Anda di halaman 1dari 86

UJIAN BAGIAN

KONSERVASI GIGI

Dosen Penguji :
Drg. Rahmi Alma Farah Adang, Sp. KG (K)

Disusun Oleh :
Septina Veronika Bancin
160112130515

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
BAB I

PREPARASI AKSES

Akses kavitas yang baik sangat penting menunjang hasil perawatan

saluran akar yang baik. Tanpa akses yang adekuat, instrumen dan material akan

sulit dimanipulasi ke dalam saluran akar. Tujuan dari preparasi kavitas adalah:

1. Untuk membuang seluruh karies

2. Mempertahankan sisa struktur gigi

3. Membuka seluruh kamar pulpa

4. Membuang seluruh jaringan pulpa (vital atau nekrosis)

5. Untuk mengidentifikasi seluruh letak orifis saluran akar

6. Mendapatkan straight line access ke foramen apikal dan mengetahui

curvature saluran akar

7. Meminimalisasi leakage pada marginal gigi yang direstorasi

Akses pembukaan endodontik dibuat berdasarkan anatomi dan morfologi

dari masing-masing gigi. Pada umumnya, morfologi kamar pulpa menunjukan

desain dari akses preparasi. Anatomi internal diproyeksikan menjadi permukaan

eksternal (Torabinejad and Walton, 2009).

Prinsip dasar untuk preparasi akses endodontik, yaitu (Torabinejad and

Walton, 2009) :

1. Outline form
Outline form merupakan bentuk yang direkomendasikan untuk

akses pada gigi normal dengan bukti radiografis bentuk kamar pulpa dan

saluran akar. Outline form memastikan bentuk dan lokasi yang benar

sehingga menyediakan akses lurus ke arah apikal. Preparasi akses harus

membuang seluruh struktur gigi yang menghalangi proses cleaning dan

shaping saluran akar.

Berikut ini merupakan desain outline form pada setiap gigi:

Gambar 1.1 outline form Gambar 1.2 outline form Gambar 1.3 outline form
gigi insisif sentral RA gigi insisif lateral RA gigi kaninus RA

Gambar 1.4 outline form gigi Gambar 1.5 outline form gigi
premolar pertama RA premolar kedua RA

Gambar 1.6 outline form gigi molar pertama RA


Gambar 1.7 outline form gigi molar kedua RA

Gambar 1.8 outline form gigi molar ketiga RA

Gambar 1.9 outline form gigi Gambar 1.10 outline Gambar 1.11 outline form gigi
insisif sentral dan lateral RB form gigi kaninus RB premolar pertama RB

Gambar 1.12 outline form Gambar 1.13 outline form gigi molar pertama RB
gigi premolar kedua RB
Gambar 1.14 outline form gigi Gambar 1.15 outline form gigi

molar kedua RB molar ketiga RB

2. Convinience form

Convinience form memungkinkan dapat memfasilitasi penempatan

dan manipulasi dari instrumen dengan baik.

3. Caries removal

Penghilangan jaringan karies sangat penting untuk beberapa

alasan.Pertama, penghilangan karies menciptakan lingkungan aseptik

sebelum masuk ke kamar pulpa dan saluran akar.Kedua, memungkinan

penilaian dari restorasi sebelum perawatan.Ketiga, menyediakan struktur

gigi sehat yang tersisa sehingga dapat ditempatkan restorasi.Struktur gigi

yang tidak mendukung harus dihilangkan untuk memastikan ketahanan

koronal selama dan setelah perawatan agar bisa menjadi titik referensi

saat menentukan panjang kerja.

4. Toilet of the cavity

Toilet of the cavity dilakukan untuk mencegah material dan benda

asing masuk ke kamar pulpa atau saluran akar.

Berikut adalah pedoman untuk mendapatkan preparasi kavitas yang ideal

(Cohen, 2007):
1. Visualisasi antomi internal

Foto radiograf membantuk dokter gigi memperkirakan posisi kamar

pulpa, jumlah akar dan saluran, serta panjang akar.Palpasi gingival cekat

sepanjang akar dapat membantu menentukan lokasi dan arah akar gigi.

Hal ini berguna untuk menentukan arah bur saat penetrasi awal.

2. Evaluasi CEJ dan anatomi oklusal

CEJ merupakan penanda untuk menentukan lokasi kamar pulpa dan

orifis saluran akar.CEJ merupakan landmark anatomi penting untuk

menentukan letak ruang pulpa dan orifis saluran akar.

Analisis Anatomi (Krasner and Rankow, 2004) :

a. Law of centrality : kamar pulpa pada gigi berada di pusat gigi pada level CEJ

Identifikasi bentuk dan posisi CEJ menggunakan probe untuk menunjukkan

visualisasi perluasan CEJ. Penetrasi inisial dilakukan pada pusat CEJ

Gambar 1.16 Law of centrality

b. Law of concentrality : dinding kamar pulpa konsentrik dengan outline

eksternal gigi pada level CEJ.

Gambar 1.17 Law of concentrality


c. Law of CEJ : jarak permukan eksternal mahkota gigi terhadap kamar pulpa

sama dengan sirkumferensial terhadap CEJ

Gambar 1.18 Law of CEJ

d. Law of symmetry 1 : kecuali pada molar RA. Orifis saluran akar terletak

equidistant terhadap garis mesiodistal pada pusat kamar pulpa.

Gambar 1.19 Law of symmetry 1

e. Law of symmetry 2 : kecuali pada molar RA. Orifis saluran akar terletak tegak

lurus dengan mesiodistal pada pusat kamar pulpa.

Gambar 1.20 Law of symmetry 2

f. Law of color change : dinding kamar pulpa lebih terang dibanding dengan

dasar kamar pulpa (floor wall junction), orifis terletak di floor wall junction,

access opening meluas hingga 3600 terlihat floor wall junction

Gambar 1.21 Law of color change


g. Law of orifice location (1) : orifis terletak di floor wall junction

h. Law of orifice location (2) : orifis terletak pada sudut floor wall junction

Gambar 1.22 Law of orifice location 1, 2

i. Law of orifice location (3) : orifis terletak pada terminus dari developmental

fusion line akar

Gambar 1.23 Law of orifice location 3

3. Preparasi kavitas akses pada permukaan lingual/palatal dan oklusal

Pada gigi anterior preparasi kavitas akses dilakukan pada permukaan

lingual/palatal, sedangkan pada gigi posterior preparasi dilakukan pada

permukaan oklusal.Hal ini bertujuan untuk mencapai akses yang lurus

dan keperluan estetik serta pertimbangan restoratif.

4. Membuang seluruh restorasi dan karies yang ada

Sebelum memasuki akses saluran akar, seluruh restorasi dan karies

harus dibuang.Hal ini bertujuan agar sisa debris tidak memasuki saluran

akar, memudahkan dokter gigi mencapai saluran akar, cleaning and

shaping, dan memudahkan saat dilakukan obturasi.

5. Membuang seluruh struktur gigi yang tidak didukung dentin


Hal ini bertujuan untuk mengurangi resistensi gigi terhadap stress

untuk mencegah fraktur gigi

6. Membentuk kavitas akses yang lurus (straight-line access)

Akses yang baik ke saluran akar akan meminimalkan terjadinya

kesalahan prosedur (perforasi akar), dan memberikan kemudahan saat

proses cleaning, shaping, dan obturasi.

7. Rubber dam dipasang setelah seluruh saluran akar ditemukan

Pada keadaan gigi yang crowding, restorasi yang besar, atau gigi

yang menjadi penyangga protesa tetap, pemasangan rubber dam

dilakukan setelah diketahui arah sumbu panjang giginya.

8. Eksplorasi seluruh orifis saluran akar

Eksplorer endodontik digunakan untuk menentukan orifis dan

menentukan arah saluran dari kamar pulpa.Eksplorasi saluran akar

menggunakan K-file (#6, #8, atau #10).

Preparasi akses kavitas gigi anterior (Hargreaves and Berman, 2016)

1. Buang seluruh karies dan restorasi permanen

2. Inisial eksternal outline form

Setelah membuang seluruh karies dan restorasi, buat inisial outline opening

pada bagian lingual dari gigi anterior. Bur bulat #2 atau #4 atau bur fissure

tapered digunakan untuk penetrasi pada enamel dan sedikit pada dentin (kira-

kira 1mm) outline form dibuat sesuai dengan geometri pada bentuk ideal
kavitas akses dari gigi anterior. Bur diarahkan secara perpendicular pada

pemukaan lingual dari outline form yang telah dibuat.

Gambar 1.24 Outline Akses Gambar 1.25 arah


Pada Gigi Anterior pembukaan kavitas akses
pada gigi anterior

3. Penetrasi atap kamar pulpa

Menggunakan bur highspeed, dapat bur bulat atau fisur tapperd klinisi

mengubah arah bur dari perpendicular terhadap permukaan lingual menjadi

paralel terhadap sumbu panjang atap kamar pulpa. Penetrasi dilakukan hingga

didapatkan drop-in effect.

4. Pembungan atap kamar pulpa seluuruhnya

Setelah kamar pulpa terpenetrasi, sisa atap kamar pulpa dihilangkan dengan

bur bulat. Amputasi pulpa kororonal dengan spoon endodontic atau bur bulat

sebatas orifis, irigasi menggunakan sodium hipoklorit.

5. Identifikasi seluruh orifis

Identifikasi seluruh orifis menggunakan eksplorer endodontik.

6. Pengambilan lingual shoulder dan orifis dan flaring kearah koronal.

Setelah orifis teridentifikasi dan terkonfirmasi, shoulder lingual dibuang.

Struktur ini berupa bagian lingual yang lebih menonjol pada dentin yang

melebar dari cingulum hingga 2mm apikal dari orifis. Pembuangan lingual

shoulder membentuk akses yang lurus.sehingga membuat prosedur cleaning


and shaping menjadi lebih efektif. Dapat dilakukan pengambilan lingual

shoulder dengan bur tapper safety tip atau carbide bur atau Gates-Glidden

bur.

Gambar 1.26 lingual shoulder pada gigi anterior

7. Menentukan Straight-line Access

Setelah pembungan lingual shoulder dan orifis sudah dilakukan flaring,

kemudian lakukan penentuan apakah akses lurus sudah didapatkan dengan

menggunakan file endodontic.

Gambar 1.27 setelah pembuangan lingual shoukder akan


didapatkan akses yang lurus lingual shoulder pada gigi anterior

8. Inspeksi visual

Menggunakan pembesaran dan transiluminasi yang baik untuk mengevaluasi

pembuatan akses kavitas.

9. Perbaikan dan penghalusan margin


Preparasi kavitas gigi posterior (Hargreaves and Berman, 2016)

1. Buang seluruh karies dan restorasi permanen

2. Inisial eksternal outline form

Pembuangan karies dan restorasi yang masih ada terkadang membuat

terbentuknya outline eksternal. Seperti gigi anterior, kamar pulpa dari gigi

posterior berada di tengah dari level CEJ.

Pada premolar maksila titik ini berada pada sentral groove diantara puncak

cusp.

Gambar 1.28 lokasi awal pembukaan akses


kavitas pada premolar pertama atas

Pada premolar mandibula, mahkota miring kearah lingual relative

mengikuti akarnya dan lokasi pembukaan akses harus berkompensasi dengan

kemiringan ini.

Gambar 1.29 Kemiringan


pada gigi premolar pertama
mandibular
Pada premolar pertama mandibula lokasi awal pembukaan akses berada

pada pertengahan atas dari inklinasi lingual cusp bukal satu garis yang

menghubungkan puncak cusp bukal dan lingual groove diantara cusp lingual

Gambar 1.30 Lokasi pembukaan


akses kavitas pada premolar
pertama mandibula

Pada molar, tentukan batasan mesial dan distal terlebih dahulu. Evaluasi

dengan radiografi untuk menentukan pelebaran mesiodistal dari kamar pulpa.

Batasan mesial pada molar maksila dan mandibula adalah garis yang

menghubungkan puncak cusp mesial. Batas inisial distal untuk molar maksila

adalah oblique ridge.

Gambar 1.31 titik pembukaan


akses pada molar maksila

Untuk molar mandibula batas inisial distal berada pada garis penghubung

groove bukal dan lingual. Untuk molar lokasi permulaan adalah pada sentral

groove pertengahan antara batas mesial dan distal.

Gambar 1.32 titik pembukaan


akses pada molar mandibular
Penetrasi pada enamel hingga dentin kurang lebih 1 mm dengan

menggunakan bur bundar #2 untuk premolar dan #4 untuk molar. Bur tapper

dapat digunakan juga. Bur diarahkan perpendicular pada alas oklusal. Bentuk

pada premolar oval melebar ke bukal lingual. Bentuk inisial molar juga oval

dengan melebar lebih luas kearah bukal lingual untuk molar maksila, dan mesial

distal untuk molar mandibula. Outline akhir akan berbentuk triangular (untuk

kanal tiga) atau rhomboid ( untuk kanal empat).

3. Penetrasi atap kamar pulpa

Menggunakan bur highspeed, dapat bur bulat atau fisur tappered klinisi

mengubah arah bur dari perpendicular terhadap permukaan lingual menjadi

parallel terhadap sumbu panjang atap kamar pulpa. Penetrasi dilakukan

hingga didapatkan drop-in effect.

