Anda di halaman 1dari 17

FADHILAH ILMU PENGETAHUAN DAN AHLI ILMU

(ULAMA), SERTA FADHILAH MENGAJARKAN DAN


MEMPELAJARI ILMU PENGETAHUAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika Pendidikan Islam

Dosen Pengampuh : Muntafiah, M.Pd

Oleh :1. Nurul Hikmah (NIM : 216.30.2.00.242)

2. Nur Toyibah ( NIM : 216.30.2.00.235)

PRODI TARBIYAH (MPI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALKAMAL

SARANG REMBANG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-


penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari
pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan
diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah SWT berfirman :

(9 :‫قُ ْل ه َْل َي ْست َ ِوي الَّذِينَ يَ ْعلَ ُمونَ َواَلَّذِينَ َل َي ْعلَ ُمونَ (الزمر‬
Artinya: “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-
orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”.
(QS. Az-Zumar: 9)1
Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu
dan orang yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu
sendiri dan manfaat dan keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu.2

Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang


sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan
kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan
bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh
segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan
kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu
pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia,
para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia
miliki.3 Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban
sebuah bangsa tergantung kemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi.

1
Al-Qur`an, 39: 9.
2
Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi, Adab al-Dun-ya wal al-Din, (Beirut: Dar Iqra.
1985), hlm:36.
3
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah. TT., Juz 1),
hlm: 12.

1
B. Rumusan Masalah

1. Pengetian Ilmu dan Ilmu Pengetahuan?


2. Fadilah ilmu pengetahuan dan ahli ilmu?
3. Pandangan Ulama Tentang Pentingnya Ilmu?
4. Fadhilah megajarkan dan memahami ilmu pengetahuan?
5. Anacaman bagi ulama atau guru yang tidak mengamalkan ilmunya dengan
benar?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui definisi menurut bahasa dan isthilah.


2. Mengetahui fadilah ilmu pengetahuan dan ahli ilmu
3. Mengetahui pandangan Ulama Tentang Pentingnya Ilmu.
4. Mengetahui fadhilah megajarkan dan memahami ilmu pengetahuan
5. Mengetahui ancaman bagi ulama atau guru yang tidak mengamalkan
ilmunya dengan benar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Keutamaan Ilmu

Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal,
merasakan, dan menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau
bentuk sesuatu dalam akal.4

Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di


dalamnya, para ulama menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai
dengan jenis ilmu yang akan dituntut. Inilah hukum dasar menuntut ilmu,
berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

‫طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬


Artinya: “Menunut ilmu hukumnya wajib bagi orang islam laki-
laki dan orang islam perempuan”.

Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar,


dengan ilmu pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Allah SWT berfirman:

‫ش ِهدَ هللاُ أَنَّهُ َل ِإلَهَ ِإ َّل ُه َو َو ْال َم َلئِ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَائِ ًما ِب ْال ِق ْس ِط‬
َ
(18 :‫يز ْال َح ِكي ُم (آل عمران‬ ُ ‫َل ِإلَهَ ِإ َّل هُ َو ْال َع ِز‬

Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan


melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan
keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia
(yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”(QS. Ali Imran: 18).5
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang menyatakan bahwa tiada yang
berhak disembah selain Allah adalah dzat Allah sendiri, lalu para malaikat dan

4
Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, Ensiklopedi Fiqih, (Kairo: Dar As-Shofwah,
2007), juz. 30 hlm. 291.
5
Al-Qur`an, 3: 18.

3
para ahli ilmu. Diletakkannya para ahli ilmu pada urutan ke-3 adalah sebuah
pengakuan Allah SWT, atas kemualian dan keutamaan para mereka.

Dalam ayat lain Allah berfirman:

ٍ ‫َي ْرفَعِ هللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أ ُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬
ُ‫ت َوهللا‬
(11 :‫ير (المجادلة‬ ٌ ‫ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِب‬
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-
Mujadalah: 11)6

Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para
ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh
perjalanan 500 tahun.7

B. Definisi Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian kata yang sangat berbeda namun


memiliki kaitan yang sangat kuat. Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit
dibedakan oleh sebagian orang karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat
berhubungan erat. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan definisinya
memang sebenarnya tidak semudah yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi
tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami
hakikat ilmu pengetahuan itu.

Di dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang


suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Mulyadhi Kartanegara
mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya
tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas
pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada
bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.

6
Al-Qur`an, 58: 11.
7
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah. TT., Juz 1),
hlm: 5

4
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :

a. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur


tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang
sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut bangunannya dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah
yang sederhana.
d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
e. Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan
yang disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia
empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia
yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindrea manusia. Lebih
lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang
mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk: “jika… maka”.
f. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat
dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan
hokum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan
pengalaman praktis.

Dari beberapa definisi ilmu yang dijelaskan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik,
konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang
telah dilakukan. Dan berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang
berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan

5
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa
memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan
tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak
teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka

C. Pandangan Ulama Tentang Pentingnya Ilmu

Imam As-Syafi’i mengatakan:

‫ َو َم ْن أ َ َرادَ ْاْل ِخ َرة َ فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬, ‫َم ْن أ َ َرادَ الدُّ ْن َيا فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬
“Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia, maka hendaknya ia
menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat,
maka hendaknya menggunakan ilmu”.8

Menurut Al-Ghazali Ilmu, pengetatahuan itu indah, mulia dan utama.


Tetapi, selama keutamaan itu sendiri masih belum dipaham, dan yang diharapkan
dari keutamaan itu masih belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa
ilmu adalah utama.

Keutamaan adalah kelebihan. Jika ada dua benda yang sama, sementara
salah satunya mempunyai kelebihan, maka benda itu bisa disebut utama, kalau
memang kelebihan yang dimaksud adalah kelebihan dalam sifat kesempurnaan.

Sesuatu yang indah dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang
disenangi karena ada faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai
eksentriknya dan sesuatu yang dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada
faktor lain diluarnya.

8
An-Nawawi, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, (Kairo: Maktabah al-Muniriyah, tt), Juz. 1
hlm. 40-41

6
Uang adalah sesuatu yang disenangi. Tetapi ia disenangi bukan karena
nilai eksentriknya tetapi karena ada faktor lain berupa dapat dibuatnya uang untuk
mendapatkan yang lain. Kebahagiaan adalah sesuatu yang disenangi karena nilai
eksentriknya, artinya ia disenangi karena kebahagian itu sendiri. Sedangkan
sesuatu yang disenangi karena ada faktor lain dari luar dan juga karena nilai
eksentriknya dapat dicontohkan seperti kesehatan badan. Kesehatan badan
disamping bisa dibuat untuk memperoleh tujuan dan kebutuhan lain, ia juga
disenangi karena didalamnya sendiri ada nikmat dan kenyamanan. Dari ketiga
macam hal di atas, yang tentunya lebih utama adalah yang ketiga.

Apabila memandang ilmu pengetahuan, maka ia termasuk yang ketiga.


Ilmu itu sendiri adalah keindahan dan kelezatan, disamping ia dapat dijadikan
perantara mendapatkan kebahagian, baik di dunia maupun akhirat. Dengan ilmu
kedekatan kepada Allah dapat diraih, kelas lebih tinggi para malaikat dapat
diperoleh dan status sosial yang tinggi di surga dapat dinikmati. Dengan ilmu
kemulian dunia, pengaruh, pengikut, kemewahan, kekuasaan dan kehormatan
dapat diperoleh. Bahkan binatang pun secara naluri akan tunduk kepada manusia
karena ilmu yang dimilikinya. Inilah kesempurnaan ilmu secara mutlak.9

Ali bin Abi Thalib berkata kepada Kumail yang artinya:

“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu
menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim,
sedang harta adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang jika
dibelanjakan, sedangkan ilu akan berkembang dengan diajarkan
kepada orang lain”.10
Menurut Al-Mawardi, keutamaan dan pentingnya ilmu dapat diketahui
oleh semua orang. Yang tidak dapat mengetahuinya hanya orang-orang bodoh.
Perkataan ini adalah petunjuk bagi keutamaan ilmu yang lebih mengena, karena
keutamaan ilmu hanya dapat diketahui oleh ilmu itu sendiri. Ketika seseorang
tidak berilmu untuk mengetahui keutamaan ilmu, maka ia meremehkan ilmu,

9
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah. TT), Juz 1
hlm. 13
10
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah. TT), Juz 1
hlm. 8

7
menganggap hina para pemilinya, dan menyangka bahwa hanyalah kekayaan
dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan.11

Al-Mawardi juga mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di pelajari


tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung
badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya
cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus
menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa
menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti
belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh
zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama
pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di
tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.12

D. Fadhilah Mengajarkan Dan Memahami Ilmu Pengetahuan

Ketahuilah ilmu punya keutamaan yg sangat tinggi disisi Allah, tentu yg


dimaksud disini adalah Ilmu agama, Allah telah menegaskan hal tersebut dalam
banyak ayat alquran. Dan siapakah yg ucapannya lebih benar selain Allah.

Allah berfirman

‫َّللاُ أَنَّهُ َل ِإلَهَ ِإ َّل ُه َو َو ْال َم َل ِئ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَا ِئ ًما ِب ْال ِق ْس ِط‬
َّ َ‫ش ِهد‬ َ
‫يز ْال َح ِكي ُم‬
ُ ‫َل ِإلَهَ ِإ َّل هُ َو ْال َع ِز‬
Allah bersaksi (menjelaskan) bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan
Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Dan Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu menyatakan (menyaksikan)
”Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q. al-Imron: 18)13

11
Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi, Adab al-Dun-ya wal al-Din, (Beirut: Dar Iqra.
1985) hlm: 37.
12
Ibid.
13
Al-Qur`an, 3: 18.

8
Perhatikan bagaimana Allah menyandingkan kesaksian-Nya dg kesaksian
ahli ilmu disamping malaikat, dimana hal ini menunjukkan derajat tinggi orang-
orang berilmu. Ayat ini juga menunjukkan bahwa hanya orang berilmu yg mampu
menyaksikan dan merasakan keesaan Allah, merasakannya dalam segala hal,
mengetahui bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, sehingga timbullah rasa
takut akan siksanya, dan yg demikian itu menyebabkan mereka menjauhi
laranganNya dan mentaati perintahNya. Karena itu dalam ayat lain allah
menegaskan bahwa hanya ulama’ yang benar-benar bisa takut kepadanya.

‫َّللاَ ِم ْن ِع َبا ِد ِه ْالعُلَ َما ُء‬


َّ ‫ِإنَّ َما َي ْخشَى‬
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama.

Sedangkan orang yg takut kepada Allah adalah sebaik-baik makhluk, dan


bagi mereka surga ‘adn. Allah berfirman :

‫ت أ ُولَئِ َك ُه ْم َخي ُْر ْالبَ ِريَّ ِة‬


ِ ‫صا ِل َحا‬ َّ ‫إِ َّن الَّذِينَ آ َ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬
ُ ‫َجزَ ا ُؤ ُه ْم ِع ْندَ َر ِبِّ ِه ْم َجنَّاتُ َع ْد ٍن ت َ ْج ِري ِم ْن ت َ ْح ِت َها ا ْْل َ ْن َه‬
‫ار‬
‫ضوا َع ْنهُ ذَ ِل َك ِل َم ْن‬ ُ ‫َّللاُ َع ْن ُه ْم َو َر‬
َّ ‫ي‬ ِ ‫خَا ِلدِينَ فِي َها أَبَدًا َر‬
َ ‫ض‬
ُ‫ِي َربَّه‬
َ ‫َخش‬
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhlukBalasan mereka di sisi
Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS. al-
Bayinah: 8)14

14
Al-Qur`an, 98: 8.

9
Yang dimaksud “orang yang takut kepada Tuhannya” tentu saja adalah
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh itu sendiri.

İmam ghozali berkata : karena ilmulah alam semesta beserta segala isinya
diciptakan, kemudian beliau mendatangkan ayat :

‫ض ِمثْلَ ُه َّن يَتَن ََّز ُل ْاْل َ ْم ُر‬ ِ ‫ت َو ِمنَ ْاْل َ ْر‬ٍ ‫س َم َوا‬ َ َ‫َّللاُ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬ َّ
‫ط ِب ُك ِِّل‬َ ‫َّللاَ قَ ْد أ َ َحا‬َّ ‫ِير َوأ َ َّن‬
ٌ ‫ش ْيءٍ قَد‬ َّ ‫َب ْينَ ُه َّن ِلت َ ْعلَ ُموا أ َ َّن‬
َ ‫َّللاَ َعلَى ُك ِِّل‬
‫َيءٍ ِع ْل ًما‬ ْ ‫ش‬
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-
Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Qs. at-Thalaq: 12)15

Dimana dengan jelas Allah menegaskan tujuan diciptakannya langit bumi


adalah supaya manusia mengetahui kekuasaan Allah.

َ ‫س ُحوا ِفي ْال َم َجا ِل ِس َفا ْف‬


‫س ُحوا‬ َّ َ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإذَا ِقي َل لَ ُك ْم ت َف‬
‫َّللاُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬
َّ ِ‫ش ُزوا َي ْرفَع‬ ُ ‫ش ُزوا فَا ْن‬ُ ‫َّللاُ لَ ُك ْم َوإِذَا قِي َل ا ْن‬
َّ ِ‫سح‬ َ ‫َي ْف‬
ٌ ‫َّللاُ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِب‬
‫ير‬ َّ ‫ت َو‬ ٍ ‫ِم ْن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu”, maka berdirilah, (jika kalian melakukannya) niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. al-Mujadalah:11)16

Maksud dari ayat diatas adalah; Allah meninggikan derajat orang yg mau
beriman sekaligus berilmu beberapa derajat, dimana derajat itu lebih tinggi
daripada derajatnya orang beriman saja. Namun model pendidikan yg seperti

15
Al-Qur`an, 65: 12.
16
Al-Qur`an, 58: 11.

10
disebutkan ayat diatas hanya terdapat pada pesantren dimana tidak terdapat
batasan murid, dan jam mengajar bagi guru.

E. Keutamaan Orang Yang Berilmu

Begitu banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menunjukkan


keutamaan orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Pepatah
mengatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta karena ilmu akan menjaga
pemiliknya sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus menjaganya. Dan
sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir itu haruslah dibangun
di atas ilmu. Tidak mungkin seseorang dapat memiliki iman kepada hal-hal
tersebut tanpanya. Tanpa ilmu, seseorang hanya akan beragama tanpa memiliki
dasar yang kuat dan hanya ikut-ikutan saja. Akhirnya imannya akan mudah goyah
oleh syubhat-syubhat yang kini begitu merajalela.17

Dalam surat Al-Mujadalah Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman:

ٍ ‫َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬


…. ‫ت‬ َّ ….
“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (Al-
Mujaadalah: 11)18

Rasulullah pernah bersabda: “Keutamaan Orang Alim atas ahli ibadah adalah
seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR. Ad
Dailami).

Beliau juga bersabda dalam sabdanya yang lain: “Ulamaadalah pewaris para
nabi.” (HR At-Tirmidzi)

Dalam hadits-hadits beliau, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam tidak


pernah meminta kepada Allah untuk ditambahkan kepada beliau kecuali ilmu.
Seandainya ada sesuatu yang lebih utama dari ilmu, pastilah beliau akan
mengajarkan ummatnya untuk meminta hal tersebut.

17
http://www.mediangaji.com/2015/12/hukum-mengamalkan-ilmu-dan-ancaman-bagi.html,
diakses pada tanggal 08 September 2018
18
Al-Qur`an, 58: 11.

11
Selain itu, dalam surah Az-Zumar: 9 dan Al-Hasyr: 20, Allah membandingkan
antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui dan ahli surga
dengan ahli neraka dengan redaksi yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa beda
derajat orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu adalah sama dengan
beda derajat ahli surga dengan ahli neraka.

Dalam surah Al-Mulk Allah berfirman “Yang menciptakan mati dan hidup
untuk menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya…” (Al-Mulk: 2). Ulama
menjelaskan bahwa maksud dari ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan
yang benar, yakni sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi
Wasallam. Bagaimana mungkin kita dapat meraih hal ini tanpa ilmu?

Tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti daripada sholatnya orang yang
tidak berilmu. Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu pastilah
bertujuan untuk istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu,
orang yang mengamalkan ilmunya akan tidur dengan mengamalkan sunnah-
sunnah Rasulullah di dalamnya sehingga tidurnya tersebut akan bernilai ibadah.
Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan rawan terhadap bid’ah dan justru
menjadikan syetan menyukainya.

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya


mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya,
maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-
Tirmidzi).

Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa ilmu
yang hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah: “Ilmu syar’i
yang bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya, baik
urusan ubadah dan mu’amalah. Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan kewajiban
kita terhadap urusan tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan. Adapun
semua itu berputar pada tafsir, hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141)

F. Ancaman Bagi Yang Tidak Mengamalkan Ilmunya

12
Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia
/masyarakat scara luas, agar mereka tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka
diperlukan kesadaranya bagi para, Mu’alim, para Guru dan ‘Ulama, untuk
beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, dan
Bagi Para Guru Dan Ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, mendapat
ancaman dari Allah19

Ilmu yang tidak diamalkan dicela oleh Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫ َكـبُ َر َم ْقتـًا ِع ْند‬. َ‫يـاَيـ ُّ َها الَّذَيـْنَ ا َمنُ ْوا ِل َم تَـقُ ْولُ ْـونَ َما لَ تَـ ْف َعلُ ْـون‬
‫ الصف‬. َ‫هللاِ ا َ ْن تَـقُ ْولُ ْـوا َما لَ تَـ ْف َعلُ ْـون‬
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf: 2-3)20

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, “Perumpamaan ilmu yang tidak


diamalkan seperti harta yang tidak dinafkahkan di jalan Allah.” Al Fudhail
rahimahullah berkata, “Seorang alim masih dianggap bodoh atas apa yang ia
ketahui, sehingga ia mengamalkannya.” Malik bin Dinar rahimahullah berkata,
“Anda jumpai seseorang yang tidak pernah keliru sedikitpun dalam bicara, namun
seluruh perbuatannya tidak lepas dari kekeliruan.”21 Sebagaimana sabda Nabi,

“Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikanya


(tidak mau memberikan jawabanya), maka Allah akan mengekangkan Mulutnya,
kelak di hari kiamat dengan kekangan kendali dari api neraka" (H.R.Ahmad).

19
http://www.mediangaji.com/2015/12/hukum-mengamalkan-ilmu-dan-ancaman-bagi.html
diakses pada tanggal 08 September 2018
20
Al-Qur`an, 37: 2-3.
21
http://manhajuna.com/tag/ancaman-bagi-orang-yang-berilmu-tapi-tidak-mengamalkan/ diakses
pada tanggal 08 September 2018

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

14
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh
sebab itu semua harus menyadari tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan
individu dan keshalehan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paling
tidak setiap pendidik pada lembaga pendidikan manapun harus mampu menyadari
akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu menyalurkannnya kepada peserta didik,
sehingga manfaat dan fungsi ilmu pengetahuan dapat dirasakan secara
menyeluruh, bukan sekadar formalitas belaka.

Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan


ulama, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan,
kemulian dan pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

B. Saran-Saran

Seperti yang telah disampaikan dimuka bahwa semua orang harus menyadari dan
meyakini akan keutamaan dan pentingnya ilmu, terutama bagi kalangan pendidik.
Untuk selanjutnya penulis merumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya kita lebih mendalam di dalam mempelajari keutamaan dan


pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari al-Qur’an, hadits, kitab-kitab para
ulama islam, maupun para cendekiawan yang lain.

2. Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita raih,
agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-orang di sekitar
kita.

3. Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya ilmu, maka hendaknya kita
tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu. Sesuai dengan sabda
Rasulullah bahwa menuntut ilmu tetap diharuskan sampai tubuh kita terkubur
dalam liang lahat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur`an

15
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Ihya’ Ulum al-Din. Beirut. Darul
Ma’rifah. TT.

Al-Mawardi, Ali bin Muhammad bin Habib. Adab al-Dun-ya wal al-Din.
Beirut: Dar Iqra. 1985.

An-Nawawi, Yahya bin Syaaf. Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab. Kairo:


Maktabah al-Muniriyah. TT.

http://manhajuna.com/tag/ancaman-bagi-orang-yang-berilmu-tapi-tidak-
mengamalkan/ diakses pada tanggal 08 September 2018

http://www.mediangaji.com/2015/12/hukum-mengamalkan-ilmu-dan-
ancaman-bagi.html, diakses pada tanggal 08 September 2018

http://www.mediangaji.com/2015/12/hukum-mengamalkan-ilmu-dan-
ancaman-bagi.html diakses pada tanggal 08 September 2018

Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait. Ensiklopedi Fiqih. Kairo:


Dar As-Shofwah. 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai