Anda di halaman 1dari 10

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN

TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN KAMPAR


PROVINSI RIAU

OLEH:
TARSIS A D

Kelompok Program Penelitian Energi Fosil

ABSTRAK

Dengan diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001, konsekwensinya Pemerintah Daerah harus
dapat membiayai operasionalnya yaitu dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu perlu dilakukan
peningkatan PAD dari segala sektor, salah satunya adalah dari sektor pertambangan batubara. Kendala
yang sekarang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah kurangnya data yang dimiliki mengenai potensi
sumberdaya batubara di daerah sehingga tidak bisa merencanakan kebijaksanaan di sektor
pertambangan batubara.
Untuk membantu pemerintah daerah dalam penyediaan data mengenai sumberdaya batubara
maka Pusat Sumberdaya Geologi melakukan Inventarisasi batubara di daerah Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau. dengan biaya DIPA Luncuran 2006.
Seiring dengan perkembangan industri dan transportasi maka kebutuhan sumberdaya energi
semakin meningkat, namun sumber daya minyak dan gas bumi semakin menipis. Oleh karena itu
pemerintah berusaha mencari sumber daya energi alternatif. Salah satu sumberdaya energi yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah endapan batubara.
Maksud pekerjaan inventarisasi batubara di daerah marginal tersebut adalah untuk
mendapatkan data batubara meliputi jurus dan kemiringan lapisan, tebal batubara, pelamparan,
sumberdaya dan kualitas. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi batubara dan digunakan untuk
menambah bank data neraca batubara pada data base Pusat Sumberdaya Geologi
Secara administratif daerah Inventarisasi termasuk dalam Kecamatan Kampar Kiri, dan Kampar
Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Sedangkan secara geografis terletak antara 0000’00” -
0015’00” Lintang Selatan dan 100052’30” – 101007’30” Bujur Timur .
Hasil penyelidikan menunjukan bahwa batubara di daerah inventarisasi terkonsentrasikan di
daerah sekitar Desa Muara Silaya dan Desa Lubuk Agung. Di daerah ini terdapat 4 lapisan batubara
dengan total sumberdaya 3.140.800,11 ton dengan kualitas batubara termasuk batubara dengan kalori
menengah.

1. PENDAHULUAN maka Pusat Sumberdaya Geologi melakukan


Inventarisasi batubara di daerah Kabupaten
Dengan diberlakukannya otonomi daerah Kampar, Provinsi Riau dengan biaya DIPA
tahun 2001, konsekwensinya Pemerintah Daerah Luncuran 2006.
harus dapat membiayai operasionalnya yaitu dari Seiring dengan perkembangan industri dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu perlu transportasi maka kebutuhan sumberdaya energi
dilakukan peningkatan PAD dari segala sektor, semakin meningkat, namun sumberdaya minyak
salah satunya adalah dari sektor pertambangan dan gas bumi semakin menipis. Oleh karena itu
batubara. Kendala yang sekarang dihadapi oleh pemerintah berusaha mencari sumberdaya energi
pemerintah daerah adalah kurangnya data yang alternatif. Salah satu sumberdaya energi yang
dimiliki mengenai potensi sumberdaya batubara di berpotensi untuk dikembangkan adalah endapan
daerah sehingga tidak bisa merencanakan Batubara.
kebijakan di sektor pertambangan batubara. Batubara merupakan salah satu pilihan yang
Untuk membantu pemerintah daerah dalam perlu dikembangkan semaksimal mungkin,
penyediaan data mengenai sumberdaya batubara mengingat endapan batubara tersedia cukup

