Anda di halaman 1dari 7

1. Bagaimana dengan reaksi kimia topikal fluoride dan fluor sistemik?

Efek pemberian fluor secara sistemik:

Mekanisme deposisi fluor pada tulang adalah dengan cara pertukaran ion antara ion

fluor dan cainan ekstraselular dengan ion hidroksil dani molekul hidroksiapatit membentuk

fluorhidroksiapatit atau fluorapatit.

Pada tahap perkembangan dan maturasi gigi fluor diendapkan dalam email melalui

jalan sistemik. Ion fluor akan bergabung dengan body kristal email. Fluor yang diberikan

secara sistemik konsentrasinya rendah yaitu sekitar 1 ppm, sehingga terjadi reaksi kimia

yang berupa substitusi ion hidroksil dan bidroksiapatit [Ca10 (PO4)6 (OH)2] oleh ion fluor

membentuk fluorapatit [Ca10 (PO4)6 F2) yang bersifat Iebih stabil dan tidak mudah larut

dalam asam.

Efek pemberian fluor secara lokal:

Pemberian fluor secara lokal sesudah gigi erupsi menyebabkan terikatnya ion fluor pada

permukaan kristal email. Konsentrasi fluor untuk aplikasi lokal biasanya tinggi.

Konsentrasi fluor yang tinggi menimbulkan reaksi kimia awal yaitu terjadinya

pembentukan calcium fluoride yang mengendap pada permukaan email.

[Ca10 (PO4)6 (OH)2] +20 F → 10 CaF2 + 6 PO4 +2011

calcium fluoride

Calcium fluoride yang terbentuk tidak terikat kuat pada email dan secara bertahap akan

larut, tetapi ada sedikit ion fluor yang akan mengganti ion hidroksil dan hidroksiapatit dan

membentuk fluorapatit.

[Ca10 (PO4)6 (OH)2] +2 F → Ca10 (PO4)6 F2 + 2 OH

Fluorapatit
Aksi fluor dalam mereduksi karies dapat terjadi melalui satu atau lebih cara berikut:

a. Dengan meningkatkan stabilitas kristal email

b. Dengan meningkatkan remineralisasi

c. Dengan menghambat system enzim bakteri yang mengubah gula menjadi asam.

d. Dengan efek antibacterial secara langsung.

2. Caries-risk Assessment Tools menurut AAPD

American Academy of Pediatric Dentistry mengeluarkan protokol bagi para klinisi


untuk menilai risiko karies sebelum tahun 2006 dengan nama Caries-risk Assessment Tool
(CAT) untuk semua usia. Terdapat perbedaan faktor risiko sesuai usia, sehingga pada tahun
2006 AAPD kembali mengeluarkan penilaian faktor risiko karies dengan perbedaan usia, yaitu
untuk anak 0-3 tahun, 0-5 tahun, dan lebih dari 6 tahun. Penilaian faktor risiko karies oleh
AAPD ini bertujuan untuk melihat tingkat risiko karies berdasarkan analisis kebiasaan anak
yang mempengaruhi dan mendukung proses karies, membantu perkembangan perawatan dari
proses penyakit, memberikan pemahaman faktor risiko karies anak secara spesifik, menetapkan
pencegahan dan perawatan restorasi pasien, serta mengantisipasi progres karies atau sebagai
stabilisasi. Faktor yang dinilai dalam penilaian ini adalah diet, terpaparnya gigi oleh fluor, host
yang rentan, dan bakteri yang berperan, sosial budaya, dan faktor kebiasaan akan dijelaskan
pada Tabel.

Menurut AAPD, faktor risiko anak dapat dibagi dalam 3 kelompok utama yaitu faktor
biologis, faktor perlindungan, dan faktor temuan klinis.1 Faktor biologis meliputi kondisi
karies aktif yang dimiliki ibu, status sosial ekonomi, kebiasaan mengemil makanan manis
disamping konsumsi makanan utama yang lebih dari 3 kali sehari, mengonsumsi susu sebelum
tidur atau penambahan gula pada susu, mempunyai penyakit sistemik, dan keluarga pindahan.

Pada faktor protektif, risiko yang dapat menimbulkan karies adalah penggunaan air
berfluor secara optimal ataupun mengonsumsi suplemen fluor, menggosok gigi dengan
menggunakan pasta gigi berfluor, menerima aplikasi topikal fluor dari tenaga kesehatan
profesional dan konsultasi ke dokter gigi secara berkala. Pada faktor temuan klinis meliputi
anak yang mempunyai lesi white spot atau enamel defects, mempunyai kavitas dan tumpatan,
serta plak dalam rongga mulut.
Lingkari semua kondisi yang sesuai pada masing-masing pasien yang membantu
praktisi dan orang tua untuk mengetahui faktor yang berkontribusi atau faktor perlindungan
dalam karies. Penilaian risiko karies dikategorikan dalam kategori rendah dan tinggi yang
bergantung pada faktor yang lebih banyak. Meskipun demikian, penilaian klinis bisa
memberikan pertimbangan kepada tingkat penilaian.

3. Bagaimana dosis sediaan fluoride tablet dan waktu tumbuh kembang gigi?

Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air

minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan

menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Jumlah fluor yang dianjurkan untuk anak di bawah

umur 6 bulan–3 tahun adalah 0,25 mg, 3–6 tahun sebanyak 0,5 mg dan untuk anak umur 6

tahun ke atas diberikan dosis 0,5–1 mg .


4. Bagaimanakah fluor yang berlebihan akan menyebabkan fluorosis?

Kelebihan jumlah fluorida dapat berdampak buruk pada gigi. Fluoridaosis gigi biasanya

lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6-8 tahun. Ditandai dengan terjadinya hipoplasia atau

hipomineralisasi pada enamel dan dentin gigi. Fluoridasis ringan biasanya terdapat bercak

putih kecil pada enamel gigi, sedangkan pada kasus yang parah, bercak-bercak putih hampir di

seluruh permukaan gigi. Menurut Monang (1995), perubahan- perubahan fisik yang akan

terlihat bila seseorang menggunakan fluor selama batas waktu tertentu :

 2 - 8 ppm F - Fluorosis gigi (mottled enamel)

 8 - 20 ppm F - Osteosklerosis

 50 ppm F - Kemunduran pertumbuhan

 5 – 10 gram F - Kematian
Fluor menyebabkan fluorosis dengan merusak sel pembentuk email yaitu ameloblas

sehingga terjadi gangguan mineralisasi gigi dengan terbentuknya porus pada permukaan email

(Bakar, 2012). Hasil studi meyatakan bahwa fluorida terutama dapat menimbulkan efek pada

jaringan rangka (tulang dan gigi). Konsentrasi rendah memberi perlindungan terhadap karies

gigi khususnya pada anak-anak. Namun, fluorida juga dapat menimbulkan efek negative pada

email gigi dan dapat menyebabkan fluorosis ringan gigi pada konsentrasi sekitar 0,9 sampai

1,2 mg/liter dalam air minum bergantung pada jumlah asupannya (IPCS, 2002; WHO, 2003).

Anda mungkin juga menyukai