Anda di halaman 1dari 6

EVOLUSI PERAWATAN INTENSIF KARDIOVASKULAR

Penyakit kardiovaskular (termasuk di dalamnya penyakit jantung koroner, penyakit


jantung bawaan, dan penyakit pembuluh darah lainnya) merupakan penyebab kematian
terbanyak di dunia. Jumlah kematian secara global akibat spektrum penyakit ini tercatat tidak
kurang dari 17 juta jiwa per tahun. Dari angka tersebut, sekitar dua-pertiga kematian terjadi di
negara berpendapatan rendah dan menengah.1 Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2018 menunjukkan bahwa sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita
penyakit jantung koroner. Sedangkan jika dilihat dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia,
menurut Survei Sample Registration System tahun 2014 menunjukkan 12,9% kematian akibat
Penyakit Jantung Koroner. Dari sisi pembiayaan, berdasarkan data BPJS Kesehatan, penyakit
jantung menduduki peringkat teratas untuk biaya rawat inap diantara penyakit katastropik
lainnya2.
Salah satu peran fasilitas kesehatan yang sudah seharusnya dikembangkan untuk
mencegah meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas ialah pelayanan rawat intensif penyakit
kritis yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terlatih secara saksama dan konstan. Perawatan
intensif mulai dikembangkan terhadap penyakit infark miokard pada tahun 1960an dimana
pentingnya defibrilasi dan monitoring irama jantung kontinyu diterapkan terhadap pasien yang
dirawat dirumah sakit. Konsep yang awalnya dikenal sebagai Coronary Care Unit (CCU) ini
berhasil secara signifikan menurunkan angka mortalitas pasien selama dirawat. Pola
kompleksitas pasien yang dirawat akhirnya mengharuskan konsep perawatan yang lebih
komprehensif dan holistik. Tenaga kesehatan yang bertugas diruang perawatan jantung intensif
dituntut untuk menguasai prosedur perawatan kritis yang lebih luas meliputi masalah penunjang
alat bantu nafas, penunjang sirkulasi mekanik, dan komorbiditas non-kardiovaskular lainnya. Hal
ini berdampak pada perubahan standar operasional dan penambahan fasilitas minimal yang ada
pada konsep yang lebih baru sebagai Intensive Cardiovascular Care Unit (ICVCU/ICCU)(Tabel
1)3

CCU ICVCU
Target: Infark miokard akut, fibrilasi ventrikel Target: Infark miokard akut, aritmia, gagal
jantung, syok, henti jantung, dll
Tatalaksana: intervensi koroner perkutan Tatalaksana: IKP, defibrilasi, ventilasi
(IKP), defibrilasi mekanik, blood purification, IABP, dll
Peralatan yang mesti tersedia di ICVCU
Diagnostik: Monitor telemetri, thermometer, EKG 12 sadapan, Ekokardiografi, kateter Swan-
Ganz, X-ray portabel, analisa gas darah.

Terapeutik: Defibrilator, pacemaker, IABP, sistem ventilasi noninvasif, ventilator, IABP, Blood
purification device, percutaneus cardiopulmonary assist device, temperature management
system.
Tabel 1. Perbedaan konsep CCU dan ICVCU (dimodifikasi dari Kasaoka, 2017)
Kapasitas ruang perawatan intensif khusus jantung melalui dana alokasi khusus negara
yang terdata di seluruh rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.284 ditahun 2019 dari jumlah
sebelumnya 1.116 di tahun 20164. Seiring dengan peningkatan ini, masih banyak yang harus
dilakukan agar peningkatan kualitas pelayanan juga dapat dilakukan dan tersebar merata bagi
setiap pasien yang dirawat, mengingat kondisi geografis Indonesia menjadi kendala tersendiri
untuk proses transfer pasien dengan penyakit kritis. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah
efisiensi dengan diterapkannya kriteria baku untuk admisi dan pemindahan pasien dari unit rawat
intensif.

Sistem Tingkat Penilaian (Grading) Pada Perawatan Intensif


Pasien kardiovaskular akut memiliki tingkat keparahan dan persyaratan untuk perawatan
yang berbeda. Tingkat perawatan (dalam hal perawat, dokter, teknik, lingkungan) untuk
mengelola kondisi kardiovaskular akut dapat ditentukan dan dinilai. Sistem tingkat penilaian
(Grading) ini awalnya dikembangkan untuk pusat trauma, dan kemudian diperluas ke sebagian
besar spesialisasi perawatan kritis.5,6 Dalam perawatan kritis, pembagian patologi kedalam risiko
dan tingkat perawatan berbeda telah mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang
manajemen pasien, alokasi sumber daya yang lebih efisien dan peningkatan hasil, termasuk
tingkat kematian dan lama tinggal di rumah sakit. Selain itu, menggambarkan pusat-pusat
kesehatan sesuai dengan sumber daya yang tersedia dikombinasikan dengan tingkatan perawatan
yang diperlukan untuk kondisi kritis yang berbeda dapat meningkatkan jaringan antara rumah
sakit rujukan dan fasilitas kesehatan primer, serta memfasilitasi penggunaan sumber daya yang
paling efisien.5
Proses ini dapat diadaptasi dan diterapkan pada perawatan kardiovaskular akut, di mana
seluruh spektrum kondisi kardiovaskular akut diklasifikasikan menurut tingkat perawatan yang
diperlukan oleh pasien (Tabel 2). Penilaian tingkat keparahan dan perawatan yang diperlukan di
semua kondisi dapat saja menjadi lebih fleksibel karena adanya komorbiditas yang dapat
mempersulit manajemen dan menambah risiko keseluruhan dari seorang pasien. Sistem tingkat
penilaian mungkin membantu menggabungkan semua faktor ini dan mendefinisikan risiko
dengan lebih ketat.5
Tingkat 1 − Unit ini mengacu pada pasien dengan patologi kardiovaskular akut yang
kebutuhannya tidak dapat dipenuhi melalui perawatan yang disediakan oleh bangsal
kardiologi umum disebabkan oleha risiko bahwa kondisi mereka memburuk, dan
menuntut keahlian khusus atau fasilitas tambahan, atau membutuhkan tingkat pengamatan
yang lebih tinggi. Pasien dengan kondisi kardiovaskular ini terutama membutuhkan
pemantauan irama jantung yang saksama dan pemantauan hemodinamik non-invasif,
serta beberapa pengobatan khusus (obat vasoaktif, tekanan udara positif dua arah atau
CPAP, insersi dan pemantauan chest tube).5
Tingkat 2 − Unit ini mengacu pada pasien dengan kondisi kardiovaskular akut yang
risikonya memerlukan pemantauan lebih lanjut daripada level-1, dalam hal ini mungkin
termasuk akses vena sentral dan / atau jalur arteri untuk memantau tekanan vena sentral
dan tekanan arteri, dan / atau pengambilan sampel darah vena sentral atau arteri, serta
infus kontinu dari beberapa obat kardioaktif (karena curah jantung yang rendah atau
perfusi organ yang memburuk) harus dipertimbangkan pada tingkat ini.. Intervensi
tambahan yang relevan yang dipertimbangkan dari level-2 termasuk temporary
transvenous pacing yang bersifat sementara, alat bantu jantung perkutan (IABP atau
pompa aksial perkutan) dan perikardiosentesis.5
Tingkat 3 − Unit ini mengacu pada pasien dengan kondisi kardiovaskular akut yang
membutuhkan perawatan atau intervensi yang setara dengan perawatan kritis. Termasuk
dalam level-3 adalah syok kardiogenik yang menuntut dukungan kardiovaskular lanjut
dan / atau penyakit kardiovaskular akut yang membutuhkan ventilasi mekanis invasif,
terapi penggantian ginjal, dan / atau alat pendukung kehidupan ekstrakorporeal.5

Tata Kelola Unit Perawatan Intensif


Hal utama dalam penanganan pasien yakni terkait dengan tenaga medis sebagai staf yang
menjalankan sistem 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Dalam tingkat perawatan
yang tinggi, seorang kardiolog yang berkompetensi dalam perawatan intensif berperan sebagai
penanggung jawab utama yang dapat berinteraksi dengan efektif dengan spesialisasi lainnya
(“Closed” ICCU concept). Rasio tenaga medis dan paramedis juga dinilai kedalam rasio yang
ideal.7
Protokol dan proses yang seragam dapat mengurangi angka kematian dan
direkomendasikan (Bundel perawatan, trombo-profilaksis, infeksi nosokomial, infeksi aliran
darah terkait kateter, manajemen STEMI). Pengumpulan data tentang hunian tempat tidur,
diagnosis, mortalitas dan morbiditas juga direkomendasikan. Pengukuran indikator kualitas
tambahan yang relevan diperlukan dan, jika mungkin, data harus diserahkan ke basis data lokal
atau nasional. Program audit, termasuk kepatuhan terhadap pedoman (lokal, nasional,
internasional) dan indikator kualitas (yaitu transfer di luar jam, admisi kembali, morbiditas dan
mortalitas terhadap stratifikasi risiko, tingkat infeksi nosokomial), harus dilaksanakan.
Pembandingan terhadap standar dan hasil yang disetujui juga rekomendasikan, serta partisipasi
dalam jaringan perawatan kritis regional/nasional.5
ICCU Tingkat II dan III harus berperan sebagai pusat konsultasi darurat dan harus
diorganisir untuk memberikan pendapat ahli tentang kondisi kardiovaskular akut di rumah sakit
tanpa kardiologi atau tanpa fasilitas PCI. Hal ini dapat dicapai melalui konferensi video dengan
visualisasi pemeriksaan kardiovaskular seperti angirafi koroner atau ekokardiografi. Program-
program semacam itu akan memperlancar perpindahan pasien untuk intensitas perawatan yang
lebih tinggi dan mengurangi biaya.5
Konsep-konsep yang telah dijelaskan diatas dimaksudkan tidak hanya unuk memudahkan
proses diagnosis dan intervensi pasien, tatapi juga sebagai evaluasi pengembangan unit
perawatan intensif yang telah ada. Pemahaman konsep tersebut diharapkan menjadi acuan
prioritas tehadap pengadaan fasilitas/peralatan pendukung.
ICCU Tingkat I ICCU Tingkat II ICCU Tingkat III

Populasi dan penyakit Tingkat-1, pemantauan pasien Tingkat-1 dan tingkat-2; Terutama pasien tingkat-3,
pasca intervensi struktural dan pasien yang parah atau beberapa pasien tingkat-2;
endovaskular berisiko tinggi dengan gagal kondisi jantung akut yang
jantung kongestif dan / atau membutuhkan ventilasi
curah jantung yang rendah mekanis invasif, terapi
mempersulit kondisi jantung penggantian ginjal, ECLS,
akut atau kronis bedah jantung yang muncul
atau bantuan bedah
kardiovaskular.
Teknologi dan terapi di • Semua pemantauan • Semua pemantauan ● Semua pemantauan
ICCU parameter klinis non- kardiovaskular invasif kardiovaskular invasif
invasif dan non-invasif dan non invasif
• Echokardiografi 24/7 dan • Tingkat IEM ICCU plus: ● tingkat lanjut ICCU
ultrasonografi toraks; pemasangan jalur vena tingkat II plus: penunjang
kardioversi arus searah; sentral yang dipandu kehidupan
ventilasi non-invasif; USG; mondar-mandir ekstrakorporeal,
mondar-mandir sementara sementara transvenous; dukungan peredaran
transkutan ekokardiografi darah mekanis, terapi
transoesofageal; kateter penggantian ginjal,
arteri pulmonalis / ventilasi mekanik
kateterisasi jantung
kanan; dukungan
peredaran darah perkutan;
Sistem sinar-X untuk
fluoroskopi
Rumah Sakit • Unit gawat darurat; • lab-lab intervensi • Rumah sakit tersier atau
pemindai tomografi konvensional 24/7; pusat universitas
terkomputasi; USG hub dari jaringan STEMI • Idem untuk ICCU
transoesophageal; Sistem • Idem untuk ICCU tingkat I tingkat II plus
sinar-X untuk fluoroskopi plus terapi resinkronisasi intervensi jantung
kardiovaskular; program struktural perkutan;
cardioverter - defibrillator biopsi endomiokardial;
implan; terapi ablasi; terapi organ donor dan
dukungan ginjal; pemindai program
dan CMR transplantasi;intervensi
radiologi vaskular;
komprehensif bedah
kardiovaskular

Tingkat kompetensi • Kepala: kardiolog • Kepala: • Kepala: intensivist


• Tim: kardiolog kardiovaskular kardiovaskular atau
• Onsite: intensivist, intensivist kerjasama dengan
konsultasi 24/7 • Tim:kardiovaskular spesialis perawatan
intensivists kritis umum ahli
• Onsite: • Tim: kardiolog dengan
intensivist pendidikan tambahan
konsultasi 24/7 dalam perawatan
kritis; mungkin
termasuk intensivis
umum dengan
pendidikan tambahan
dalam kardiologi
program pendidikan • Direkomendasikan: ujian • Diperlukan: kurikulum • ICCU tingkat II plus
tertulis sertifikasi ESC-ACC nasional spesifik untuk kurikulum khusus
untuk individu; harus perawatan kardiovaskular untuk pelatihan
menguasai semua teknik akut atau kurikulum perawatan kritis
yang diperlukan dalam ACCA umum
ICCU tingkat I
Dokter yang bertugas • Residen atau fellow • Residen atau fellow dalam • Residen dan fellow dalam
kardiologi perawatan intensif perawatan kardiovaskular
• Ahli jantung dengan keahlian kardiovaskular intensif; perawatan kritis
ICCU tingkat I; jika • Intensivis kardiovaskular;
disetujui oleh direktur unit, ahli jantung terlatih;
residen terlatih atau dokter dokter dalam perawatan • Harus memiliki semua
lain menyediakan intensif kardiovaskular persyaratan dan
ketersediaan anggota ICCU lanjut, ketersediaan keahlian untuk bekerja
yang dapat dipanggil intensivis kardiovaskular di level III ICCU
atau ahli jantung
intervensi
Perawat / personel lain • Direktur keperawatan • direktur Keperawatan • direktur Keperawatan
(dapat dibagi dengan • rasio 1: 2 atau 1:3 • rasio 1: 2 atau 1: 1
bangsal biasa)
• Perawat khusus - rasio
perawat-pasien 1: 4

Penelitian • Didorong untuk menjadi • Didorong untuk melakukan • Komitmen yang kuat untuk
bagian dari penelitian klinis penelitian melakukan penelitian klinis

Tabel 2. Ringkasan Tata Kelola ICCU menurut ESC (dimodifikasi dari Bonnefoy-Cudraz, et al.
2017)
Daftar Referensi:
1. Global Health Estimates. Deaths by Cause, Age, Sex, by Country and by Region. World Health
Organization. 2016
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. RS Jantung HARAPAN KITA Pengampu Rujukan
Kardiovaskular. 2018 [Online]. Available at:
http://www.depkes.go.id/article/print/18111200002/rs-jantung-harapan-kita-pengampu-
rujukan-kardiovaskular.html [Diakses 22 Agustus 2019]
3. Kasaoka S. Evolved Role Of The Cardiovascular Intensive Care. Journal of Intensive Care. 2017;
72
4. Ditjen Yankes Republik Indonesia. Penurunan Prevalensi PTM dan Penurunan AKI-AKN Melalui
Pemenuhan Sarana dan Prasarana di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2019 [PPT Handout]
5. Bonnefoy-Cudraz E, Bueno H, Casella G, et al. Acute Cardiovascular Care Association Position
Paper on Intensive Cardiovascular Care Units: An update on their definition, structure,
organisation and function. European Heart Journal: Acute Cardiovascular Care. 2017;7
6. Morrow DA, Fang JC, Fintel DJ, et al. Evolution Of Critical Care Cardiology.
Circulation.2012;126:1408-28
7. Tubaro M, Vranckx P. The ESC Textbook Of Intensive And Acute Cardiovascular Care, Second
Edition. 2015. Oxford University Press: New York

Anda mungkin juga menyukai