1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

melimpah terutama di Pulau Sumatra, Pulau dan beberapa daerah hutan tertentu dikabarkan
Kalimantan, Pulau Irian dan Pulau Jawa. masih ditemukan adanya harimau sumatera.
Maksud pekerjaan inventarisasi batubara di Suhu udara berdasarkan data monografi
daerah marginal tersebut adalah untuk Kabupaten Kampar berkisar antara 26oC-32oC.
mendapatkan data batubara meliputi jurus, Intensitas curah hujan di daerah inventarisasi tidak
kemiringan lapisan, ketebalan, pelamparan, jauh berbeda dengan daerah lainnya di Pulau
sumberdaya dan kualitas batubara. Tujuannya Sumatera, yakni musim kemarau biasanya terjadi
adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya mulai bulan Juli hingga September dan puncak
batubara dan digunakan untuk menambah bank kemarau umumnya terjadi pada bulan Agustus.
data neraca batubara pada data base Pusat Sedangkan mulai bulan Oktober hingga Juni
Sumberdaya Geologi merupakan musim penghujan.
Secara administratif daerah Inventarisasi Direktorat Sumberdaya Mineral pada tahun
termasuk dalam Kecamatan Kampar Kiri, dan 1986 telah melakukan eksplorasi batubara di
Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi daerah Tangko yang terletak di sebelah selatan
Riau. Sedangkan secara geografis terletak antara daerah inventarisasi, hasil dari kegiatan eksplorasi
0000’00” - 0015’00” Lintang Selatan dan ini ditemukan adanya batubara setebal 2,50m
100052’30” – 101007’30” Bujur Timur . sampai 6,00m pada anggota bawah Formasi telisa.
Dapat dicapai dari Pekanbaru kearah Selatan Deddy Amarullah (2001), telah melakukan
sampai di Kecamatan Lipat Kain yang berjarak penyelidikan bitumen padat di daerah Tangko
sekitar 70 Km melalui jalan beraspal, selanjutnya dimana dalam laporannya menyebutkan adanya
dari Lipat Kain ke daerah penyelidikan yang batubara di daerah Tangko ditemukan terutama
terletak sekitar 40 Km ke arah Barat dapat dicapai pada Satuan Serpih Anggota Bawah Formasi
melalui jalan tanah. Telisa, ketebalan terukur berkisar antara 2,50 m -
Daerah inventarisasi termasuk kedalam 6,00 m.
wilayah Kecamatan Kampar Kiri Dan Kecamatan Batubara yang terdapat dalam Satuan
Kampar Kiri Hulu, adapun desa-desa yang masuk Batupasir hanya berupa sisipan yang tebalnya
kedalam wilayah daerah inventarisasi adalah Desa berkisar antara 1,30 m - 1,50 m.
Muara Silaya, Desa Batusasak dan Desa
Derastajak. Mata pencaharian masyarakat di 2. GEOLOGI UMUM
daerah inventarisasi umumnya bertani dengan
sebagian kecil berdagang, Tanaman pertanian STRATIGRAFI
yang berkembang di daerah inventarisasi Daerah penyelidikan termasuk dalam Peta
umumnya adalah perkebunan karet, perkebunan Geologi Lembar Solok yang disusun oleh
kelapa sawit dan perkebunan gambir, sebagian Silitonga P.H. dan Kastowo (1995). Berdasarkan
kecil daerah inventarisasi merupakan, daerah Kerangka Tektonik Cekungan Sedimen Tersier
perladangan. Indonesia Bagian Barat (Koesoemadinata R.P. &
Sarana pendidikan di daerah inventarisasi Pulunggono, 1975) Peta Geologi Lembar Solok
masih sangat minim, baru sampai tingkat sekolah merupakan bagian dari Cekungan Sumatera
dasar, sarana pendidikan yang lebih tinggi dari Tengah. Didalam Cekungan Sumatera Tengah
sekolah dasar baru terdapat di ibukota kecamatan. terdapat beberapa sub cekungan. Daerah
Sarana jalan di daerah inventarisasi umumnya Inventarisasi termasuk kedalam Cekungan ”Intra
masih merupakan jalan tanah dengan sebagian Montane” (Sub cekungan dari Cekungan
kecil jalan makadam (perkerasan) dimana Sumatera Tengah) yang dibatasi oleh batuan Pra
beberapa jembatan yang memotong jalan masuk Tersier sebagai batuan dasar
ke daerah inventarisasi masih dalam penyelesaian. Menurut Mertosono dan Nayoan (1974)
Fauna yang berkembang di daerah sedimentasi Cekungan Sumatera Tengah dimulai
inventarisasi umumnya berupa hewan ternakan pada Paleogen, yang dicirikan oleh batulempung,
penduduk yaitu; kerbau, sapi dan kuda, sedangkan serpih karbonan, batupasir halus dan batulanau
hewan liar masih terdapat pada beberapa wilayah yang diendapkan pada lingkungan ”fluvio”-
hutan lindung, hewan liar yang dominan di ”lacustrine”-”paludal”, disebut sebagai Formasi
daerah ini adalah; babi hutan, ayam hutan monyet Pematang. Selanjutnya pada Awal Miosen terjadi
fase transgresi yang dicirikan oleh batupasir

2
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

berbutir sedang-kasar, serpih batulanau, batubara Bergelombang Rendah dan Satuan Morfologi
dan gamping yang diendapkan dalam lingkungan Dataran Bergelombang.
”fluvial channel” hingga laut terbuka, disebut Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang
sebagai Kelompok Sihapas dan Formasi Telisa. Tinggi
Fase regresi terjadi pada Miosen Tengah-Plio Satuan ini menempati kurang lebih 40%
Plistosen, dicirikan oleh serpih berwarna abu-abu daerah inventarisasi terletak disebelah barat dan
kehijau-hijauan dan batupasir yang disebut tengah daerah inventarisasi umumnya menempati
Formasi Petani, diendapkan dalam lingkungan daerah yang diisi oleh endapan Pra tersier dimana
payau (”brackish”). pada daerah ini resistensi batuan pembentuk
STRUKTUR GEOLOGI cukup tinggi sehingga pengaruh dari erosi tidak
Pola tektonik Cekungan Sumatera Tengah begitu besar. Satuan ini mempunyai pola sebaran
dicirikan oleh struktur-struktur ”horst” dan sungai “Trellis” dimana pola aliran sungainya
”graben” atau sesar bongkah dan sesar geser sangat dikontrol oleh struktur lapisan batuan
(Mertosono & Nayoan, 1974). Sistim sesar penyusun. Tahapan sungainya umumnya masih
bongkah berarah Baratlaut-Tenggara membentuk dalam tahapan sungai muda dengan lembah
deretan ”horst” & ”graben” yang mengendalikan sungai yang membentuk penampang “V”.
pola pengendapan batuan-batuan berumur Struktur geologi sangat berpengaruh pada satuan
Paleogen. Peristiwa tektonik yang mempengaruhi morfologi ini.
pola pengendapan dan pola struktur di Cekungan Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang
Sumatera Tengah terjadi pada Akhir Kapur, Rendah.
Miosen Tengah dan Plio-Plistosen Satuan ini ditemukan di tengah daerah
inventarisasi membujur dengan Arah Baratlaut-
ENDAPAN BATUBARA Tenggara menutupi kurang lebih 20% daerah
Merujuk pada Peta Geologi Lembar Solok inventarisasi, Satuan ini umumnya menempati
Sumatera maka formasi yang dianggap sebagai daerah yang diisi oleh endapan sedimen Anggota
formasi pembawa batubara di daerah inventarisasi Bawah Formasi Telisa, satuan ini dicirikan oleh
adalah Anggota Bawah Formasi Telisa yang kemiringan lereng yang tidak begitu terjal,
berumur miosen awal. Formasi ini ditemukan sehingga membentuk suatu perbukitan yang
melampar di tengah daerah inventarisasi manutupi bergelombang rendah. Apabila dilihat secara
sekitar 30% dari keseluruhan luas daerah. Dari umumnya daerah inventarisasi satuan ini
data para penyelidik terdahulu pada formasi ini menempati “graben’’. Pola aliran sungainya
ditemukan adanya lapisan batubara dengan umumnya « sub dendritik » dengan pola yang
ketebalan antara 2,50m – 10,00m. Penyelidikan dikontrol sangat kuat oleh kekerasan batuan
batubara yang telah di lakukan umumnya penyusunnya. Struktur pada satuan ini umumnya
dilakukan di daerah Tangko yang terletak di kurang berpengaruh pada pola aliran sungai.
sebelah selatan daerah invetarisasi. Sedangkan Tahapan sungai pada satuan ini umumnya telah
Anggota Bawah Formasi Telisa di daerah pada tahapan dewasa dengan penampang sungai
inventarisasi sendiri belum pernah diteliti berbentuk huruf « U ».
penyebaran dan sumberdaya batubaranya. Satuan Morfologi Dataran Bergelombang
Satuan ini menempati 40 % daerah
3. HASIL PENYELIDIKAN inventarisasi terletak di sebelah timurlaut daerah.
Satuan ini menempati daerah yang diisi oleh
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN batuan sedimen Angota Atas Formasi Telisa,
Anggota Bawah Formasi Palembang, Anggota
Morfologi Tengah Formasi Palembang dan Endapan Aluvial.
Morfologi daerah inventarsisasi merupakan Satuan ini dicirikan oleh morfologi dataran
morfologi perbukitan dan dataran sebagaimana berundulasi rendah dengan kemiringan lereng
umumnya morfologi pada Cekungan Intra rendah. Satuan ini mempunyai pola aliran sungai
Montane. Daerah inventarisasi dapat dibagi “dendritic”. Pola aliran sungai di satuan ini juga
menjadi 3 satuan morfologi yaitu morfologi yaitu: dikontrol oleh kekerasan litologi pembentuk
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang formasi sedangkan struktur tidak begitu
Tinggi, Satuan Morfologi Perbukitan berpengaruh. Tahapan sungai pada satuan ini

3
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

umunya sudah pada tahapan dewasa dimana serpih dan batubara. Anggota Bawah Formasi
penampang sungainya umunya berbentuk “U” Telisa ini adalah formasi pembawa batubara di
berundak dengan dataran alluvial yang cukup daerah inventarisasi.
lebar. Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur
Formasi ini ditemukan di sebelah timurlaut
Stratigrafi daerah inventarisasi sekitar aliran Sungai
Formasi yang terdapat di daerah inventarisasi Setingkai, sebaran formasi ini di daerah
dengan urutan dari muda ke tua sebagi berikut: inventarisasi tidak begitu luas, litologi penyusun
Endapan Alluvial, Anggota Tengah Formasi dari formasi ini adalah ; batusabak, serpih, serpih
Palembang, Anggota Bawah Formasi Palembang, napalan sisipan rijang, radiolarit, serpih hitam
Anggota Atas Formasi Telisa, Anggota Bawah terkersikan dan lapisan tipis greywake
Formasi Telisa, Anggota Batugamping Formasi termetamorfosakan.
Tuhur, Anggota Filit Dan Serpih Formasi Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan
Kuantan, Anggota Bawah Formasi Kuantan. Formasi ini ditemukan melampar di tengah
Dari formasi-formasi yang terdapat di daerah daerah inventarisasi dengan arah bentang
inventarisasi dapat dikelumpokan menjadi 3 pelamparan baratlaut-tenggara. Formasi ini
kelompok berdasarkan umur yaitu ; batuan dicirikan oleh morfologi perbukitan bergelombang
berumur Pra Tersier, batuan berumur Tersier dan tinggi. Formasi ini cukup dominan di daerah
batuan berumur Kuarter. Uraian stratigrafi inventarisasi litologi dari formasi ini ; serpih dan
lengkap dari stratigrafi daerah inventarisasi adalah filit, sisipan batusabak, kuarsit, batulanau, rijang
sebagai berikut (Urutan dari muda ke tua): dan aliran lava.
Endapan Alluvial Anggota Bawah Formasi Kuantan
Endapan aluvial melampar menutupi sekitar Formasi ini menempati pojok baratdaya
10% daerah inventarisasi, terletak sebelah timur daerah inventarisasi, seperti pada Anggota Filit
daerah inventarisasi, merupakan alluvial dari dan Serpih Formasi kuantan, formasi ini juga
Sungai Singingi. Satuan ini terdiri dari litologi dicirikan oleh morfologi perbukitan bergelombang
lempung, pasir, kerikil, dan bongkah batuan beku tinggi. Pada satuan ini terletak titik-titik tertinggi
serta kuarsit. Endapan ini membentuk undak- dari daerah inventarisasi. Litologi penyusun dari
undak sungai. formasi ini terdiri dari ; kuarsit dan
Anggota Tengah Formasi Palembang batupasirkuarsa sisipan filit, batusabak, serpih,
Formasi ini menempati sebelah timur daerah batuan gunungapi, tuf klorit, konglomerat dan
inventarisasi sekitar Daerah Kuntu, melampar rijang.
menutupi sekitar 10% daerah inventarisasi.
Dengan litologi penyusun ; batupasir, lempung Struktur Geologi
pasiran dan tuf. Di daerah inventarisasi terdapat beberapa
Anggota Bawah Formasi Palembang struktur geologi yang cukup dominan, diantaranya
Formasi ini terletak sebelah timur dan utara sesar naik, sesar geser dan perlipatan.
daerah inventarisasi, sebelah utara Daerah Dome. Sesar naik dengan arah jurus baratlaut
Formasi ini melampar dengan arah bentangan tenggara, membentang sepanjang kurang lebih 15
baratlaut-tenggara. Formasi ini disusun oleh km. Sesar ini menjadi pembatas antara endapan
litologi batulempung, dengan beberapa sisipan Tersier dan Pra tersier yang terdapat di daerah
batupasir dan batupasir glaukonitan. inventarisasi. Di lapangan sesar ini dicirikan oleh
Anggota Bawah Formasi Tellisa adanya tebing sesar dan beberapa mata air yang
Formasi ini terletak di tengah daerah letaknya berjajar. Kelurusan sungai di daerah
inventarisasi dengan arah pelamparan baratlaut- inventarisasi ini juga dikontrol oleh sesar ini.
tenggara, menempati luas sekitar 20% daerah Sesar geser ditemukan di selatan tengah
inventarisasi. Tersusun atas litologi napal- daerah inventarisasi (selatan Desa Muara Silaya)
lempungan, batupasir, batubara, tuf, breksi andesit dengan arah jurus selatan-baratlaut timur-
dan batupasir glaukonitan. Formasi ini kesebelah timurlaut. Panjang bentangan dari sesar ini
utara dan selatan didominasi oleh batupasir kurang lebih 10km. Sesar ini menyebabkan
gampingan sedangkan di tengah daerah terjadinya offset pada beberapa formasi di daerah
didominasi oleh batulempung dengan sisipan inventarisasi. Ciri lapangan dari sesar ini adalah

4
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

adanya beberapa pembelokan arah sungai. Ciri di Blok 1 Durian Tumbang dan 3 Singkapan di
lain di lapangan tidak ditemukan sehingga Blok 2 Lubuk Agung. Batubara pada kedua blok
kedudukan pasti dari sesar ini tidak bisa ini dikelompokan berdasarkan ciri litologi dari
ditentukan. batubara, kedudukan stratigrafinya dan batuan
Sesar geser kedua ditemukan dengan arah pengapitnya. Ditemukan pada Anggota Bawah
yang sama dengan sesar naik pertama sesar ini Formasi Telisa.
berlokasi di sebelah utara daerah Muarasilaya. Berdasarkan pengamatan litologi masing-
Sesar ini menyebabkan terjadinya pergeseran pada masing singkapan dan kedudukan stratigrafinya
Anggota Bawah Formasi Telisa, sesar ini juga maka batubara di daerah inventarisasi dapat
menyebabkan terjadinya pergeseran pada lapisan dikelompokan menjadi 4 lapisan yang terdapat
batubara di daerah inventarisasi. pada dua sayap sinklin yang dibentuk oleh
Lipatan yang membentuk sinklin ditemukan Anggota Bawah Formasi Telisa. Untuk
di pojok timurlaut daerah inventarisasi. Struktur pemudahan dalam pengenalan dan perhitungan
lipatan ini ditemukan berdasarkan perubahan sumberdaya batubara maka lapisan-lapisan ini
kedudukan lapisan pada Formasi Palembang diberi nama Lapisan P yang terbagi Atas P1dan
Bawah. Pada Sayap Timurlaut dari sinklin ini P2 yang dipisahkan oleh sesar geser dan Q yang
batuan pada Anggota Bawah Formasi Palembang dibagi atas Q1 dan Q2 yang juga dipisahkan oleh
mempunyai kedudukan sekitar N150E/75 sesar geser. Lapisan P dan Q terletak pada blok 1
sedangkan pada Sayap Baratdaya dari sinklin (Blok Muara Silaya) pada sayap barat daya
batuan pada Anggota Bawah Formasi Palembang sinklin. Lapisan lainnya adalah P’ dan Q’ yang
mempunyai kedudukan sekitar N300E/40. terletak pada sayap baratdaya. Uraian dari
Apabila dilihat dari kemiringan lapisan pada masing-masing lapisan batubara adalah sebagai
kedua sayap maka diperkirakan sinklin ini berikut:
merupakan sinklin asimetris. Lapisan P
Lipatan membentuk antiklin ditemukan Lapisan ini ditemukan sebelah baratlaut
melintang ditengah daerah inventarisasi dengan Dusun Durian Tumbang Lapisan ini mempunyai
arah jurus sejajar dengan lipatan sinklin, lipatan arah jurus kurang lebih baratlaut-tenggara dengan
ini menyebabkan terjadinya dua sayap pada panjang pelamparan 1875 m, ketebalan rata-rata
penyebaran Anggota Bawah Formasi Tellisa. 0,70 m, kemiringan rata-rata 150. Lapisan ini
mempunyai kontinuitas lateral yang baik
POTENSI ENDAPAN BATUBARA sepanjang penyebarannya, kearah utara lapisan ini
Penyebaran batubara didaerah inventarisasi menghilang terpotong oleh sesar geser, dan
terkonsentrasi pada Anggota Bawah Formasi kesebelah selatan ditemukan sampai dusun durian
Telisa dimana lokasinya terletak pada tengah tumbang dimana kesebelah selatan lagi lapisan ini
daerah inventarisasi. Pelamparan batubara di tidak ditemukan keberadaanya.
daerah ini dapat dikelompokan menjadi 2 blok Lapisan ini terpotong oleh sesar geser yang
penyebaran yaitu Blok 1 Durian Tumbang dengan terletak ditengahnya menjadi Lapisan P1 dan P2,
ukuran panjang kurang lebih 4km dan lebar kenampakan makroskopis dari lapisan ini berupa
2,5km dan Blok Lubuk Agung dengan ukuran batubara, keras, hitam, agak buram, mengandung
panjang 3km dan lebar 2km. Disebabkan oleh pyrit dan resin tersebar merata, pengapit atas
pelamparan batubara yang tidak begitu luas dan batulempung karbonan dan pengapit bawah
posisi antar singkapan batubara yang berjarak batulempung. Pada beberapa tempat kemiringan
rapat maka untuk memperjelas pola pelamparan dari lapisan berubah cukup besar dimana hal ini
dan mempermudah perhitungan sumberdaya kemungkinan disebabkan oleh adanya struktur.
batubara untuk kedua blok tersebut dilakukan Lapisan ini secara stratigrafi merupakan lapisan
perbesaran peta sampai skala 1 : 25.000. batubara paling bawah yang ditemukan di daerah
ini. Gejala struktur sangat terlihat pada lapisan ini
Data Lapangan dan Interpretasi Endapan terutama terlihat disekitar singkapan SW 08.
Dari hasil pengamatan yang didapat dari
kegiatan pemetaan pelamparan batubara di daerah Lapisan Q
inventarisasi didapatkan sebanyak 15 singkapan Seperti lapisan P, Lapisan Q juga ini
batubara yang terdiri dari 12 singkapan batubara ditemukan sebelah barat laut Dusun Durian

5
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tumbang Lapisan ini mempunyai arah jurus Baratlaut-Tenggara dengan panjang pelamparan
kurang lebih baratlaut-tenggara dengan panjang 1000 m, ketebalan rata-rata 0,70 m, kemiringan
pelamparan total 1875 m, ketebalan berkisar rata-rata 150. Lapisan ini mempunyai kontinuitas
antara 1,00 m – 2,09 m, kemiringan rata-rata 150. lateral yang baik sepanjang penyebarannya,
Lapisan ini mempunyai kontinuitas lateral yang kearah Utara lapisan ini menerus melewati batas
baik sepanjang penyebarannya. daerah inventarisasi dan ke sebelah Selatan
Kearah utara lapisan ini menghilang menghilang disekitar Sungai Ketua, kenampakan
terpotong sesar, dan kesebelah selatan ditemukan mokroskopis dari lapisan ini berupa batubara,
sampai dusun durian tumbang kesebelah selatan keras, hitam, agak buram, mengandung pyrit dan
lagi dari Dusun Durian Tumbang lapisan ini tidak resin tersebar di semua lapisan, pengapit atas
ditemukan keberadaannya. Lapisan ini terpotong batulempung karbonan dan pengapit bawah
oleh sesar geser yang terletak ditengahnya batulempung. Singkapan dari lapisan ini
menjadi Lapisan Q1 dan Q2 selain terpotong ditemukan di batas utara daerah inventarisasi.
lapisan ini juga kearah selatan cenderung Lapisan Q’ diperkirakan merupakan lapisan yang
menebal, kenampakan makroskopis dari lapisan sama dengan lapisan Q namun berada pada sayap
ini berupa batubara, keras, hitam, agak buram, yang berbeda dengan lapisan Q
mengandung pyrit dan resin tersebar di semua Dari pengamatan terhadap keempat lapisan
lapisan, pengapit atas batulempung karbonan dan batubara di daerah inventarisasi terlihat bahwa
pengapit bawah batulempung. Pada beberapa lapisan-lapisan batubara di daerah ini umumnya
tempat kemiringan dari lapisan berubah dengan mempunyai ketebalan dibawah 1,00m, dengan
cukup besar, hal ini kemungkinan disebabkan oleh panjang pelamparan berkisar antara 1,00km s/d
adanya struktur. Lapisan ini secara stratigrafinya 2,00km dan terkonsentrasi sekitar Desa
terletak diatas lapisan P merupakan lapisan Muarasilaya dan Desa LubukAgung.
batubara paling bawah yang ditemukan di daerah
ini. Potensi Endapan Batubara
Lapisan P’ Perhitungan sumberdaya batubara
Lapisan ini ditemukan sebelah baratlaut Desa berdasarkan pada penyebaran kearah lateral yang
Lubuk Agung. Lapisan ini mempunyai arah jurus didapatkan dari korelasi beberapa singkapan yang
kurang lebih baratlaut-tenggara dengan panjang diamati selama peninjauan lapangan dan
pelamparan 1050 m, ketebalan rata-rata 0,70 m, rekonstruksi yang dilakukan di daerah
kemiringan rata-rata 150. Lapisan ini mempunyai penyelidikan.
kontinuitas lateral yang baik sepanjang Lapisan batubara dapat dihitung berdasarkan
penyebarannya, kearah Utara lapisan ini menerus beberapa pembatasan sebagai berikut :
melewati batas daerah inventarisasi, dan - Penyebaran kearah jurus tiap lapisan yang
kesebelah Selatan menghilang disekitar Sungai dapat dikorelasikan dibatasi sampai
Ketua, kenampakan makroskopis dari lapisan ini sejauh 1000 meter dari singkapan terakhir
berupa batubara, keras, hitam, agak buram, - Penyebaran kearah kemiringan (lebar)
mengandung pyrit dan resin tersebar di semua lapisan dibatasi sampai kedalaman 100
lapisan, pengapit atas batulempung karbonan dan meter dihitung tegak lurus dari
pengapit bawah batulempung. Singkapan dari permukaan singkapan, sehingga lebar
lapisan ini ditemukan di batas utara daerah singkapan adalah :
inventarisasi. Lapisan P’ diperkirakan merupakan - L = 100 sin α , dimana α adalah sudut
lapisan yang sama dengan lapisan P namun berada kemiringan lapisan batubara.
pada sayap yang berbeda dengan lapisan P. - Tebal lapisan adalah tebal rata-rata dari
Lapisan Q’ seluruh batuabra yang termasuk dalam
Seperti pada lapisan P’ Lapisan ini lapisan tersebut.
ditemukan sebelah barat laut Desa Lubuk Agung - Sumberdaya batubara dapat dihitung
Lapisan ini mempunyai arah jurus kurang lebih berdasarkan rumus sebagai berikut

Sumberdaya = { panjang (m) x lebar (m) x tebal (m) x berat jenis (gr/ton) }

6
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Dari hasil pengamatan data singkapan dan Hasil analisis petrografi menunjukan,
korelasi data di daerah inventarisasi dimana data batubara daerah inventarisasi didominasi oleh
dikelompokan menurut kedudukannya (Arah jurus maseral vitrinit yaitu berkisar antara 86,8 % - 97,4
dan kemiringannya) dapat dihitung sumberdaya %, sedangkan kandungan maseral inertinit, liptinit
batubara. umumnya dibawah 2 %, hal ini menunjukan
Dengan melihat pada kerapatan data di bahwa batubara daerah inventarisasi tidak bisa
daerah inventarisasi dibandingkan luas daerah digunakan untuk industri peleburan. Kandungan
pelamparan batubara serta dengan mineral lain yang sangat kecil sekali adalah pirit
memperhitungkan kompleksitas struktur geologi yaitu umumya< 0,1 % sedangkan kandungan
di daerah inventarisasi maka sumberdaya batubara mineral lempung berkisar antara 0,4 % - 1,70 %,
di daerah ini dapat dikelompokan sebagai dan oksida besi berkisar antara 1,2 % - 3,2 %.
sumberdaya tereka ( SNI).
Dari semua hasil perhitungan sumberdaya PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN
batubara dapat dilihat sebagai berikut (Dihitung BATUBARA
per lapisan yang dibatasi oleh parameter- Dengan melihat kepada data-data hasil
parameter geologi meliputi ; Struktur geologi dan inventarisasi yang dihasilkan oleh kegiatan
kemiringan lapisan batubara) seperti terlihat pada lapangan berupa pemetaan geologi serta
tabel 1 dengan jumlah sumberdaya batubara pengolahan data dan hasil analisa laboratorium
sebanyak 3.140.800,11 maka Batubara pada daerah inventarisasi
mempunyai sumberdaya dengan jumlah yang
Kualitas Batubara cukup banyak, yaitu sebanyak 3.140.800,11 Ton.
Dari 10 conto batubara yang di analisa Yang tersebar pada 4 lapisan batubara. Dengan
menunjukan hanya 5 conto yang menunjukan jumlah sumberdaya batubara sebanyak itu maka
batubara. Hasil analisa rata-rata sebagai berikut : daerah inventarisasi cukup potensial untuk
Total Moisture (ar) 25,64 %, Volatile Matter dikembangkan lebih lanjut, terutama daerah
(adb) 34,25 %, Fixed Carbon (adb), 36,46 %, Ash sekitar Desa Muara Silaya dan Desa Lubuk
(adb) 14,96 %, SG 1,30 % , Calorific Value Agung.
5.109 kal/gr (daf) , HGI 63, Dari hasil analisa Kendala dari pengembangan ini yang
Ultimat didapat hasil C 68,80 %, H 4,93 %, N teramati di lapangan adalah sulitnya akses
O,40 %, ,dan O 21,24 %. transportasi ke lokasi daerah inventarisasi. dimana
Evaluasi kualitas batubara Daerah pada musim hujan semua akses jalan di daerah ini
inventarisasi akan diuraikan singkat sebagai mengalami kerusakan yang berat, Selain akses
berikut. Kandungan air total tercatat berkisar transportasi kendala yang mungkin ditemukan di
antara 25,64%. Kandungan air bebas 25,51 % daerah ini adalah morfologi daerah dimana
sedangkan kandungan air tertambat 9,94 %, batubara ditemukan umumnya merupakan
kandungan zat terbang berkisar antara 34,25 % perbukitan.
yang tergolong cukup tinggi dan disebut sebagai
batubara “High volatile”. 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Apabila mengacu kepada penggolongan
batubara indonesia berdasarkan nilai kalori Dari hasil penyelidikan di lapangan terhadap
dimana Batubara dengan nilai kalori < 5100 daerah inventarisasi maka dapat diambil beberapa
kal/gram adalah batubara dengan kalori rendah, kesimpulan sebagai berikut :
5100kal/gram – 6100 kal/gram batubara dengan
kalori menengah, 6100 kal/gram – 7100 kal/gram 1. Formasi pembawa batubara di daerah
batubara kalori tinggi dan >7100kal/gram penyelidikan adalah Anggota Bawah
batubara kalori sangat tinggi ( Eddy R.S, Neraca Formasi Telisa
Batubara Indonesia) maka batubara di daerah 2. Dari data Pemetaan geologi didapatkan 4
inventarisasi dengan nilai kalori 5.109 kal/gram lapisan batubara yang membentuk suatu
umumnya termasuk dalam jenis batubara kalori antilin dimana sebaran batubara
menengah. terkonsentrasikan disekitar Daerah Muara
Silaya dan Lubuk Agung.

7
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

3. Sumberdaya tereka batubara di daerah sumberdaya batubara di daerah inventarisasi


inventarisasi adalah 3.140.800,11 ton. termasuk cukup besar maka daerah inventarisasi
4. Berdasarkan hasil analisa kimia batubara cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut.
di daerah inventarisasi umumnya Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih
termasuk kedalam jenis batubara berkalori lanjut dengan tahapan yang lebih detail untuk
menengah. lebih mengetahui sumberdaya batubara di daerah
Apabila melihat kepada sumberdaya inventarisasi.
batubara di daerah inventarisasi dimana

TABEL1 . Perhitungan Sumberdaya Batubara

TEBAL
PANJANG LEBAR BERAT SUMBERDAYA
N NO. RATA-
NO SINGK. PELAMPARAN SEBARAN JENIS
BATUBARA
O LAP RATA
(M) S/D 100 ( M) BATUBARA
(M) (TON)
SW09, SW10,
1 P1 1050 0,70 386,39 1,3 369.195,65
SW11, SW 12
2 Q1 SW01, SW02 1000 1,00 386,39 1,3 502.307,00
SW04,
3 P2 SW05, SW06, 825 1,52 386,39 1,3 629.892,98
SW07
4 Q2 SW03 875 2,09 386,39 1,3 918.593,93
5 P’ LB02 1050 0,70 386,39 1,3 369.195,65
6 Q’ LB03 1000 0,70 386,39 1,3 351.614,90
Total Sumberdaya Batubara (Tereka) 3.140.800,11

8
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

LOKASI DAERAH INVENTARISASI

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Inventarisasi

9
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

LB-01
10° 0.20 m

LB-03
715.000 0.70 m 720.000 725.000 730.000
0° 00' 00"LS

LB-02
0.70 m S. Simpa
ng

Tmtu
S
. Tmtu
K
e

a
t
u BUKIT RIMBAPALESUNGAN

u
a Lubuk Agung

t
PCks

e
Tmtl

K
.
B
50

Tmtl P` Q` TRts

Tmtl S. Ra
ja
50

1° 00" LS
Tpl

S.
Ant
ah
an
jadi
BLOK LUBUK AGUNG
S

Muara Silaya
.

S. Siasan
B
a

t
a
n
g
s
e
l a y
9.995.000 a
a n

Tpl
i
u r
D
.

Derastajak
S

Batangbatukuda

50
BLOK DURIAN TUMBANG
Tmtl

SW-11
P1 0.70 m
SW-12
Q1 0.70 m SW-08
SW-02 SW-10 1.90 m
> 1.00 m 0.70 m 2.80 m
50°
SW-01 10° 12°

1.00 m 42° SW-07


12°
15°
SW-06
10°
12° 1.70 m
SW-09 SW-05
1.00 m > 1.85 m
SW-03 39° PCks
2.09 m 20°
S W-04
18°
1.00 m
Duriantumbang 26°

Tpm

Q2
P2
Kb. Buluhtebel Kb. S.Lengkuas
S

Rantausantu
.

S. Len
M

gku as
a

0° 05' 00"LS
l

9.990.000 S. Len
gku as

KEC. KAMPAR KIRI


S . M a
s
t
i
n
g

Tmtl
Tpl
g

Ludai
i

S
.
L

r
o
i

d
n
p

Tmtl
a
a

S
M

.
S PCkl
.
i

S
r

a
n Teratakpelange

50
g
u

s
a
b

n
g
i
L
.
S

PCks
S . T a k s
a r i
k DAERAH SEBARAN BATUBARA
PCks
0
10

Kebonsungainanti

9.985.000

BUKIT BATULASIHI PCkl


787 m

50
BUKIT KASAI

Qal

Pulaupencong

Kotalama
PCkl

Pasirramo

0
30
0
40
0
0 20
50

Qal

0° 10' 00"LS
100° 55' 00" BT 101° 00' 00" BT 101° 05' 00" BT

Gambar 2 . Peta Geologi dan Sebaran Batubara

10

Anda mungkin juga menyukai