Anda di halaman 1dari 12

BAB 4

OVERDOSIS

4.1 OVERDOSIS
A. Definisi
Overdosis obat dapat menyebabkan perubahan fisik dan mental cepat
pada sesorang. Overdosis obat yang umumnya dijumpai adalah disebabkan
oleh asetaminofen, amfetamin, benzodiazepine, karbon monoksida, kokain,
hidrokarbon fluorinisasi, asam kisergik dietilamida (LSD), methanol, opiate,
salisilat dan antidepresan trisklik.
Masuknya sebagian besar pasien overdosis di unit perawatan kritis adalah
karena overdosis sengaja atau dugaan bunuh diri. Sebagai bagian dari riwayat
mereka, para pasien ini seringkali menderita masalah jiwa, masalah
penyalahgunaan zat, atau keduanya. Gejala dan sindrom putus zat sering
mempersulit pengkajian kemungkinan toksidroma. Toksidroma adalah
sekumpulan tanda dan gejala yang terkait dengan overdosis atau pajanan
terhadap golongan tertentu obat-obatan dan racun.
Zat yang paling banyak disalahgunakan adalah nikotin, alkhohol, heroin,
marijuana, analgesic narkotik, amfetamin, benzodiazepine, dan kokain.
Beberapa anak-anak dan remaja beralih ke zat biasa digunakan di rumah
tangga karena mudah didapat. Orang yang berupaya mengatasi stress lewat
penyalah gunaan zat membutuhkan program terapi komprehensif untuk
membahas tentang koping dan masalah adaptasi mereka.

B. Tanda dan Gejala


Toksidroma adalah sekumpulan tanda dan gejala yang terkait dengan
overdosis atau pajanan terhadap golongan tertentu obat-obatan dan racun.
Dengan mengenali adanya toksidroma dapat membantu mengidentifikasi
racun-racun atau obat-obatan yang terpajang pada pasien dan system tubuh
penting yang mungkin terkena.
Toksidroma Tanda/Gejala Penyebab Umum
Antikolinergik Delirium, kering, kulit Antihistamin, atropine,
memanas, pelebaran rumput jimson

47
48

pupil, kenaikan suhu,


penurunan bising usus,
retensi urin, takikardia
Kolinergik Salvias berlebihan, Insektisida organofosfat
lakrimasi, berkemih, (missal malathion,
diare, dan emesis, diazinon), insektisida
diaphoresis, bronkorea, karbamat (misal
bradikardia, karbaril, propuksor)
fasciakulasi, depresi
system saraf pusat,
pengecilan pupil
Opioid Depresi system saraf Opiat (missal kodein,
pusat, depresi morfin, propoksifena,
pernapasan, pengecilan heroin), difenoksilat
pupil, hipotensi, (missal atropine sulfat)
hipotermia
Simpatomimetik Agitasi, takikardia, Amfetamin, kokain,
hipertensi, kejang, teofilin, kafein
asidosis metabolik

C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien overdosis bertujuan mencegah absorpsi dan
pajanan lebih lanjut terhadap agen penyebab. Penanganan dimulai dengan
pertolongan pertama di tempat kejadian dan dilanjutkan di unit gawat darurat
dan seringkali di unit perawatan intensif (ICU). Penatalaksanaan umum lanjut
melibatkan langkah berikutnya untuk mencegah absorpsi dan meningkatkan
eliminasi agens.
1. Stabilisasi
a) Kaji, tetapkan dan pertahankan jalan napas
b) Evaluasi upaya pernapasan
c) Pertahankan sirkulasi adekuat
d) Pantau funsi jantung, karena banyak obat-obatan yang
mengkonduksi jantung terlambat dan aritmia
e) Pertahankan atau koreksi keseimbangan cairan asam basa dan
homeostatis elektrolit
f) Kaji kejiwaan
49

g) Identifikasi cedera dan proses penyakit yang meningkatkan


resiko
h) Ukur tanda vital dan suhu untuk mengetahui perubahan
2. Dekontaminasi Awal
a) Pajanan Okular
Banyak zat yang secara tidak sengaja terpercik masuk ke mata.
Jika ini terjadi, mata harus dibilas untuk menghilangkan agens
tersebut. Irigasi segera dengan air hangat kuku atau salin normal
dianjurkan. Mengaliri mata secara terus-menerus dengan segelas
air atau pancuran dengan tekanan rendah harus dilakukan
selama 15 menit. Pasien harus mengedip-ngedipkan mata
selama irigasi
b) Pajanan Kulit
Ketika terjadi pajanan kulit, pasien harus mengaliri kulit dengan
air hangat kuku selam 15-30 menit. Pasien harus melepaskan
pakaian yang mungkin telah terkontaminasi. Setelah berdiri di
bawah pancuran selama waktu yang ditentukan, pasien
kemudian harus mencuci area tersebut dengan perlahan
menggunakan sabun dan air serta membilasnya secara seksama.
c) Pajanan Inhalasi
Korban pajanan inhalasi harus dipindahkan ke udara segar
secepat mungkin. Evaluasi pernapasan dibutuhkan jika pasien
mengalammi iritasi pernapasan atau sesak napas.
d) Pajanan Ingesti
Susu atau air mengencerkan iritan yang tertelan seperti pemutih
atau bahan yang mengiritasi seperti pembersih saluran. Evaluasi
lanjutan dibutuhkan setelah pengenceran jika terdapat iritasi
mukosa atau luka bakar. Keran resiko aspirasi, ingesti tidak
boleh diencerkan jika disertai kejang, depresi status mental, atau
hilangnya refleks muntah.
50

3. Dekontaminasi Pencernaan
a) Lavase Lambung
Lavase lambung adalah suatu metode dekontaminasi
gastrointestinal. Cairan (salin normal) dimasukkan ke dalam
lambung melalui sebuah selang orogastrik berdiameter besar dan
kemudian dialirkan dalam upaya mengambil sebagian agens
yang ditelan sebelum diabsorpsi.
Sebuah slang nasogastrik berdiameter kecil kecil tidak efektif
untuk lavase karena materi tertentu seperti tablet atau
kapsulterlalu besar untuk melewati slang tersebut.
Komplikasi pada lavase lambung dapat mencakup perforasi
esophagus, aspirasi paru, ketidakseimbangan elektrolit,
pneumothoraks akibat tegangan, dan hipotermia. Lavase
dikontraindikasikan pada pada kasus ingesti bahan korosif atau
hidrokarbon dengan potensi aspirasi tinggi.
b) Adsorben
Adsorben adalah suatu zat padat yang mempunyai kemampuan
menarik dan menahan zat lain dipermukaan (menyerap). Arang
aktif adalah suatu adsorben nono spesifik yang efektif untuk
banyak obat dan racun. Arang aktif menyerap atau
memerangkap obat-obatanatau racun diarea permukaannya yang
luas dan mencegah penyerapan dari saluran gastrointestinal.
Dosis lazim yang diberikan adalah satu botol berisi 50 g. arang
aktif figunakan dengan hati-hati pada pasien yang mengalami
penurunan bising usus dan dikontraindikasikan pada pasien yang
mengalami obstruksi usus.
c) Irigasi Usus Lengkap
Tujuan irigasi usus lengkap adalah memberikan volume larutan
yang berisi elektrolit seimbang dalam jumlah besar dan cepat
untuk membilas usus pasien secara mekanisn tanpa
menimbulkan gangguan elektrolit
51

4. Peningkatan Eliminasi Obat atau Racun


Karakteristik dan kinetic obat atau racun amat mempengaruhi
keparahan dan lama perjalanan klinis pasien yang keracunan atau
overdosis akut. Laju penyerapan, penyebaran di tubuh, metabolism dan
eliminasi harus dipertimbangkan saat memilih metode untuk
mengeliminasi obat atau racun dari tubuh. Terdapat enam metode guna
meningkatkan eliminasi antara lain,
a) Arang Aktif Dosis Ulang
Pemberian dosis ulang arang aktif dapat menghasilkan adsorpsi
yang lebih besar pada beberapa obat-obatan tertentu seperti
aspirin, asam valproat, dan teofilin.
b) Perubahan pH Urin
Alkalinisasi urin pasien meningkatkan ekskresi obat-obatan
yang merupakan asam lemah dengan meningkatkan jumlah obat
terionisasi dalam urin. Alkalinisasi urin sering digunakan pada
pasien mengalami overdosis salisilat.
c) Hemodialis
Hemodialisis adalah proses pengubahan komposisi zat terlarut
darah dengan membuangnya dari arteri, mendifusikannya
melintasi membrane semipermeabel (diantara darah dan larutan
garam), kemudian mengembalikannya ke dalam vena. Prosedur
ini digunakan pada intoksikasi sedang hingga berat guna
membuang obat atau racun dengan cepat metode yang lebih
konservatif gagal atau pada pasien yang mengalami penurunan
fungsi ginjal.
d) Hemoperfusi
Hemoperfusi membuang obat-obatan dan racun dari tubuh
pasien dengan memompa darah melalui sebuah penampung
materi yang terserap, seperti arang aktif. Keuntungan lebih
hemoperfusi disbanding hemodialisis adalah bahwa area
permukaan total membrane dialisasi jauh lebih luas dengan
penampung hemoperfusi.
52

e) Kelasi
Kelasi melibatkan pemakaian agens pengikat untuk membuang
kadar racun logam dari tubuh, seperti raksa, timbale, besi, dan
arsenic.
f) Terapi oksigen hiperbarik
Pada terapi HBO, oksigen diberikan kepada pasien dalam
sebuah bilik tertutup pada tekanan yang lebih besar daripada
tekanan dibawah laut (missal 1 atmosfer mutlak). Hasilnya
adalah peningkatan eliminasi karbon monoksida. Komplikasi
terapi HBO mencakup otalgiaterkait tekanan, nyeri sinus, nyeri
gigi, dan pecah membrane timpani

5. Antagonis, Anti-racun, dan Anti-bisa


Dalam farmakologi, suatu antagonis adalah suatu zat yang
menetralkan kerja obat lain.
Obat/Racun Antidot
Asetaminofen N-asetilsistein (mucomis)
Antikolinergik Fisostigmin (antilirium)
Benzodiazepin Flumazenil (romazicon)
Agens penyekat beta Glucagon
Penyekat saluran kanal kalsium Glucagon, kalsium klorida
Karbon monoksida Oksigen
Sianida Lily cyanide antidote kit : amiol
nitrit, natrium nitrit, dan natrium
tiosulfat
Digoksin Fragmen Fab spesifik-digoksin
(Digibind)
Etilen glikol Femopizol (Antizol), etanol
Metanol Femopizol (Antizol), etanol
Nitrit Metilen biru
Opioid Nalokson (Narcan)
Insektisida organofosfat Atropin, pralidoksim
53

6. Penyuluhan Pasien
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan perawat di unit gawat
darurat atau unit perawatan intensif adalah penyuluhan preventif.
Semua pasien (dan orang tua pasien anak) yang selamat dari keracunan
harus diajarkan cara mencegah berulangnya kejadian tersebut. Orang
tua anak yang masih kecil membutuhkan informasi mengenai keamanan
anak di rumah. Memberikan informasi terkait dengan pencegahan
keracunan pada masa kanak-kanak. Selain itu, detector karbon
monoksida memberikan peringatan adanya masalah di rumah mereka.
Perusahaan pembuat alat dan dinas kesehatan dan pemadam kebakaran
local dapat membantu mengidentifikasi dan menyingkirkan sumber
asap.

4.2 ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Primary survey
a. Airway support
Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah
ada tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah
merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien
tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh ke
belakang rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya
trakea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan bantuan pernapasan,
jalan napas harus terbuka. Teknik yg dapat digunakan adalah cross
finger (silang jari). Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik
finger sweep (sapuan jari).
b. Breathing support
Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penilaian status pernapasan klien,
apakah masih bernapas atau tidak. Teknik yg digunakan adalah
LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF dilakukan tidak lebih dari
10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan yg dilakukan adalah
54

pertahankan jalan napas agar tetap terbuka, jika klien tidak


bernapas, berikan 2 x bantuan pernapasan dgn volume yg cukup.
c. Circulation support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan
kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami
henti jantung. Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan
dan mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi
optimal dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support).
d. Disability
Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi
tingkatan kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-
tanda vital.
e. Exposure
Lakukan pengkajian head to toe.
f. Folley kateter
Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan
untuk melakukan perhitungan balance cairan.
g. Gastric tube
Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah
kumbah lambung yang bertujuan untuk membersihkan lambung
serta menghilangkan racun dari dalam lambung.
h. Heart monitor
Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung,
peningkatan tekanan darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler.

Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus


mengkaji riwayat pasien :
A : Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi
perawat bisa menanyakan keluarga atau teman dekat tentang
riwayat alergi pasien )
M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )
55

P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah


kardiovaskuler atau pernapasan
L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi)
E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan
utama, dan mekanisme overdosis)

2. Secondary survey
Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatmen). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal
(intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3
minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan
adiktif secara bertahap. Tindakan yang harus dilakukan adalah
melakukan tindakan keperawatan head to toe.

3. Riwayat kesadaran
Riwayat keracunan ,bahan racun yang digunakan,berapa lama
diketahui setelah keracunan ada masalah lain sebagi pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.

B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi
2. Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi
psikotropika yang berlebihan secara terus menerus)
5. Resiko distress pernapasan b.d asidosis metabolik

C. Intervensi keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi
56

Tujuan : pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif


Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
pasien menunjukkan kemudahan bernapas, pergerakan
sumbatan keluar dari jalan napas
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
2) Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan napas
dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan
napas oral dan/atau trakea
3) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk
mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya
suara napas tambahan
4) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada
sputum, seperti warna, karakter jumlah dan bau
5) Konsultasikan dengan tim medis dalam pemerian oksigen, jika
perlu

2. Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat


Tujuan : Pasien menunjukkan pola pernapasan efektif
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
pasien menunjukkan status pernapasan : status ventilasi
dan pernapasan yang tidak terganggu, kedalaman inspirasi
dan kemudahan bernapas
Intervensi :
1) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
2) Pantau pola pernapasan
3) Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan adanya suara napas tambahan
4) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik
relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan
57

3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi


hemoglobin dalam darah
Tujuan : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecul
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan.
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam suhu,
hidrasi, warna kulit, nadi perifer, tekanan darah, dan
pengisisan kapiler baik dan lancar dan dalam batas normal
Intervensi:
1) Kaji terhadap sirkulasi perifer pasien (nadi perifer, edema,
warna, suhu dan pengisisan ulang kapiler pada ekstremitas)
R/ memantau sirkulasi perifer
2) Manajemen sensasi perifer
R/ mencegah atau meminimalkan ketidaknyamanan pasien
3) Ajarkan pasien / keluarga tentang : menghindari suhu
ekstrempada ekstremitas
R/ jika ada tanda dan gejalanya dapat langsung dilaporkan ke
ruang perawat
4) Kolaborasi : berikan obat antitrombosit atau antikoagulan
R/ untuk mencegah pembekuan darah karena infusiensi arteri
dan vena

4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi


psikotropika yang berlebihan secara terus menerus)
Tujuan : pengembalian volume cairan klien
Kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam hidrasi
adekuat dan status nutrisi adekuat maupun keseimbangan
cairan pasien dalam batas normal
Intervensi :
1) Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output)
R/ mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan elektrolit.
2) Manajemen cairan (timbang berat badan, ttv, intake/output)
58

R/ meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah


komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak
diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
R/ agar dapat mencatat intake pasien
4) Kolaborasi : laporkan dan catat haluaran kurang/lebih dari
batas normal dan berikan terapi IV sesuai program.
5. Resiko distress pernapasan b.d asidosis metabolik
Tujuan : Pasien mempertahankan pernapasannya secara efektif .
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam, pasien bebas dari sianosis dan tanda – tanda syok.
Intervensi :
1) Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan
R/ mendeteksi derajat trauma
2) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya (semi/fowler)
R/ memudahkan ekspansi paru
3) Anjurkan pasien melakukan latihan napas dalam
R/ mencegah atau menurunkan atelektasis
4) Kolaborasi : pemberian oksigen (non rebirthing)
R : mempertahankan breathing pasien

Anda mungkin juga menyukai