Anda di halaman 1dari 5

KASUS :

Mahasiswa keperawatan PSIK Unsrat melakukan pengkajian pada tanggal 17 Juni 2019. Hasil
pengkajian selengkapnya sebagai berikut :

Inisial pasien Tn.AS, usia 65 tahun, pendidikan SD, tidak kawin, suku Talaud, agama Kristen, alamat
dusun III desa Akas, Kecamatan Damau, Kabupaten Kepulauan Talaud. Penanggung jawab pasien
adalah adik kandung berinisial Ny D.T.S, usia 55 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat dusun
III desa Akas, Kecamatan Damau, Kabupaten Kepulauan Talaud.

Pasien mengatakan bahwa dirinya sering berbicara dengan seorang laki-laki yang tidak diketahui
dari mana asal-usulnya tiba-tiba mengajak pasien berbicara dan menyuruh memukul orang. Suara
bisiskan itu dirasakan terus menerus sepanjang hari terutama di malam hari disaat pasien sedang
menyendiri dan melamun. Akibatnya pasien mengalami gangguan tidur dimalam hari.

Menurut penilaian pasien, suara itu adalah suara orang lain berwujud seorang laki-laki sehingga
pasien merasa kesal dan marah-marah karena suara itu terus menerus menyuruh untuk marah
dan memukul orang lain. Jika suara bisikan itu tidak dituruti, suara laki-laki dalam bisikan yang
didengar itu akan memarahi pasien terus menerus. Karena itu pasien berusaha melawan dan
memberontak isi suara bisikan tersebut.

Riwayat pasien pernah menderita gangguan jiwa sejak tahun 2001 dan pernah di rawat di rumah
sakit jiwa Manado yang saat ini RS Jiwa Prof.dr.V.L Ratumbuysang Manado tahun 2001 sampai
dengan 2002 dengan keluhan yang sama.

Riwayat pengobatan sebelumnya tidak berhasil meskipun sejak keluar rumah sakit tahun 2002
masih melanjutkan rawat jalan selama 6 (enam) bulan sebelum pulang ke kampung di desa
Damau. Pasien masih rutin mengkonsumsi obat secara teratur setelah pulang di kampung selama
5 (lima) tahun. Obat-obat diperoleh oleh keluarga melalui anggota keluarga yang lainnya yang
berdomisili di Manado. Sejak tahun 2008 hingga saat ini pasien tidak lagi minum obat secara
teratur dengan alasan jarak berobat dan ketidaksediaan obat dipuskesmas meskipun sejak tahun
2016 pihak puskesmas sudah menyediakan jenis obat yang diperlukan oleh pasien. Selama periode
2008 hingga saat ini keluarga tidak lagi membawa pasien berobat secara teratur dipuskesmas
dengan alasan pasien tidak pernah menganggu orang lain atau masyarakat sekitarnya.

Riwayat pernah mengalami kegagalan dalam rencana pernikahan dengan seorang wanita. Pasien
merasa kecewa karena calon istrinya meninggal dunia. Akibatnya pasien merasa sangat terpukul
dengan peristiwa yang dialaminya itu, pasien lebih banyak mengurung diri di rumah, tidak mau
bergaul dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya sehingga pasien merasa sangat terisolir.
Tidak ditemukan riwayat pasien pernah mengalami aniaya fisik, seksual dan kekerasan dalam
rumah tangga.

Ada riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa saat ini maupun di masa lampau
(Paman dari pihak ibu juga mengalami sakit yang sama, meninggal 10 tahun yang lalu).
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan menurut pasien dan keluarga adalah disaat
pasien mengalami kekecewaan yang mendalam akibat kematian calon istrinya sebelum
pernikahan. Dampak lain yang dilakukan oleh pasien untuk menutupi rasa kecewa adalah dengan

1
mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dengan alasan untuk menghindari rasa stres yang
dirasakan saat itu.

Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah 130/80 mmHg, pernapasan 24 kali/menit, nadi 64
kali/menit, suhu badan 36,7 0 C. Sedangkan tinggi badan 167 cm dan berat badan 56 kg.

Didalam anggota hanya pasien yang menderita gangguan jiwa, klien anak ketiga dari empat
bersaudara. Klien tinggal serumah dengan adik perempuan nomor 4 (empat). Kedua orangtua dan
kakak tertua serta kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu telah meninggal

Perubahan konsep diri yang dirasakan hingga saat ini adalah gangguan harga diri dimana pasien
merasa tidak berarti dan berharga dimata keluarga. Pasien merasakan keluarga dan masyarakat
disekitar tempat tinggal selalu menghindari dirinya. Demikian juga dalam perannya ditengah
keluarga sebagai kakak atau adik ditengah keluarga dirasakan pasien sebagai suatu kegagalan
karena ketidakmampuan menjalankan peran yang berarti dalam keluarga. Konsep diri terkait citra
tubuh, identitas diri dan ideal diri lebih kearah adaptif dimana pasien berkeyakinan akan sembuh
dan dapat bergaul dengan orang lain disekitar tempat tinggal (ideal diri). Pasien mengatakan tidak
ada yang kurang dari dirinya secara fisik (citra tubuh) dan pasien menyadari identitasnya sebagai
seorang laki-laki yang sudah berusia lanjut meskipun belum menikah. Pasien mengatakan orang
yang paling berarti dalam hidupnya adalah keluarganya (adik perempuan), karena selama ini yang
merawat pasien adalah adik perempuannya, memenuhi kebutuhan setiap hari dan selalu merawat
pasien meskipun harus mengurus kebutuhan keluarganya. Pasien merasa tidak memiliki peran
yang berarti di masyarakat karena merasa hanyalah seorang lulusan SD, tidak memiliki keluarga,
tidak bekerja dan sudah lanjut usia. Dampak yang dirasakan oleh pasien adalah kesulitan
berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain dilingkungan sekitar tempat tinggal. Sebagian
aktivitasnya hanya dihabiskan di rumah dan tidak melakukan apapun, lebih banyak menyendiri
dan mengurung diri di kamar. Nilai-nilai keyakinan spiritual yang masih dirasakan pasien adalah
keyakinan yang kuat untuk sembuh dari sakit karena pertolongan dari Tuhan Yesus, meskipun
pasien tidak pernah mengikuti kegiatan kerohanian seperti beribadah di gereja setiap minggu atau
kegiatan ibadah keluarga.

Hasil pemeriksaan status mental :


Penampilan pasien rapi, memakai pakaian yang sesuai, di rumah pasien mandi 2 (dua) kali sehari,
rambut disisir rapih. Kuku tangan dan kaki terkesan kotor.

Pembicaraan pada interaksi awal terkesan tidak mampu memulai pembicaraan. Setelah beberapa
kali interaksi pasien dinilai mampu memulai pembicaraan meskipun terkesan lambat namun
intonasi suara didengar cukup jelas.

Aktivitas motorik yang diobservasi secara keseluruhan pasien tampak lesu. Tidak didapatkan
aktivitas motorik seperti tegang, gelisah, agitasi, tik, gremasen, tremor dan kompulsif.

Alam perasaan pada saat pengkajian didapatkan pasien mengatakan merasa bersedih karena
harus dirawat di puskesmas selama beberapa hari dan selalu meminta keluarga untuk dipulangkan
kerumah dengan alasan pasien tidak sakit. Pasien juga mengatakan takut keluar rumah pada
malam hari karena ada gangguan makluk gaib (sosok setan)

2
Afek yang sedang dialami pasien terkesan datar disaat pasien diminta menceritakan isi halusinasi
yang menganggu pasien. Afek tumpul juga teridentifikasi saat pasien menceritakan kesedihannya
dimasa lalu

Interaksi selama wawancara terkesan kurang kooperatif dan menunjukkan sikap bermusuhan
diawal interaksi di hari pertama, akan tetapi dihari selanjutnya pasien sudah kooperatif dengan
perawat. Data lain hasil observasi adalah kontak mata kurang, tidak mau menatap perawat.

Persepsi pasien terganggu dengan mengatakan mendengar suara bisikan seorang laki-laki yang
menyuruh pasien berteriak dan marah-marah bahkan menyuruh memukul orang lian.

Proses pikir ditemukan data pada saat wawancara dengan pasien tiba-tiba terhenti (blocking) dan
perawat mengarahkan kembali topik pembicaraan dari awal. Tidak ditemukan tanda-tanda
sirkumtansial, tangensial, kehilangan asosiasi, perseverasi dan flight of idea.

Isi pikir terkait dengan ketakutan (fobia) yang dirasakan oleh pasien dengan mengatakan takut jika
pada malam hari, tidak ditemukan tanda dan gejala waham

Tingkat kesadaran pasien dinilai mampu membedakan waktu, tempat dan orang. Tidak ditemukan
perubahan kesadaran bingung, sedasi dan stupor

Memori pasien dikategorikan memiliki daya ingat jangka panjang dimana pasien mampu
mengingat kejadian dimasa lalu pada saat gagal menikah dengan calon istri.

Tingkat konsentrasi dan berhitung, pasien mampu menghitung penjumlahan sederhana.

Kemampuan penilaian dikategorikan mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan karena


harus dibantu oleh keluarga dalam mengambil keputusan ketika diberi kesempatan pada pasien
untuk memilih aktivitas sederhana antara mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum
mandi

Daya tilik diri dimana pasien mengatakan dirinya tidak sakit atau mengalami gangguan jiwa
(mengingkari), sehingga tidak perlu minum obat secara terus menerus setiap hari.

Kebutuhan persiapan pulang yang seharusnya diobservasi selama di rumah sakit ataupun
puskesmas tetapi karena pasien dirawat dirumah maka peneliti langsung mengobservasi
kebutuhan pasien di rumah antara lain :

Pasien makan 2-3 kali sehari dengan pola menu bervariasi nasi, ikan dan sayur (kadang) dengan
cara makan menggunakan sendok. Tidak ada pantangan makan bagi pasien. Pasien tidak mampu
menyiapkan dan membersihkan alat makan setelah makan. Semua kebutuhan makan dan minum
disiapkan oleh keluarga. Kebutuhan makan pasien dikategorikan bantuan total.
Hasil observasi kemampuan pasien menggunakan dan membersihkan WC setelah bab dan bak
dapat dilakukan sendiri. Kemampuan ini dilakukan oleh pasien atas bantuan keluarga yang melatih
setiap hari.

3
Hasil observasi kemampuan pasien melakukan kegiatan mandi kadang 1-2 kali sehari, menyikat
gigi, mencuci rambut sedangkan menggunting kuku dan mencukur jenggot dibantu oleh keluarga

Hasil observasi kemampuan pasien dalam berpakaian dapat mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian sendiri meskipun pakaian kadang tidak berpasangan dalam kesesuaian warna karena
pakaian telah disipakan oleh keluarga.

Hasil obervasi dan wawancara terkait pola tidur pasien, selama 1 bulan terakhir mengalami
gangguan tidur karena sering diganggu oleh bisikan suara setiap malam. Sedangkan persiapan
sebelum tidur seperti menggosok gigi, cuci kaki dan berdoa tidak pernah dilakukan oleh pasien.
Demikian juga aktivitas sesudah tidur seperti merapihkan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan
menyikat gigi jarang dilakukan oleh pasien kecuali didorong oleh keluarga. Selama pasien
mengalami kekambuhan aktivitas tidur siang lamanya 5-6 jam sedangkan tidur malam lamanya 2-3
jam.

Hasil observasi dan wawancara dengan keluarga terkait penggunaan obat, selama 11 tahun tidak
pernah minum obat. Keluarga mengatakan bahwa selama ini klien sering kambuh dan sembuh
sendiri dan keluarga berprinsip bahwa pasien tidak pernah menganggu dan membahayakan
oranglain

Keluarga mengatakan bahwa selama 11 tahun klien tidak pernah dibawa kontrol ke puskesmas
untuk perawatan lanjut karena alasan ekonomi, jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan dan pasien
yang menolak berobat dengan alasan tidak pernah sakit.

Aktivitas rutin didalam rumah seperti mencuci baju, menyapu, membersihkan tempat tidur
dilakukan oleh keluarga. Demikian juga aktivitas diluar rumah juga tidak pernah dilakukan oleh
pasien.

Hasil observasi terhadap mekanisme koping pasien diantaranya pasien sering menyangkal bahwa
dirinya sedang mengalami gangguan jiwa, menyalahkan orang yang selalu menganggu karena
bisikan suara.

Hasil observasi terhadap masalah psikososial dimana pasien kurang mendapatkan dukungan dari
kelompok masyarakat oleh karena pasien tidak pernah bergaul dengan orang lain, waktu lebih
banyak dihabiskan dirumah (dalam kamar), pasien tidak memiliki keluarga (istri dan anak-anak)
sehingga ketergatungan pada keluarga (adik perempuan) sangat tinggi. Pasien juga tidak memiliki
pekerjaan sehingga anggota keluarga yang merawat pasien sangat kesulitan dalam kemampuan
ekonomi memenuhi semua kebutuhan pasien termasuk kemampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan.

Kurang pengetahuan yang dimiliki oleh pasien dan keluarga dalam hal proses gangguan jiwa.
Keluarga kurang mempedulikan pentingnya perawatan lanjut seperti pengobatan dan kontrol yang
teratur ke puskesmas terdekat.

4
Diagnosa medis saat ini adalah skizofrenia dengan terapi medis yang diberikan antara lain obat
oral chlorpromasin 100 mg (2x1 perhari), triheksipenidil 2 mg (2x1 perhari) dan haloperidol 1,5 mg
(2x1 perhari)

Anda mungkin juga menyukai