengan alat bantu “food model”.

13
Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau

daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan. Riwayat gizi

kuantitatif diterjemahkan ke dalam jumlah bahan makanan dan komposisi zat gizi. (lihat

lampiran)

2. Data Biokimia, tes

Data biokimia meliputi

a. hasil pemeriksaan laboratorium,

b. pemeriksaan yang berkaitan dengan status

gizi, c. status metabolik dan

d. gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.

Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras

dengan data asesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk

penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik , dsb. Disamping itu proses

penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat

mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin, perlu menjadi pertimbangan.

3. medis dan prosedur (termasuk data


laboratorium)

4. Pengukuran antropometri

Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat


dilakukan dengan berbagai cara :
1. Pengukuran TB (tinggi badan)

2. Pengukuran BB (berat badan)

3. Tinggi lutut

4. Rentang lengan

5. Lingkar lengan atas (LiLA)

6. Tebal lipatan kulit (Skinfold)


14
7. Lingkar kepala

8. Lingkar dada

9. Lingkar pinggang

10. Lingkar pinggul

11. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Yang paling mudah dilakukan adalah pengukuran Berat badan pada pasien rawat

inap, sebaiknya dicatat saat pasien masuk rawat inap dan dilakukan

pengukuran bb secara periodik selama pasien dirawat minimal setiap 7 hari.

5. Pemeriksaan fisik klinis

Dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan

gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi

merupakan kombinasi dari tanda-tanda vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan

dari catatan medik pasien serta wawancara. Contoh: edema, ascites, kondisi gigi geligi,

massa otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk, dll

6. Riwayat personal

Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu :

a. riwayat obat-obatan atau suplemen yang sering dikonsumsi,

b. sosial budaya: status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah,

dukungan pelayanan kesehatan dan sosial serta hubungan sosial

c. riwayat penyakit: keluhan utama yang terkait masalah gizi, riwayat penyakit

dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronis atau risiko komplikasi,

riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental/emosi, kemampuan kognitif

contoh pada pasien stroke

d. data umum pasien: umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan

15
D. Asesmen Farmasi Klinik

Ruang lingkup farmasi klinik adalah fungsi instalasi farmasi sebagai bagian terpadu

dari perawatan pasien atau memerlukan interaksi dengan profesional kesehatan lain yang

secara langsung terlibat dalam pelayanan pasien. Mutu fungsi farmasi klinik

memerlukan asesmen antardisiplin.

Lingkup fungsi farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam program

rumah sakit, yaitu:

1. Pemantauan terapi obat (PTO)

2. Evaluasi pemantauan obat (EPO)

3. Penanganan bahan sitotoksik

4. Pelayanan di unit perawatan kritis

5. Pemeliharaan formularium, penelitian, pengendalian infeksi rumah sakit

6. Sentra informasi obat

7. Pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (ROM)

8. Program edukasi “in-service” bagi apoteker, dokter, perawat

Fungsi farmasi klinik yang berkaitan secara langsung dengan penderita, yaitu

fungsi dalam proses penggunaan obat, mencakup wawancara sejarah obat penderita,

konsultasi dengan dokter tentang pemilihan regimen obat penderita tertentu, interpretasi

resep/obat, pembuatan profil pengobatan penderita, konsultasi dengan perawat tentang

regimen obat penderita, pemantauan efek obat pada penderita, edukasi pasien, konseling

pasien yang dibebaskan dari rs, pelayanan farmakokinetik klinik.

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah pendekatan profesional yang bertanggung

jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektid,
16
aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, jeahlian,

keterampial dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi

kesehatan lainnya.

Kegiatan:

a. Pengkajian resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan

administrasil, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien

rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

2. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

3. Tanggal resep

4. Ruangan/unit asal resep

Persyaratan farmasi meliputi:

1. Bentuk dan kekuatan sediaan

2. Dosis dan jumlah obat

3. Stabilitas dan ketersediaan

4. Aturan, cara dan teknik penggunaan

Persyaratan klinis meliputi:

1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

2. Duplikasi pengobatan

3. Alergi, interaksi dan efek samping obat

4.Kontra indikasi
5. Efek adiktif

17
b.Dispensing

Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,

menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan

pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.

Tujuan:

1. Mendapatkan dosis yang tepat dan aman

2. Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan

secara oral atau emperal

3. Menurunkan total biaya obat

c. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau

tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada

manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Tujuan:

1. Menemukan ESO (Efek samping obat) sedini mungkin terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang

2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah

dikenal sekali, yang baru saja ditemukan.

3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi

timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan

hebatnya efek samping obat.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kerjasama dengan panitia farmasi dan terapi dan ruang gawat

2. Ketersediaan formulir monitoring efek samping

18
d. Pelayanan informasi obat

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan

informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lain dan pasien.

e. Konseling

Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian

masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat

pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Tujuan konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat

kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan,

jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek

samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan

obat-obat lain.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kriteria Pasien: pasien rujukan dokter, pasien dengan penyakit kronis,

pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi,

pasien geriatrik, pasien pediatrik, pasien pulang.

2. Sarana dan prasarana: ruangan khusus, kartu pasien/catatan


konseling

f. Pemantauan Kadar obat Dalam dara

Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari

dokter yang merawat karena indeks terpai yang sempit

19
Tujuan :

1. Mengatur kadar obat dalam darah

2. Memberikan rekomendasi pada dokter yang merawat

g. Ronde/ Visite Pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan

tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan:

1. Pemilihan obat

2. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik

3. Menilai kemajuan pasien

4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain


Kegiatan:

1. Apoteker harus memperhatikan diri dan menerangkan tujuan dari

kunjungan tsb ke pasien

2. Untuk pasien baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat

terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi

3. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin

penggunaan obat yang benar

4. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna


untuk

pemberian obat

5. Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan

penyelesaian masalah dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap

apoteker yang berkunjung ke ruang pasien untuk menghindari pengulangan

kunjungan.
20
Faktor-Faktor yang perlu dipehatikan:

1. Pengetahuan cara berkomunikasi

2. Memahami teknik edukasi

3. Mencatat perkembangan pasien

h. Pengkajian Penggunaan obat

Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan

berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,

efektif, aman dan terjangkau oleh pasien .

Asuhan farmasi klinik di rumah sakit, meliputi beberapa tahapan, yaitu:

(SOAP oleh Farmasi KARS,2015)

1. Pengumpulan data pasien (subjektif dan objektif): dari rekam medis pasien, profil

pengobatan pasien/ catatan penggunaan obat, wawancara dengan pasien,

keluarga, atau tenaga kesehatan lainnya.

2. Identifikasi masalah terkait obat (Asesmen): mengidentifikasi adanya drug-related


problem yaitu :
2.1. Ada indikasi medis yang tidak diterapi

2.2 Pemilihan obat yang tidak tepat

2.3 Dosis yang tidak sesuai: terlalu rendah atau terlalu tinggi

2.4 Kegagalan dalam konsumsi obat: kepatuhan pasien

2.5 Efek samping obat

2.6 Interaksi obat

2.7 Penggunaan obat tanpa indikasi

21
3. Rekomendasi Terapi (Plan) : berdasarkan masalah yang teridentifikasi di atas, dapat

diberikan rekomendasi terapi dengan mengubah obat, dosis, rute pemberian, waktu

pemberian, penghentian obat atau pemberian obat tambahan, lakukan

pemantauan obat (hasil laboratorium, gejala klinis), edukasi pasien (cara penggunaan

obat,modifikasi gaya hidup)

4. Rencana Pemantauan (Plan)

Pantau hasil rekomendasi yang diberikan , yaitu:

- Efek terapeutik

- Efek yang tidak diharapkan

- Kepatuhan pasien

- Hasil terapi : kualitas hidup pasien

Semua yang dilakukan dalam asuhan farmasi didokumentasikan ke dalam rekam medis

pasien secara integratif bersama dengan petugas kesehatan lain

22
BAB III

DOKUMENTASI

Mendokumentasikan pemeriksaan pasien dalam rekam medis merupakan

langkah kritikal dan penting dalam proses asuhan pasien.

Secara umum kegunaan rekam medis menurut DEPKES RI, yaitu:

1. Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut

ambil bagian dalam pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap pasien.

2. Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan atau perawatan yang harus


diberikan

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan

penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah

sakit.

4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisis, penelitian, dan evaluasi

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien

5. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum

Asesmen ulang seluruh asuhan harus didokumentasikan di dalam rekam medis pada

lembar catatan terintegrasi (CPPT) dengan metode ( S/O/A/P ) yaitu : Subjektif,

objektif, asesmen, plan.

23
1. Subjektif: berisi informasi tentang pasien meliputi informasi yang diberikan

oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting, atau orang yang

merawat.

Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:

a. Keluhan / gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah

sakit , menggunakan kata-katanya sendiri (keluhan utama)

b. Riwayat Penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejalanya

c. Riwayat penyakit terdahulu

d. Riwayat pengobatan , termasuk kepatuhan dan efek samping dari pasien

e. Riwayat Alergi

f. Riwayat sosial dan atau keluarga

g. Tinjauan sistem organ

2. Objektif : berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes-tes diagnostik dan

laboratorium serta hasil imajing (rontgen)

3. Asesmen : Penilaian berdasarkan analisis menyeluruh dari informasi yang


didapat

sebelumnya untuk selanjutnya direncanakan pemberian terapi

4. Plan : berisi renana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan , rencana terapi

yang dibutuhkan dan akan diberikan serta rencana pemantauan khusus yang

akan dilakukan untuk menilik perkembangan kondisi pasien.

24
REFERENSI

1. MATERI SEMINAR DAN WORKSHOP KARS, 2015

2. PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT, DEPKES RI, 2013

3. FARMASI RUMAH SAKIT Teori dan Penerapan, EG C 2003

25
26
27
28
I

29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai