SARANG REMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
(9 :قُ ْل ه َْل َي ْست َ ِوي الَّذِينَ يَ ْعلَ ُمونَ َواَلَّذِينَ َل َي ْعلَ ُمونَ (الزمر
Artinya: “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-
orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”.
(QS. Az-Zumar: 9)1
Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu
dan orang yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu
sendiri dan manfaat dan keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu.2
1
Al-Qur`an, 39: 9.
2
Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi, Adab al-Dun-ya wal al-Din, (Beirut: Dar Iqra.
1985), hlm:36.
3
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah. TT., Juz 1),
hlm: 12.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal,
merasakan, dan menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau
bentuk sesuatu dalam akal.4
ش ِهدَ هللاُ أَنَّهُ َل ِإلَهَ ِإ َّل ُه َو َو ْال َم َلئِ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَائِ ًما ِب ْال ِق ْس ِط
َ
(18 :يز ْال َح ِكي ُم (آل عمران ُ َل ِإلَهَ ِإ َّل هُ َو ْال َع ِز
4
Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, Ensiklopedi Fiqih, (Kairo: Dar As-Shofwah,
2007), juz. 30 hlm. 291.
5
Al-Qur`an, 3: 18.
3
para ahli ilmu. Diletakkannya para ahli ilmu pada urutan ke-3 adalah sebuah
pengakuan Allah SWT, atas kemualian dan keutamaan para mereka.
ٍ َي ْرفَعِ هللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أ ُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا
ُت َوهللا
(11 :ير (المجادلة ٌ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِب
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-
Mujadalah: 11)6
Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para
ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh
perjalanan 500 tahun.7
6
Al-Qur`an, 58: 11.
7
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah. TT., Juz 1),
hlm: 5
4
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :
Dari beberapa definisi ilmu yang dijelaskan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik,
konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang
telah dilakukan. Dan berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang
berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan
5
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa
memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan
tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak
teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka
َو َم ْن أ َ َرادَ ْاْل ِخ َرة َ فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم, َم ْن أ َ َرادَ الدُّ ْن َيا فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم
“Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia, maka hendaknya ia
menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat,
maka hendaknya menggunakan ilmu”.8
Keutamaan adalah kelebihan. Jika ada dua benda yang sama, sementara
salah satunya mempunyai kelebihan, maka benda itu bisa disebut utama, kalau
memang kelebihan yang dimaksud adalah kelebihan dalam sifat kesempurnaan.
Sesuatu yang indah dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang
disenangi karena ada faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai
eksentriknya dan sesuatu yang dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada
faktor lain diluarnya.
8
An-Nawawi, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, (Kairo: Maktabah al-Muniriyah, tt), Juz. 1
hlm. 40-41
6
Uang adalah sesuatu yang disenangi. Tetapi ia disenangi bukan karena
nilai eksentriknya tetapi karena ada faktor lain berupa dapat dibuatnya uang untuk
mendapatkan yang lain. Kebahagiaan adalah sesuatu yang disenangi karena nilai
eksentriknya, artinya ia disenangi karena kebahagian itu sendiri. Sedangkan
sesuatu yang disenangi karena ada faktor lain dari luar dan juga karena nilai
eksentriknya dapat dicontohkan seperti kesehatan badan. Kesehatan badan
disamping bisa dibuat untuk memperoleh tujuan dan kebutuhan lain, ia juga
disenangi karena didalamnya sendiri ada nikmat dan kenyamanan. Dari ketiga
macam hal di atas, yang tentunya lebih utama adalah yang ketiga.
“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu
menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim,
sedang harta adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang jika
dibelanjakan, sedangkan ilu akan berkembang dengan diajarkan
kepada orang lain”.10
Menurut Al-Mawardi, keutamaan dan pentingnya ilmu dapat diketahui
oleh semua orang. Yang tidak dapat mengetahuinya hanya orang-orang bodoh.
Perkataan ini adalah petunjuk bagi keutamaan ilmu yang lebih mengena, karena
keutamaan ilmu hanya dapat diketahui oleh ilmu itu sendiri. Ketika seseorang
tidak berilmu untuk mengetahui keutamaan ilmu, maka ia meremehkan ilmu,
9
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah. TT), Juz 1
hlm. 13
10
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah. TT), Juz 1
hlm. 8
7
menganggap hina para pemilinya, dan menyangka bahwa hanyalah kekayaan
dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan.11
Allah berfirman
َّللاُ أَنَّهُ َل ِإلَهَ ِإ َّل ُه َو َو ْال َم َل ِئ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَا ِئ ًما ِب ْال ِق ْس ِط
َّ َش ِهد َ
يز ْال َح ِكي ُم
ُ َل ِإلَهَ ِإ َّل هُ َو ْال َع ِز
Allah bersaksi (menjelaskan) bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan
Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Dan Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu menyatakan (menyaksikan)
”Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q. al-Imron: 18)13
11
Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi, Adab al-Dun-ya wal al-Din, (Beirut: Dar Iqra.
1985) hlm: 37.
12
Ibid.
13
Al-Qur`an, 3: 18.
8
Perhatikan bagaimana Allah menyandingkan kesaksian-Nya dg kesaksian
ahli ilmu disamping malaikat, dimana hal ini menunjukkan derajat tinggi orang-
orang berilmu. Ayat ini juga menunjukkan bahwa hanya orang berilmu yg mampu
menyaksikan dan merasakan keesaan Allah, merasakannya dalam segala hal,
mengetahui bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, sehingga timbullah rasa
takut akan siksanya, dan yg demikian itu menyebabkan mereka menjauhi
laranganNya dan mentaati perintahNya. Karena itu dalam ayat lain allah
menegaskan bahwa hanya ulama’ yang benar-benar bisa takut kepadanya.
14
Al-Qur`an, 98: 8.
9
Yang dimaksud “orang yang takut kepada Tuhannya” tentu saja adalah
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh itu sendiri.
İmam ghozali berkata : karena ilmulah alam semesta beserta segala isinya
diciptakan, kemudian beliau mendatangkan ayat :
ض ِمثْلَ ُه َّن يَتَن ََّز ُل ْاْل َ ْم ُر ِ ت َو ِمنَ ْاْل َ ْرٍ س َم َوا َ ََّللاُ الَّذِي َخلَق
َ س ْب َع َّ
ط ِب ُك ِِّلَ َّللاَ قَ ْد أ َ َحاَّ ِير َوأ َ َّن
ٌ ش ْيءٍ قَد َّ َب ْينَ ُه َّن ِلت َ ْعلَ ُموا أ َ َّن
َ َّللاَ َعلَى ُك ِِّل
َيءٍ ِع ْل ًما ْ ش
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-
Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Qs. at-Thalaq: 12)15
Maksud dari ayat diatas adalah; Allah meninggikan derajat orang yg mau
beriman sekaligus berilmu beberapa derajat, dimana derajat itu lebih tinggi
daripada derajatnya orang beriman saja. Namun model pendidikan yg seperti
15
Al-Qur`an, 65: 12.
16
Al-Qur`an, 58: 11.
10
disebutkan ayat diatas hanya terdapat pada pesantren dimana tidak terdapat
batasan murid, dan jam mengajar bagi guru.
Rasulullah pernah bersabda: “Keutamaan Orang Alim atas ahli ibadah adalah
seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR. Ad
Dailami).
Beliau juga bersabda dalam sabdanya yang lain: “Ulamaadalah pewaris para
nabi.” (HR At-Tirmidzi)
17
http://www.mediangaji.com/2015/12/hukum-mengamalkan-ilmu-dan-ancaman-bagi.html,
diakses pada tanggal 08 September 2018
18
Al-Qur`an, 58: 11.
11
Selain itu, dalam surah Az-Zumar: 9 dan Al-Hasyr: 20, Allah membandingkan
antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui dan ahli surga
dengan ahli neraka dengan redaksi yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa beda
derajat orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu adalah sama dengan
beda derajat ahli surga dengan ahli neraka.
Dalam surah Al-Mulk Allah berfirman “Yang menciptakan mati dan hidup
untuk menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya…” (Al-Mulk: 2). Ulama
menjelaskan bahwa maksud dari ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan
yang benar, yakni sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam. Bagaimana mungkin kita dapat meraih hal ini tanpa ilmu?
Tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti daripada sholatnya orang yang
tidak berilmu. Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu pastilah
bertujuan untuk istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu,
orang yang mengamalkan ilmunya akan tidur dengan mengamalkan sunnah-
sunnah Rasulullah di dalamnya sehingga tidurnya tersebut akan bernilai ibadah.
Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan rawan terhadap bid’ah dan justru
menjadikan syetan menyukainya.
Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa ilmu
yang hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah: “Ilmu syar’i
yang bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya, baik
urusan ubadah dan mu’amalah. Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan kewajiban
kita terhadap urusan tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan. Adapun
semua itu berputar pada tafsir, hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141)
12
Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia
/masyarakat scara luas, agar mereka tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka
diperlukan kesadaranya bagi para, Mu’alim, para Guru dan ‘Ulama, untuk
beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, dan
Bagi Para Guru Dan Ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, mendapat
ancaman dari Allah19
Ilmu yang tidak diamalkan dicela oleh Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ َكـبُ َر َم ْقتـًا ِع ْند. َيـاَيـ ُّ َها الَّذَيـْنَ ا َمنُ ْوا ِل َم تَـقُ ْولُ ْـونَ َما لَ تَـ ْف َعلُ ْـون
الصف. َهللاِ ا َ ْن تَـقُ ْولُ ْـوا َما لَ تَـ ْف َعلُ ْـون
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf: 2-3)20
19
http://www.mediangaji.com/2015/12/hukum-mengamalkan-ilmu-dan-ancaman-bagi.html
diakses pada tanggal 08 September 2018
20
Al-Qur`an, 37: 2-3.
21
http://manhajuna.com/tag/ancaman-bagi-orang-yang-berilmu-tapi-tidak-mengamalkan/ diakses
pada tanggal 08 September 2018
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh
sebab itu semua harus menyadari tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan
individu dan keshalehan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paling
tidak setiap pendidik pada lembaga pendidikan manapun harus mampu menyadari
akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu menyalurkannnya kepada peserta didik,
sehingga manfaat dan fungsi ilmu pengetahuan dapat dirasakan secara
menyeluruh, bukan sekadar formalitas belaka.
B. Saran-Saran
Seperti yang telah disampaikan dimuka bahwa semua orang harus menyadari dan
meyakini akan keutamaan dan pentingnya ilmu, terutama bagi kalangan pendidik.
Untuk selanjutnya penulis merumuskan saran-saran sebagai berikut:
2. Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita raih,
agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-orang di sekitar
kita.
3. Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya ilmu, maka hendaknya kita
tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu. Sesuai dengan sabda
Rasulullah bahwa menuntut ilmu tetap diharuskan sampai tubuh kita terkubur
dalam liang lahat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an
15
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Ihya’ Ulum al-Din. Beirut. Darul
Ma’rifah. TT.
Al-Mawardi, Ali bin Muhammad bin Habib. Adab al-Dun-ya wal al-Din.
Beirut: Dar Iqra. 1985.
http://manhajuna.com/tag/ancaman-bagi-orang-yang-berilmu-tapi-tidak-
mengamalkan/ diakses pada tanggal 08 September 2018
http://www.mediangaji.com/2015/12/hukum-mengamalkan-ilmu-dan-
ancaman-bagi.html, diakses pada tanggal 08 September 2018
http://www.mediangaji.com/2015/12/hukum-mengamalkan-ilmu-dan-
ancaman-bagi.html diakses pada tanggal 08 September 2018
16