4. Pembuangan atap kamar pulpa seluruhnya

Setelah kamar pulpa terpenetrasi, sisa atap kamar pulpa dihilangkan dengan

bur bulat. Amputasi pulpa kororonal dengan spoon endodontic atau bur bulat

sebatas orifis, irigasi menggunakan sodium hipoklorit.

5. Identifikasi seluruh orifis

Identifikasi seluruh orifis menggunakan eksplorer endodontik

6. Pengambilan tonjolan dentin pada servikal dan orifis dan flaring kearah

koronal.

Setelah orifis teridentifikasi dan terkonfirmasi, struktur anatomi internal yang

harus dihilangkan untuk mendapatkan akses yang lurus seperti shoulder

lingiual yang ada pada gigi anterior, namun pada gigi posterior berupa
tonjolan dentin servikal dan konstriksi saluran akar koronal. Pengambilan ini

dapat dilakukan menggunakan safety tip diamond, bur carbide atau bur

Gates-Glidden. Instrument diletakan pada bagian orifis dan mengarah ke

tonjolan dentin untuk menghilangkan bagian tonjolan yang berlebih tersebut.

7. Menentukan Straight-line Access

Akses yang lurus dibutuhkan dalam kesuksesan prosedur shaping. File harus

mencapai akses hingga foramen apikal.

8. Inspeksi visual

Menggunakan pembesaran dan transiluminasi yang baik untuk mengevaluasi

pembuatan akses kavitas.

9. Perbaikan dan penghalusan margin


BAB II

PREPARASI SALURAN AKAR

Teknik Standar

Teknik standar memakai definisi yang sama terhadap panjang kerja untuk

semua instrument (Hargreaves and Berman, 2011).

1. Setelah akses orifis didapatkan dan irigasi dilakukan, tentukan panjang

kerja (WL) dengan jarum #10 atau #15 untuk mennetukan ujung akhir

preparasi ujung akar, dibantu dengan apex locator.

2. daerah saluran akar apikal dilebarkan dengan K file dengan teknik balance

force. Kemudian irigasi dengan sodium hipoklorit untuk mendukung terapi

antimikroba. Rekapitulasi dengan K file direkomendasikan untuk

mencegah terjadinya penghalang di ujung saluran akar

3. perluasan apikal sudah selesai ditentukan dengan ukuran master file apikal

(MAF)

4. ukuran #40 atau lebih besar dapat masuk pada gigi anterior, seperti contoh

di bawah ini.

Gambar 2.1 Teknik Standar


Teknik Step Back

Indikasi

Preparasi teknik Step Back ini dapat menjadi solusi untuk preparasi

pada saluran akar yang bengkok / curved root canal (Cohen and

Hargreaves, 2009). Pada preparasi dengan teknik Step Back, setiap alat

saluran akar yang berurutan lebih besar, yang digunakan untuk

membentuk dinding saluran akar diletakkan lebih pendek daripada apeks,

begitu saluran telah dibesarkan pada sepertiga apical sampai instrument

yang paling sedikit instrument no. #25 atau 30. Teknik Step Back ini dapat

dilakukan dengan menggunakan hand instrument.

Keuntungan

Keuntungan teknik Step Back (Torabinejad et al., 2009).

a. Tidak mudah menyebabkan terjadinya trauma periapikal

b. Memudahkan pengambilan lebih banyak debris (debridement)

c. Flare lebih besar yang dihasilkan instrumentasi memudahkan

penempatan guta-percha baik dengan kondensasi lateral maupun

kondensasi vertikal

d. Mencegah pengisian atau penumpatan berlebih pada saat prosedur

obturasi

e. Tekanan kondensasi yang lebih besar dapat digunakan (yang sering

digunakan untuk mengisi saluran lateral pada saat prosedur

pengisian).
Langkah Preparasi

1. Setelah akses orifis didapatkan dan irigasi dilakukan, ukur panjang

kerja

2. Preparasi pada bagian apical dengan initial file (IAF) yaitu file awal

yang terbesar yang dapat masuk sesuai panjang kerja. Gerakan yang

dilakukan yaitu watch-winding atau twiddling, yaitu gerakan memutar

2/4 atau ¾ putaran searah – berlawanan arah jarum jam (clockwise &

anti clockwise rotation) dengan tekanan ke apikal minimal dan

kemudian di retraksi ke arah koronal.

3. Lakukan irigasi dengan NaOCL. Irigasi & lubrikasi dilakukan pada

setiap pergantian instrumen. Pada setiap pergantian instrument yang

lebih besar, path finding instrument awal dimasukkan sepanjang

working length untuk menghilangkan debris pada ujung saluran akar.

Proses ini disebut rekapitulasi. Tujuan dari irigasi dan rekapitulasi ini

adalah untuk mencegah tertimbunnya debris pada ujung saluran akar

(build-up of canal debris). Prosedur ini terus dilakukan hingga

memperoleh daerah yang halus terutama pada ujung preparasi.

4. Prosedur ini dapat terus dilanjutkan hingga menggunakan file no 25

(apabila IAF= #10) dengan panjang kerja yang tetap sama dengan

diiringi rekapitulasi. Preparasi ini berhenti hingga memperoleh Master

Apical File (MAF); yaitu file terbesar yang dapat masuk hingga

panjang kerja tanpa tekanan yang berlebihan (jarum tidak boleh

longgar).
5. Preparasi dilanjutkan dengan file dengan satu ukuran yang lebih besar

dari Master Apical File dengan tekanan yang seimbang (balanced

force) dan dengan ukuran 1 mm lebih pendek dibandingkan ukuran

panjang kerja (apabila WL=23 mm, maka panjang jarum pada tahap ini

menjadi 22 mm). Dalam hal ini dapat menggunakan file no. 30 (apabila

file no 25. digunakan sebagai MAF). Irigasi dan lubrikasi tetap

dilakukan setiap pergantian file. Jadi dapat dikatakan sebelum

menggunakan file no.30, file no.25 harus diaplikasikan sesuai ukuran

panjang kerja (full working length).

6. Prosedur terus diulang hingga file no. 40 (naik 3 nomor dari MAF)

terasa longgar dan tidak ada sangkutan. (File #35 sepanjang 21mm, file

#40 sepanjang 20 mm, dst). File terakhir ini disebut dengan FAF (Final

Apical File) Preparasi dapat dilakukan hingga penggunaan file yang

dianggap sudah cukup besar untuk memperoleh dentin yang bersih,

mengkilap, dan halus, serta memudahkan proses obturasi.


Gambar 2.2 Teknik Step Back

Teknik Crown Down

Beberapa modifikasi teknik original step-back sudah dipublikasikan,

termasuk teknik cown-down. Teknik step back yang khas adalah penggunaan K

file stainless steel untuk menelusuri konstriksi apikal dan memembentuk panjang

kerja. Sebaliknya, teknik crown-down lebih bergantung pada pelebaran koronal

dan kemudian menentukan panjang kerja (Hargreaves and Berman, 2011).

Untuk memastikan penetrasi selama step down, 1/3 saluran akar harus

diperbesar dengan bur GG yang lebih kecil atau dengan instrumen rotary lainnya.

Irigasi dilakukan setiap instrumen dimasukan ke dalam saluran akar dan dilakukan

rekapitulasi setelahnya. Untuk memperlebar 1/3 ujung apikal dan untuk

membentuk bundar atau ovoid dan orifis saluran akar lateral, urutan terbalik

instrumen dapat digunakan dimulai dengan ukuran #20 dan perlebar bagian ini

dengan file #40 atau #50. Bentuk tapper dapat ditingkatkan dengan stepping back
saluran akar dengan instrumen yang lebih besar, dan penting untuk dilakukannya

irigasi serta rekapitulasi (Hargreaves and Berman, 2011).

Teknik Preparasi Crown Down dengan Protaper (Cohen and Hargreaves, 2009)

a. Buka akses masuk yang lurus

b. Eksplorasi kanal dengan #10 diikuti dengan #15

c. Bentuk flare coronal dengan S1 (diikuti dengan SX atau bur Gates Glidden

jika diperlukan) sampai kedalaman dari #15 telah dicapai

d. Ukur dan periksa panjang kerja dengan #15

e. Gunakan S1 sampai kedalaman panjang kerja (jarum S1 untuk preparasi 1/3

koronal)

f. Gunakan S2 sampai kedalaman panjang kerja (jarum S2 untuk preparasi 2/3

koronal)

g. Gunakan F1 sampai kedalaman panjang kerja diikuti dengan apical gauging

h. Untuk kanal yang lebih besar, gunakan F2 sampai kedalaman panjang kerja

dan F3, F4 dan F5 jika sesuai kebutuhan. Penentuan jarum F berhenti hingga

didapatkan dentin yang bersih, mengkilap, dan halus dan terasa “tug-back”.

Disesuaikan dengan MAF.

Gambar 2.3 Teknik


Preparasi Saluran Akar
Crown Down dengan
Protaper
Teknik Hybrid atau Kombinasi

Untuk beberapa waktu, mengkombinasikan preparasi dengan NiTi telah

direkomendasikan. Terdiri dari dua fase, yaitu coronal preenlargement (flaring

koronal, preparasi dengan NiTi rotary), dan preparasi apikal tambahan (Stepback).

Keuntungan teknik Hybrid yaitu dapat mempreparasi 95% jenis kasus saluran

akar, dengan mendapatkan saluran akar yang lebar. (Cohen and Hargreaves, 2009)

Berikut adalah keuntungan dari kombinasi Instrumen teknik Hybrid dalam terapi

endodontik :

 Berbagai instrument digunakan untuk menutupi kekurangan dan kelebihan

masing-masing.

 Hand instrument memudahkan glide path patent.

 Tapered rotary instrument memudahkan perbesaran area koronal saluran akar

 Instrument dengan less tapered memudahkan perbesaran apikal

Prinsip dalam teknik Kombinasi yaitu

1. Canal negotiation

2. Penentuan panjang kerja

3. straight line access

4. penentuan master apical file (MAF)

5. rotary preparation pada 1/3 tengah akar

6. lakukan step back apikal

7. apical clearing
Teknik hybrid mengkombinasikan dengan NiTi K Files, 0.2 tapered

rotaries (RaCe) atau Light speed (LSX). Berikut adalah langkah-langkah dalam

teknik hybrid :

1. Lakukan irigasi dan eksplorasi dengan k file # 10-15

2. Gunakan Gates Glidden/ Sx untuk memperbesar kavitas koronal

3. Gunakan K-File sepanjang UPK

4. Lakukan Teknik Crown Down dengan ProTaper

5. Lakukan pembersaran saluran dengan Light speed Instrument no 32.5-50

hingga 1/3 tengah

6. Gunakan Ni Ti Hand Instrument secara Passive Step Back (UPK dikurangi

1 mm)

7. Cek kembali saluran dengan k file no #15

Gambar 2.4 Preparasi Saluran Akar Hybrid dengan K File, Protaper, Rotary
Instrument (Light Speed dan NiTi Hand Instrument melalui beberapa fase
BAB III

PENGISIAN

Syarat ideal bahan pengisi, yaitu:

1. Mudah diaplikasikan

2. Memiliki seal yang baik

3. Tidak mengerut setelah diaplikasikan

4. Bakteriostatik atau tidak mempermudah berkembangnya bakteri

5. Radioopak saat di foto rontgen

6. Tidak mewarnai struktur gigi

7. Tidak mengiritasi jaringan periapikal

8. Steril atau mudah disterilkan

9. Mudah diangkat dari saluran akar bila dibutuhkan

10. Tahan kelembapan

BAHAN PENGISI

a. Gutta Percha

Bahan ini tidak mengerut pada saat insersi kecuali bila dibuat plastis dengan

pelarut atau pemanasan. Bahan tersebut mudah disterilkan sebelu dimasukkan

dan tidak mendorong pertumbuhan bakteri. Gutta perca bersifat radioopak,

tidak menodai struktur gigi dan tahan terhadap uap lembap. Bahan ini tidak

toksik dan paling tidak mengiritasi jaringan. Gutta perca sulit dimasukkan

pada saluran akar yang sempit. Gutta perca mempunyai ketahanan hidup yang

terbatas, menjadi rapuh dengan bertambahnya umur, suatu proses yang


dipercepat dengan panas dan diperlambat apabila dimasukkan ke dalam

lemari es. Bahan ini terdiri dari 20% gutta perca (matriks), 66% senyawa zinc

oksida (pengisi), 11% sulfat logam berat (radiopacifier), dan resin (pembuat

plastis).

Gutta percha tersedia dalam dua bentuk, Gutta percha terstandardisasi dan

Gutta percha konvensional. Pada gutta percha terstandardisasi ukurannya

mengikuti ukuran file yang tersedia, sementara konvensional memiliki system

penomoran yang berbeda, misal ujung yang kecil (fine) dan body yang

sedang dinamakan fine-medium cone.

Keuntungan dari bahan pengisi ini adalah karena keplastisannya sehingga

dengan metode kompaksi dapat beradaptasi dengan saluran akar yang

ireguler. Kedua, mudah dimanipulasi dengan berbagai metode obturasi.

Ketiga, mudah dikeluarkan. Keempat, toksisitas minimal. Terakhir gutta

percha dapat disterilkan di dalam NaOCl dalam satu menit. Akan tetapi,

penggunaan gutta percha harus dikombinasikan dengan sealer.

b. Silver Cone

Silver point didesain untuk untuk mengisi kanal sesuai dengan file terakhir

yang dipakai akan tetapi karena kompleksitas kanal, tidak mungkin bisa

mempreparasi kanal menjadi bentuk yang uniform

c. ZnOE

ZnOE dapat dicampur hingga ketebalan intermediate. Semen ZnOE berisi

opaquers, metallic oxide, chloride, steroid, plasticizer, paraformaldehid, dan

lain lain. Zinc oxide dapat dicampur dengan eugenol membentuk campuran
murni (tanpa aditif) yang kental. Formula lain berupa campuran oksida

eugenol dengan berbagai aditif. Tipe umum dikenal adalah N2 atau RC2B.

Bahan ini merupakan bahan yang bila sudah mengeras mudah membentuk

porus dan relatif rapuh serta larut dalam cairan jaringan. Bila masuk ke

jaringan periapikal mudah mengalami pembusukkan dan bahan ini tidak

tahan erosi. Bersifat sitotoksik dan mutagenik terutama pada dosis tinggi,

memiliki waktu pengerasam yang lambat.

d. Resin

Kelebihan resin sebagai bahan pengisi saluran akar diantaranya yaitu bersifat

non-sitotoksik, biokompatibel dan non-mutagen. Bahan pengisi resin juga

lebih tahan terhadap leakage apabila dibandingkan dengan gutta-percha.

Dapat berikatan dengan sealer sehingga tidak terdapat gap antara sealer dan

resin serta sifat adhesi dan penetrasi yang baik antara seal dan resin terhadap

dinding saluran akar.

e. Kalsium Hidroksida

Kalsium hidroksidan merupakan senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2,

bubuk putih atau kristal dan terjadi oleh karena reaksi pencampuran antara

kalsium oksida dan air. Kalsium hidroksida juga bisa didapatkan dari reaksi

antara larutan kalium dengan sodium hidroksida. Bahan ini memiliki sifat

seperti dapat menetralisir asam fosfor yang terleas dari semen fosfat ketika

digunakan bersama dalam perawatan konservasi gigi, memiliki pH 11-12

dimana kebasaannya dapat menghancurkan daya tahan mikroorganisme yang


merusak gigi, kelarutannya tinggi, penggunaannya mudah, radiopak, tidak

mengiritasi dan bersifat bakterisid.

TIPE SEALER

Sealer harus memiliki beberapa sifat sebagai berikut:

1) Toleransi jaringan

2)Tidak shrinkage saat setting

3) Slow setting time

4) Adhesif

5) Radioopak

6) Tidak mewarnai

7) Kelarutan dalam pelarut

8) Tidak larut saat mengenai cairan jaringan

9) Bakteriostatik

10) Mempunyai seal yang baik

a. ZnOE

Keuntungan menggunakan sealer ZnOE adalah karena kesuksesan jangka

panjangnya. Akan tetapi kekurangannya adalah staining, setting time yang lama,

tidak menempel, larut.

b. Plastics

Salah satu plastics adalah epoxy. Epoksi tersedia dalam powder dan likuid.

Keuntungannya adalah karena epoksi memiliki sifat anti mikroba, adhesi, working
time yang lama, dan seal yang baik. Kekurangannya adalah staining, bersifat

toksik dan larut dalam cairan.

c. Glass Ionomer

Keuntungan dari sealer tipe ini adalah kemampuannya berikatan dengan dentin

sehingga dapat menciptakan seal apikal yang baik dan biokompabilitasnya baik.

d. CaOH

Sealer CaOH memiliki sifat biologis yang menstimulasi barrier terkalsifikasi pada

apeks, memiliki sifat antimikroba dan seal yang baik

e.Noneugenol

Sealer ini berisi zinc oxide, barium sulfate, dan bismuth oxyxhloride. Dipasarkan

dengan nama Nogenol.

TEKNIK OBTURASI

1. Kondensasi Lateral

Teknik yang sering digunakan oleh dokter gigi. Teknik ini digunakan pada

keadaan saluran akar yang taper, saluran akar yang bengkok, salurana akar

dengan kanal tubular besar. Caranya adalah pertama melapisi seluruh

permukaan dinding saluran akar dengan sealer diikuti dengan memasukan

gutta perca sepanjang working length, kemudian gutta percha dikompaksi ke

arah lateral dengan menggunakan spreader dengan tekanan vertical sehingga

membuat ruang untuk penempatan gutta perca asesoris (ukurannya sama atau
lebih kecil) Gutta perca terakhir dipotong pada orifice dengan instrument

panas kemudian dikompaksi vertical.

Hal yang perlu diperhatikan adalah

a. Pemilihan ukuran spreader

Pilih spreader yang ukurannya sama dengan ukuran gutta perca utama atau

1 no diatasnya (fit 1-2mm dari working length) sehingga tidak akan

tembus ke foramen apikal.

b. Pemilihan gutta perca utama dan asesoris

Pilih guttap sesuai MAF agar ukurannya sesuai dengan besar saluran akar

1/3 apikal. Selain itu, guttap yang sesuai akan membuat efek tugback,

yaitu suatu efek fit yang dapat dirasakan saat penarikan atau pemasukan

guttap. Selain itu, bisa dikonfirmasi dengan foto trial radiologi dan sensasi

taktil.

c. Kanal yang bebas dari darah, saliva, dan eksudat saluran akar. Bersihkan

dengan paper point agar didapat saluran akar yang bersih dan lembab.

d. Pengadukan dan penempatan sealer

Ikuti sesuai petunjuk pabrik. Semen tidak boleh terlalu cair namun harus

tetap memiliki viskositas yang memudahkan semen mengalir. Cara

pengetesannya, bila semen ditarik dengan spatel, akan terangkat tanpa

putus sekitar 2 mm. sealer dapat dimasukan dengan jarum lentulo atau

dengan gerakan pumping menggunakan guttap MAF.


2. Kondensasi Vertikal

Pada teknik ini, gutta perca tipe hangat akan dikompaksi secara vertical ke

arah apikal dengan menggunakan plugger sehingga akan mengisi 1/3

apikal serta saluran asesoris. Gutta perca yang digunakan adalah tipe

konvensional. Metode :

1. Setelah saluran akar dipreparasi dan dibersihkan, bandingkan dan

Sesuaikan gutta perca sesuai saluran akar gigi, pastikan sudah fit saat

dicoba dan memiliki efek tugback.

2. Potong ujung guttap pada koronal sebagai ukuran akar. Lalu potong

sekitar 0.5-1 mm pada ujung apikal guttap. panjang saluran

3. Sesuaikan ukuran plugger pada 1/3 koronal, ½ saluran akar, dan 1/3 apikal

akar (3-4 mm dari ujung akar).

4. Lapisi saluran akar dan gutta perca dengan sealer.

5. Masukkan gutta perca dalam saluran akar, cek titik referensi koronal.

6. Gunakan plugger panas selama 2-3 detik agar panas merata

7. Kemudian kompaksi dengan pluger 1/3 koronal kearah apikal, guttap akan

memasuki kanal asesoris.


8. Panaskan lagi guttap kemudian kompaksi lagi dengan pluger. Lakukan

terus hingga mencapai 1/3 apikal

9. Setelah 1/3 apikal terisi dengan sempurna, kemudian isi bagian koronalnya

dengan teknik yang sama juga.

3. Kondensasi Seksional

Sama seperti teknik pengisian vertical yaitu dengan mengisi 1/3 apikal

terlebih dahulu dengan cara kompaksi gutta perca menggunakan pluger

yang dipanaskan. Kemudia mengisi 2/3 saluran akar dengan teknik

kompaksi lateral atau vertikal.


4. Kompaksi (Teknik McSpadden)

Metode kompaksi mengunakan panas untuk mengurangi viskositas gutta

perca dan meningkatkan plastisitasnya. Panas diciptakan menggunakan

contra angle berkecepatan rendah pada 8.000 sampai 10.000 rpm.

Kompaktor mendorong gutta perca yang sudah lunak ke apikal dan lateral.

Keuntungan metode kompaksi adalah kemudahan seleksi dan insersi gutta

perca, menghemat waktu, dan mengisi dengan cepat saluran di bagian

lateral dan apikal. Kerugiannya adalah bahwa teknik ini tidak dapat

dilakukan pada saluran akar yang sempit, kompaktor sering patah,

pengisian sering berlebihan dan pengerutan apabila gutta perca sudah

mengeras.

5. Continuous Wave

Teknik ini memerlukan electric heat carrier (Sistem B). Kompaksi

diinisiasi dengan meletakkan plugger dingin pada gutta percha di orifis.

Tekanan ringan diaplikasikan dan mesin dinyalakan. Plugger digerakkan

secara cepat dalam 3 mm dari binding point. Lanjutkan menggerakkan

plugger.
BAB IV

IRIGASI

Untuk meningkatkan preparasi mekanis dan pembuangan bakteri,

instrumentasi harus ditambah dengan larutan irigan. Irrigasi merupakan preparasi

chemomechanical dengan mencuci kavitas saluran akar dengan air atau cairan

medikamen. Irigasi Saluran Akar sangat penting dalam preparasi saluran akar

terutama dalam tahap Cleaning. Jarum yang digunakan untuk irigasi disebut

dengan endodntic safety needle, dimana ujung terbuka dari jarum diletakan di

lateral agar tidak terjadi ekstrusi larutan irigasi ke apikal Jarum yang digunakan

adalah jarum 30 gauge (Cohen and Hargreaves, 2006).

Gambar 4.1 Jarum Endodontik dengan safety needle

Bahan Irigasi

Karakteristik ideal diantaranya sebagai berikut.

1. Efektif terhadap germisid dan jamur

2. Tidak mengiritasi jaringan periapikal

3. Mempunyai larutan yang stabil

4. Mempunyai efek antimikroba yang panjang

5. Mempunyai tegangan permukaan yang rendah


6. Tidak mengganggu perbaikan jaringan periapikal

7. Tidak mewarnai struktur gigi

8. Dapat menon-aktifkan media kultur

9. Tidak merangsang respon sel imun

10. Dapat menghilangkan smear layer dan mendisinfeksi dentin dan tubulus

dentin

11. Non antigenik, non toksik, dan non karsinogenik terhadap sel sel jaringan

disekitar gigi

12. Tidak mempunyai efek samping terhadap komponen fisik dentin yang

terekspos

13. Tidak mempunyai efek samping pada kemampuan penutupan (sealing)

dari bahan pengisi

14. Dapat dengan nyaman digunakan

15. Relatif tidak mahal

Terdapat berbagai macam bahan-bahan irigasi endodontik yang biasa digunakan

diantaranya :

1. Natrium Hipoklorit

Natrium hipoklorit (NaOCl) adalah agen antibakteri yang sangat baik yang

dapat melarutkan jaringan nekrotik, jaringan pulpa vital dan komponen organik

dentin dan biofilm. NaOCl merupakan antimikroba broad spectrum yang

membunuh mikroorganisme endodontik dan biofilm termasuk mikroorganisme

yang sulit dihilangkan dalam saluran akar seperti organisme Enterococcus,

Actinomyces, Candida. NaOCl sangat minimal dalam menghilangkan debris


dentin atau smear layer. Oleh karena itu, beberapa peneliti menyarankan

penggunanaan agen demineralisasi untuk menghilangkan smear layer paska

instrumentasi dari permukaan saluran akar dan meningkatkan pembersihan daerah

yang sulit terjangkau seperti tubulus dentin dan saluran akar lateral (Hargreaves

and Berman, 2011).

Untuk meningkatkan keefektifan NaOCl terdapat beberapa cara diantaranya (Garg

and Garg, 2010):

- Waktu : semakin lama waktu kontak larutan irigasi terhadap saluran akar,

semakin efektif. Hal penting khususnya pada kasus nekrosis.

- Suhu : menghangatkan NaOCl sampai dengan 60-70 derajat dapat

meningkatkan kemampuan pelarutan jaringan.

- Jarum irigasi : menggunakan jarum irigasi minimal ukuran #25 atau jarum

irigasi endodontik side vented (32 gauge) dapat memungkinkan irigan

masuk mendekati apeks.

- Aktivasi ultrasonik : NaOCl dapat mempercepat reaksi kimia, dengan

membuat efek kavitasi untuk mendapatkan aksi pembersihan yang tinggi.

Aktivasi ultrasonik pada NaOCl lebih baik digunakan setelah preparasi

saluran akar.

2. Khlorheksidin

Adalah bisguanida paling poten, bersifat basa kuat, dan antimikroba broad

spectrum. Klorheksidin sebagai bahan irigasi sebaiknya digunakan dalam

konsentrasi 2% (bersifat bakterisid), karena pada konsentrasi rendah hanya


bersifat bakteriostatik. Klorheksidin mempunyai aktivitas antimiroba optimal

pada pH 5,5-7,6. Klorheksidin 2% dapat mengalami penurunan aktivitas

antimikroba selama 72 jam, jika digunakan sebagai irigan endodontik.

3. MTAD dan Tetraclean

MTAD (A Mixture of a Tetracycline Isomer, an Acid and a Detergent)

dapat menghilangkan smear layer dan efektif melawan E. faecalis. Komposisi

MTAD (Garg and Garg, 2010) :

- Tetracycline merupakan antibiotik broad spectrum. Dapat menghilangkan smear

layer, adanya pH yang rendah dapat berperan sebagai calcium chelator

- Asam sitrat : bakterisid dan menghilangkan smear layer

- Detergent : mengurangi tegangan permukaan.

4. Ethylenediamine Tetra-Acetic Acid (EDTA)

EDTA umum digunakan sebagai agen khelasi dalam saluran akar (Garg

and Garg, 2010). EDTA dapat mencegah apical blockage dan meningkatkan

akses larutan untuk menghilangkan smear layer. EDTA lebih baik digunakan di

akhir prosedur untuk menghilangkan smear layer tetapi tidak mencegah

penetrasi bakteri antara bahan pengisi saluran akar dan dinding saluran akar.

Adanya dinding saluran akar yang bersih, bebas smear layer, tubulus dentin

terbuka, yang dilakukan irigasi bersama dengan volume NaOCl yang cukup

dapat menjamin keefektifan disinfeksi melalui penetrasi NaOCl ke dalam lapisan

dentin yang lebih dalam (Hargreaves and Berman, 2011).


5. QMiX

Dikenalkan pertama kali pada tahun 2011, merupakan produk

kombinasi yang dikenalkan untuk irigasi saluran akar. Larutan ini

direkomendasikan digunakan pada akhir instrumentasi, setelah irigasi NaOCl.

QMiX mengandung CHX-analog, Triclosan, dan EDTA sebagai agen

dekalsifikasi; diharapkan dapat sebagai irigan antimikroba sama halnya

sebagai agen untuk menghilangkan smear layer dan debris saluran akar

(Hargreaves and Berman, 2011).

6. Iodin Kalium Iodida

IKI adalah disinfektan saluran akar yang digunakan dalam konsentrasi

yang bervariasi dari 2% hingga 5%. IKI membunuh mikroorganisme

spectrum luas pada saluran akar tetapi toksisitas rendah. Iodin bekerja sebagai

agen pengoksidasi dengan bereaksi dengan grup sulfhydryl bebas, enzim

bakteri, menjadi ikatan disulfida. Penelitian menunjukkan IKI dapat

mengeliminasi E.faecalis dari dentin akar sapi ketika digunakan dengan

waktu kontak 15 menit. Walaupun iodine bukan termasuk allergen, beberapa

pasien yang hipersensitivitas dengan larutan ini, kemungkinan mempunyai

alergi iodin.

Teknik Irigasi Saluran Akar

1. Irigasi Aktivasi Manual


Beberapa teknik yaitu : pergerakan koronal-apikal, stirring movement

dengan instrument endodontic, manual push-pull movement dengan gutta percha

cone.

Gambar 4.2 Irigasi


aktivasi
manual dengan master gutta
percha cone

2. Syringe Delivery

Berikut adalah beberapa poin yang harus diperhatikan dalam mengirigasi

saluran akar (Garg and Garg, 2011) :

1. Larutan harus diberikan lambat dan pasif ke dalam saluran akar.

2. Jarum tidak boleh menyangkut dalam saluran agar tercipta aliran balik yang

adekuat.

3. Disarankan jarum tumpul dengan ukuran 25 gauge atau 27 gauge

4. Pada kasus saluran yang kecil, depositkan larutan di kamar pulpa. Kemudian

dengan file, larutan akan dibawa ke dalam saluran. Untuk menghilangkan

cairan yang berlebih, dapat menggunakan aspirasi jarum atau kassa terlipat

berukuran 2x2 inci ditempatkan didekat kamar pulpa.

Gambar 4.3 Jarum berada longgar Gambar 4.4 Kassa steril ditempatkan dekat access
untuk menghasilkan ruangan untuk opening untuk menyerap larutan irigasi yang
aliran irigan yang optimal berlebih dan memeriksa debris dari saluran akar
5. Untuk keefektifan pembersihan di daerah apikal, saluran harus dilebarkan

hingga ukuran 30 dan atau lebih besar lagi.

Gambar 4.5 Saluran akar yang


terpreparasi dengan baik,
memungkinkan penggunaan irigan
yang lebih baik

6. Dalam memasukkan irigan tidak boleh dipaksa ke dalam jaringan periapikal

tetapi ditempatkan kedalam saluran dengan perlahan.

7. Jarum irigasi dalam memasukkan larutan harus sedekat mungkin dengan

material agar dapat dihilangkan.

8. Pada saluran akar yang besar, ujung jarum ditempatkan sampai terasa ada

resistensi, lalu ditarik 2-3 mm dari titik tersebut dan diirigasi secara pasif.

9. Pembengkokkan jarum 30 derajat dapat memungkinkan pencapaian panjang

optimum terhadap saluran akar.

10. Volume larutan irigasi lebih penting daripada konsentrasi atau tipe irigan.

3. Irigasi Aktivasi Sonik

Endoactivator menggunakan ujung polimer non-cutting dalam handpiece

sub sonic yang mudah digunakan secara cepat dan dapat mengagitasi larutan

irigan selama perawatan endodontik.


Gambar 4.6 Endoactivator, sistem
frekuensi sonik
4. Irigasi Ultrasonik Pasif

Merupakan protokol irigasi dimana didalamnya sebuah file yang diaktifkan

tidak memotong secara ultrasonik di agitasi di saluran akar tanpa berkontak

terhadap dinding. File yang diaktifkan secara ultrasonic efektif untuk

mengaktifkan cairan irigasi didalam saluran akar dengan menstimulasi gelombang

akustik dan kavitasi. Terdapat dua tipe irigasi ultrasonic : pertama, irigasi yang

dikombinasikan dengan instrumentasi ultrasonic secara simultan dan kedua, tanpa

instrumentasi secara simultan yang disebut irigasi ultrasonic pasif. Selama irigasi

ultrasonik, file berkontak dengan dinding saluran akar. Namun karena

kompleksnya anatomi saluran, irigasi ultrasonic tidak pernah berkontak dengan

dinding dan mengakibatkan cutting tidak terkontrol pada dinding saluran akar

tanpa disinfeksi efektif (Hargreaves and Berman, 2011).

Irigasi ultrasonic pasif pertama kali dikenalkan oleh Weller dkk. Kata pasif

adalah aksi non cutting dari file yang diaktifkan secara ultrasonic. Irigasi

ultrasonic pasif mengandalkan transmisi energy akustik dari file oscillating atau

smooth wire terhadap irigan di saluran akar. Teknik ini dapat digunakan dalam

saluran jika saluran akar telah mencapai ukuran apikal final dan taper (Hargreaves

and Berman, 2011).

Gambar 4.7 Alat dan efek


gelombang akustik pada irigasi
ultrasonik pasif
5. Tekanan Negatif Apikal

Sistem Endovac (Discus Dental, Culver City, CA, USA) menggunakan tekanan

negatif apikal (ANP) untuk melepaskan larutan irigasi terhadap ujung apikal

sistem saluran dan mengeluarkan debris. Alat terdiri dari master delivery/suction

tip, makrokanula, dan mikrokanula yang dihubungkan pada vacuum line.

Makrokanula, sama dengan ISO ukuran # 55, .02 taper, menghilang debris di

koronal. Mikrokanula, sama dengan ukuran #32, .02 taper, menghilangkan

partikel yang menyumbat dekat dengan panjang kerja.

Gambar 4.8 EndoVac beserta


komponennya (vacuum line,
mikrokanula, makrokanula)

Alat lain yang menggunakan teknologi tekanan-suction adalah sistem RinsEndo.

Teknik ini larutan irigasi diberikan dalam jarum irigasi yang ditempatkan dekat

dengan panjang kerja dan pada saat yang bersamaan mengaktivasi jarum dengan

amplitude osilasi 1,6Hz (Hargreaves and Berman, 2011).

Gambar 4.9 Teknik RinsEndo


6. Safety Irigator

Adalah sistem irigasi yang mengalirkan irigan ke apikal dibawah tekanan

positif melalui jarum tipis yang mempunyai ujung terbuka di lateralnya dan

mengeluarkan larutan melalui jarum panjang pada orifis saluran akar (Hargreaves

and Berman, 2011).

Gambar 4.10 Safety-Irrigator

7. Gentle Wave System

Sistem irigasi yang menggunakan energi multisonik untuk mengembangkan

gelombang dalam larutan irigasi. Alat ini mempunyai dua komponen utama :

handpiece dan kontrol panel.

Gambar 4.11 Sistem irigasi


Gentle wave

8. Irigasi Aktivasi Laser

Laser dikenalkan dapat meningkatkan keefektifan irigan dalam

pembersihan dan disinfeksi saluran akar. Panjang gelombang laser Er:YAG

mempunyai absorpsi paling tinggi di air dan afinitas tinggi pada hidroksiapatit,

yang membuat teknik ini cocok digunakan dalam perawatan saluran akar.
Beberapa penelitian ex vivo dan in vivo menunjukkan irigasi yang diaktivasi laser

menjamin pembuangan smear layer dan debris dentin lebih singkat disbanding

irigasi ultrasonic pasif (Hargreaves and Berman, 2011).


BAB V

MEDIKAMEN

Ketika perawatan tidak dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan,

bakteri dalam saluran akar dapat berproliferasi antar kunjungan. Oleh karena itu,

medikasi intrakanal diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri,

mensuplai disinfeksi yang berkelanjutan, dan juga membuat pertahanan fisik.

1. Kalsium HIdroksida (Ca(OH)2)

Ca(OH)2 adalah antiseptic slow acting dimana dalam percobaan secara in vitro,

kontak langsung Ca(OH)2 selama 24 jam dibutuhkan dapat membunuh

enterocoocus secara keseluruhan. Oleh karena itu, Ca(OH)2 sebaiknya digunakan

pada kasus yang terinfeksi untuk mendapatkan disinfeksi yang lebih terprediksi.

Karakteristik utama Ca(OH)2 diantaranya tingkat kelarutan yang terbatas, pH

tinggi, sebagai agen antimikroba broad spectrum dan kemampuan untuk

meneruskan aksi antimikroba dalam waktu yang lama.

Indikasi :

a. penggunaan jangka panjang dapat merangsang apeksifikasi pada gigi imatur

dengan nekrosis pulpa sebelum menempatkan bahan obturasi pada saluran

akar

b. perawatan pulp capping dan pulpotomi

c. pasien yang pernah mengalami trauma (beberapa waktu yang lalu) dan

diikuti kelainan periapeks.


d. pasien dewasa setelah mengalami kegagalan perawatan endodontik

konvensional.

e. pasien anak-anak setelah tindakan apikoektomi.

f. selama perawatan orthodontik

Kontraindikasi :

a. semua gigi dengan fraktur akar vertikal dan sebagian besar fraktur akar

horizontal.

b. gigi dengan akar yang sangat pendek.

c. gigi dengan replacement resorption (ankylosis).

d. adanya kerusakan marginal pada periodontal

e. gigi dengan pulpa vital.

Kelebihan :

a. kelarutan rendah dalam air, tidak larut dalam alcohol

b. pH tinggi 12,5-12,8

c. biokompatibel

d. efektif dalam jangka waktu lama disbanding medikamen lainnya

e. efektif melawan bakteri anaerob

f. merangsang penutupan biologis pada aderah apikal, menghasilkan penutupan

apeks

Kekurangan :

a. tidak mengeliminasi E.faecalis

b. resorpsi internal

c. kekuatan kompresif rendah


Mekanisme kerja

Ca(OH)2 dapat membunuh bakteri karena mempunyai kemampuan untuk

menghidrolisis lipid lipopolisakarida bakteri, menon-aktifkan aktivitas biologis

LPS dan mengurangi efeknya. Hal ini merupakan efek yang diharapkan karena

dinding sel yang mati yang masih ada, dapat berlanjut untuk menstimulasi

respon inflamasi di jaringan periradikular.

Manipulasi Ca(OH)2

a. Bubuk Ca(OH)2 dicampurkan dengan larutan seperti air, gliserin, metal

selulosa sampai menjadi pasta

b. Aplikasikan dengan jarum lentulo ke dalam saluran akar dengan gerakan

memutar berlawanan arah jarum jam (Hargreaves and Berman, 2011).

Gambar 5.1 A, aplikasi Ca(OH)2 pada saluran akar dengan spriral lentulo. B, Salah satu
Ca(OH)2, Calciject, centric needle tube cartridge yang dapat digunakan untuk injeksi syringe
secara langsung ke dalam saluran akar

2. Golongan Fenol

Fenol atau asam karbolik adalah agen antimiroba tertua yang digunakan.

Walaupun toksisitasnya yang parah, derivate fenol seperti paramonochlorophenol,

thymol dan cresol masih tersedia. Fenol merupakan bahan yang mudah menguap,

yang dapat berpenetrasi ke tubulus dentin dan anatomis yang tidak beraturan.

Walaupun demikian, fenol ini mempunyai jangka waktu yang pendek, uapnya
dapat berdifusi melalui tambalan sementara dan jaringan periapikal yang

menyebablan toksisitas. Fenol adalah racun protoplasma nonspesifik yang efek

antibakteri optimalnya pada 1 – 2 %. Sediaan untuk kepentingan kedokteran gigi

berkisar 30%. Penempatan medikamen ini bisa pada kapas butir (cotton pellet)

yang diletakkan di dalam kamar pulpa atau pada paper point yang ditempatkan di

dalam saluran akar dengan anggapan bahwa efek antimikroba dilaksanakan oleh

uapnya. Dasar pemikiran pemilihan bahan ini adalah sifatnya sebagai disinfektan.

Dilain pihak, keamanannya mulai diragukan. Oleh beberapa peneliti ditengarai

adanya toksisitas dan kemungkinan mutagenisitas yang kemudian dibantah oleh

peneliti lain.1 Karena sifat ini, fenol murni digantikan oleh derivat lain yang

toksisitasnya lebih rendah. Dari banyaknya penelitian yang saling bertentangan

menyebabkan timbulnya pemikiran untuk mengganti pemakaian bahan ini dengan

bahan disinfeksi lain yang lebih dapat diterima oleh tubuh (Mattulada, 2010).

3. Formaldehid

Formaldehida banyak digunakan dalam perawatan endodontik meskipun

toksisitasnya tinggi serta berpotensi mutagenik dan karsinogenik. Derivat yang

sering dipakai, misalnya formokresol dengan kandungan formaldehida 19-37%

dan trikresol formalin yang komposisinya terdiri atas 10% trikresol dan 90%

formaldehida. Umumnya sediaan yang mengandung formaldehida di atas 10%

digunakan untuk fiksasi spesimen patologi. Bila ditempatkan di dalam saluran

akar, akan mempunyai akses ke jaringan periradikuler dan sirkulasi sistemik.

Penelitian klinis mengenai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol rasa


sakit antar kunjungan tampaknya mengindikasikan bahan ini tidak efektif

(Mattulada, 2010).

4. Halogen

Senyawa halida yang sering digunakan pada perawatan endodontik yaitu dari

golongan klorin, NaOCl, yang umumnya digunakan sebagai larutan irigasi.

Meskipun demikian, kadang-kadang digunakan sebagai medikamen dalam bentuk

chloramine-T. Senyawa halida lainnya, iodine, bersifat bakterisidal, fungisidal,

tuberkulosidal, virusidal dan sporasidal yang daya kerjanya cepat namun larutan

iodine encer dan tidak stabil. Larutan povidone iodine digunakan sebagai larutan

irigasi pada perawatan endodontik. Ini didasarkan pada aksi antiseptik yang cepat,

toksisitas rendah, hipoalergen dan cenderung mengurangi pewarnaan dentin.

Larutan 10% akan membunuh bakteri E. faecalis dalam waktu 30 menit. Dalam

bentuk iodine potassium iodide (IKI/IPI) 2% merupakan larutan antiseptik yang

sangat efektif dengan toksisitas jaringan yang rendah (Mattulada, 2010).

5. Klorheksidin

Klorheksidin diglukonat umumnya digunakan sebagai larutan irigasi

selama atau pada akhir instrumentasi. Sebagai medikamen intrakanal dipakai

dalam bentuk gel 2%. Dapat digunakan sendiri atau dicampur dengan kalsium

hidroksida. Kombinasi kalsium hidroksida dengan klorheksidin akan

menyebabkan aktivitas antimikroba lebih besar dibanding bila dicampur dengan

salin. Selain itu penyembuhan periradikuler juga lebih baik. Kekurangannya


adalah tidak menghilangkan smear layer. Kombinasi ini efektif dalam saluran akar

yang terinfeksi E. faecalis dan jamur C. albicans (Mattulada, 2010).

6. Steroid

Kortikosteroid merupakan suatu bahan yang dapat mengontrol rasa nyeri

dan inflamasi. Digunakan sebagai medikamen intrakanal karena berpotensi

menurunkan nyeri gigi. Pemberian sediaan ini pada pasien penderita pulpitis

ireversibel dan periodontitis apikalis akut akan sangat membantu. Kombinasi

triamsinolon 1% (glukokortikoid) dengan antibiotik, demeklosiklin 3%, dapat

berdifusi melalui tubulus dentinalis dan sementum untuk mencapai jaringan

periodonsium dan periapikal. Kombinasi ini mengurangi jumlah S. aureus dalam

tubulus dentinalis maupun setelah rekontaminasi. Karena kortikosteroid

merupakan suatu bahan biokompatibel, penempatan dalam intrakanal merupakan

standar protokol untuk tindakan darurat pada trauma yang diprediksi dapat terjadi

resorpsi akar, atau infeksi pulpa, sepanjang sumber infeksi sudah dihilangkan

(Mattulada, 2010).

7. Antibiotik

Pemilihan antibiotik sebagai medikamen intrakanal diperkenalkan oleh

Grossman, dengan menggabungkan beberapa antibiotik yang dikenal sebagai

PBSC. Alasan penggabungan ini karena masing-masing antibiotik penyusunnya

biasanya efektif hanya untuk beberapa strain mikroba padahal diketahui di dalam

saluran akar terdapat bermacam-macam mikroba. Terdapat bermacam- macam


kombinasi antibiotik, misalnya PBSC (penisilin, basitrasin, streptomosin, kaprilat

sodium), kombinasi antibiotik dengan kortikosteroid (demeklosiklin HCl 3,2 %

dan triamsinolon), atau dapat dikombinasi lagi dengan kalsium hidroksida, dan

kombinasi siprofloksasin, metronidazole, dan minosiklin. Keberatan terhadap

penggunaan antibiotik terutama karena kemungkinan beberapa strain jadi resisten,

timbul sensitisasi dan respons alergi (Mattulada, 2010).


BAB VI

RESTORASI MINIMAL ANTERIOR DAN POSTERIOR

Konsep preparasi kavitas yang dikembangkan oleh G. V. Black mula-mula

dikenal dengan prinsip extension for prevention yaitu memperluas kavitas untuk

mencegah terjadinya karies sekunder. Ternyata dengan pengambilan banyak

jaringan gigi sehat pada preparasi berakibat sisa jaringan gigi tidak kuat menahan

tekanan daya kunyah sehingga beresiko fraktur gigi lebih besar. Maka

berkembanglah konsep intervensi minimal dalam kedokteran gigi. Dengan konsep

ini, pengambilan jaringan karies sebersih mungkin dengan tetap mempertahankan

jaringan gigi sehat sebanyak mungkin. Dentin dan email sehat dipertahankan

melalui terapi remineralisasi dan menyisakan dentin demineralisasi yang dalam

untuk menghindari pulpa terbuka sehingga vitalitas pulpa dipertahankan

(Permatasari, 2009).

Bentuk akhir preparasi sama dengan bentuk awal lesi, tidak perlu

extension for prevention. Bentuk akhir preparasi mengikuti bentuk lesi karies,

sedangkan untuk merestorasi gigi dengan tumpatan amalgam diperlukan retensi

mekanis dengan membuang banyak jaringan gigi sehat. Agar pembuangan

jaringan gigi sehat tidak terlalu banyak, diupayakan preparasi kavitas minimal

(Permatasari, 2009).

Syarat-syarat Restorasi

1. Memberi kerapatan di bagian koronal.

2. Melindungi struktur gigi yang tersisa.


3. Meminimalkan tekanan cups (melindungi cups).

4. Fungsi dan estetiknya baik

Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka infeksi yang

disebabkan oleh kebocoran koronal dan fraktur dapat dicegah, dan fungsi gigi

dapat dikembalikan (Hargreaves and Berman, 2011).

Prinsip Dasar Intervensi Minimal

1. Identifikasi

- Mengidentifikasi risiko karies yang berbeda antar individu.

- Pengukuran resiko karies:

o pemeriksaan akumulasi plak,

o tingkat kolonisasi bakteri,

o kemampuan cairan saliva sebagai buffer

o kadar pH saliva pada saat kondisi istirahat.

2. Pencegahan

- remineralisasi dan pemulihan lesi awal

- saran asupan makanan

- mengawasi perawatan kebersihan gigi dan mulut di rumah yang bertujuan

untuk memungkinkan terjadinya remineralisasi dan menurunkan

konsentrasi bakteri merugikan pada tingkat terendah

3. Kontrol
- Pendekatan menyerupai tindakan kuratif dengan kadar invasif seminimal

mungkin pada lesi permukaan yang sudah lanjut dan tidak mungkin

mengalami pemulihan

- Lesi dibersihkan dan dilakukan penumpatan dengan menggunakan bahan

tumpatan yang biomimetic

BIOMIMETIC RESTORATIVE MATERIALS

 Bahan restorasi yang mampu menyerupai struktur email dan jaringan gigi

 Biokompatibel

 Tidak melepaskan iritan kimiawi

 Melepaskan ion fluorida, kalsium dan fosfat (untuk remineralisasi)

 Mampu menahan beban oklusal

 Antibakterial

 Protektif terhadap pulpa

 Melepas ion Ca, P dan F –remineralisasi (Sherli dkk, 2016).

Gigi anterior dapat direstorasi minimal dengan indikasi :

1. Kavitas kelas IV, sisa jaringan masih 2/3 dari mahkota, melibatkan tepi

insisal

2. Kavitas kelas I, minimal pada foramen caecum saja.

3. Kavitas kelas III, dengan kehilangan jaringan 1/3 proksimal, tanpa melibatkan

insisal

4. Kelas V pada 1/3 gingival permukaan labial atau lingual

5. Kelas VI pada incisal edge


Gigi posterior dapat menggunakan restorasi minimal dengan indikasi :

1. Kavitas kelas I dengan preparasi akses minimal dan sisa jaringan pada

sekeliling dinding minimal 2 mm. Kavitas pada pit dan fisur.

2. Kavitas kelas II dengan kehilangan dinding tidak mencapai dinding aksial,

melibatkan proksimal.

3. Kelas V pada 1/3 gingival permukaan bukal atau lingual

4. Kelas VI pada cups oklusal (Hargreaves and Berman, 2011).


BAB VII

BLEACHING VITAL DAN NON VITAL

Pewarnaan gigi adalah suatu perubahan warna pada gigi, yang dapat

disebabkan oleh faktor eksternal (luar), internal (dalam) atau kedua-duanya.

ETIOLOGI PEWARNAAN GIGI

5. Perubahan Warna Alami atau didapat

a. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh iritasi pada pulpa, baik itu karena

bakteri, mekanik, atau kimia.

Patogenesis : pulpa nekrosis  dilepasnya produk disintegrasi jaringan 

merembes ke tubulus  mewarnai dentin di sekelilingnya.

b. Pendarahan Intrapulpa

Dikaitkan dengan cedera tumbukan pada gigi. Diskolorasi jenis ini jika

dibiarkan akan makin parah. Jika pulpa menjadi nekrosis, peruahan

warnanya menetap. Jika pulpanya dapat bertahan, diskolorasi bisa

membaik dan gigi kembali ke warna aslinya.

Patogenesis : cedera tumbukan pada gigi  pembuluh darah di mahkota

putus dan terjadi perdarahan serta lisisnya eritrosit  produk disintegrasi

darah memasuki tubulus  mewarnai dentin sekelilingnya.

c. Calcific Metamorphosis

Terjadi setelah cedera tumbukan yang tidak mengakibatkan nekrosis

pulpa. Pada keadaan ini, pasokan darah terputus sementara disertai


kerusakan sebagian odontoblas yang akan diganti oleh sel-sel yang

membentuk dentin tersier di dinding kamar pulpa. Akibatnya, mahkota

secara berangsur-angsur menurun translusensinya dan bisa menjadi

kekuning-kuningan atau cokelat kuning. Pulpa tetap vital.

Patogenesis : cedera tumbukan pada gigi  pulpa tidak nekrosis 

pasokan darah terputus sementara, odontoblas rusak  odontoblas yang

rusak diganti oleh sel-sel yang membentuk dentin tersier di dinding kamar

pulpa  mahkota berangsur-angsur menurun translusensinya  menjadi

kekuning-kuningan atau cokelat kuning.

d. Usia

Pada pasien lebih tua, pewarnaan terjadi secara fisiologis akibat aposisi

dentin secara berlebihan selain karena penipisan dan perubahan optik di

dalam email, bisa juga disebabkan karena makanan dan minuman.

Restorasi yang sudah mengalami degradasi juga dapat menambah

perubahan warna.

e. Defek Perkembangan

 Fluorosis Endemik

Masuknya sejumlah besar fluor saat pembentukan gigi menyebabkan

kerusakan pada struktur yang termineralisasi, terutama matriks email,

yang akhirnya menjadi hipoplasia.

Patogenesis : Masuknya sejumlah fluor saat odontogenesis  saat

erupsi gigi terlihat keputih-putihan dan porus  secara bertahap akan

menyerap warna dari bahan kimia di rongga mulut.


 Tetrasiklin

Perubahan warna karena tetrasiklin biasanya bilateral dan mengenai

banyak gigi di kedua lengkung. Dikelompokkan menjadi 3 kelompok

berdasarkan keparahannya. Perubahan warna derat pertama adalah

kuning muda, cokelat muda, dan abu-abu muda, dan terjadi secara

merata dan menyeluruh pada mahkota. Perubahan warna derajat dua

lebih parah dan menyeluruh pada mahkota. Perubahan warna derajat

tiga adalah perubahan warna yang sangat intens dan pada mahkota

klinisnya terlihat pada sabuk warna yang horizontal.

Patogenesis : pemberian tetrasiklin  tetrasiklin mengikat kalsium 

bergabung ke dalam kristal hidroksiapatit baik di dentin maupun di

email.

 Minosiklin

Minosiklin diserap dari gastrointestinal tract dan berkombinasi dengan

kalsium, karenanya, pemberian minosiklin baik pada anak-anak

maupun orang dewasa dapat menyebabkan pewarnaan gigi. Peneliti

percaya bahwa pigmentasi pada gigi tampak karena kemampuan

minosiklin untuk berikatan dengan besi dan membentuk complex yang

tidak bisa dipecahkan.

Patogenesis : Pemberuan minosiklin  diserap dari gastrointestinal

tract  berkombinasi dengan kalsium  intrinsik dental stain.

 Defek dalam pembentukan gigi


Hipokalsifikasi terlihat sebagai warna kecokelatan atau daerah putih

yang berbatas jelas, sering pada aspek fasial mahkota. Hipoplasia,

emailnya cacat dan porus. Email yang porus mudah menyerap warna

dari rongga mulut.

 Kelainan darah dan faktor-faktor lain

Berbagai kondisi sistemiik dapat mengakibatkan lisis eritrosit yang

masif. Apabila hal ini terjadi dalam pulpa pada usia muda, produk

kerusakan darah dapat masuk ke dalam dan mewarnai dentin yang

sedang terbentuk.

2. Perubahan Iatrogenik

a. Material Obturasi

Tidak bersihnya pembuangan material obturasi dari kamar pulpa saat

menyelesaikan perawatan saluran akar dapat menimbulkan warna kehitaman

pada gigi.

b. Medikamen Intrakanal

Obat intrakanal golongan fenol atau iodoform yang bisa dimasukkan dalam

ruang saluran akar, berkontak langsung dengan dentin. Terkadang dalam

waktu yang lama, sehingga memungkinkan obat berpenetrasi dan

beroksidasi. Material ini cenderung mewarnai dentin secara perlahan-lahan.

c. Sisa Jaringan Pulpa

Fragmen pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya di dalam tanduk

pulpa, dapat mengakibatkan perubahan warna secara perlahan. Tanduk


pulpa harus dibuka dan dipajankan pada saat pembuatan kavitas akses untuk

memastikan bahwa seluruh jaringan pulpa telah terangkat dan menghindari

retensi semen saluran akar pada tahap berikutnya.

d. Restorasi Logam

Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelapnya

dapat mengubah dentin menjadi abu-abu gelap.

e. Restorasi komposit

Disebabkan karena kebocoran mikro. Tepi tumpatan yang terbuka

merupakan tempat masuknya bahan kimia di antara restorasi dan struktur

gigi dan mewarnai dentin di bawahnya (Torabinejad and Walton. 2009).

MATERIAL BLEACHING

1. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida adalah pengoksidasi kuat yang tersedia dalam

berbagai tingkat kekuatan walaupun yang biasa dipakai adalah larutan yang

distabilkan dengan kadar 30 sampai 35 persen. Larutan berkadar tinggi ini

harus dipakai dengan hati-hati karena tidak stabil, kehilangan oksigen dengan

cepat, dan bisa meledak kalau tidak disimpan dalam lemari es atau disimpan

di tempat gelap. Juga material ini adalah material kaustik dan dapat

membakar jaringan jika berkontak dengannya.

2. Natrium Perborat

Material ini dapat diperoleh dalam bentuk bubuk atau dalam berbagai

kombinasi campuran komersial. Jika masih baru, bahan ini mengandung kira-
kira 95% perborat yang dapat menghasilkan 9.9% oksigen. Natrium perborat

stabil bila dalam keadaan kering, tetapi jika ada asam, air hangat, atau air,

akan berubah menjadi natrium metaborat, hydrogen peroksida, dan oksigen

bentuk nasen. Preparat natrium perborat yang tersedia adalah monohidrat,

trihidrat, dan tetrahidrat. Semua berbeda dalam kandungan oksigennya, yang

menentukan keefektifann pemutihannya. Preparat natrium perborat yang

biasa digunakan adalah yang bersifat alkali dan pH-nya bergantung pada

jumlah H202 yang dilepaskan dan Na-metaborat yang tersisa.

Natrium perborat lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada

larutan hydrogen peroksida pekat. Oleh karena itu, material ini merupakan

material pilihan bagi pemutihan interna.

3. Karbamid Peroksida

Dikenal sebagai hydrogen peroksida urea, dapat diperoleh dalam

berbagai konsentrasi antara 3% dan 15%. Preparat komersial yang terkenal

mengandung kira-kira 10% karbamid peroksida dengan pH rata-rata 5 sampai

6.5. biasanya juga mengandung gliserin atau propilen glikol, natrium stannat,

asam fosfat atau asam sitrat, dan aroma.

Dalam beberapa preparat ditambahkan Carbopol, suatu resin yang

larut dalam air, untuk memperlama pelepasan peroksida aktif dan

meningkatkan masa penyimpanannya. Karbamid peroksida 10% akan terurai

menjadi urea, ammonia, karbonfioksida, dan sekitar 3.5% hydrogen

peroksida.
Sistem karbamid peroksida digunakan pada pemutihan eksterna dan

dikaitkan dengan berbagai derajat kerusakan gigi dan jaringan lunak

disekitarnya. Material ini dapat memengaruhi kekuatan ikatan resin komposit

serta penutupan tepinya. Oleh karena itu, material ini harus dipakai dengan

sangat hati-hati (Torabinejad and Walton. 2009).

KLASIFIKASI BLEACHING

4. Bleaching Vital

Indikasi

 Perubahan warna email yang ringan

 Fluorosis endemik

 Perubahan warna terkait dengan umur

Kontraindikasi

 Perubahan warna kehitaman yang parah.

 Kehilangan email yang parah

 Dekat dengan tanduk pulpa

 Ada karies

 Gigi yang hipersensitif

 Restorasi korona yang buruk

Teknik

a. Teknik Pumis-Asam

 Gigi yang akan dirawat difoto untuk digunakan sebagai arsip dan

bahan pembanding kelak.


 Gingiva dilindungi dan gigi diisolasi dengan hati-hati dengan isolator

karet dan diikat. Isolator karetnya diluaskan sampai ke hidung pasien.

 Wajah pasien yang terbuka dan matanya ditutup dengan kain atau

handuk agar terlindungi dari cipratan asam.

 Larutan HCl 36% dicampur dengan air suling yang sama banyak

sehingga terbentuk larutan HCl18%. Bubuhkan bubuk pumis halus

sehingga menjadi pasta kental. Pada cawan dappen lain, campurkan

natrium bikarbonat dan air sampai menjadi pasta kental, yang akan

digunakan kemudian sebagai penetral asam. Preparat siap pakai juga

sudah tersedia.

 Pasta pumis HCl diaplikasikan pada email dengan spatel kayu.

Dengan tekanan yang cukup, pasta diputar-putarkan pada permukaan

email selama 5 detik. Permukaan email kemudian dicuci dengan air

selama 10 detik.

 Pasta diaplikasikan lagi sampai warna yang dikehendaki dicapai.

 Permukaan gigi dinetralkan dengan campuran Na-bikarbonat-air.

Isolator dibuka, dan gigi dipumis dengan pasta profilaktik halus untuk

menghaluskan permukaan yang terabarasi itu. Biasanya, warna gigi

yang diinginkan diperoleh hanya dengan kunjungan tunggal. Jika

tidak, perubahan warnanya mungkin terlalu dalam dan tidak bisa

ditanggulangi dengan metode ini.

b. Teknik Mouthguard Bleaching


 Pasien telah mengenal penyebab perubahan warna, prosedur yang

harus diikuti dan hasil yang diharapkan.

 Lakukan tindakan profilaksis, ukur warnanya dengan pemandu warna

gigi. Foto diambil pada saat awal terapi dan selama terapi.

 Buat cetakan alginat dari gigi yang akan dirawat. Buat rangangan

guard pada model dan harus menutupi seluruh gigi di lengkung gigi;

molar kedua tidak perlu ditutupi kecuali jika diperlukan untuk retensi.

Buat relief sebanyak dua lapis di permukaan labial gigi pada model

yang nantinya akan menjadi reservoir kecil bagi material pemutih.

Matriks plastik lunak yang dibentuk secara vakum setebal kurang

lebih 2 mm dibuat dan disesuaikan dengan memakai gunting-jembatan

sehingga matriks melewati margin gingiva sebesar 1 mm, dan ini

kemudian disesuaikan dengan bur pengerok akrilik.

 Mouthguard dipasang untuk mengecek pas-tidaknya. Buka guard dan

tuangkan material pemutih di ruangan tersedia dan kemudian guard

diinsersikan kembali di atas gigi, serta kelebihan pemutihnya dibuang.

 Pasien terbiasa dengan pemakaian material pemutih dan metode

pemakaian guardnya. Prosedur ini biasanya dilakukan 3-4 jam sehari

dan zat pemutihnya perbaharui setiap 30-60 menit. Sejumlah klinisi

menganjurkan pemakaian guard di waktu tidur agar hasilnya lebih

baik namun hal ini tidak begitu bermanfaat karena bahan pengoksidasi

menguap cukup cepat.


 Hendaknya pasien diberi penjelasan akan kemungkinan terjadi sedikit

sensitivitas terhadap suhu dan iritasi ringan pada jaringan lunak,

pemakaian guard dihentikan jika hal itu menyebabkan

ketidaknyamanan.

 Perawatan dilanjutkan untuk 4 sampai 24 minggu. Pasien diminta

datang setiap 2 minggu untuk pemantauan hasil dan komplikasinya.

Carilah kemungkinan terdapatnya iritasi pada jaringan, lesi oral,

teretsanya email, dan restorasi yang bocor. Jika terdapat komplikasi,

perawatan harus dihentikan dan pasien dievaluasi ulang untuk

mengetahui layak atau tidaknya melanjutkan perawatan di kemudian

hari. Perhatikan bahwa ujung insisal sering lebih terputihkan

dibanding bagian mahkota lainnya.

2. Bleaching Non Vital

Indikasi

 Perubahan warna berasal dari kamar pulpa

 Perubahan warna dentin

 Perubahan warna yang tidak bisa diatasi dengan pemutihan eksterna

Kontraindikasi

 Perubahan warna email superfisial

 Pembentukan email yang tidak sempurna

 Kehilangan dentin yang parah

 Ada karies
 Komposit yang berubah warna.

Teknik

a. Teknik Termokatalitik

Teknik termokatalitik adalah teknik pemutihan dengan meletakkan

material oksidator di dalam kamar pulpa dan kemudian memanaskannya.

Panas ini diperoleh dari lampu, alat yang dipanaskan, atau alat pemanas

listrik yang dibuat khusus untuk memutihkan gigi.

Kerusakan berat yang timbul karena teknik termokatalitik ini

adalah resorpsi eksterna dari akar di daerah servikal akibat iritasi pada

sementum dan ligamen periodontium. Iritasi mungkin berasal dari bahan

oksidator yang dikombinasikan dengan panas. Oleh karena itu, aplikasi

panas selama pemutihan ini harus dibatasi.

b. Teknik Walking Bleach

 Pewarnaan interna dari dentin yang disebabkan oleh sisa material

obturasi dalam ruang pulpa, juga oleh material dan debris jaringan di

dalam tanduk pulpa.

 Restorasi koronanya dibuang semua, preparasi aksesnya diperbaiki, dan

gutta percha nya dibuang sampai sebatas di bawah margin gingiva.

Kemudian, tanduk pulpa dibersihkan dengan bur bulat.

 Basis semen protektif diletakkan di atas gutta percha dan tidak

melampaui margin gingiva. Setelah sisa semen saluran akar dan

material dibersihkan dari kamar pulpa dengan pelarut, letakan pasta

campuran dari Na-perborat dengan air yang konsistensinya seperti pasir


basah. Daerah insisanya diberi undercut guna retensi tambalan

sementaranya.

 Tutup akses dengan campuran tebal ZOE

 Pada kunjungan berikutnya, jika warna yang dikehendaki telah tercapai,

buat restorasi permanennya. Metode yang dianjurkan adalah menambal

kamar pulpa dengan penambal sementara putih atau dengan

polokarboksilat atau Zn-fosfat berwarna muda. Komposit etsa asam

merestorasi akses lingual dan meluas ke tanduk pulpa untuk retensi dan

mendukung insisal.
BAB VIII

BEDAH ENDODONTIK

Perawatan bedah endodontik adalah pengembangan perawatan yang lebih

luas untuk menghindari pencabutan gigi. Ruang lingkup perawatan bedah

endodontik diantaranya insisi untuk drainase, bedah apeks, hemiseksi, amputasi

akar dan replantasi.

TUJUAN

1. Untuk menjamin penempatan suatu bahan penutup/tumpatan yang tepat

diantara periodonsium dan foramina saluran akar.

2. Untuk membuang sebagian akar yang saluran akarnya tidak dibersihkan

dengan baik atau untuk mengobsturasi secara retrograde ketika penutupan

yang sempurna tidak bias diperoleh dengan pendekatan obsturasi ortograd.

3. Memungkinkan control visual dan manipulative dari daerah dan

penempatan tumpatan (pengisian retrograde) melalui tempat pembedahan.

INDIKASI

1. Proses pathologi tidak dapat dihambat dengan perawatan non bedah

(konvensional). Contohnya recurent akut eksaserbasi dan fraktur akar.

2. Tidak mungkin dilakukan pembersihan dan pengisian saluran akar dari

jalan koronal seperti pada perawatan endodontic konvensional. Contoh:

 akar gigi sangat bengkok


 saluran akar mengalami kalsifikasi

 restorasiuntuk post and core

3. Untuk mengkoreksi perawatan endodontic yang gagal/ kecelakaan pada

waku preparasi/ pengisian saluran akar. Contoh:

 perforasi akar

 patahnya alat preparasi pada saluran akar

 pengisian saluran akar yang kurang/ berlebih

4. Tidak ada resorpsi dari tulang alveolar yang mengelilingi akar gigi

tersebut, kedudukan gigi masih kuat di dalam tulang alveolar.

5. Mahkota jaket atau mahkota penuh yang baik dengan kelainan apikal.

6. Ujung akar yang terkena fraktur horizontal dengan penyakit periradikular.

7. Apeksogenesis yang tidak sempurna dengan bunder buss.

8. Kegagalan sembuh setelah perawatan endodontik non bedah yang terlatih.

9. Eksaserbasi berulang dan persisten selama perawatan non bedah atau rasa

sakit persisten yang idak dapat dijelaskan setelah penyelesaian perawatan

non bedah.

10. Perawatan sembarang gigi dengan lesi yang dicurgai memerlukan biopsi

diagnosa.

11. Lesi periapikal yang sangat besar dan masuk ke dalam.

12. Perusakan dari penyempitan apikal saluran akar yang disebabkan oleh

instrumentasi yang tidak terkontrol sehingga foramen apikal tidak dapat

ditutup dengan memadai dengan pengisian ortograd.


KONTRAINDIKASI

Kontraindikasi Bedah Endodontik

- Pertimbangan umum

 Pasien yang secara medis membahayakan atau “rapuh” : seorang pasien

dengan penyakit sistemik aktif seperti diabetes yang tidak terkontrol,

tuberkulosis, sifilis, nefritis, kelainan darah, osteoradionekrosis, dll.

 Pasien yang secara emosional sukar : seorang pasien yang secara fisiologis

tidak mampu menahan atau mengalami setiap prosedur bedah.

 Keterbatasan ketrampilan dan pengalaman bedah operator.

- Pertimbangan lokal

 Inflamasi akut setempat : bila prosedur darurat, seperti insisi dan drainase

atau trefanasi dapat dilakukan, bedah periapikal sebaiknya dihindari

 Pertimbangan anatomoik : Prosedur yang menembus saluran mandibular,

sinus maksiler, foramen mental, dasar lubang hidung, atau yang memutus

pembuluh darah besar palatin sedapat mungkin dihindari

 Tempat-tempat pembedahan yang tidak dapat dicapai : posisi dan lokasi

apeks akar yang tidak dapat dicapai, terutama pada gigi belakang dan

perlunya mendapatkan jalan masuk ke tempat pembedahan melalui lapisan

padat tulang, seperti permukaan lingual gigi-gigi molar atau batas miring

eksternal rahang bawah dapat menghalangi keberhasilan pembedahan

 Gigi dengan prognosis jelek : Gigi berakar pendek, gigi dengan penyakit

periodontal lanjut, gigi dengan fraktur vertical, non strategik, dan gigi yang

tidak dapat direstorasi jangan dipertimbangkan untuk bedah periapikal


ALAT DAN BAHAN

a. Anastesi. Alat semprit aspirasi, jarum disposbel, dan beberapa karpul

anestesi local yang sering digunakan, seperti lidocaine HCl, 2%,

epinephrine 1:50000.

b. Isolasi tempat operasi. Kain kasa steril dan butiran kapas.

c. Insisi. Pemegang Bard-Parker, Bilah no.15, dan probe periodontal.

d. Peninggian/elevasi dan retraksi flap. Elevator periosteal.

e. Penetrasi dan pengambilan plat tulang kortikal, reseksi akar dan

preparasi untuk pengisian retrograd. Bur no 2,4,6,8,34,558,701,702,

pahat genggam, larutan anastetik atau salin sebagai bahan pendingin atau

debridement, handpiece dan microhead contra-angle.

f. Kuretase. Kuret Goldman-Fox no.3, eksavator bedah.

g. Pengisian retrogad. Pembawa amalgam apical, instrumen palstik, pluger

amalgam apical, dan amalgam.

h. Penjahitan. Pemegang jarum (hemostat), benang sutera pada jarum

atraumatik.

i. Baki bedah. Pinset, eksplorer, kaca mulut, kapas/Racellet.

MACAM-MACAM BEDAH ENDODONTIK

Bedah Apeks

Adalah pemotongan sebagian ujung akar yang tidak dapat dijangkau

dengan instrumen, sehingga tidak dapat dibersihkan, dibentuk maupun diisi/


berhubungan dengan infeksi ekstraradikular yang gagal dilakukan dengan

perawatan konvensional orthograde.

Tujuan :

Untuk menghilangkan mikroorganisme yang terdapat di ujung akar/

memoerangkap dan menutupnyadalam sistem saluran akar yang mempercepat

kebocoran

Urutan tahap-tahap yang selalu dipakai pada bedah apeks adalah sebagai

berikut:

1. Desain flap.

2. Insisi dan refleksi.

3. Pembukaan / akses apeks.

4. Kuretase periradikular.

5. Pemotongan ujung akar.

6. Preparasi ujung akar dan pengisian retrograde.

7. pengembalian flap dan penjahitan.

8. Perawatan pasca operasi dan pemberian petunjuk bagi pasien .

9. Pengangkatan benang dan evaluasi.

Amputasi Akar

Adalah pengangkatan akar gigi salah satu/ lebih pada gigi ganda,

sedangkan mahkota dipertahankan tetap utuh. Setelah PSA pada gigi yang

dipertahankan selesai dan saluran akar gigi yang akan dipotong diisi amalgam
disekitar orifice hingga ke dalam saluran akar sekitar 4 mm. Amputasi dilakukan

dengan membuat potongan horizontal untuk memisahkan akar dengan mahkota.

Hemiseksi

Yaitu pemisahan/ pembelahan gigi akar ganda mulai mahkota hingga

furkasinya dan pencabutan salah satu/ lebih belahan akar yang rusak/ mengalami

kelainan periodonsium. Pada molar bawah dibelah arah bukolingual. Pada molar

atas dibelah mesodistal melalui furkasi.

Prosedur

 Pada molar rahang atas  dibelah arah mesiodistal.

 Pada molar rahang bawah  dibelah arah bukolingual.

 Gigi dibelah secara vertikal, sisi gigi yang mengalami kerusakan dicabut. Sisi

yang masih baik dipertahankan.

Indikasi:

 Kerusakan tulang/periodontium parah pada akar atau furkasi gigi yang tidak

bisa disembuhkan dengan perawatan non bedah.

 Akar tidak bisa dirawat, yang dikarenakan instrumen patah, perforasi, karies,

resorpsi, fraktur vertikal, dan saluran akar terkalsifikasi.

Kontraindikasi:

 Dukungan tulang tidak memadai.

 Akar berfusi atau jarak sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisahkan.

 Tersedia gigi penjangkaran yang kaut  dicavut dan dibuat pothesa.

 Perawatan tidak dapat dilakukan dengan baik pada akar yang ada.
Bikuspidasi

Yaitu pemisahan/ pembelahan akar gigi ganda mulai dari mahkota hingga

bifurkasi arah bukolingual secara bedah dan kedua belahan mahkota serta akar

tetap dipertahankan

Biasanya dilakukan pada gigi molar bawah yang mengalami kerusakan tulang

yang terbatas pada daerah bifurkasi

Setelah gigi dibelah secara hemiseksi dan dikuret didaerah bifurkasinya,

masing – masing bagian dapat direstorasi menyerupai premolar

Indikasi :

 Adanya perforasi pada bifurkasi

 Kelainan peridonsium pada furkasi gigi

 Karies pada daerah servikal ke arah furkasi

Kontraindikasi :

 Adanya furkasi yang dalam

 Restorasi tidak dapat dilakukan

 Adanya kelainan peridonsium

 PSA tidak dapat dilakuakan

 Adanya fusi pada akar gigi

PROSEDUR ENDODONTIK BEDAH

Premedikasi

1. Pasien yang tetap sangat gelisah dan tidak terpengaruh konsultasi.


2. Obat-obat yang dipilih harus dapat mengurangi kegelisahan, mempertinggi

efek anastesi dan mengurangi aliran saliva, pendarahan maupun infeksi

sekunder.

3. Obat-obatan per oral yang digunakan sebagai penenang :

 Golongan barbitunat, seperti pentobarbitol (nembutal), dan secobarbital

(seconal) dengan dosis 50-150mg diberikan 30 menit sebelum operasi.

 Golongan memprobromat (equanil) dengan dosis 400mg diberikan 30 menit

sebelum operasi.

 Golongan diazepam (valium) dengan dosis 5mg diberikan beberapa hari

sebelum operasi.

1. Anestesi

 Anestesi infiltrasi  diinjeksikan ke arah subperiosteal di atas tempat

operasi, yang meluas ke arah lateral untuk gigi tambahan pada tiap sisi.

 Anestesi konduksi  diinjeksikan dekat foramen mandibular, diguakan

untuk pembedahan periapikal mandibular.

 Anastesi yag digunakan:

- Lidocaine HCL yang mengandung epinefrin 1:100.000 untuk

blok.

- Lidocaine HCL yang mengandung epinefrin 1:50.000 untuk

infiltrasi.
2. Pembukaan flap

Pembuatan desain flap bertujuan untuk memberikan jalan masuk yang

jelas untuk dapat melakukan perawatan bedah yang berhasil dan mengurangi

resiko akibat pasca operasi yang tidak diinginkan.

Dasar pokok pembuatan flap :

1) Dasar flap sebaiknya lebih lebar daripada ujung yang bebas, untuk

menjamin sirkulasi yang memadai ke dalam flap

2) Tepi flap yang dijahit sedapat mungkin terletak pada plat tulang kortikal

padat

3) Insisi harus dibuat dengan gerak yang kuat dan kontinyu tegak lurus pada

plat tulang kortikal

4) Flap sebaiknya didesain dengan kurvatur kontinyu antara insisi horisontal

dan vertical un tuk menghindari sudut tajam yang sobek

5) Bila ada fistula harus dimasukkan pada flap

6) Insisi pembebasan sebaiknya dibuat antara eminensi tulang

7) Bila didesain secara benar, flap yang ditarik dapat ditahan pada posisinya

dengan tekanan pasif dengan menggunakan elevator pertosteal yang

ditekankan pada tulang padat dibawahnya

Macam-macam desain flap :

1) Flap melengkung submarginal

Juga dikenal sebagai flap semilunar, flap ini sedikit melengkung, berbentuk

bulan sabit, dengan insisi horisontal dibuat di mukosa mulut atau gingiva

cekat dan bagian yang cembung lebih dekat ke margin gingiva.


Kerugian :

 Akses dan visibilitasnya terbatas

 Sudut insisi dapat robek saat akses diperbaiki dengan meregangkan

jaringannya

 Pada penyembuhan insisi sering terjadi jaringan parut

 Flap melengkung submarginalnya tidak leluasa karena adanya

frenulum, perlekatan otot, atau kaninus dan penonjolan tulang lainnya

2) Flap segitiga dan rectangular submarginal

Dikenal sebagai modifikasi dari flam melengkung submarginal.Flap ini

paling banyak digunakan dengan sukse pada gigi anterior

maksila.Persyaratannya adalah harus ada gingiva cekat setidaknya 0,4 mm dan

kesehatan periodonsium baik.

Desain flap ini memberikan akses dan visibilitas yang lebih baik

dibanding flap melengkung submarginal dan resiko menginsisi jaringan diatas

defek tulang lebih sedikit.

Kerugian :

 Kemun gkinan terbentuknya jaringan parut

 Terjadinya perdarahan yang berasal dari margin yang terpotong dan

mengalir ke daerah operasi

 Jarak pandang lebih terbatas dobanding kan flap mukoperiosteum penuh.

3) Flap mukoperiosteum penuh

Terdiri atas insisi puncak gingiva dengan pengangkatan penuh dari

papila interdental, tepi gingiva bebas, gingiva cekat, dan mukosa


alveolar.Insisi untuk membebaskan bisa vertical tunggal (segitiga) atau

ganda (rectangular). Dengan pembuatan desain flap ini akan diperoleh

akses dan visibilitas yang maksimal, tidak terjadi insisi di atas defek

tulang, dan perdarahan akan berkurang.

Kerugian :

 Sukar menutup kembali

 Sukar menjahitnya

 Sukar membuat perubahan (ketinggian dan bentuk) ke tepi gingiva

bebas

 Kemungkinan timbulnya resesi gingiva pasca bedah yang

memajankan margin mahkota.

3. Insisi dan refleksi

Insisi dibuat dengan skalpel No.15 atau pisau lain yang cocok. Untuk

menghindari robeknya flap saat refleksi, insisinya harus dibuat melalui periosteum

sampai menyentuh tulang. Jaringan diangkat dengan elevator periosteum yang

tajam dimulai dari insisi vertikal dan kemudian mengangkat bagian horizontalnya.

Mengingat periosteum harus ikut terangkat karena merupakan bagian dari flap

maka elevatornya harus benar-benar kontak dengan tulang ketika jaringan

dikelupas dengan kekuatan yang terkontrol. Jaringan dibuka demikian rupa

sehingga akses dan visibilitas ke daerah operasi memadai sementara

memungkinkan retraktor diletakkan pada tulang yang sehat.


4. Akses ke Apeks

Dalam banyak kasus karena adanya lesi, tulang telah mengalami resorpsi

dan letak daerah apeks dapat diketahui dari terlihatnya lesi jaringan lunak atau

perabaan dengan eksplorer. Jika pembukaannya kecil, batas-batasnya dapat

diangakt dan diperlebar dengan memakai bur bulat yang tajam sampai apeksnya

terlihat. Jika kerusakan tulangnya sedikit, setelah menempatkan obyek yang

radiopak di dekat apeks, buatlah radiograf untuk menentukan lokasi apeks.

Pengeburan tulang dilakukan dengan disertai irigasi salin steril yang banyak.

5. Kuretasi Periradikuler

Pembuangan jaringan lunak yang sakit yang mengelilingi apeks adalah hal

yang sangat perlu dilakukan karena sebab-sebab berikut ini :

1. Memberikan akses dan visibilitas ke arah apeks

2. Membuang jaringan terinflamasi

3. Memperoleh spesimen biopsi untuk pemeriksaan histologi

4. Mengurangi pendarahan

Jaringan harus dikelupas secara hati-hati, idealnya dalam satu potong,

dengan menggunakan kuret tajam yang sesuai ukurannya. Proses ini harus

meninggalkan rongga tulang yang bersih. Jika lesinya sangat luas, sebagian

jaringan dapat ditinggalkan tanpa menggagu pasokan darah ke gigi tetangganya.

Ini akan mengganggu pernyembuhan periradikuler.


6. Reseksi Ujung Akar

Reseksi ujung akar melibatkan pembevelan bagian apeks dari akar.

Tahap ini sering merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bedah periradikuler

dan mempunyai dua tujuan berikut ini:

1. Membuang bagian apeks yang tidak terkena perawatan dan memungkinkan

peklinik menemukan penyebab kegagalan perawatan.

2. Menyediakan permukaan yang datar untuk preparasi kavitas ujung akar dan

pengisian yang padat dengan material pengisi ujung akar.

Pemotongan bagian apeks dilakukan dengan bur fisur tirus dan henpis

kecepatan tinggi disertai dengan irigasi salin steril yang banyak. Buatlah bevel

kurang lebih bersudut 45 derajat dalam arah fasial-lingual, dengan bevel sekecil

mungkin agar visibilitas ke arah apeks akar maksimal. Secara umum, jumlah akar

yang dibuang bergantung pada alasan melakukan reseksi ujung akar. Tetapi,

reseksi harus cukup agar:

1. Tersedia akses ke permukaan palatal-lingual akar.

2. Saluran akar terletak di tengah-tengah akar yang dipotong.

3. Terpajannya saluran akar tambahan atau fraktur.

7. Preparasi Kavitas Ujung Akar dan Penambalan

Preparasi kavitas ujung akar dan penutupannya diindikasikan jika

kerapatan apeksnya tidak memadai. Yang dibuat adalah preparasi tipe kelas I

dengan memakai ujung ultrasonik sedalam minimal 3mm ke dalam saluran akar.

Jika anatomi apeks akarnya lebih kompleks, mungkin diperlukan tipe preparasi
lain. Keuntungan instrumen ultrasonik adalah mudah dikendalikan dan dipakai

dan memungkinkan terjadinya bevel apeks akar yang lebih sedikit serta

kedalaman preparasinya bisa seragam. Selain itu, ujung ultrasoniknya akan

mengikuti arah saluran akar dan dapat membersihkan permukaan saluran akar

lebih baik dibanding bur. Material penambal ujung akar kemudian dimasukkan ke

dalam kavitas yang telah dipreparasi itu. Material ini harus memiliki sifat seperti

berikut :

1. Kerapatannya baik

2. Dapat ditoleransi dengan baik oleh jaringan periradikuler

3. Tidak diresorpsi

4. Mudah dimasukkan

5. Tidak dipengaruhi oleh kelembapan

6. Dapat dilihat di radiograf

7. Mampu menimbulkan regenerasi jaringan periradikuler

Banyak material yang telah digunakan sebagai material penambal ujung

akar, misalnya amalgam, SuperEBA, IRM, mineral trioxide aggregate (MTA) dan

ProRoot MTA yang merupakan material yang dapat diterima dan paling banyak

digunakan.

8. Penutupan Kembali Flap dan Penjahitan

Setelah ujung akarnya ditambal dan dibuat radiografnya, flap harus

dikembalikan lagi ke posisinya semula dan ditahan di situ selam 5 menit dengan

memakai kasa basah disertai tekanan jari yang sedang. Ini akan menyebabkan
keluarnya darah dari bawah flap, terjadinya adaptasi awal, dan akan memudahkan

penjahitan dan lebih sedikit mengakibatkan pembengkakan dan pendarahan

pascaoperasi.

Penjahitan biasanya dilakukan dengan memakai sutra, walaupun dapat

pula dipakai material lain. Terdapat banyak teknik penjahitan misalnya jahitan

tunggal (terputus), jahitan memanjang (kontinu), dan jahitan silang. Jahitan

tunggal biasanya merupakan jahitan yang banyak digunakan. Di sini, jarum mula-

mula ditembuskan pada jaringan flap yang dibuka dan kemudian ditembuskan ke

jaringan cekat. Jahitan diikatkan dengan simpul bedah sederhana. Simpul jangan

diletakkan di atas garis insisi karena akan menjadi tempat berkumpulnya debris

dan bakteri yang akan mendorong terjadinya inflamasi dan infeksi. Jahitan

biasanya dibuka setelah 3 atau 7 hari kemudian, jika bisa lebih singkat, lebih baik.

9. Perawatan dan Petunjuk Pascaperawatan

Pasien hendaknya diberi petunjuk pascaperawatan, baik secara lisan

maupun tertulis. Petunjuk tertulis dibuat dalam bentuk yang sederhana dan

bahasa yang mudah dimengerti. Tindakan ini harus meminimalkan kecemasan

pasien yang timbul akibat sekuele pascatindakan dengan menggambarkan

bagaimana caranya untuk meningkatkan penyembuhan dan kenyamanan.

Petunjuk di bawah ini adalah petunjuk bagi pasien. Petunjuk di dalam

kurung dan bertuliskan “Perhatikan” adalah buat peklinik, bukan buat pasien :

1. Timbulnya pembengkakan dan perubahan warna adalah hal yang biasa.

Gunakan kompres es dnegan tekanan ringan pada wajah anda (20 menit
tekan dan 5 menit angkat) sampai anda pergi tidur. (Perhatikan: es dan

tekanan (terutama) akan menurunkan perdarahan dan pembengkakan serta

meringankan rasa nyeri).

2. Jika ada darah merembes maka ini adalah keadaan yang normal, jika

perdarahan meningkat, letakkan bantalan kasa basah pada jaringan wajah

di atas daerah tindakan dan aplikasikan tekanan jari selama 15 menit. Jika

perdarahan terus berlanjut hubungi dokter.

3. Jangan mengangkat bibir atau pipi untuk melihat daerah operasi. Jahitan

mempunyai simpul dan tindakan itu bisa merobeknya.

4. Mulai besok, larutkan sesendok teh garam dalam satu gelas air hangat dan

dengan hati-hati berkumurlah 3 atau 4 kali sehari. Berkumur dengan obat

kumur dapat mempercepat penyembuhan. Sikatlah gigi dengan hati-hati

karena menyikat yang terlalu bernafsu bisa merusak daerah tindakan.

Untuk malam ini anda harus menyikat dan membersihkan seluruh area

dengan benang gigi kecuali daerah tempat tindakan. Besok malam,

sikatlah daerah tindakan dengan hati-hati.

5. makanlah makanan lunak dan gunakan sisi lain yang bukan daerah

tindakan untuk mengunyah. Minumlah banyak-banyak dan makanlah

makanan seperti keju dan yourt, telur dan es krim (Perhatikan: diet dan

asupan cairan yang tepat merupakan hal yang penting setelah pembedahan.

Pasien sering kehilangan selera makannya, sehingga mereka harus

didorong semangatnya untuk minum cairan dan makan).


6. Jika ada ketidanyamanan, itu hal yang normal. Jika diberi obat antinyaeri,

ikuti dengan baik petunjuknya. Jika tidak diberi obat, minumlah obat

antinyeri yang anda sukai yang tidak perlu dibeli pakai resep, jika

diperlukan. Jika ini tidak menolong, hubungi dokter. (Perhatikan: cukup

menakjubkan bahwa nyeri setelah bedah endo biasanya minimal dan

analgesik yang kuat biasanya tidak diperlukan).

7. Jangan merokok selama tiga hari setelah prosedur ini (Perhatikan:

merokok terbukti dapat mengganggu penyembuhan; ini adalah kesempatan

untuk menganjurkan agarpasien berhenti merokok selamanya).

8. Jika anda mengalami pembengkakan yang besar atau sangat nyeri atau

mengalami demam, teleponlah dokter segera (Perhatikan: pembengkakan

yang besar, nyeri atau demam bisa disebabkan oleh adanya suatu infeksi

yang harus diberi terapi antibiotik atau terapi lain. Pasien ini harus

dievaluasi).

9. Taati jadwal perjanjian untuk membuka jahitan (Perhatikan: jahitan dibuka

3 atau 7 hari setelah pembedahan).

10. Teleponlah dokter jika anda mempunyai keluhan atau pertanyaan.

10. Pembukaan Jahitan dan Evaluasi

Jahitan dibuka dengan hati-hati memakai gunting yang kecil. Jahitan ini

dibuka hanya jika margin flap melekat rapat ke jaringan di bawahnya. Biasanya,

tidak diperlukan anestesi untuk prosedur ini.


Incisi dan Drainase

Insisi yang dilakukan untuk memperoleh drainase akan mengeluarkan pus

dan atau eksudat perdarahan dari suatu pembengkakan jaringan lunak. Tujuannya

adalah untuk mengeluarkan eksudat dan pus yang merupakan iritan yang poten

dan toksik. Pembuangan iritan ini akan mempercepat penyembuhan dan

mengurangi ketidaknyamanan serta tekanan. Sebagian besar insisi intraoral

umumnya mampu dilakukan oleh praktisi umum.

Indikasi

Perawatan yang paling baik bagi pembengkakan abses apikalis akut

akibat penyakit pulpa adalah membuat drainase pada gigi yang terkena.

Sering, drainase tidak cukup hanya dari gigi itu sendiri; pilihan keduanya

adalah memperoleh drainase dari jaringan lunak. Adakalanya drainase juga

harus dibuat di jaringan lunak walaupun drainase pada gigi sudah diperoleh.

Penyebabnya adalah karena terdapatnya dua atau lebih abses yang terpisah

dan tidak berhubungan satu sama lain- satu di apeks dan satunya di

submukosa atau pada rongga anatomis. Jadi, jika diperlukan dan dapat

dilakukan, drainase tambahan seperti itu memang diindikasikan.

Drainase melalui jaringan lunak paling efektif jika pembengkakannya

telah berfluktuasi. Suatu abses yang telah berfluktuasi adalah suatu massa

yang mengandung cairan yang jika ditekan akan memberikan sensasi seperti

gelombang atau ada pergerakan. Rasa ini ibarat menekan balon yang berisi air

atau kemasan kecap dalam plastik kecil. Insisi pada pembengkakan yang telah

berfluktuasi akan mengeluarkan pus dengan segera dan menyebabkan


redanya rasa nyeri. Jika pembengkakannya belum berfluktuasi, hasilnya tidak

begitu dramatis dan sering hanya mengeluarkan darah dan cairan serosa.

Walaupun hasilnya tidak sedramatis atau setuntas bila dilakukan pada

pembangkakan yang belum berfluktuasi pun akan menurunakn tekanan dean

mempermudah penyembuhan karena berkurangnya iritan dan meningkatnya

sirkulasi di daerah tersebut.

Kontraindikasi

Kontraindikasi insisi boleh dikatakan relatif sedikit.

Pembengkakan yang luas (difus) biasanya tidak diinsisi. Pasien dengan

waktu perdarahan dan pembekuan yang panjang harus dirawat dengan

hati-hati dan sering memerlukan pemeriksaan hematologik. Abses di

dalam rongga anatomis membutuhkan perawatan lebih banyak; pasien

perlu dirujuk ke ahli bedah mulut dan maksilofasial untuk tindakan insisi

intraoral atau ekstraoral yang agresif (Muzzamil, 2014).


DAFTAR PUSTAKA

Cohen S, Burn RC. 2007. Pathway of the Pulp 9th ed.St Louis: Mosby.

Cohen, S. and K. M. Hargreaves, 2006. Pathway of the Pulp, 9th ed. St Louis
Missori : Mosby Inc.

Garg, Nisha, Amit Garg. 2011. Textbook of Endodontics. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd.

Hargreaves, KM., LH Berman. 2011. Cohen’s : Pathways of the Pulp : Eleventh


Edition. St. Louis: Elsevier

Mattulada, IK. 2010. Pemilihan medikamen intrakanal antar kunjungan yang


rasional. Dentofasial 9 (1) : 63-68 pp.

Muzzammil, Tito. 2014. Endodontik Bedah.


https://dokumen.tips/documents/endodontik-bedah.html. Diakses tanggal :
18 Maret 2018

Paul Krasner,DDS and Henry J. Rankow, DDS. 2004. Anatomy of the Pulp-
Chamber Floor. Journal of Endodontics vol. 30 No. 1, January 2004

Permatasari R. 2009. Concept of Minimal Intervention in Restorative Dentistry.


KPPIKG 2009 15th Scientific Meeting & Refresher Course in Dentistry
Faculty of Dentistry University Indonesia.

Sherli, Diana. Andina, NS. Intan. 2016. Intervensi Minimal Restoratif dalam
Kedokteran Gigi.
https://www.scribd.com/presentation/322670913/76097394-Intervensi-
Minimal-Dalam-Kedokteran-Gigi-if-Tugas. Diakses tanggal 18 Maret
2018.

Torabinejad and Walton. 2009. Endodontics Principles and Practice. 4th ed.
St.Louis : Saunders Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai